Disusun oleh :
Fuji Ayu Lestari (P07120122001)
Nanda Adi Nugraha (P07120122002)
Raihana Azmi Atmawati (P07120122033)
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Fuji Ayu Lestari (P07120122001)
Nanda Adi Nugraha (P07120122002)
Raihana Azmi Atmawati (P07120122033)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan
Keperawatan Nausea pada Tn. B dengan Cholelitiosis di Bangsal Arjuna RSUD
Nyi Ageng Serang Yogyakarta. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas praktik klinik Keprawatan Dasar Manusia Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Penulisan pada kesempatan ini menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................................2
D. MANFAAT STUDI KASUS.........................................................................................2
E. METODE PENGUMPULAN DATA.............................................................................3
BAB II..........................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI....................................................................................................4
A. KONSEP NAUSEA....................................................................................................4
B. KONSEP TEORI CHOLELITIASIS................................................................................7
C. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA...............................................13
BAB III.......................................................................................................................23
ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA.................................................................23
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................23
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................36
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN...........................................................................37
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN..................................................42
BAB IV.......................................................................................................................55
PENUTUP..................................................................................................................55
A. KESIMPULAN........................................................................................................55
B. SARAN..................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................57
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Berdasarkan latar belakang yang didapatkan maka penulis tertarik
untuk menyusun “Asuhan Keperawatan Nausea pada Tn. B dengan Kolik
Abdomen Cholelitiasis di Bangsal Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang”
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan Nausea
pada Tn. B Kolik Abdomen Cholelitiasis secara komprehesif, sehingga
mampu mencapai hasil yang terbaik dalam mengatasi masalah
keperawatan dengan masalah Kolik Abdomen Cholelitiasis di Bangsal
Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit meliputi pengertian,
etiologi, patofisilogi, tanda dan gejala pemeriksaan diagnostik,
komplikasi, penatalaksanaan medis Kolik Abdomen Cholelitiasis.
b. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kolik Abdomen Cholelitiasis meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi keperawatan, dan evaluasi.
c. Mampu menjelaskan dan Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada
Tn. B Hernia Inguinalis yang meliputi pengkajian, diagnosa,
intervensi keperawatan, dan evaluasi.
2
melakukan asuhan keperawatan, belajar untuk mengenali masalah,
merencanakan keperawatan dan melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung kepada pasien.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP NAUSEA
1. Pengertian
Mual dan atau muntah pasca pembedahan atau biasa disebut
PONV (Post operative nausea and vomiting) biasanya terjadi 24 jam
pertama setelah pembedahan. Mual muntah terdiri dari 3 gejala utama
yang dapat timbul segera atau setealah operasi. Mual (nausea) adalah
suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah epigastrik. Kejadian ini
biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi,
sekresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal, keringat
dingin, hipersalivasi, perubahan ritme pernapasan, dan detak jantung
meningkat (Fithrah,2014).
Nausea atau rasa mual merupakan perasaan ingin muntah. Keluhan
ini dapat terjadi tanpa diikuti oleh muntah (vomitus) atau dapat
mendahului dan disertai gejala muntah. Lintasan saraf yang spesifik
untuk rasa mual belum diketahui, tetapi peningkatan salvias,
penurunan aktivitas fungsional lambung, dan perubahan motilitas usus
halus berkaitan dengan rasa mual. Rasa mual juga dapat distimulasi
oleh pusat yang lebih tinggi di dalam otak (Kowalak, et all. 2017).
Vomitus atau muntah merupakan ekspulsi isi lambung yang
disemburkan keluar. Otot lambung memberikan kekuatan untuk
menyemburkan isi lambung. Bagian fundus lambung serta sfingter
gastroesofageal mengadakan relaksasi dan kontraksi diafragma erta
otot dinding perut yang kuat meningkatkan tekanan intraabdomen.
Keadaan ini yang dikombinasikan dengan kontraksi annulus pilorik
lambung akan memaksa isi lambung masuk ke dalam esophagus.
Kemudian peningkatan tekanan intratorakal menggerakan isi lambung
dari esofagus ke dalam mulut (Kowalak, et al 2017).
Menurut Asosiasi Perawat Pasca Anestesi Amerika/ASPAN
(2016). Mual muntah dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Mual
a) Sensasi subjektif dibelakang tenggorok atau epigastrium
b) Aktivitas kortikal sadar
c) Kesadaran akan kebutuhan untuk muntah
d) Tidak ada gerakan otot ekspulsif
e) Mungkin tidak berujung pada muntah
2) Retching
4
a) Upaya akan terjadinya muntah
b) Tidak produktif
c) Meliputi sesak nafas dan gagging Muntah dan retching adalah
gabungan dari episode emesis.
3) Muntah
a) Pengeluaran isi lambung melalui organ mulut atau hidung
b) Reflek yang dikendalikan oleh batang otak
c) Mungkin atau tidak mungkin didahului mual
d) Gerakan otot terkoordinasi
e) Terkait dengan perubahan fisiologis; peningkatan denyut
jantung, peningkatan frekuensi nafas, berkeringat
2. Patofisiologi
5
serangkaian reaksi simpatis parasimpatis yang diakhiri dengan refleks
muntah. CVC terletak dekat nukleus traktus solitarius dan di sekitar
formasio retikularis medula tepat di bawah CTZ (Fitrah, 2014).
3. Penyebab Nausea
Menurut PPNI (2016) tanda dan gejala nausea ada dua yaitu tanda dan
gejala mayor dan minor.
6
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan
Subyektif:
Obyektif:
a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Diaphoresis
d) Takikardia
e) Pupil dilatasi
4) Dampak nausea
Akibat lanjut dari mual adalah muntah, penurunan berat badan, dan
mual juga dapat berpengaruh pada cairan dan elektrolit tubuh berupa
dehidrasi (Price & Wilson, 2015)
5) Penanganan mual
1. Definisi
Cholelitiasis adalah 90% batu kolesterol dengan komposisi
kolesterol lebih dari 50%, atau bentuk campuran 20-50% berunsurkan
kolesterol dan predisposisi dari batu kolesterol adalah orang dengan
usia yang lebih dari 40 tahun, wanita, obesitas, kehamilan, serta
penurunan berat badan yang terlalu cepat. (Cahyono, 2014)
Cholelitiasis adalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu
yang penyebab secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan
tetapi beberapa faktor predisposisi yang paling penting tampaknya
7
adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung empedu serta
kolesterol yang berlebihan yang mengendap di dalam kandung empedu
tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti, faktor hormonal
selama proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan lambatnya
pengosongan kandung empedu dan merupakan salah satu penyebab
insiden kolelitiasis yang tinggi, serta terjadinya infeksi atau radang
empedu memberikan peran dalam pembentukan batu empedu.(Rendi,
2012)
Cholelitiasis merupakan endapan satu atau lebih komponen
diantaranya empedu kolesterol, billirubin, garam, empedu, kalsium,
protein, asam lemak, dan fosfolipid. Batu empedu biasanya terbentuk
dalam kantung empedu terdiri dari unsur- unsur padat yang
membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu yang tidak lazim
dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidenya semakin
sering pada individu yang memiliki usia lebih diatas 40 tahun. setelah
itu insiden cholelitiasis atau batu empedu semakin meningkat hingga
sampai pada suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun
satu dari 3 orang akan memiliki penyakit batu empedu, etiologi secara
pastinya belum diketahui akan tetapi ada faktor predisposisi yang
penting diantaranya: gangguan metabolisme, yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, adanya statis empedu, dan
infeksi atau radang pada empedu.
Perubahan yang terjadi pada komposisi empedu sangat mungkin
menjadi faktor terpenting dalam terjadinya pembentukan batu empedu
karena hati penderita cholelitiasis kolesterol mengekskresi empedu
yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan
tersebut mengendap di dalam kandung empedu (dengan cara yang
belum diketahui secara pasti) untuk membentuk batu empedu,
gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingterrodi, atau
mungkin keduanya dapat menyebabkan statis empedu dalam kandung
empedu. Faktor hormon (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat
dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu,
infeksi bakteri atau radang empedu dapat menjadi penyebab
terbentuknya batu empedu. Mukus dapat meningkatkan viskositas
empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu,
dibanding penyebab terbentuknya cholelitiasis. (Haryono, 2012)
2. Etiologi
8
Menurut Cahyono 2014 etiologi Kolelitiasis yaitu:
1. Supersaturasi kolesterol
secara umum komposisi Komposisi cairan empedu yang
berpengaruh terhadap terbentuknya batu tergantung keseimbangan
kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar
kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu akan
membuat keadaan didalam kandung empedu menjadi jenuh akan
kolesterol (Supersaturasi kolesterol).
2. Pembentukan inti kolesterol
Kolesterol diangkut oleh misel (gumpalan yang berisi
fosfolipid, garam empedu dan kolesterol). Apabila saturasi,
Kolesterol lebih tinggi maka ia akan diangkut oleh vesikel yang
mana vesikel dapat digambarkan sebagai sebuah lingkarandua
lapis. Apabila konsentrasi kolesterol banyak dan dapat diangkut,
vesikel memperbanyak lapisan lingkarannya, pada akhirnya dalam
kandung empedu, pengangkut kolesterol, baik misel maupun
vesikel bergabung menjadi satu dan dengan adanya protein musin
akan membentuk kristal kolesterol, kristal kolesterol terfragmentasi
pada akhirnya akan dilem atau disatukan.
3. Penurunan fungsi kandung empedu
Menurunnya kemampuan menyemprot dan kerusakan
dinding kandung empedu memudahkan seseorang menderota batu
empedu, kontraksi yang melemah akan menyebabkan statis
empedu dan akan membuat musin yang diproduksi dikandung
empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu
tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin
kental dan semakin pekat sehingga semakin menyukitkan proses
pengosongan cairan empedu. Beberapa keadaan yang dapat
mengganggu daya kontraksnteril kandung empedu, yaitu :
hipomotilitas empedu, parenteral total (menyebabkan cairan asam
empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medula spinalis,
penyakit kencing manis.
3. Patofisiologi
Patofisiologi kolelitiasis atau batu empedu adalah akibat substansi
tertentu pada cairan empedu yang meningkat,sehingga memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi daripada pelarutnya. Cairan empedu yang
terkonsentrasi menyebabkan supersaturasi dan presipitasi sebagai
kristal mikroskopik. Kristal ini terperangkap dalam mukus kantung
empedu dan membentuk lumpur bilier (biliary sludge).Seiring
berjalannya waktu, kristal ini menumpuk dan saling menyatu
9
membentuk batu makroskopik. Gejala dan komplikasi kolelitiasis
disebabkan dari penutupan duktus oleh lendir dan/atau batu di dalam
kantung empedu atau duktus empedu. Terdapat 2 substansi utama
pembentuk batu empedu, yaitu kolesterol dan calcium bilirubinate
(Njezeet al., 2013: Abraham et al., 2014:Heuman, 2019).
Proses terbentuknya batu empedu kolesterol terjadi karena cairan
empedu terkonsentrasi melalui penyerapan elektrolit dan air.
Kolesterol disekresi oleh sel hepar ke dalam kantung empedu bersama
dengan enzim lesitin dalam bentuk vesikel unilamelaris. Sel hepar juga
mensekresi garam empedu sebagai deterjen kuat yangdiperlukan untuk
pencernaan dan absorpsi lemak. Vesikel unilamelaris yang dilarutkan
oleh garam empedu membentuk agregat larut air bernama mixed
micelles. Mixed micelles mempunyai kapasitas mengikat kolesterol
yang lebih rendah sehingga kolesterol semakin menumpuk dan
membentuk kristal monohidrat. Kolelitiasis kolesterol ini dipercaya
dipicu oleh kondisi dislipidemia (Abraham et al., 2014:Heuman,
2019).
4. Tanda dan gejala
Batu empedu biasanya tidak menimbulkan gejala pada >80%
penderita. Keluhan yang nampak saat gejala timbul antara lain
• Nyeri mendadak pada ulu hati (disebut juga kolik bilier)
• Demam
• Kembung
• Mual-muntah
• Kehilangan nafsu makan
Gejala batu empedu hampir menyerupai gejala sakit maag
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu
penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi
berdasarkan ada tidaknya gejala yang menyertai kolelitiasis, yaitu
penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan kolelitiasis yang
asimptomatik.
1) Penatalaksanaan Nonbedah
1. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut
kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus,
penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah
harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap
dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk.
10
Manajemen terapi :
1. Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3. Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
4. Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk
5. mengatasi syok.
6. Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).
2. Disolusi medis
Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu
dengan pemberian obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acid lebih
dipilih dalam pengobatan daripada chenodeoxycholic karena efek
samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholic
seperti terjadinyadiare, peningkatan aminotransfrase dan
hiperkolesterolemia sedang.
Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan batu pada
60% pasien dengan kolelitiasis, terutama batu yang kecil. Angka
kekambuhan mencapai lebih kurang 10%, terjadi dalam 3-5 tahun
setelah terapi. Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria
terapi nonoperatif diantaranya batu kolesterol diameternya < 20
mm,batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu baik dan
duktus sistik paten. Pada anak-anak terapi ini tidak dianjurkan,
kecuali pada anak- anak dengan risiko tinggi untuk menjalani
operasi.
3. Disolusi kontak
Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk
menghancurkan batu kolesterol dengan memasukan suatu cairan
pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus
melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan
yang dipakai adalah methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan
dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan biasanya
mampu menghancurkan batu kandung empedu dalam 24 jam.
Kelemahan teknik ini hanya mampu digunakan untuk kasus
dengan batu yang kolesterol yang radiolusen. Larutan yang
digunakan dapat menyebabkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan
adanya kekambuhan terbentuknya kembali batu kandung empedu.
4. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
Prosedur non invasive ini menggunakan gelombang kejut
berulang(Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu
empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan
11
maksud memecah batu tersebut menjadi beberapa sejumlah
fragmen.
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut,
kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras
radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang
di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka
agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan
berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil
dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000
penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.
ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran
empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat
2) Bedah
Penatalaksanaan bedah ini dilakukanan dengan mengangkat
kandung empedu atau kolesistektomy. Dilakukan jika batu ka
ndung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang-ulang,
meskipun telah dilakukan perubahan sebagaimana pada
penatalaksanaan nonbedah seperti uraiain sebelumnya(Naga,
2013).
6. Pathway
12
C. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan pasien serta merumuskan
diagnosa keperawatan (Smeltezer and Bare, 2011 : Kinta, 2012).
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakitdan diagnosa medis.
b. Penanggung jawab/keluarga
c. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien,
sehingga menjadi alasan pasien dibawa kerumah sakit. Keluhan
utama pada masalah batu ureter Post URS Lithotripsy berupa
demam selama kurang lebih 2 minggu sejak 23 Juni 2023, sempat
mereda karena opname di RS namun kembali demam setelah 1 hari
pulang hingga saat ini. Pasien mengatakan juga merasakan nyeri
area pinggang dengan skala 5 dari 10.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah pasien
sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit yang sama atau
yang lain.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat keturunan dari
keluarga atau tidak, atau salah satu anggota yang mempunyai
penyakit yang sama.
13
g. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenal prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Meliputi status gizi pasien, tanda – tanda vital, skala nyeri
pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan sistemik
a) Kulit : terdapat lesi atau tidak, mengkaji warna, turgor kulit
pasien
b) Kepala : mengkaji bentuk kepala, keadaan kulit kepala,
warna rambut, keadaan rambut, bersih atau tidak
c) Leher : terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau tidak
d) Tengkuk : ada benjolan dan lesi atau tidak
e) Dada : mengkaji dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi f) Payudara : bentuk simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak
f) Punggung : terdapat kelainan di punggung atau tidak
g) Abdomen : dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
h) Anus & rectum : terdapat kelainan / penyakit tertentu atau
tidak
i) Genetalia : memakai alat bantu eliminasi atau tidak
j) Ekstremitas : ada kelainan di ekstremitas atas ataupun
bawah atau tidak.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan patologi klinik : meliputi pemeriksaan darah
ataupun pemeriksaan radiologi pasien.
b) Terapi : obat – obatan yang sesuai instruksi dari dokter
14
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis ataupun profesi
kesehatan lainnya. Data dokus adalah data tetang perubahan –
perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal – hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Prasetyo, 2010). Pengumpulan data
adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah – masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehaan lainnya. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah klien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara
terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi
data (Prasetyo,2010).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien kolik
abdomen cholelithiasis :
a. Nausea b.d Gangguan Pankreas(d0076)
1) Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah.
2) Penyebab : Gangguan pankreas.
3) Batasan Karakteristik :
a) Kriteria Mayor
-Subjektif :Mengeluh mual,Mengeluh ingin
muntah,Tidak berminat makan,
15
-Objektif :Tidak ada
b) Kriteria Minor
-Subjektif : Merasa asam dimulut
-sensasi panas/dingin,Sering menelan
-
Objektif:Salvameningkat,pucat,diaforesis,takikardia
,pupil dilatasi
16
1) Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
factor eksternal
2) Penyebab : Kurang control tidur
3) Batasan Karakteristik :
a) Kriteria Mayor
- Subjektif : Mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
- Objektif : Tidak ada
b) Kriteria Minor
- Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
- Objektif : Tidak ada
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah suatu tindakan
yang dirancang oleh perawat, atau suatu perawatan yang di lakukan
berdasarkan penilaian secara klinis dan pengetahuan perawat yang
bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan
keperawatan mencakup perawatan langsung serta tidak langsung.
Kedua perawatan ini ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat
dan orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun
pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).
a. Nausea b.d gangguan pankreas
Manajemen mual (I.03117)
1) Observasi
Identifikasi pengalaman mual
Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
hidup(mis.nafsu makan,aktivitas,kinerja,tanggung
jawab peran,dan tidur)
Identifikasi faktor penyebab mual(mis.pengobatan
dan prosedur)
17
Monitor mual(mis.frekuensi,durasi,dan tingkat
keparahan)
Monitor asupan nutrisi dan kalori
2) Terapeutik
Kendalikan faktor lingkungan penyebab
mual(mis.bau tak sedap,suara,dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
(mis.kecemasan,ketakutan,kelelahan)
Berikan mkanan dalam jumlah kecil dan menarik
Berikan makanan dingin ,cairan bening, tidak
berbau dan tidak berwarna,jika perlu
3) Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut,kecuali jika
merangsang mual
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi
mual(mis.biofeedback,hipnosis,relaksasi,terapi
musik,akupresur)
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antimetik,jika perlu
18
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
19
Dukungan tidur (I.09265)
1) Observasi
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur)
Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2) Terapeutik
Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
3) Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
20
Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya
5. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015). Implementasi keperawatan
adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen: a. Tanggal
dan waktu dilakukan implementasi keperawatan b. Diagnosis
keperawatan c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi
keperawatan d. Tanda tangan perawat pelaksana.
6. Evaluasi
Menurut Mahyar (2010) evaluasi keperawatan terdiri dalam
beberapa komponen yaitu, tanggal dan waktu dilakukan evaluasi
keperawatan, diagnosa keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Evaluasi keperawatan ini dilakukan dalam bentuk subjektif, objektif,
assessment, dan planning (SOAP). Evaluasi yaitu penilaian hasil dari
proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang
dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian ini merupakan proses
menentukan apakah ada atau tidak kekeliruan dari tahapan proses
mulai dari pengkajian hingga pelaksanaan. Evaluasi dilakukan
berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian hingga pelaksanaan.
Menurut Dermawan D. (2012) evaluasi adalah proses keberhasilan
tindakan keperawatan yang membandingkan antara proses dengan
tujuan yang telah ditetapkan, menilai efektif tidaknya proses
21
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan
tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya.
22
BAB III
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama pasien : Tn. B
2) Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 05 Maret 1961
3) Umur : 68 tahun
4) Jenis kelamin : Laki-laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tani
8) Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
9) Alamat : Ringin Agung 009/003,Lalan,Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan
10) Diagnosa medis : Kolik Abdomen Cholelitiasis
11) No. RM : 097XXX
12) Tanggal masuk RS : 10 November 2023
b Penanggung jawab/keluarga
.
23
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 36 tahun
3) Pendidikan : SMP
4) Pekerjaan : Karyawan
5) Hubungan dengan : Anak
pasien
6) Status perkawinan : Menikah
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluh beberapakali mual hingga muntah, pasien mengatakan
saat makan terasa mual dan muntah, merasakan nyeri pada bagian perut
sebelah kanan sejak ½ bulan yang lalu,pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakan hilang timbul.
Genogram: Keterangan :
24
nasi dan lauk pauk pasien tidak terdapat alergi dan
sakit
menyukai jenis makanan apapun.
Pasien mengatakan makan normal seperti sebelum
b) Saat sakit : sakit,hanya saja nafsu makan sedikit berkurang,dan
porsi makan menjadi berkurang.
2) Eliminasi
Sebelum Pasien mengatakan BAB normal pada pagi hari 1x
a) :
sakit sehari dan BAK normal tidak ada masalah
25
Pasien mengatakan santai dengan penyakit yang dideritanya dan
menerima keadaannya saat ini,karena pasien memiliki kepercayaan yang
tinggi bahwa penyakit yang dideritanya akan bisa hilang dan sembuh ketika
diobati.
Pasien ingin cepat pulang, sakitnya hilang dan dapat kembali sehat agar
bisa kembali bekerja seperti biasanya.
a) Gambaran diri
b) Harga diri
c) Peran diri
Pasien adalah seorang suami dan ayah, selama di rumah sakit pasien
tetap bersikap baik dan menerima tindakan terapi yang ada.
d) Ideal diri
e) Identitas diri
26
6) Keyakinan dan nilai
4. Pemeriksaan fisik
a. Kadaan umum
1) Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)
2) Status gizi : TB = 167 cm BB = 65 kg
3) Tanda vital : TD : 120/65 Nadi : 75x/menit
Suhu : 37 0C RR : 20x/menit
SPO2 : 97%
5. Skala Nyeri (Visual Analog) usia >8 tahun
27
g. Punggung : Tidak terdapat luka, tidak terdapat ruam & warna kulit
merata
h. Abdomen
1) Inspeksi : Terdapat luka/jejas dibagian abdomen
2) Palpasi : Terdapat nyeri tekan
3) Perkusi : Bunyi timpani
4) Auskultasi : Terdengar peristaltic usus 22x/menit
i. Genetalia : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada area
genetalianya
j. Ekstremitas
Atas : Pasien mampu untuk menggerakkan tangannya secara
mandiri dan terpasang infus di tangan sebelah kiri.
Bawah : Pasien mampu menggerakkan kaki secara mandiri,
tidak ada kelainan
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada luka tusukan
infus :
28
Risiko Jatuh (Morse Fall Scale)
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 68 Tahun Tanggal : 12 November 2023
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.
Riwayat jatuh : Apakah terakhir pasien pernah jatuh Tidak 0
1 dalam 3 bulan terakhir? Ya 15
.
2 Diagnosa sekunder : Apakah pasien memiliki lebih dari Tidak 0
. satu penyakit Ya 15
Pasien menggunakan Alat Bantu Jalan :
Bed rest/dibantu perawat Ya 0
3 Kruk / tongkat / walker 0
.
Berpegangan pada benda – benda sekitar
(Kursi, lemari, meja) 10
(pincang / diseret)
Status Mental
6 Pasien menyadari kondisi dirinya 0
.
Pasien mengalami keterbatasan daya ingat 0
Pelaksanaan
TOTAL NILAI 40 intervensi
jatuh
standar
29
TINGKATA RISIKO NILAI MFS TINDAKAN
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan patologi klinik, 10 November 2023 (14.33 WIB)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.9 13 - 17 g/dl Colorimetric
Analyzer
Hematokrit 41,4 40-52 %
Calculates
Leukosit 7,16 4,0 – 11.0 ribu/ul Impedance
Trombosit 338 150 - 450 ribu/ul Impedance
Eritrosit 4.55 4.0 – 5.5 M/ul Impedance
INDEX
Analyzer
MCV 91,0 80 - 100 fl
Calculates
Analyzer
MCH 28,4 27 - 32 pg
Calculates
Analyzer
MCHC 31,2 32- 36 g/dl
Calculates
HITUNG JENIS
Eosinophil 2.0 0.5 - 5 %
Basophil % 0.4 0-1 %
Basophil# 0.03 0 – 0.10 ribu/ul
Neutrofil % 74.9 50 - 70 %
Neutrofil # 5,37 2-7 ribu/ul
Limfosit % 16.4 25 – 40 % Impedance
Limfosit # 1.17 1.25 – 4.00 ribu/ul
Monosit% 6.3 3–9 %
30
Monosit# 0.45 0.30 – 1.00 ribu/ul
MPV(Mean Platelet 7.5 6.5 – 12 fL
Volume)
13.2 11 - 16 Analyzer
RDW-CV %
Calculates
RDW- SD fl
PDW 50.7 35-56
(PlateletbDistrib 15.6 9.0 – 17.0 .
ution Width)
NLR fl
Bahaya : <500
ALC 1174.24 Curiga : 500 – 1100 /uL
Waspada : 1101 – 1509
b. Pemeriksaaan Patologi Klinik,10 November 2023 (11.35)
KIMIA HATI
Bilirubin Total 0.97 0.02 – 1.20 Mg/dl Modif jend & Graff
Bilirubin Direk 0.39 0.10 – 0.25 Mg/dl Modif jend & Graff
Bilirubin Indirek 0.58 0.20 – 0.6 Mg/dl Modif jend & Graff
SGOT 14 0 - 50 U/l IFCC
SGPT 15 0 - 50 U/l IFCC
Protein Total 6.1 6 – 8.0 g/dl BCG
Albumin 3.4 3.4 -4.8 g/dl Biuret
Globulin 2.70 g/dl
GINJAL
Ureum 31 10 -50 Mg/dl Modif - Berhelot
Creatinin 1.00 0.6 – 1.1 Mg/dl Jaffe
31
8. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Ny. V di Ruang Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang.
Hari / Tanggal Nama terapi Dosis dan Rute Jam pemberian
Satuan
Cepraz 2 x 1gr IV 06.00, 18.00 WIB
IUFD Futrolit 20 Tpm INF -
Jumat, 10 November 2023 Ketorolac 1 amp INJ 11.22 WIB
Lansoprazole 1 x 1 amp IV
Ranitidin 1 Amp IV 11.22 WIB
Metronidazol 2 x 500 mg INJ 06.00, 18.00 WIB
IUFD Futrolit 20 tpm Inf -
Cepraz 1gr/12jam INJ 06.00, 18.00
Sabtu, 11 November 2023 WIB
Metronidazol 500mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Ketorolac 30mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
IUFD Futrolit 20 tpm Inf -
Cepraz 1gr/12jam INJ 06.00, 18.00
Minggu, 12 November WIB
2023 Metronidazol 500mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Ketorolac 30mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
IUFD RL 20tpm Inf
32
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
Vit K 1amp/24jam INJ 11.20 WIB
IUFD RL 20tpm INF -
33
ANALISA DATA
DS :
DO :
P:
Q : Cekut - cekut
S : 3 (1 – 10)
T : hilang timbul
DO :
34
TD : 120/65
S : 370C
N : 75x/
menit
SPO2: 97%
1.
DO :
35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
36
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
37
Edukasi lemak sehingga pasien dapat
memilah makanan yang
- Anjurkan istirahat dan tidur cukup
sudah di edukasikan
- Anjurkan sering membersihkan mulut
Kolaborasi:
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
Kolaborasi obat antimetic
lemak
dengan dokter untuk
- Anjurkan penggunaan teknik relaksasi
membantu mengurangi rasa
Kolaborasi
mual pasien.
- Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Minggu – Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) Observasi:
selasa, berhubungan keperawatan selama 3X24 Jam Memonitor rasa nyeri
Observasi
12-14 dengan diharapkan tingkat nyeri pasien pasien agar dapat
November pencedera fisik menurun, dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dilakukan perawatan
2023 kualitas, intensitas nyeri Terapeutik:
- Keluhan nyeri menurun Memberikan kompres
- Identifikasi skala nyeri
( SDKI. D.0077) (SLKI, L.08066 Hal. 145) sehingga dapat mengurangi
10.00, - Idenfitikasi respon nyeri non verbal
rasa nyeri
15.00, - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Edukasi:
18.00 WIB memperingan nyeri
Menambah pengetahuan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
pasien sehingga dapat
38
Terapeutik memonitor dan mengatasi
nyeri sederhana secara
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
mandiri
nyeri dengan kompres hangat.
Kolaborasi:
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Meredakan atau
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
menghilaangkan nyeri
pemilihan strategi meredakan nyeri
dengan bantuan obat-
Edukasi
obatan tanpa
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri menghilangkan kesadaran
- Jelaskan strategi meredakan nyeri pasien
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis nafas dalam mengurangi
nyeri
Kolaborasi
39
Minggu – Gangguan Pola Setelah dilakukan perawatan Dukungan Tidur (I. 05174) Observasi:
selasa, Tidur selama 3x24 jam diharapkan
12-14 berhubungan pola tidur membaik dengan Observasi Memonitor pola tidur dan
dengan kriteria hasil : istirahat pasien
November - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
hambatan Terapeutik:
2023 lingkungan - Keluhan sulit tidur - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
menurun psikologis) Memfasilitasi siklus tidur
(Gangguan dan terjaga yang teratur
Pola Tidur, - Keluhan tidak puas tidur - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
10.00, menurun
SDKI, D.0055) Edukasi:
15.00, Terapeutik
18.00 - Keluhan pola tidur - Memberikan rasa tenang
WIB berubah menurun - Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, dan nyaman pasien
suhu, matras, dan tempat tidur) untuk istirahat
- Keluhan istirahat tidak
cukup menurun - Batasi waktu tidur siang, jika perlu - Menambah pengetahuan
- Kemampuan beraktivitas - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan pasien sehingga dapat
meningkat (mis: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur) memperbaiki pola tidur
pasien
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur-terjaga
40
Edukasi
41
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
JAM PELAKSANAAN EVALUASI
KEPERAWATAN
42
18.00 - Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
P: - Manajemen mual. Intervensi dilanjutkan
WIB
TTD
Fuji
43
nafas dalam - Pasien dapat menjelaskan dan mempraktekkan ulang semua
- Memfasilitasi istirahat dan tidur yang disampaikan praktikkan dengan benar secara mandiri
- Mengkolaborasikan pemberian analgetik - TD : 130/70 mmHg
N :79 x/menit
SB : 36,7◦C
RR : 20 x/menit
SpO2 : 95%
A:
- Lanjutkan intervensi
TTD
Nanda
44
10.30 Lingkungan - Menjelaskan kepada pasien hal apa saja yang
dipadamkan dan suara tenang
WIB dapat mempermudah dan mempersulit tidur - Pasien mengatakan memahami apa yang telah disampaikan
(Gangguan Pola
- Memberikan edukasi kepada pasien obat apa saja praktikkan
Tidur, SDKI,
yang tidak mengandung supresor terhadap tidur - Keluarga pasien mengatakan bersedia untuk saling bergantian
D.0055)
REM dan tolong menolong dalam mendampingi pasien
14.45 O:
- Mengajarkan kepada pasien teknik relaksasi otot
WIB
autogenic dengan mengajak klien memberikan - Pasien tampak lelah dan kurang istirahat namun tetap kooperatif
sugesti pada diri sendiri berupa kalimat - Kantung mata pasien tampak gelap
pendek/pikiran yang membuat tentram dan tenang - Pasien kurang nyaman merasakan perubahan yang dialami saat
atau cara nonfarmakologi nafas dalam. ini
- Mengedukasi kepada keluarga untuk bersedia A:
saling bergantian dan tolong menolong dalam
- Masalah gangguan pola tidur pasien belum teratasi.
merawat pasien serta terus memberi dorongan
P:
dukungan
Raihana
Senin, 13 November 2023
45
Nausea S:
- Mengidentifikasi karakteristik muntah (mis:
- Pasien mengatakan masih mual kalau
berhubungan
warna, konsistensi, frekuensi) makan
10.00 dengan Gangguan
- Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit - Pasien mengatakan muntah hari ini 4-5
WIB Pankreas
- Mengontrol faktor lingkungan yang bisa x/hari
(Nusea, SDKI meningkatkan terjadinya muntah - Pasien mengatakan muntah lendir
D.0076) - Memberikan dukungan fisik saat muntah
- Menganjurkan memperbanyak istirahat O:
- Pasien masih tampak lemah
- Pasien masih tampak mual dan muntah
11.00 - Pasien masih tampak pucat
WIB - Lingkungan tenang dan aman
A:
- Masalah nausea pada pasien belum
teratasi
P:
46
- Intervensi dilanjutkan
TTD
Fuji
Nyeri akut Manajemen nyeri S:
berhubungan Evaluasi edukasi nyeri yang telah dilakukan
- Memonitor TTV pasien - Pasien mengatakan nyeri berkurang
11.00 dengan agen
- Mengajarkan cara memonitor nyeri secara mandiri P : Adanya indikasi Cholelitiasis
WIB pencedera fisik
- Mengajarkan dan meminta pasien mempraktikkan Q : seperti ditusuk-tusuk
cara menggunakan analgetik secara tepat bila R : perut sebelah kanan
(Nyeri Akut, diperlukan S : skala 3 (Tiga)
SDKI. D.0077) T : Nyeri hilang timbul
47
RR : 20 x/menit
SpO2 : 96%
A:
TTD
Nanda
11.30 Gangguan Pola Dukungan Tidur (I. 05174) S:
WIB Tidur berhubungan Evaluasi edukasi tidur dan kecukupan istirahat pasien
- Pasien mengatakan mengetahui factor yang memperberat dan
dengan Hambatan - Meminta pasien untuk mempraktekkan relaksasi
otot autogenic dengan mengajak klien memperingan kerileksasian tubuh
Lingkungan
memberikan sugesti pada diri sendiri berupa - Keluarga dan pasien mengatakan bersedia saling tolong dan
48
(Gangguan Pola kalimat pendek/pikiran yang membuat tentram membagi waktu untuk bergantian menjaga pasien saat dirumah
Tidur, SDKI, dan tenang atau cara nonfarmakologi nafas nanti
12.00 D.0055) dalam. - Pasien mengatakan sudah bisa dan akan menerapkan teknik
WIB relaksasi napas dalam untuk menenangkan diri agar lebih rileks
- Mengingatkan kepada keluarga ibu untuk saling - Pasien mengatakan tidur semalam sudah nyenyak dan lebih
49
TTD
Raihana
Selasa, 14 November 2023
dengan Gangguan - Mengidentifikasi factor penyebab mual - Pasien mengatakan rasa ingin muntah
- Monitor asupan nutrisi dan kalori lewat oral dan menelan berkurang
parentera
O:
- Saliva tampak menurun
- Pasien mulai tampak berkurang pucat
- Frekuensi Nadi :
50
A:
- Masalah nausea pada pasien teratasi
sebagian
P:
- Manajemen mual teratasi, intervensi dihentikan
TTD
Fuji
51
mengurangi nyeri T : Nyeri hilang timbul
- Meminta pasien menyebutkan oba tapa saja yang - Pasien mengatakan keadaanya jauh membaik dan sudah bisa
bisa dikonsumsi apabila nyeri mengganggu aktivitas beraktifitas kecil
- Pasien senang dan berterima kasih karena sudah dibantu
O:
A:
52
P:
TTD
Nanda
A:
53
- Masalah gangguan pola tidur pada pasien teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
TTD
Raihana
54
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Bagi Perawat
55
asuhan keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami diagnosa
medis Cholelitosis dan pasien lainnya.
3. Bagi Pasien
56
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Diakses pada 09
Agustus 2022 pukul 11.05 WIB
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Diakses pada 09
Agustus 2022 pukul 17.30 WIB
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Diakses pada 09
Agustus 2022 pukul 17.15 WIB
Ningrum, I. P. (2020). Studi Dokumentasi Nausea Pada Pasien Dengan Kanker
Ovarium Stadium Ic Post Total Abdominal Hysterectomy Bilateral
Salpingo Oophorectomy Omentektomi Post Kemoterapi Ke II. Akademi
Keperawatan YKY Yogyakarta.
Ramsal, S. (2023). GAMBARAN PENERAPAN MASSAGE THERAPY TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT NAUSEA NY. S DENGAN GASTRITIS DI RUANG
PERAWATAN KHUSUS SENTRA MEOHAI KENDARI (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kendari).
Susilo, J., Wibowo, B. T., Tinasari, Y., Salim, M. N., Masyitha, D., Rahmi, E., ... & Gani, F. A.
(2021). 4. Case Study: Gallstones (Cholelithiasis) in Long-tailed Macaques
(Macaca fascicularis). Jurnal Medika Veterinaria, 15(2).
57