Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN OBESITAS DAN FAKTOR INDIVIDU BERUPA


JENISKELAMIN PADA KEJADIAN OSTEOARTHRITIS KNEE

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Munira Hasjim, S.S, M. Hum.

Disusun Oleh :

Yuyun Syahira

R021231020

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................2
KATA PENGANTAR .......................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................5
1.3 Tujuan ....................................................................................................................5
BAB II ...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
2.1 Penelitian terdahulu ..............................................................................................6
2.2 LANDASAN TEORI ............................................................................................7
BAB III ..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN ................................................................................................................8
3. 1 Hubungan Obesitas dengan Osteoarthritis ........................................................8
3.2 Karakteristik Jenis Kelamin Penderita ............................................................. 10
BAB IV ............................................................................................................................ 11
PENUTUP ....................................................................................................................... 11
4.1 Simpulan ............................................................................................................... 11
4.2 Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SW atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul “HUBUNGAN
OBESITAS DAN FAKTOR INDIVIDU BERUPA JENIS KELAMIN PADA
KEJADIAN OSTEOARTHRITIS KNEE”.
Penulis tentu menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman maupun dosen.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoarthritis knee merupakan gangguan sendi yang sering dijumpai dan biasa
menyerang sendi pinggul, lutut tangan dan kaki. Penyakit ini dapat menimbulkan nyeri
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Sendi lutut memiliki peran penting dalam
aktivitas berjalan sebagai penompang berat tubuh dan mempunyai mobilitas tinggi. Hal
yang menyebabkan dan mempercepat terjadinya osteoarthritis ini pada sendi lutut adalah
berar badan yang berlebih dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi dalam waktu yang lama
membuat rasa nyeri pada sendi bila digerakkan. Reaksi lain yang timbul akibat pertemuan
duatulang tersebut membuat jaringan tulang menjadi kasar dan timbulnya spur (Bashori
dan Santoso, 2009).
Salah satu faktor risiko yang menyebabkan kejadian osteoarthritis knee adalah
obesitas. Pada zaman dahulu gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria
untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu
banyak orang berusaha menjadi gemuk dan mempertahankannya sesuai dengan status
sosialnya. Sekitar tahun 1970an beberapa penelitian epidemiologik melaporkan bahwa
peningkatan berat badan yang berlebihan / obesitas selalu berhubungan dengan risiko tinggi
kesakitan dan kematian, sehingga merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat
(Agus, 2008). Obesitas adalah dimana kondisi tubuh dalam keadaan gizi lebih dari zat-zat
makronutrien (karbohidrat, gizi, dan lemak). Obesitas merupakan salah satu metabolic
syndrome yang ditandai dengan IMT berlebih. Bila seseorang bertambah berat badannya
maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak
(Sidartawan, 2006). Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti : genetik,
lingkungan, kebiasaan makan dan kurangnya aktivitas fisik (Sidartawan, 2006). Osteofit
yang terbentuk pada permukaan sendi dapat terjadi akibat proliferasi pembuluh darah
ditempat rawan sendi berdegenerasi, kongesti vena yang disebabkan perubahan sinusoid
sumsum yang tertekan oleh kista subkondral, atau karenarangsangan serpihan rawan sendi
kemudian terjadi sinovitis sehingga tumbuh osteofit pada tepi sendi, perlekatan ligamen
atau tendon dengan tulang. Dengan kata lain, osteoarthritis lutut pada seseorang yang
gemuk terjadi karena sebab mekanik adanya sendi lutut menahan beban.
Pada faktor individu salah satunya jenis kelamin berdasarkan data lebih
mendominasi perempuan dibandingkan laki-laki, perempuan cenderung mengalami
obesitas. Peran hormonal juga mempengaruhi terjadinya osteoarthritis knee karena pada
masa mengalami menstruasi kadar estrogen dalam tubuh meningkat sehingga perempuan
rentan terkena cedera disekitar knee.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pendahuluan di atas, maka dirumuskan beberapa masalah


sebagai berikut:
1. Apakah Obesitas berhubungan dengan osteoarthritis?
2. Apakah salah satu faktor individu berupa jenis kelamin memiliki perbandingan
karakteristik pada kejadian osteoarthritis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui lebih dalam hubungan obesitas dengan osteoarthritis.


2. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik jenis kelamin pada kejadian
osteoarthritis.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu


Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan
selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di samping itu,
kajian terlebih dahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian serta
menunjukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai
hasil penelitian terlebih dahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian
membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum
terpublikasikan. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait dengan tema
yang penulis kaji.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih, Nur Aini Sri (2009) dalam
penelitiannya yang berjudul “ Hubungan Obesitas Dengan Osteoarthritis Lutut Pada Lansia
Di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta”, jenis penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional, dengan menggunakan metode pendekatan studi cross
sectional. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah Kegemukan dan Indeks Massa
Tubuh. Hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan terjadinya osteoartritis lutut pada
lansia berdasarkan indeks massa tubuhnya (IMT).
Naskah publikasi oleh Duha, Agrasan (2019), dalam publikasinya yang berjudul
“Hubungan Faktor Individu Berupa Usia, Jenis Kelamin, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan
Life style Pada Penderita osteoartthritis knee”, jenis penelitian ini merupakan deskriptif
korelatif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian
ini adalah analisis dengan uji kendall’s tau didapatkan hasil nilai ?-value sebesar 0,000 ?
0,05. Dengan kekuatan hubungan cukup kuat yang ditunjukkan dengan oleh koefisien
korelasi sebesar 0,576 yang berarti hipotesis diterima yaitu adanya hubungan indeks massa
tubuh (IMT) dan life style pada penderita osteoarthritis knee tahun 2019. Sedangkan untuk
usia dengan indeks massa tubuh (IMT) nilai korelasinya ? -0,043 dan nilai ? 0,768 ? 0,05.
Jenis kelamin dengan indeks massa tubuh (IMT) karena nilai korelasi ? -0,111 dan nilai ?
0,509 ? 0,05. Usia dengan life style nilai ? 0,067 dan nilai ? 0, 639 ? 0,05, dan jenis kelamin
dengan life style nilai ? -0,213 dan nilai ? 0,203 ? 0,05. Tidak ada hubungan antara usia
dengan indeks masa tubuh (IMT), jenis kelamin dengan indeks massa tubuh (IMT), usia
dengan life style, dan jenis kelmin dengan life style.
Journal publikasi oleh Anggraini, Hendrati (2014) dalam penelitiannya yang
berjudul “Hubungan Obesitas dan Faktor-faktor pada Individu dengan kejadian
Osteoarthritis knee”, jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan
metode pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara kejadian osteoarthritis knee dengan obesitas (p= 0,001,
OR= 7, 20), umur (p= 0,012, OR= 3, 67), jenis kelamin (p= 0,005, OR= 4, 69). Untuk
karakteristik kebiasaan merokok (p= 0,268, OR= 0, 56) dan aktivitas fisik (p= 0.919, OR=
0, 71) tidak berhubungan dengan kejadian osteoarthritis knee di Rumah
Sakit Islam Surabaya.

6
2.2 LANDASAN TEORI
a. Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu gangguan persendian dimana terjadi perubahan
berkurangnya tulang rawan sendi, sehingga terbentuk tonjolan atau tulang pada permukaan
sendi (Muttaqin, 2011). Osteoarthritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan
(weight bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu,
sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki (Carlos, 2013) oleh ( Niken Enestasia et al,
2014). Osteoarthritis knee adalah suatu penyakit dengan degeneratif yang berkaitan dengna
kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa
faktor resiko yang berperan. Kelainan utama pada osteoarthritis knee adalah hilangnya
progresif articular tulang rawan sendi, diikuti dengan penebalan tulang subkondral,
pertumbuhan osteosit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan didasarkan pada
anemnesis yaitu riwayat penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaaan fisik dan hasil dari
pemeriksaan radiologis.

b. Definisi Obesitas
Salah satu faktor risiko terjadinya osteoartritis knee mengalami obesitas atau
kelebihan berat badan dan orang-orang Orang yang mengalami obesitas lebih mungkin
mengalaminya osteoartritis sejati berkembang ketika terjadi trauma menopang beban
seseorang pada lututnya berlebihan. Obesitas adalah penyakit fisik kelebihan nutrisi
makronutrien (karbohidrat, protein, lemak). Perilaku makan meski tidak teratur, namun
didukung oleh kegiatan-kegiatan berikut ini. Asupan makanan berkurang itu mengendap di
dalam tubuh tanpa terbakar seluruhnya. Inilah salah satu penyebab obesitas. Obesitas kini
disebut sebagai dunia baru angka kejadian sindrom ini terus meningkat di manapun.
Kehadirannya di seluruh dunia saat ini dilaporkan beratnya lebih dari 1 miliar orang dewasa
badan besar (gemuk), minimal 300 lembar jutaan orang dianggap obesitas (BMI). Lebih
dari 30 tahun, banyak penyakit yang dapat dikaitkan dengannya obesitas, seperti diabetes,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, osteoartritis, stroke, bahkan beberapa jenis
kanker. Biasanya obesitas disebabkan oleh asupan kalori melalui makanan, bukan kalori
terbakar (WHO, 2008).

7
BAB III

PEMBAHASAN

Karya ilmiah ini terkait dengan hubungann osteoarthritis dengaan obesitas, serta hasil
yang didapat dari analisis uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian osteoarthritis knee.

3. 1 Hubungan Obesitas dengan Osteoarthritis


Sejalan dengan bertambahnya usia, risiko munculnya osteoarthritis pun semakin
besar. Osteoarthritis knee adalah suatu penyakit dengan degeneratif yang berkaitan dengna
kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa
faktor resiko yang berperan Populasi dengan berat badan lebih dan obesitas mempunyai
faktor risiko Osteoarthritis lutut lebih besar dibanding dengan populasi dengan berat badan
normal. Obesitas merupakan faktor risiko kuat bagi OA lutut bilateral maupun unilateral
pada jenis kelamin apapun, Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah
Osteoartritis pada pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat
mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat kerusakan struktur
tulang rawan sendi (Arismunandar, 2015).
Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya osteoartritis lutut. Sendi
lutut merupakan tumpuan dari setengah berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan
yang meningkat akan memperberat tumpuan pada sendi lutut. Pembebanan lutut dapat
menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen dan struktur lain. Penambahan berat
badan membuat sendi lutut bekerja lebih keras dalam menopang berat tubuh. Sendi yang
bekerja lebih keras akan mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan sendi
akan rusak dan menyebabkan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan menyebabkan
terjadinya perubahan biofisika yang berupa fraktur jaringan kolagen dan degradasi
proteoglikan (Placeholder1) (Felson, 2012). Obesitas merupakan salah satu metabolic
syndrome. Yang ditandai dengan IMT berlebih. Obesitas erat hubungannya dengan
peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara
bersamaan, salah satu nya adalah OA. Menurut Coggon D, et al 15 pada tahun 2001 oleh
William Kusuma dkk (2014), terdapat 33.7% penderita obesitas dengan OA dari 729 kasus.
Pada penelitian Cushnagan4 tahun 1991 oleh William Kusuma dkk (2014), ternyata
sebagian besar penderita OA mempunyai berat rata-rata di atas normal. Pada penelitian
Health and Nutrition Examination Survey (HANES) I oleh William Kusuma dkk (2014),
ternyata didapatkan pula hubungan yang erat antara berat badan dengan OA lutut
(Isbagio15,1995). Pengaruh dari kondisi mekanik dalam hal ini adalah tingginya IMT,
menjadi salah satu faktor resiko untuk terbentuknya OA lutut. Dalam penelitian Breedveld
FC, 2004 oleh William Kusuma dan kawan-kawan (2014), menghitung dan menyimpulkan
bahwa mengurangi 2 kg/m2 saja dapat menurunkan faktor resiko terbentuknya OA lutut
sebesar 20% hingga 30%. (Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 2, Nomor 3, November 2014 )
Kelainan utama pada osteoarthritis knee adalah hilangnya progresif articular tulang

8
rawan sendi, diikuti dengna penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteosit, kerusakan
ligamen dan peradangan ringan didasarkan pada anemnesis yaitu riwayat penyakit,
gambaran klinis dari pemeriksaaan fisik dan hasil dari pemeriksaan radiologis.
Osteofit yang terbentuk pada permukaan sendi dapat terjadi akibat proliferasi
pembuluh darah di tempat rawan sendi berdegenerasi, kongesti vena yang disebabkan
perubahan sinusoid sumsum yang tertekan oleh kista subkondral, atau karena rangsangan
serpihan rawan sendi kemudian terjadi sinovitis sehingga tumbuh osteofit pada tepi sendi,
perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang. Dengan kata lain, osteoartritis lutut pada
seseorang yang gemuk terjadi karena sebab mekanik. Pemikiran ini didasarkan pada hasil
penelitian Kun Salimah serta Shiozaki dan kawan-kawan oleh William Kusuma dkk
(2014). Hasil penelitian longitudinal selama 14 tahun yang dilakukan oleh Shiozaki1 dan
kawan-kawan mengatakan IMT yang lebih tinggi pada saat pertama kali survei
meningkatkan resiko baik inisiasi maupun progresivitasdari osteoartritis lutut. Wanita
obesitas (IMT ≥25,0) dengan penurunan IMT sebesar dua unit atau lebih selama 14 tahun,
mempunyai resiko yang lebih rendah untuk mengalami perburukan gambaran sendi lutut
secara radiologis. Meskipun demikian, penambahan berat badan tidak mengubah resiko
secara signifikan. Wanita obesitas memiliki faktor risiko 4-5 kali untuk terserang
osteoarthritis lutut dibanding wanita yang kurus. Ketika berjalan berat badan dipindahkan
kesendi lutut 3-6 kali lipat berat badan. Maka bila proporsi berat badan lebih tinggi dari
tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat.
Seseorang dengan obesitas berisiko 2,96 kali lebih tinggi terkena OA daripada
orang dengan indeks massa tubuh normal; sedangkan overweight memiliki risiko 2 kali
lebih tinggi terkena OA.6 Obesitas meningkatkan risiko OA dengan beberapa mekanisme,
di antaranya meningkatkan beban sendi terutama pada weightbearing joint, mengubah
faktor perilaku seperti menurunnya aktivitas fisik yang akhirnya menghilangkan
kemampuan dan kekuatan protektif otot sekitar sendi. Pada OA lutut, obesitas
menyebabkan kelemahan otot–otot di sekitar sendi lutut dan meningkatkan kasus
artroplasti. Pada pasien obesitas, jaringan lemak dapat juga ditemukan di belakang patella
di area sendi lutut, biasa disebut infrapatellar fat pad, jaringan lemak ini dapat
menghasilkan adipokin, yaitu sitokin yang dihasilkan sel lemak, seperti leptin, adiponektin,
resistin, dan visfatin. Adipokin ini dapat mengalami disregulasi yang dapat mensekresikan
faktor–faktor proinflamasi.
Menurut Felson dan Zhang(a) (2000), kegemukan yang dalam penelitian Niken
Enestasia et al, 2014 diwakili oleh IMT menyebabkan stress abnormal pada sendi lutut.
Stress abnormal menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang berupa fraktur jaringan
kolagen dan degradasi proteoglikan. Adanya fraktur jaringan kolagen memungkinkan
cairan sinovial mengisi celah yang terdapat pada kartilago dan membentuk kista
subkondral. Osteofit yang terbentuk pada permukaan sendi dapat terjadi akibat proliferasi
pembuluh darah ditempat rawan sendi berdegenerasi, kongesti vena yang disebabkan
perubahan sinusoid sumsum yang tertekan oleh kista subkondral, atau karenarangsangan
serpihan rawan sendi kemudian terjadi sinovitis sehingga tumbuh osteofit pada tepi sendi,
perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang. Dengan kata lain, osteoarthritis lutut pada
seseorang yang gemuk terjadi karena sebab mekanik adanya sendi lutut menahan beban.

9
3.2 Karakteristik Jenis Kelamin Penderita
Dari data yang ditemukan pada rekam medik sebanyak 25 penderita berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah sebesar 33,78% dan 49 orang wanita dengan jumlah
sebesar 66,22%.
Dari data yang diperoleh, jumlah penderita perempuan yang terekam lebih banyak
dari pada penderita laki-laki. Menurut studi yang dilakukan oleh Evans J, et al pada tahun
2000 oleh William Kusuma dkk (2014) , rasio jenis kelamin untuk penderita yang terkena
OA perempuan dibanding dengan laki-laki adalah 1,5:1 hingga 4:1. Perempuan memiliki
faktor resiko terkena OA karena berhubungan dengan menopause, dan perempuan yang
menjalani histerektomi juga memiliki faktor resiko mendapat O. Pada penelitian
Framingham MA4 tahun 1991 oleh William Kusuma dkk (2014) didapatkan hubungan
yang kuat antara obesitas dan OA pada perempuan.
Hasil yang didapat dari analisis uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadian osteoarthritis knee. Nilai OR adjusted = 4,59 yang
menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan berisiko 4,69 kali terkena OA genu
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Osteoarthritis di dunia barat menempati
urutan keempat dampak kesehatan pada wanita dan ke delapan pada pria. Hal ini
disebabkan bahwa responden wanita yang menderita OA lutut berusia antara 45-65 tahun
dimana usia lebih dari 50 tahun prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA
dibandingkan laki-laki karena pada masa usia 50 – 80 tahun wanita mengalami
pengurangan hormon estrogen yang signifikan saat menopause.
Untuk faktor risiko jenis kelamin perempuan lebih berisiko dibandingkan lak-laki
senada dengan penelitian epidemiologi yang dilakukan Petersson et al pada tahun 1997
menemukan bahwa prevalensi untuk osteoarthritis lutut untuk usia 18-24 tahun sebesar
14,2% untuk pria dan 12,7% untuk wanita, sedangkan untuk usia dewasa 55-59 tahun
prevalensi OA lutut sebesar 17% pada pria dan 23% pada wanita. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi osteoarthritis knee banyak terjadi pada wanita di atas usia
55-59 tahun. Hampir setengah dari orang dewasa Amerika mungkin mengalami gejala
osteoarthritis dalam setidaknya pada salah satu lutut pada usia 85. Osteoarthritis lutut-
bentuk umum dari arthritis yang menipis bantalan tulang rawan lutut sendi-adalah
penyebab utama kecacatan arthritis. Pada tahun 2004, $ 14300 juta dihabiskan untuk biaya
rumah sakit yang terkait dengan penggantian lutut total (American college of
Rheumatology, 2012). Osteoarthritis di Indonesia merupakan penyakit reumatik yang
paling banyak ditemui pada usia lanjut dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya
(Depkes, RI, 2007).

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Osteoartritis (OA) knee merupakan gangguan sendi yang umum dijumpai, ditandai
nyeri, krepitasi, dan morning stiffness pada sendi lutut. Beberapa faktor risiko individu dan
sendi dapat menjadi pemicu OA knee. Perjalanan penyakit OA knee dipengaruhi oleh
proses peradangan yang melibatkan kartilago, cairan sinovial, dan tulang subkondral.
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan terkadang pemeriksaan penunjang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis. Tatalaksana meliputi terapi farmakologi dan nonfarmakologi
bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup.
Terdapat hubungan signifikan antara obesitas dan osteoarthritis yang ditandai
dengan IMT berlebih. Jenis kelamin berhubungan dengan osteoarthritis knee yang pada
penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan memiliki risiko lebih tinggi
menderita osteoarthritis knee dibandingkan jenis kelamin laki-laki.

4.2 Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat menjadi
faktor risiko dari osteoarthritis knee.
2. Bagi masyarakat : menjaga berat badan ideal supaya tidak mengalami obesitas, baik
dengan cara rutin berolah raga maupun melakukan diet yang seimbang dengan
menjaga pola makan dan segera melakukan penanganan jika timbul gejala awal
oteoarthritis knee untuk menghindari semakin parahnya penyakit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, R. (n.d.). THE RELATIONS BETWEEN OBESITY AND


OSTEOARTHRITIS KNEE IN ELDERLY PATIENTS.

Duha, A. (2019). Hubungan Faktor Individu Berupa Usia, Jenis Kelamin, Indeks Massa
Tubuh (Imt) Life Style Pada Penderita Osteoarthritis Knee. Universitas' Aisyiyah
Yogyakarta.

Minratno, P. ,. (2022). Hubungan Peningkatan Rasio Lingkar Pinggang/Panggul Dengan


Derajat Osteoarthritis Lutut Berdasarkan Gambaran Radiografi Lutut Di Rumah Sakit
Dr. Reksodiwiryo Kota Padang Tahun 2020 . Scientific.

Niken Enestasia Anggraini, L. Y. (2014). Hubungan Obesitas Dan Faktor-Faktor Pada


Individu Dengan Kejadian Osteoarthritis Genu. Jurnal Berkala Epidemiologi 2 (1),
93-104.

Rifa Siti Nursyarifah, K. S. (N.D.). Hubungan Antara Obesitas Dengan Osteoartritis Lutut
Di Rsup Dr.Kariadi Semarang Periode Oktober-Desember 2011.

Wahyuningsih, N. A. (2009). Hubungan Obesitas Dengan Osteoartritis Lutut Pada Lansia


Di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta. Uns (Sebelas Maret
University).

Wijaya, S. (N.D.). Osteoarthritis Lutut.

William Kusuma, E. K. (2014). Profil Penderita Osteoartritis Lutut Dengan Obesitas Di


Instalasi Rehabilitasi Medik Blu Rsup Prof. Dr. R. D . E-Clinic (Eci).

12

Anda mungkin juga menyukai