Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN

NAUSEA PADA TN. B DI BANGSAL ARJUNA


RSUD NYI AGENG SERANG YOGYAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar


Manusia

Dosen Pembimbing Pendidikan : Dr. Yustiana Olfah,


A.Per.Pend, M.Kes.
Pembimbing Rumah Sakit : Erna Yulianti, S. Kep., Ns

Disusun oleh :
Fuji Ayu Lestari (P07120122001)
Nanda Adi Nugraha (P07120122002)
Raihana Azmi Atmawati (P07120122033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


NAUSEA PADA TN. B DI BANGSAL ARJUNA
RSUD NYI AGENG SERANG YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Fuji Ayu Lestari (P07120122001)
Nanda Adi Nugraha (P07120122002)
Raihana Azmi Atmawati (P07120122033)

Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Klinik Keperawatan Dasar Manusia

Diajukan dan disetujui pada


Hari : Jumat Wage
Tanggal : 24 November 2023
Tempat : Ruang Arjuna Rsud Nyi Ageng Serang Yogyakarta

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Rumah Sakit

Dr. Yustiana Olfah, Erna Yulianti, S. Kep., Ns


A.Per.Pend, M.Kes.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan
Keperawatan Nausea pada Tn. B dengan Cholelitiosis di Bangsal Arjuna RSUD
Nyi Ageng Serang Yogyakarta. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas praktik klinik Keprawatan Dasar Manusia Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Penulisan pada kesempatan ini menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1. Dr, Iswanto, S.Pd. M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


2. Bondan Palestin, SKM, M. Kep, Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Abdul Majid, S. Kep, Ners, M. Kep selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
4. Dr. Yustiana Olfah, A.Per.Pend, M.Kes. selaku Pembimbing
Pendidikan
5. Selaku Pembimbing Rumah Sakit Erna Yulianti, S. Kep., Ns
6. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral; dan
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Penulis,

Yogyakarta, 24 November 2023

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................................2
D. MANFAAT STUDI KASUS.........................................................................................2
E. METODE PENGUMPULAN DATA.............................................................................3
BAB II..........................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI....................................................................................................4
A. KONSEP NAUSEA....................................................................................................4
B. KONSEP TEORI CHOLELITIASIS................................................................................7
C. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA...............................................13
BAB III.......................................................................................................................23
ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA.................................................................23
A. PENGKAJIAN.........................................................................................................23
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................36
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN...........................................................................37
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN..................................................42
BAB IV.......................................................................................................................55
PENUTUP..................................................................................................................55
A. KESIMPULAN........................................................................................................55
B. SARAN..................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................57

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena


frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun
beban sosial bagi masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang
penting di negara barat. Angka kejadian lebih dari 20% populasi dan
insiden meningkat dengan bertambahnya usia. Cholelitiasis sangat banyak
ditemukan pada populasi umum dan laporan menunjukkan bahwa dari
11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7%
adalah wanita yang menderita batu empedu.Di negara barat penderita
cholelitiasis banyak ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia
tersering adalah 40–50 tahun dan meningkat saat usia 60 tahun seiring
bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara barat 20% perempuan dan
8% laki-laki menderita cholelitiasis dengan usia lebih dari 40 tahun
(Cahyono, 2014).

Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat menderita


cholelitiasisjadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis, disetiap
tahunnya ditemukan pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000
jiwa menjalani operasi pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau
laparoscopy chole). Cholelitiasis merupakan penyakit penting di negara
barat (Sudoyo,2006).

Saat ini penderita cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat


karena perubahan gaya hidup seperti orang-orang barat yang suka
mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan
karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu terjadinya cholelitiasis.
Tetapi jumlah secara pasti berapa banyaknya penderita batu empedu belum
diketahui karena belum ada studi mengenai hal tersebut (Djumhana,
2010).

Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis


adalah faktor keluarga, tingginya kadar estrogen, insulin, dan kolesterol,
penggunaan pil KB, infeksi, obesitas, gangguan pencernaan, penyakit
arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung lemak dan rendah serat,
merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat,dan kurang olahraga (Djumhana, 2010).

1
Berdasarkan latar belakang yang didapatkan maka penulis tertarik
untuk menyusun “Asuhan Keperawatan Nausea pada Tn. B dengan Kolik
Abdomen Cholelitiasis di Bangsal Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang”

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Asuhan Keperawatan Nausea pada Tn. B dengan Kolik


Abdomen Cholelitiasis di Bangsal Arjuna RSUD Nyia Ageng Serang?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan Nausea
pada Tn. B Kolik Abdomen Cholelitiasis secara komprehesif, sehingga
mampu mencapai hasil yang terbaik dalam mengatasi masalah
keperawatan dengan masalah Kolik Abdomen Cholelitiasis di Bangsal
Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit meliputi pengertian,
etiologi, patofisilogi, tanda dan gejala pemeriksaan diagnostik,
komplikasi, penatalaksanaan medis Kolik Abdomen Cholelitiasis.
b. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kolik Abdomen Cholelitiasis meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi keperawatan, dan evaluasi.
c. Mampu menjelaskan dan Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada
Tn. B Hernia Inguinalis yang meliputi pengkajian, diagnosa,
intervensi keperawatan, dan evaluasi.

D. MANFAAT STUDI KASUS

1. Bagi Rumah Sakit


Dengan dibuatkannya laporan ini diharapkan mampu dapat
dijadikan sebagai bahan 3 informasi ataupun sebagai perbandingan
tenaga medis dalam membimbing mahasiswa dalam memeberikan
asuhan keperawatan pada pasien Kolik Abdmen Cholelitiasis dengan
masalah keperawatan nausea.
2. Institusi
Laporan ini dapat digunakan sebagai sumber referensi khususnya
pada masalah Kolik Abdmen Cholelitiasis.
3. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan, ilmu baru dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai masalah yang muncul, mengasah soft skill dalam

2
melakukan asuhan keperawatan, belajar untuk mengenali masalah,
merencanakan keperawatan dan melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung kepada pasien.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Metode pembuatan studi kasus


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dalam bentuk
laporan studi kasus yaitu memaparkan suatu masalah serta pemecahan
masalah dalam waktu tiga hari yang dilakukan secara langsung.
2. Wawancara
Merupakan tanya jawab kepada pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan yang dilakukan untuk memperoleh data subyektif tentang
masalah keperawatan yang dihadapi pasien.
3. Observasi
Merupakan tahap kedua dari pengumpulan data. Pada
pengumpulan data ini perawat mengamati perilaku dan melakukan
observasi perkembangan kondisi kesehatan pasien.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan bersamaan dengan wawancara, yang
menjadi fokus perawat pada pemeriksaan ini adalah kemampuan
fungsional pasien Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk
menentukan status kesehatan pasien, mengidentifikasi masalah
kesehatan dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan perawatan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP NAUSEA

1. Pengertian
Mual dan atau muntah pasca pembedahan atau biasa disebut
PONV (Post operative nausea and vomiting) biasanya terjadi 24 jam
pertama setelah pembedahan. Mual muntah terdiri dari 3 gejala utama
yang dapat timbul segera atau setealah operasi. Mual (nausea) adalah
suatu perasaan yang tidak nyaman di daerah epigastrik. Kejadian ini
biasanya disertai dengan menurunnya tonus otot lambung, kontraksi,
sekresi, meningkatnya aliran darah ke mukosa intestinal, keringat
dingin, hipersalivasi, perubahan ritme pernapasan, dan detak jantung
meningkat (Fithrah,2014).
Nausea atau rasa mual merupakan perasaan ingin muntah. Keluhan
ini dapat terjadi tanpa diikuti oleh muntah (vomitus) atau dapat
mendahului dan disertai gejala muntah. Lintasan saraf yang spesifik
untuk rasa mual belum diketahui, tetapi peningkatan salvias,
penurunan aktivitas fungsional lambung, dan perubahan motilitas usus
halus berkaitan dengan rasa mual. Rasa mual juga dapat distimulasi
oleh pusat yang lebih tinggi di dalam otak (Kowalak, et all. 2017).
Vomitus atau muntah merupakan ekspulsi isi lambung yang
disemburkan keluar. Otot lambung memberikan kekuatan untuk
menyemburkan isi lambung. Bagian fundus lambung serta sfingter
gastroesofageal mengadakan relaksasi dan kontraksi diafragma erta
otot dinding perut yang kuat meningkatkan tekanan intraabdomen.
Keadaan ini yang dikombinasikan dengan kontraksi annulus pilorik
lambung akan memaksa isi lambung masuk ke dalam esophagus.
Kemudian peningkatan tekanan intratorakal menggerakan isi lambung
dari esofagus ke dalam mulut (Kowalak, et al 2017).
Menurut Asosiasi Perawat Pasca Anestesi Amerika/ASPAN
(2016). Mual muntah dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Mual
a) Sensasi subjektif dibelakang tenggorok atau epigastrium
b) Aktivitas kortikal sadar
c) Kesadaran akan kebutuhan untuk muntah
d) Tidak ada gerakan otot ekspulsif
e) Mungkin tidak berujung pada muntah
2) Retching

4
a) Upaya akan terjadinya muntah
b) Tidak produktif
c) Meliputi sesak nafas dan gagging Muntah dan retching adalah
gabungan dari episode emesis.
3) Muntah
a) Pengeluaran isi lambung melalui organ mulut atau hidung
b) Reflek yang dikendalikan oleh batang otak
c) Mungkin atau tidak mungkin didahului mual
d) Gerakan otot terkoordinasi
e) Terkait dengan perubahan fisiologis; peningkatan denyut
jantung, peningkatan frekuensi nafas, berkeringat
2. Patofisiologi

Pada sistem saraf pusat, terdapat tiga struktur yang dianggap


sebagai pusat koordinasi refleks muntah, yaitu chemoreceptor trigger
zone (CTZ), pusat muntah, dan nucleus traktus solitaries. Ketiga
struktur tersebut terletak pada daerah batang otak (Fitrah,2014).
Muntah dikontrol oleh dua buah pusat di dalam medulla oblongata:
pusat muntah dan zona pemicu kemoreseptor (chemoreceptor trigger
zone, CTZ). Pusat muntah memulai muntah yang sebenarnya. Pusat ini
distimulasi oleh traktus GI dan pusat yang lebih tinggi di dalam batang
otak secara korteks serebri dan CTZ. CTZ sendiri tidak dapat
menginduksi muntah. Berbagai stimulasi atau obat, seperti apomorfin,
levodopa, digitalis, toksin bakteri, radiasi, dan kelainan metabolisme
dapat, mengaktifkan zona tersebut. Zona yang sudah diaktifkan itu
akan mengirimkan impuls saraf ke pusat muntah dalam medulla
oblongata (Kowalak et al, 2017).

Pada sistem saraf pusat, terdapat tiga struktur yang dianggap


sebagai pusat koordinasi refleks muntah, yaitu chemoreceptor trigger
zone (CTZ), pusat muntah, dan nukleus traktus solitarius. Ketiga
struktur tersebut terletak pada daerah batang otak dan ada dua daerah
anatomis di medula yang berperan dalam refleks muntah, yaitu CTZ
dan central vomiting centre (CVC). CTZ terletak di area postrema
pada dasar ujung kaudal ventrikel IV di luar sawar darah otak (Fitrah,
2014).

Reseptor di daerah ini diaktifkan oleh zat-zat proemetik di dalam


sirkulasi darah atau di cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid, CSF).
Sinyal eferen dari CTZ dikirim ke CVC dan selanjutnya melalui
nervus vagus sebagai jalur eferen dari senyawa neuroaktif, terjadilah

5
serangkaian reaksi simpatis parasimpatis yang diakhiri dengan refleks
muntah. CVC terletak dekat nukleus traktus solitarius dan di sekitar
formasio retikularis medula tepat di bawah CTZ (Fitrah, 2014).

Chemoreceptor trigger zone mengandung reseptor-reseptor untuk


bermacam-macam senyawa neuroaktif yang dapat menyebabkan
refleks muntah. Rangsang refleks muntah berasal dari gastrointestinal,
vestibulo-okular, aferen kortikal yang lebih tinggi yang menuju CVC,
kemudian dimulai gejala nausea, retching, serta ekspulsi isi lambung
atau muntah (Fitrah, 2014).

3. Penyebab Nausea

Secara umum muntah diakibatkan oleh pusat muntah medulla


oblongata dan berlangsung menurut beberapa mekanisme yaitu secara
langsung kesaluran cerna dan secara tidak langsung melalui CTZ
(Fitrah, 2014 ).

1) Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna (Makoreseptor)

Bila peristaltik dan perlintasan lambung terjadi masalah maka


akan terjadi mual, apabila gangguan tersebut makin lama makin
hebat maka pusat muntah akan dirangsang melalui saraf vagus
sehingga dapat mengakibatkan muntah, hal ini dapat terjadi karena
adanya kerusakan mukosa usus dan lambung, termasuk dalam hal
ini distensi lambung merupakan faktor yang berperan penting.

2) Secara tidak langsung melalui CTZ (kemoreseptor)


Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) memiliki banyak reseptor
yang berdekatan dengan pusat muntah, dengan bantuan
neurotransmitter dopamine CTZ menerima isyarat-isyarat
mengenai kehadiran zat-zat kimia asing di dalam sirkulasi
kemudian rangsangan tersebut diteruskan kemedull blongata
sebagai pusat muntah.

4. Tanda Dan Gejala Nausea

Menurut PPNI (2016) tanda dan gejala nausea ada dua yaitu tanda dan
gejala mayor dan minor.

1) Tanda dan gejala mayor


Subyektif:
a) Mengeluh mual

6
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan

Obyektif: Tidak tersedia

2) Tanda dan gejala minor

Subyektif:

a) Merasa asam di mulut


b) Sensasi panas / dingin
c) Sering menelan

Obyektif:

a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Diaphoresis
d) Takikardia
e) Pupil dilatasi
4) Dampak nausea

Akibat lanjut dari mual adalah muntah, penurunan berat badan, dan
mual juga dapat berpengaruh pada cairan dan elektrolit tubuh berupa
dehidrasi (Price & Wilson, 2015)

5) Penanganan mual

Penanganan mual dan muntah sering menggunakan obat


antiemetik. Obat antiemetik memiliki efek samping yaitu pusing,
retensi urin, sedasi, kebingungan, mulut kering, dan konstipasi
(McDonagh, 2010)

B. KONSEP TEORI CHOLELITIASIS

1. Definisi
Cholelitiasis adalah 90% batu kolesterol dengan komposisi
kolesterol lebih dari 50%, atau bentuk campuran 20-50% berunsurkan
kolesterol dan predisposisi dari batu kolesterol adalah orang dengan
usia yang lebih dari 40 tahun, wanita, obesitas, kehamilan, serta
penurunan berat badan yang terlalu cepat. (Cahyono, 2014)
Cholelitiasis adalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu
yang penyebab secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan
tetapi beberapa faktor predisposisi yang paling penting tampaknya

7
adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung empedu serta
kolesterol yang berlebihan yang mengendap di dalam kandung empedu
tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti, faktor hormonal
selama proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan lambatnya
pengosongan kandung empedu dan merupakan salah satu penyebab
insiden kolelitiasis yang tinggi, serta terjadinya infeksi atau radang
empedu memberikan peran dalam pembentukan batu empedu.(Rendi,
2012)
Cholelitiasis merupakan endapan satu atau lebih komponen
diantaranya empedu kolesterol, billirubin, garam, empedu, kalsium,
protein, asam lemak, dan fosfolipid. Batu empedu biasanya terbentuk
dalam kantung empedu terdiri dari unsur- unsur padat yang
membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu yang tidak lazim
dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidenya semakin
sering pada individu yang memiliki usia lebih diatas 40 tahun. setelah
itu insiden cholelitiasis atau batu empedu semakin meningkat hingga
sampai pada suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun
satu dari 3 orang akan memiliki penyakit batu empedu, etiologi secara
pastinya belum diketahui akan tetapi ada faktor predisposisi yang
penting diantaranya: gangguan metabolisme, yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, adanya statis empedu, dan
infeksi atau radang pada empedu.
Perubahan yang terjadi pada komposisi empedu sangat mungkin
menjadi faktor terpenting dalam terjadinya pembentukan batu empedu
karena hati penderita cholelitiasis kolesterol mengekskresi empedu
yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan
tersebut mengendap di dalam kandung empedu (dengan cara yang
belum diketahui secara pasti) untuk membentuk batu empedu,
gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingterrodi, atau
mungkin keduanya dapat menyebabkan statis empedu dalam kandung
empedu. Faktor hormon (hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat
dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu,
infeksi bakteri atau radang empedu dapat menjadi penyebab
terbentuknya batu empedu. Mukus dapat meningkatkan viskositas
empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu,
dibanding penyebab terbentuknya cholelitiasis. (Haryono, 2012)
2. Etiologi

8
Menurut Cahyono 2014 etiologi Kolelitiasis yaitu:
1. Supersaturasi kolesterol
secara umum komposisi Komposisi cairan empedu yang
berpengaruh terhadap terbentuknya batu tergantung keseimbangan
kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar
kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu akan
membuat keadaan didalam kandung empedu menjadi jenuh akan
kolesterol (Supersaturasi kolesterol).
2. Pembentukan inti kolesterol
Kolesterol diangkut oleh misel (gumpalan yang berisi
fosfolipid, garam empedu dan kolesterol). Apabila saturasi,
Kolesterol lebih tinggi maka ia akan diangkut oleh vesikel yang
mana vesikel dapat digambarkan sebagai sebuah lingkarandua
lapis. Apabila konsentrasi kolesterol banyak dan dapat diangkut,
vesikel memperbanyak lapisan lingkarannya, pada akhirnya dalam
kandung empedu, pengangkut kolesterol, baik misel maupun
vesikel bergabung menjadi satu dan dengan adanya protein musin
akan membentuk kristal kolesterol, kristal kolesterol terfragmentasi
pada akhirnya akan dilem atau disatukan.
3. Penurunan fungsi kandung empedu
Menurunnya kemampuan menyemprot dan kerusakan
dinding kandung empedu memudahkan seseorang menderota batu
empedu, kontraksi yang melemah akan menyebabkan statis
empedu dan akan membuat musin yang diproduksi dikandung
empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu
tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin
kental dan semakin pekat sehingga semakin menyukitkan proses
pengosongan cairan empedu. Beberapa keadaan yang dapat
mengganggu daya kontraksnteril kandung empedu, yaitu :
hipomotilitas empedu, parenteral total (menyebabkan cairan asam
empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medula spinalis,
penyakit kencing manis.
3. Patofisiologi
Patofisiologi kolelitiasis atau batu empedu adalah akibat substansi
tertentu pada cairan empedu yang meningkat,sehingga memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi daripada pelarutnya. Cairan empedu yang
terkonsentrasi menyebabkan supersaturasi dan presipitasi sebagai
kristal mikroskopik. Kristal ini terperangkap dalam mukus kantung
empedu dan membentuk lumpur bilier (biliary sludge).Seiring
berjalannya waktu, kristal ini menumpuk dan saling menyatu

9
membentuk batu makroskopik. Gejala dan komplikasi kolelitiasis
disebabkan dari penutupan duktus oleh lendir dan/atau batu di dalam
kantung empedu atau duktus empedu. Terdapat 2 substansi utama
pembentuk batu empedu, yaitu kolesterol dan calcium bilirubinate
(Njezeet al., 2013: Abraham et al., 2014:Heuman, 2019).
Proses terbentuknya batu empedu kolesterol terjadi karena cairan
empedu terkonsentrasi melalui penyerapan elektrolit dan air.
Kolesterol disekresi oleh sel hepar ke dalam kantung empedu bersama
dengan enzim lesitin dalam bentuk vesikel unilamelaris. Sel hepar juga
mensekresi garam empedu sebagai deterjen kuat yangdiperlukan untuk
pencernaan dan absorpsi lemak. Vesikel unilamelaris yang dilarutkan
oleh garam empedu membentuk agregat larut air bernama mixed
micelles. Mixed micelles mempunyai kapasitas mengikat kolesterol
yang lebih rendah sehingga kolesterol semakin menumpuk dan
membentuk kristal monohidrat. Kolelitiasis kolesterol ini dipercaya
dipicu oleh kondisi dislipidemia (Abraham et al., 2014:Heuman,
2019).
4. Tanda dan gejala
Batu empedu biasanya tidak menimbulkan gejala pada >80%
penderita. Keluhan yang nampak saat gejala timbul antara lain
• Nyeri mendadak pada ulu hati (disebut juga kolik bilier)
• Demam
• Kembung
• Mual-muntah
• Kehilangan nafsu makan
Gejala batu empedu hampir menyerupai gejala sakit maag
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu
penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi
berdasarkan ada tidaknya gejala yang menyertai kolelitiasis, yaitu
penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan kolelitiasis yang
asimptomatik.
1) Penatalaksanaan Nonbedah
1. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut
kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus,
penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah
harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap
dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk.

10
Manajemen terapi :
1. Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3. Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
4. Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk
5. mengatasi syok.
6. Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).
2. Disolusi medis
Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu
dengan pemberian obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acid lebih
dipilih dalam pengobatan daripada chenodeoxycholic karena efek
samping yang lebih banyak pada penggunaan chenodeoxycholic
seperti terjadinyadiare, peningkatan aminotransfrase dan
hiperkolesterolemia sedang.
Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan batu pada
60% pasien dengan kolelitiasis, terutama batu yang kecil. Angka
kekambuhan mencapai lebih kurang 10%, terjadi dalam 3-5 tahun
setelah terapi. Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria
terapi nonoperatif diantaranya batu kolesterol diameternya < 20
mm,batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu baik dan
duktus sistik paten. Pada anak-anak terapi ini tidak dianjurkan,
kecuali pada anak- anak dengan risiko tinggi untuk menjalani
operasi.
3. Disolusi kontak
Terapi contact dissolution adalah suatu cara untuk
menghancurkan batu kolesterol dengan memasukan suatu cairan
pelarut ke dalam kandung empedu melalui kateter perkutaneus
melalui hepar atau alternatif lain melalui kateter nasobilier. Larutan
yang dipakai adalah methyl terbutyl eter. Larutan ini dimasukkan
dengan suatu alat khusus ke dalam kandung empedu dan biasanya
mampu menghancurkan batu kandung empedu dalam 24 jam.
Kelemahan teknik ini hanya mampu digunakan untuk kasus
dengan batu yang kolesterol yang radiolusen. Larutan yang
digunakan dapat menyebabkan iritasi mukosa, sedasi ringan dan
adanya kekambuhan terbentuknya kembali batu kandung empedu.
4. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
Prosedur non invasive ini menggunakan gelombang kejut
berulang(Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu
empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan

11
maksud memecah batu tersebut menjadi beberapa sejumlah
fragmen.
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut,
kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras
radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang
di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka
agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan
berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil
dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000
penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.
ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran
empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat
2) Bedah
Penatalaksanaan bedah ini dilakukanan dengan mengangkat
kandung empedu atau kolesistektomy. Dilakukan jika batu ka
ndung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang-ulang,
meskipun telah dilakukan perubahan sebagaimana pada
penatalaksanaan nonbedah seperti uraiain sebelumnya(Naga,
2013).
6. Pathway

12
C. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan pasien serta merumuskan
diagnosa keperawatan (Smeltezer and Bare, 2011 : Kinta, 2012).
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakitdan diagnosa medis.
b. Penanggung jawab/keluarga
c. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien,
sehingga menjadi alasan pasien dibawa kerumah sakit. Keluhan
utama pada masalah batu ureter Post URS Lithotripsy berupa
demam selama kurang lebih 2 minggu sejak 23 Juni 2023, sempat
mereda karena opname di RS namun kembali demam setelah 1 hari
pulang hingga saat ini. Pasien mengatakan juga merasakan nyeri
area pinggang dengan skala 5 dari 10.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah pasien
sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit yang sama atau
yang lain.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat keturunan dari
keluarga atau tidak, atau salah satu anggota yang mempunyai
penyakit yang sama.

13
g. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenal prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Meliputi status gizi pasien, tanda – tanda vital, skala nyeri
pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan sistemik
a) Kulit : terdapat lesi atau tidak, mengkaji warna, turgor kulit
pasien
b) Kepala : mengkaji bentuk kepala, keadaan kulit kepala,
warna rambut, keadaan rambut, bersih atau tidak
c) Leher : terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau tidak
d) Tengkuk : ada benjolan dan lesi atau tidak
e) Dada : mengkaji dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi f) Payudara : bentuk simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak
f) Punggung : terdapat kelainan di punggung atau tidak
g) Abdomen : dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
h) Anus & rectum : terdapat kelainan / penyakit tertentu atau
tidak
i) Genetalia : memakai alat bantu eliminasi atau tidak
j) Ekstremitas : ada kelainan di ekstremitas atas ataupun
bawah atau tidak.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan patologi klinik : meliputi pemeriksaan darah
ataupun pemeriksaan radiologi pasien.
b) Terapi : obat – obatan yang sesuai instruksi dari dokter

14
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis ataupun profesi
kesehatan lainnya. Data dokus adalah data tetang perubahan –
perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal – hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Prasetyo, 2010). Pengumpulan data
adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah – masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehaan lainnya. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah klien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara
terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi
data (Prasetyo,2010).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien kolik
abdomen cholelithiasis :
a. Nausea b.d Gangguan Pankreas(d0076)
1) Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah.
2) Penyebab : Gangguan pankreas.
3) Batasan Karakteristik :
a) Kriteria Mayor
-Subjektif :Mengeluh mual,Mengeluh ingin
muntah,Tidak berminat makan,

15
-Objektif :Tidak ada
b) Kriteria Minor
-Subjektif : Merasa asam dimulut
-sensasi panas/dingin,Sering menelan
-
Objektif:Salvameningkat,pucat,diaforesis,takikardia
,pupil dilatasi

b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (SDKI D.0077)


1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab : agen pencedera fisik ( mis : abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
Latihan fisik berlebihan).
3) Batasan Karakteristik :
a) Kriteria Mayor
- Subjektif : mengeluh nyeri.
- Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis:
waspada, posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur.
b) Kriteria Minor
- Subjektif : tidak ada
- Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,
nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis/keringat.
c. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur (SDKI D.0055)

16
1) Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
factor eksternal
2) Penyebab : Kurang control tidur
3) Batasan Karakteristik :
a) Kriteria Mayor
- Subjektif : Mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
- Objektif : Tidak ada
b) Kriteria Minor
- Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
- Objektif : Tidak ada
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah suatu tindakan
yang dirancang oleh perawat, atau suatu perawatan yang di lakukan
berdasarkan penilaian secara klinis dan pengetahuan perawat yang
bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan
keperawatan mencakup perawatan langsung serta tidak langsung.
Kedua perawatan ini ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat
dan orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun
pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).
a. Nausea b.d gangguan pankreas
Manajemen mual (I.03117)
1) Observasi
 Identifikasi pengalaman mual
 Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
hidup(mis.nafsu makan,aktivitas,kinerja,tanggung
jawab peran,dan tidur)
 Identifikasi faktor penyebab mual(mis.pengobatan
dan prosedur)

17
 Monitor mual(mis.frekuensi,durasi,dan tingkat
keparahan)
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
2) Terapeutik
 Kendalikan faktor lingkungan penyebab
mual(mis.bau tak sedap,suara,dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
(mis.kecemasan,ketakutan,kelelahan)
 Berikan mkanan dalam jumlah kecil dan menarik
 Berikan makanan dingin ,cairan bening, tidak
berbau dan tidak berwarna,jika perlu
3) Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
 Anjurkan sering membersihkan mulut,kecuali jika
merangsang mual
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
 Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi
mual(mis.biofeedback,hipnosis,relaksasi,terapi
musik,akupresur)
4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antimetik,jika perlu

b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


Manajemen nyeri (I.08238)
1) Observasi

18
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur

19
Dukungan tidur (I.09265)
1) Observasi
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2) Terapeutik
 Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
 Batasi waktu tidur siang, jika perlu
 Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
3) Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)

20
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi
lainnya
5. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015). Implementasi keperawatan
adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen: a. Tanggal
dan waktu dilakukan implementasi keperawatan b. Diagnosis
keperawatan c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi
keperawatan d. Tanda tangan perawat pelaksana.
6. Evaluasi
Menurut Mahyar (2010) evaluasi keperawatan terdiri dalam
beberapa komponen yaitu, tanggal dan waktu dilakukan evaluasi
keperawatan, diagnosa keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Evaluasi keperawatan ini dilakukan dalam bentuk subjektif, objektif,
assessment, dan planning (SOAP). Evaluasi yaitu penilaian hasil dari
proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang
dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian ini merupakan proses
menentukan apakah ada atau tidak kekeliruan dari tahapan proses
mulai dari pengkajian hingga pelaksanaan. Evaluasi dilakukan
berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian hingga pelaksanaan.
Menurut Dermawan D. (2012) evaluasi adalah proses keberhasilan
tindakan keperawatan yang membandingkan antara proses dengan
tujuan yang telah ditetapkan, menilai efektif tidaknya proses

21
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan
tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya.

22
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN NAUSEA

PADA TN. B DI BANGSAL ARJUNA


RSUD NYI AGENG SERANG YOGYAKARTA

Hari/tanggal : Minggu/ 12 November 2023


Jam : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang
Oleh : Nanda Adi Nugraha, Fuji Ayu Lestari, Raihana Azmi A
Sumber data : Pasien, Keluarga Pasien dan Catatan Rekam Medis Pasien
Metode : Wawancara, Observasi dan studi Dokumentasi
A. PENGKAJIAN

1. Identitas
a. Pasien
1) Nama pasien : Tn. B
2) Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 05 Maret 1961
3) Umur : 68 tahun
4) Jenis kelamin : Laki-laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tani
8) Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
9) Alamat : Ringin Agung 009/003,Lalan,Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan
10) Diagnosa medis : Kolik Abdomen Cholelitiasis
11) No. RM : 097XXX
12) Tanggal masuk RS : 10 November 2023
b Penanggung jawab/keluarga
.

23
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 36 tahun
3) Pendidikan : SMP
4) Pekerjaan : Karyawan
5) Hubungan dengan : Anak
pasien
6) Status perkawinan : Menikah
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluh beberapakali mual hingga muntah, pasien mengatakan
saat makan terasa mual dan muntah, merasakan nyeri pada bagian perut
sebelah kanan sejak ½ bulan yang lalu,pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakan hilang timbul.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


a) Alasan masuk rumah sakit
Pasien merasakan nyeri perut sebelah kanan pada setiap pagi,akan
tetapi tadi malam yang dirasakan sangat nyeri tidak seperti nyeri hari –
hari sebelumnya.

b) Riwayat kesehatan pasien

Genogram: Keterangan :

3. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


1) Nutrisi – metabolik
a) Sebelum : Pasien mengatakan makan normal 3 x sehari dengan

24
nasi dan lauk pauk pasien tidak terdapat alergi dan
sakit
menyukai jenis makanan apapun.
Pasien mengatakan makan normal seperti sebelum
b) Saat sakit : sakit,hanya saja nafsu makan sedikit berkurang,dan
porsi makan menjadi berkurang.
2) Eliminasi
Sebelum Pasien mengatakan BAB normal pada pagi hari 1x
a) :
sakit sehari dan BAK normal tidak ada masalah

Pasien mengatakan BAK lancar,normal seperti


b) Saat sakit :
biasanya,akan tetapi pasien mengatakan belum BAK
sejak berada di RS
3) Pola Aktivitas/latihan
KETERANGAN
AKTIFITAS
0 1 2 3 4
Bathing 
Toileting 
Eating 
Moving 
Ambulasi 
Walking 
4) Pola Istirahat – tidur

Pasien mengatakan tidur malam normal 6-8 jam


a) Sebelum sakit :
perhari dan tidur siang jarang dikarenakan bekerja.

Pasien mengatakan tidur normal seperti sebelum


b) Saat sakit : sakit, akan tetapi tidur pasien kadang terganggu
ketika nyeri datang.

b. Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

Pasien mengatakan saat sakit pasien biasanya membeli obat – obatan di


apotek yang dibantu oleh istri dan anaknya untuk merawat diri saat sakit.

1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap Kesehatan

25
Pasien mengatakan santai dengan penyakit yang dideritanya dan
menerima keadaannya saat ini,karena pasien memiliki kepercayaan yang
tinggi bahwa penyakit yang dideritanya akan bisa hilang dan sembuh ketika
diobati.

2) Pola hubungan peran

Pasien mengatakan hubungan dengan masyarakat sekitar baik tidak ada


masalah. Saat sakit hubungan pasien dengan petugas kesehatan baik. Pasien
selalu ditunggui oleh anaknya selama pengobatan.

3) Kognitif dan persepsi

Pasien ingin cepat pulang, sakitnya hilang dan dapat kembali sehat agar
bisa kembali bekerja seperti biasanya.

4) Persepsi diri – konsep diri

a) Gambaran diri

Pasien bekerja sebagai petani,dan mengatakan ingin segera membaik


dan bisa pulang kerumah,agar bisa berkumpul dengan keluarga
dirumah.

b) Harga diri

Pasien mengatakan tidak malu dan santai dengan penyakitnya saat


ini

c) Peran diri

Pasien adalah seorang suami dan ayah, selama di rumah sakit pasien
tetap bersikap baik dan menerima tindakan terapi yang ada.

d) Ideal diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang kerumahnya

e) Identitas diri

Pasien mengatakan seorang suami dan ayah yang mempunyai tugas


untuk mendampingi anak dan istrinya.

5) Reproduksi dan Kesehatan

Pasien mengatakan mempunyai 1 anak laki- laki

26
6) Keyakinan dan nilai

Pasien beragama islam, mengatakan selama di rumah sakit sering


berdzikir dan berdoa agar segera pulang kerumahnya

c. Discharge planning / perencanaan pulang

1. Edukasi mengenai diit rendah lemak.

2. Edukasi mengenai kurangi dan hentikan mengangkat beban berat

3. perbanyak minum air putih

4. Pemeriksaan fisik
a. Kadaan umum
1) Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)
2) Status gizi : TB = 167 cm BB = 65 kg
3) Tanda vital : TD : 120/65 Nadi : 75x/menit
Suhu : 37 0C RR : 20x/menit
SPO2 : 97%
5. Skala Nyeri (Visual Analog) usia >8 tahun

6. Pemeriksaan Secara Sistemik (Cephalo – Caudal)


a. Kulit : Tampak bersih, berwarna sawo matang tampak bersih
b. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, rambut berwarna
hitam dan sedikit ber uban.
c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
d. Tengkuk : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
e. Thorax
1) Inspeksi : Bentuk dada normal
2) Palpasi : tidak ada pembengkakan, dada kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi paru timpani
4) Auskultasi : Terdengar suara vesiculer
f. Payudara : tidak terdapat benjolan

27
g. Punggung : Tidak terdapat luka, tidak terdapat ruam & warna kulit
merata
h. Abdomen
1) Inspeksi : Terdapat luka/jejas dibagian abdomen
2) Palpasi : Terdapat nyeri tekan
3) Perkusi : Bunyi timpani
4) Auskultasi : Terdengar peristaltic usus 22x/menit
i. Genetalia : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada area
genetalianya
j. Ekstremitas
Atas : Pasien mampu untuk menggerakkan tangannya secara
mandiri dan terpasang infus di tangan sebelah kiri.
Bawah : Pasien mampu menggerakkan kaki secara mandiri,
tidak ada kelainan
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada luka tusukan
infus :

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan


Tidak ada tanda
Tempat suntikan tampak sehat 0 flebitis – Observasi
kanula
Salah satu dari berikut jelas:
 Nyeri tempat suntikan Mungkin tanda dini
 Eritema tempat suntikan 1 flebitis - Observasi
kanula
Dua dari berikut jelas : Stadium dini flebitis-
 Nyeri sepanjang kanula  Eritema Ganti tempat kanula
 Pembengkakan 2

Semua dari berikut jelas : Stadium moderat


 Nyeri sepanjang kanula  Eritema 3 flebitis
 Indurasi  Ganti kanula
 Pikirkan terapi
Semua dari berikut jelas : Stadium lanjut atau
 Nyeri sepanjang kanula 4 awal tromboflebitis

28
Risiko Jatuh (Morse Fall Scale)
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 68 Tahun Tanggal : 12 November 2023
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.
Riwayat jatuh : Apakah terakhir pasien pernah jatuh Tidak 0
1 dalam 3 bulan terakhir? Ya 15
.
2 Diagnosa sekunder : Apakah pasien memiliki lebih dari Tidak 0
. satu penyakit Ya 15
Pasien menggunakan Alat Bantu Jalan :
 Bed rest/dibantu perawat Ya 0
3  Kruk / tongkat / walker 0
.
 Berpegangan pada benda – benda sekitar
(Kursi, lemari, meja) 10

Terapi intravena : Tidak 0


4 Apakah saat ini pasien terpasang infus? Ya 15
.
Gaya berjalan / cara berpindah :
 Normal / bed rest/ immobile 0
5 (tidak dapat bergerak sendiri)
.  Lemah (tidak bertenaga) 0

 Gangguan / tidak normal 0

(pincang / diseret)
Status Mental
6  Pasien menyadari kondisi dirinya 0
.
 Pasien mengalami keterbatasan daya ingat 0
Pelaksanaan
TOTAL NILAI 40 intervensi
jatuh
standar

29
TINGKATA RISIKO NILAI MFS TINDAKAN

Tidak Beresiko 0-24 Perawatan dasar


Risiko Rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi jatuh standar
Risiko Tinggi >51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan patologi klinik, 10 November 2023 (14.33 WIB)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.9 13 - 17 g/dl Colorimetric
Analyzer
Hematokrit 41,4 40-52 %
Calculates
Leukosit 7,16 4,0 – 11.0 ribu/ul Impedance
Trombosit 338 150 - 450 ribu/ul Impedance
Eritrosit 4.55 4.0 – 5.5 M/ul Impedance
INDEX
Analyzer
MCV 91,0 80 - 100 fl
Calculates
Analyzer
MCH 28,4 27 - 32 pg
Calculates
Analyzer
MCHC 31,2 32- 36 g/dl
Calculates
HITUNG JENIS
Eosinophil 2.0 0.5 - 5 %
Basophil % 0.4 0-1 %
Basophil# 0.03 0 – 0.10 ribu/ul
Neutrofil % 74.9 50 - 70 %
Neutrofil # 5,37 2-7 ribu/ul
Limfosit % 16.4 25 – 40 % Impedance
Limfosit # 1.17 1.25 – 4.00 ribu/ul
Monosit% 6.3 3–9 %

30
Monosit# 0.45 0.30 – 1.00 ribu/ul
MPV(Mean Platelet 7.5 6.5 – 12 fL
Volume)
13.2 11 - 16 Analyzer
RDW-CV %
Calculates
RDW- SD fl
PDW 50.7 35-56
(PlateletbDistrib 15.6 9.0 – 17.0 .
ution Width)

NLR fl

Bahaya : <500
ALC 1174.24 Curiga : 500 – 1100 /uL
Waspada : 1101 – 1509
b. Pemeriksaaan Patologi Klinik,10 November 2023 (11.35)

JENIS PEMERIKSAAN HASIL N.RUJUKAN SATUAN METODE

KIMIA HATI
Bilirubin Total 0.97 0.02 – 1.20 Mg/dl Modif jend & Graff
Bilirubin Direk 0.39 0.10 – 0.25 Mg/dl Modif jend & Graff
Bilirubin Indirek 0.58 0.20 – 0.6 Mg/dl Modif jend & Graff
SGOT 14 0 - 50 U/l IFCC
SGPT 15 0 - 50 U/l IFCC
Protein Total 6.1 6 – 8.0 g/dl BCG
Albumin 3.4 3.4 -4.8 g/dl Biuret
Globulin 2.70 g/dl
GINJAL
Ureum 31 10 -50 Mg/dl Modif - Berhelot
Creatinin 1.00 0.6 – 1.1 Mg/dl Jaffe

31
8. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Ny. V di Ruang Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang.
Hari / Tanggal Nama terapi Dosis dan Rute Jam pemberian
Satuan
Cepraz 2 x 1gr IV 06.00, 18.00 WIB
IUFD Futrolit 20 Tpm INF -
Jumat, 10 November 2023 Ketorolac 1 amp INJ 11.22 WIB
Lansoprazole 1 x 1 amp IV
Ranitidin 1 Amp IV 11.22 WIB
Metronidazol 2 x 500 mg INJ 06.00, 18.00 WIB
IUFD Futrolit 20 tpm Inf -
Cepraz 1gr/12jam INJ 06.00, 18.00
Sabtu, 11 November 2023 WIB
Metronidazol 500mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Ketorolac 30mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
IUFD Futrolit 20 tpm Inf -
Cepraz 1gr/12jam INJ 06.00, 18.00
Minggu, 12 November WIB
2023 Metronidazol 500mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Ketorolac 30mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
IUFD RL 20tpm Inf

Cepraz 1gr/12jam INJ 06.00, 18.00


WIB
Senin,13 November 2023
Metronidazole 500mg/8jam INJ 15.00,18.00,22.00
WIB
Ketorolac 30mg/8jam INJ 11.22 WIB

32
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
Vit K 1amp/24jam INJ 11.20 WIB
IUFD RL 20tpm INF -

Cepraz 1gr/12jam INJ 06.00 WIB


Metronidazole 500mg/8jam INJ 06.00
Selasa,14 November 2023
Ketorolac 30mg/8jam INJ 06.00
Lansoprazole 30mg/24jam INJ
Asam tranex 500mg/12jam INJ
Petidin 50mg IM 09.45
(Sumber Data Sekunder :Catatan Pemberian Obat)

33
ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH

DS :

1. Pasien mengatakan sering merasa


mual
Gangguan pankreas Nausea
2. Pasien mengatakan saat makan
(SDKI D.0076)
sering terasa mual

DO :

Pasien terlihat sering mual dan beberapa kali


hingga muntah

DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut

1. Pasien mengatakan nyeri perut kanan (SDKI D.0077)


atas ,nyeri paling nyeri dirasakan pagi hari
ini,nyeri saat ini nyeri tajam.

Pasien sudah merasakan nyeri sejak 1 bulan yang


lalu,namun nyeri hilang timbul.

 P:

 Q : Cekut - cekut

 R : perut sebelah kanan

 S : 3 (1 – 10)

 T : hilang timbul

DO :

1. Pasien tampak menahan nyeri

2. Pasien tampak cemas

34
 TD : 120/65

 S : 370C

 N : 75x/
menit

 SPO2: 97%

1.

DS : Kurang kontrol tidur Gangguan pola


tidur
1. Pasien mengatakan tidurnya
terganggu ketika nyeri (SDKI D. 0055)
datang.

2. Pasien mengatakan mulai


tidur malam pukul 20.00 –
03.00

DO :

1. Pasien tampak lesu dan kurang tidur

35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nausea berhubungan dengan gangguan pankreas Pasien mengatakan


sering merasa mual Pasien mengatakan saat makan sering terasa mual.
Pasien terlihat sering mual dan beberapa kali hingga muntah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik Pasien
mengatakan nyeri perut kanan atas ,nyeri paling nyeri dirasakan pagi hari
ini,nyeri saat ini nyeri tajam. Pasien sudah merasakan nyeri sejak 1 bulan
yang lalu,namun nyeri hilang timbul P : Nyeri setelah Operasi, Q : Cekut
– cekut, R : perut sebelah kanan, S : 3 (1 – 10), T : hilang timbul. Pasien
tampak menahan nyeri, pasien tampak cemas.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Pasien mengatakan tidurnya terganggu ketika nyeri datang. Pasien
mengatakan mulai tidur malam pukul 20.00 – 03.00. Pasien tampak lesu
dan kurang tidur.

36
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien/No.RM : Tn. B/ 097XXX


Ruang : Ruang Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang
Hari, Perencanaan
Diagnosa
tanggal
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Jam

Minggu– Nausea Setelah dilakukan perawatan Manajemen mual (I.03117) Observasi:


selasa, berhubungan selama 3x24 jam diharapkan Memonitor mual agar
Observasi
12-14 dengan mual dan muntah teratasi : dapat dilakukan tindakan
November gangguan - Identifikasi pengalaman mual perawatan
- Keluhan mual menurun
2023 pankreas - Identifikasi faktor penyebab mual Terapeutik:
- Perasaan ingin muntah
- Monitor mual Kurangi atau hilangkan
(SDKI D.0076) hilang
10.00, - Monitor asupan nutrisi dan kalori keadaan penyebab mual
- Frekuensi menelan baik
15.00, Terapeutik agar pasien tidak muntah.
- Nafsu makan meningkat
18.00 WIB
- Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual Edukasi:
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual Menganjurkan makan
- Berikan makanan dengan jumlah kecil dan menarik makanan yang tiggi
karbohidrat dan rendah

37
Edukasi lemak sehingga pasien dapat
memilah makanan yang
- Anjurkan istirahat dan tidur cukup
sudah di edukasikan
- Anjurkan sering membersihkan mulut
Kolaborasi:
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
Kolaborasi obat antimetic
lemak
dengan dokter untuk
- Anjurkan penggunaan teknik relaksasi
membantu mengurangi rasa
Kolaborasi
mual pasien.
- Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
Minggu – Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) Observasi:
selasa, berhubungan keperawatan selama 3X24 Jam Memonitor rasa nyeri
Observasi
12-14 dengan diharapkan tingkat nyeri pasien pasien agar dapat
November pencedera fisik menurun, dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dilakukan perawatan
2023 kualitas, intensitas nyeri Terapeutik:
- Keluhan nyeri menurun Memberikan kompres
- Identifikasi skala nyeri
( SDKI. D.0077) (SLKI, L.08066 Hal. 145) sehingga dapat mengurangi
10.00, - Idenfitikasi respon nyeri non verbal
rasa nyeri
15.00, - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Edukasi:
18.00 WIB memperingan nyeri
Menambah pengetahuan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
pasien sehingga dapat

38
Terapeutik memonitor dan mengatasi
nyeri sederhana secara
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
mandiri
nyeri dengan kompres hangat.
Kolaborasi:
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Meredakan atau
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
menghilaangkan nyeri
pemilihan strategi meredakan nyeri
dengan bantuan obat-
Edukasi
obatan tanpa
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri menghilangkan kesadaran
- Jelaskan strategi meredakan nyeri pasien
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis nafas dalam mengurangi
nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik

39
Minggu – Gangguan Pola Setelah dilakukan perawatan Dukungan Tidur (I. 05174) Observasi:
selasa, Tidur selama 3x24 jam diharapkan
12-14 berhubungan pola tidur membaik dengan Observasi Memonitor pola tidur dan
dengan kriteria hasil : istirahat pasien
November - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
hambatan Terapeutik:
2023 lingkungan - Keluhan sulit tidur - Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
menurun psikologis) Memfasilitasi siklus tidur
(Gangguan dan terjaga yang teratur
Pola Tidur, - Keluhan tidak puas tidur - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
10.00, menurun
SDKI, D.0055) Edukasi:
15.00, Terapeutik
18.00 - Keluhan pola tidur - Memberikan rasa tenang
WIB berubah menurun - Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, dan nyaman pasien
suhu, matras, dan tempat tidur) untuk istirahat
- Keluhan istirahat tidak
cukup menurun - Batasi waktu tidur siang, jika perlu - Menambah pengetahuan
- Kemampuan beraktivitas - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan pasien sehingga dapat
meningkat (mis: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur) memperbaiki pola tidur
pasien
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur-terjaga

40
Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara


nonfarmakologi lainnya, seperti:

 Mengajarkan klien melakukan nafas dalam

41
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien/No.RM : Tn. B/ 097XXX


Ruang : Ruang Arjuna RSUD Nyi Ageng Serang

DIAGNOSA
JAM PELAKSANAAN EVALUASI
KEPERAWATAN

Minggu, 12 November 2023

Nausea Manajemen mual S:


berhubungan Edukasi dasar mual
- Pasien mengatakan mual
15.00 dengan Gangguan - Mengidentifikasi faktor penyebab mual (mis : - Pasien mengatakan ada rasa ingin muntah
pengobatan dan prosedur) - Pasien mengatakan mulai berkurang tidak berminat makan
WIB Pankreas - Pasien mengatakan sensasi sering menelan mulai berkurang
- Memonitor mual (mis : frekuensi, durasi, dan
(Nusea, SDKI tingkat keparahan)
O:
D.0076) - Mengurangi atau menghilangkan keadaan - Saliva masih tampak belum menurun
penyebab mual (mis : kecemasan, ketakutan, - Pasien mulai tampak berkurang pucat
- Frekuensi Nadi :
kelelahan)
- Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan A:
- Masalah nausea pada pasien belum teratasi
menarik

42
18.00 - Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup
P: - Manajemen mual. Intervensi dilanjutkan
WIB
TTD

Fuji

Nyeri akut Manajemen nyeri (I.08238) S:


berhubungan
Edukasi dasar nyeri - Pasien mengatakan nyeri sudah membaik
10.00 dengan agen
P : Adanya indikasi Cholelitiasis
WIB pencedera fisik - Mengobservasi TTV pasien
Q : seperti ditusuk-tusuk
- Mengidentitas lokasi, karakteristik, durasi,
R : Perut sebelah kanan
(Nyeri Akut, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri S : skala 7 (tujuh)
SDKI. D.0077) - Mengidentitas skala nyeri T : Nyeri hilang timbul
- Mengidentitas respons nyeri nonverbal - Pasien mengatakan keadaanya jauh membaik dan sudah bisa
- Mengidentifikasi factor yang memperberat beraktifitas kecil
dan memperingan nyeri O:

- Pasien sudah bisa dan akan menerapkan teknik relaksasi


- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
13.00 napas dalam apabila nyeri timbul lagi secara mandiri
mengurangi rasa nyeri melalui teknik relaksasi
WIB - KU sedang, Composmentis

43
nafas dalam - Pasien dapat menjelaskan dan mempraktekkan ulang semua
- Memfasilitasi istirahat dan tidur yang disampaikan praktikkan dengan benar secara mandiri
- Mengkolaborasikan pemberian analgetik - TD : 130/70 mmHg
N :79 x/menit
SB : 36,7◦C
RR : 20 x/menit
SpO2 : 95%

A:

- Masalah nyeri akut pasien belum teratasi.


P:

- Lanjutkan intervensi

TTD

Nanda

Gangguan Pola Dukungan Tidur S:


Tidur berhubungan (I.05174)
- Pasien mengatakan belum bisa tidur dengan nyaman dan
dengan Hambatan Edukasi dasar tidur
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup kepada pasien istirahat kurang, mengatakan tidur nyenyak jika lampu

44
10.30 Lingkungan - Menjelaskan kepada pasien hal apa saja yang
dipadamkan dan suara tenang
WIB dapat mempermudah dan mempersulit tidur - Pasien mengatakan memahami apa yang telah disampaikan
(Gangguan Pola
- Memberikan edukasi kepada pasien obat apa saja praktikkan
Tidur, SDKI,
yang tidak mengandung supresor terhadap tidur - Keluarga pasien mengatakan bersedia untuk saling bergantian
D.0055)
REM dan tolong menolong dalam mendampingi pasien
14.45 O:
- Mengajarkan kepada pasien teknik relaksasi otot
WIB
autogenic dengan mengajak klien memberikan - Pasien tampak lelah dan kurang istirahat namun tetap kooperatif
sugesti pada diri sendiri berupa kalimat - Kantung mata pasien tampak gelap
pendek/pikiran yang membuat tentram dan tenang - Pasien kurang nyaman merasakan perubahan yang dialami saat
atau cara nonfarmakologi nafas dalam. ini
- Mengedukasi kepada keluarga untuk bersedia A:
saling bergantian dan tolong menolong dalam
- Masalah gangguan pola tidur pasien belum teratasi.
merawat pasien serta terus memberi dorongan
P:
dukungan

- Lanjutkan intervensi: Dukungan tidur (Buku SIKI; I. 0055)


TTD

Raihana
Senin, 13 November 2023

45
Nausea S:
- Mengidentifikasi karakteristik muntah (mis:
- Pasien mengatakan masih mual kalau
berhubungan
warna, konsistensi, frekuensi) makan
10.00 dengan Gangguan
- Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit - Pasien mengatakan muntah hari ini 4-5
WIB Pankreas
- Mengontrol faktor lingkungan yang bisa x/hari
(Nusea, SDKI meningkatkan terjadinya muntah - Pasien mengatakan muntah lendir
D.0076) - Memberikan dukungan fisik saat muntah
- Menganjurkan memperbanyak istirahat O:
- Pasien masih tampak lemah
- Pasien masih tampak mual dan muntah
11.00 - Pasien masih tampak pucat
WIB - Lingkungan tenang dan aman

A:
- Masalah nausea pada pasien belum
teratasi

P:

46
- Intervensi dilanjutkan

TTD

Fuji
Nyeri akut Manajemen nyeri S:
berhubungan Evaluasi edukasi nyeri yang telah dilakukan
- Memonitor TTV pasien - Pasien mengatakan nyeri berkurang
11.00 dengan agen
- Mengajarkan cara memonitor nyeri secara mandiri P : Adanya indikasi Cholelitiasis
WIB pencedera fisik
- Mengajarkan dan meminta pasien mempraktikkan Q : seperti ditusuk-tusuk
cara menggunakan analgetik secara tepat bila R : perut sebelah kanan
(Nyeri Akut, diperlukan S : skala 3 (Tiga)
SDKI. D.0077) T : Nyeri hilang timbul

13.30 - Meminta pasien menyebutkan oba tapa saja yang O:


WIB bisa dikonsumsi apabila nyeri mengganggu
- KU baik, Composmentis
aktivitas
- TD : 115/60 mmHg
N : 79 x/menit
SB : 36,0◦C

47
RR : 20 x/menit
SpO2 : 96%

A:

- Masalah nyeri akut pasien belum teratasi.


P:

- Lanjutkan intervensi: Kolaborasikan dengan dokter mengenai


terapi obat untuk rawat jalan.
- Ingatkan kepada pasien untuk rutin melakukan jadwal kontrol
kepada dokter

TTD

Nanda
11.30 Gangguan Pola Dukungan Tidur (I. 05174) S:
WIB Tidur berhubungan Evaluasi edukasi tidur dan kecukupan istirahat pasien
- Pasien mengatakan mengetahui factor yang memperberat dan
dengan Hambatan - Meminta pasien untuk mempraktekkan relaksasi
otot autogenic dengan mengajak klien memperingan kerileksasian tubuh
Lingkungan
memberikan sugesti pada diri sendiri berupa - Keluarga dan pasien mengatakan bersedia saling tolong dan

48
(Gangguan Pola kalimat pendek/pikiran yang membuat tentram membagi waktu untuk bergantian menjaga pasien saat dirumah
Tidur, SDKI, dan tenang atau cara nonfarmakologi nafas nanti
12.00 D.0055) dalam. - Pasien mengatakan sudah bisa dan akan menerapkan teknik
WIB relaksasi napas dalam untuk menenangkan diri agar lebih rileks

- Mengingatkan kepada keluarga ibu untuk saling - Pasien mengatakan tidur semalam sudah nyenyak dan lebih

bergantian menjaga pasien dan selalu memberi nyaman


motivasi sembuh agar lebih rileks menjaga pola O:
makan dan cairan
- KU baik, Composmentis
- Pasien dapat menjelaskan dan mempraktekkan ulang semua yang
disampaikan praktikkan dengan benar secara mandiri
- Pasien tampak lebih fresh dan sehat
A:

- Masalah gangguan pola tidur pasien belum teratasi.


P:

- Lanjutkan intervensi: Kolaborasikan dengan dokter mengenai


terapi obat.

49
TTD

Raihana
Selasa, 14 November 2023

Nausea - Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas S:


berhubungan hidup : perubahan pola makan - Pasien mengatakan rasa mual berkurang

dengan Gangguan - Mengidentifikasi factor penyebab mual - Pasien mengatakan rasa ingin muntah

Pankreas - Mengidentifikasi antiemetic untuk mencegah berkurang

mual - Pasien mengatakan berkurang berminat


(SDKI D.0076) makan
- Memonitor mual : frekuensi dan waktu berapa
lama mual yang dirasakan - Pasien mengatakan sensasi sering

- Monitor asupan nutrisi dan kalori lewat oral dan menelan berkurang
parentera
O:
- Saliva tampak menurun
- Pasien mulai tampak berkurang pucat
- Frekuensi Nadi :

50
A:
- Masalah nausea pada pasien teratasi
sebagian

P:
- Manajemen mual teratasi, intervensi dihentikan

TTD

Fuji

Nyeri Akut - Memonitor TTV pasien S:


berhubungan - Mengajarkan cara memonitor nyeri secara mandiri
- Pasien mengatakan nyeri sudah membaik
dengan Agen - Mengajarkan dan meminta pasien mempraktikkan
P : Adanya indikasi Cholelitiasis
Pencedera Fisik cara menggunakan analgetik secara tepat bila
diperlukan Q : seperti ditusuk-tusuk
(SDKI R : perut sebelah kanan
- Mengajarkan dan meminta pasien mempraktikkan S : skala 3 (Tiga)
Teknik nonfarmakologis nafas dalam untuk

51
mengurangi nyeri T : Nyeri hilang timbul
- Meminta pasien menyebutkan oba tapa saja yang - Pasien mengatakan keadaanya jauh membaik dan sudah bisa
bisa dikonsumsi apabila nyeri mengganggu aktivitas beraktifitas kecil
- Pasien senang dan berterima kasih karena sudah dibantu
O:

- Pasien sudah bisa dan akan menerapkan teknik relaksasi napas


dalam apabila nyeri timbul lagi secara mandiri
- KU baik, Composmentis
- Pasien dapat menjelaskan dan mempraktekkan ulang semua
yang disampaikan praktikkan dengan benar secara mandiri
- TD : 120/70 mmHg
N : 87 x/menit
SB : 36,0◦C
RR : 20 x/menit
SpO2 : 97%

A:

- Masalah nyeri akut pasien teratasi sebagian

52
P:

- Lanjutkan intervensi: Kolaborasikan dengan dokter mengenai


terapi obat untuk rawat jalan.
- Ingatkan kepada pasien untuk rutin melakukan jadwal kontrol
kepada dokter

TTD

Nanda

Gangguan Pola - Menentukan kebutuhan tidur pasien S:


Tidur berhubungan - Menentukan efek pengobatan yang diterima pasien
- Pasien mengatakan pola tidur sudah membaik dan merasa
dengan Hambatan terhadap pola tidurnya
- Memantau pola tidur dan durasi tidur pasien lebih segar saat bangun tidur
Lingkungan
- Menyesuaikan lingkungan tidur pasien O:

- Pasien terlihat segar saat bangun tidur

A:

53
- Masalah gangguan pola tidur pada pasien teratasi

P:

- Intervensi dihentikan

TTD

Raihana

54
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat


menyimpulkan bahwa :

1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan


menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Tn. B diperoleh bahwa klien mengalami
diagnosa medis Cholelitiasis. Gejala yang timbul yakni nyeri bagian perut.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Nausea berhubungan


dengan Gangguan Pankreas, Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik, dan Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Hambatan
Lingkungan.

3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi


pertemuan pada pasien.

4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan yang signifikan yang terjadi


pada Tn. B pada saat dilakukannya pengkajian pasien tampak mengeluh
mual dan muntah, namun pada saat dilakukannya tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam mual dan muntah menurun menjadi serta
pada saat dilakukan pelaksanaan kondisi pasien membaik. Untuk nyeri
akut dan gangguan pola tidur pun terdapat kesamaan dikarenakan pada
awal pengkajian pasien merasa nyeri bagian perut. Pada saat dilakukannya
asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat berangsur-angsur
beraktivitas seperti biasa dan pasien bisa tidur dengan nyaman.

B. SARAN

1. Bagi Perawat

Diharapkan dapat selalu menerapkan komunikasi terapeutik dalam


setiap pertemuan dengan pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan bimbingan praktek lapangan kepada


mahasiswa sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan

55
asuhan keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami diagnosa
medis Cholelitosis dan pasien lainnya.

3. Bagi Pasien

Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam


memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
diagnosa medis Kolik abdomen cholelitosis.

56
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Diakses pada 09
Agustus 2022 pukul 11.05 WIB
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Diakses pada 09
Agustus 2022 pukul 17.30 WIB
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Diakses pada 09
Agustus 2022 pukul 17.15 WIB
Ningrum, I. P. (2020). Studi Dokumentasi Nausea Pada Pasien Dengan Kanker
Ovarium Stadium Ic Post Total Abdominal Hysterectomy Bilateral
Salpingo Oophorectomy Omentektomi Post Kemoterapi Ke II. Akademi
Keperawatan YKY Yogyakarta.
Ramsal, S. (2023). GAMBARAN PENERAPAN MASSAGE THERAPY TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT NAUSEA NY. S DENGAN GASTRITIS DI RUANG
PERAWATAN KHUSUS SENTRA MEOHAI KENDARI (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Kendari).

Safitriani, Y. A. P. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN CHOLELITIASIS


DIRUANG BAITUSSALAM 2 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Susilo, J., Wibowo, B. T., Tinasari, Y., Salim, M. N., Masyitha, D., Rahmi, E., ... & Gani, F. A.
(2021). 4. Case Study: Gallstones (Cholelithiasis) in Long-tailed Macaques
(Macaca fascicularis). Jurnal Medika Veterinaria, 15(2).

57

Anda mungkin juga menyukai