Anda di halaman 1dari 12

Share

Minggu, 25 Oktober 2015

Laporan Kasus Ibu Nifas


LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL

NY. B UMUR 25 TAHUN P1 A0 AH1 2 JAM POST PARTUM

DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2014

Disusun oleh :

WIJI OKTANASARI

201310104281

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘ AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL

NY. B UMUR 25 TAHUN P1 A0 AH1 2 JAM POST PARTUM

DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2014

Yogyakarta, Mei 2014

Pembimbing Lahan Mahasiswa

( Nastiti, S.ST. ) ( Wiji Oktanasari )


Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan

( Mei Muhartati, S.SiT., M.Kes. )

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu(Sulistyawati, 2009).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99 % kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran
bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan
bersalin, dan 25% selama masa post partum (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id).

Angka kematian ibu di Jawa Tengah adalah 252 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
masih jauh dua kali lipat lebih tinggi dari target Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 yakni 102
per 100.000 kelahiran hidup (Rukiyah, 2011). Menurut Manuaba (2010), penyebab kematian
maternitas terbanyak adalah perdarahan (40-60%), eklampsia (20-30%) dan infeksi (15-
30%). Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dengan demikian asuhan pada masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar
kesehatan pada ibu pada masa nifas yaitu paling sedikit 4x kunjungan pada masa nifas, yaitu
kunjungan pertama 6-8 jam post patum, kunjungan kedua 6 hari post patum, kunjungan ketiga 2
minggu post partum, dan kunjungan keempat 6 minggu post partum (Saleha, 2009).

Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu 1 jam
setelah melahirkan oleh karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala II dan kala
IV persalinan sangat penting. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk
menilai kondisi ibu setelah melahirkan. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara
berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda
vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus
uterus.

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelahkelahiran bayi. Karena itu
penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahap an atau kala
persalinan diselesaikan. Jika tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal
selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan
pasca persalinan (Sulistyawati, 2009).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 tahun P1 A0 AH1 2 Jam Post Partum di Puskesmas Jetis
Kota Yogyakarta Tahun 2014“.

B. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Materi dalam laporan studi kasus ini adalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal.

2. Ruang Lingkup Sasaran

Sasaran dalam laporan studi kasus ini adalah satu orang ibu nifas
yaitu Ny. B umur 25tahun P1 A0 AH1 dalam masa nifas normal.

3. Ruang Lingkup Tempat

Tempat dalam laporan studi kasus ini adalah Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta.

4. Ruang Lingkup Waktu

Waktu yang digunakan dalam laporan studi kasus ini adalahtanggal 2 Mei- 16
Mei 2014.
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal PadaNy. B Umur


25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas
Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

b. Dapat melakukan interprestasi data untuk menegakkan diagnosa masalah serta


kebutuhan Asuhan KebidananIbu Nifas Normal PadaNy. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH12
jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

c. Dapat melaksanakan tindakan sesuai perencanaan terhadap Asuhan Kebidanan Ibu


Nifas NormalPada Ny. B Umur 25 Tahun P1A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas
Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

d. Dapat melakukanevaluasi Asuhan KebidananIbu Nifas Normal PadaNy. B Umur


25 Tahun P1 A0 AH12 jam Post Partum di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.

D. Manfaat

1. Bagi Ilmu Pengetahuan(scienteific)

Laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu kebidanan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.

2. Bagi Pengguna (consumer)

a. Institusi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Laporan studi kasus ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan
dosen, sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu
nifas normal.

b. Lahan Praktek

Diharapkan laporan studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk


meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu nifas.
c. Pasien / Klien

Untuk meningkatkan pengetahuan pasien / klien tentang nifas khusus nya


mengenai pengetahuan dan perawatan pada masa setelah melahirkan.

d. Penulis

Menambah pengetahuan, wawasan, dan aplikasi nyata dalam praktik


kebidanan dari ilmu yang didapat selama kuliah mengenai manajemen asuhan
kebidanan pada ibu nifas normal sesuai dengan prosedur yang benar.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian

Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu(Sulistyawati, 2009).

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan
kembali seperti keaadaan sebelum hamil (Saleha,2009).

Masa nifas atau puerpurium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta samapai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu (Prawihardjo,2008).

Masa nifas atau purpureum di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari)(Vivian,2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih
6 minggu.

2. Tujuan Perawatan Masa Post Partum

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis .

b. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati


atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,


keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan
perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan KB.


3. Tahapan masa nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

a) Puerpurium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu dibolehkan untuk berdiri dan berjalan - jalan.

b) Puerpurium intermediet

Yaitu kepulihan dari organ – organ reproduksi selama kurang lebih 6 minggu.

c) Remote puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama bila ibu waktu hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi

a. Involusi rahim

Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus
tidak teraba lagi dari luar.

Tabel 2.1. Involusi Uterus

Diameter
bekas
Berat Keadaan
melekat
Uterus Serviks
Involusi TFU Plasenta
(gr)

Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000

Uri Lahir 2 Jari di bawah 750 12,5 Lembek


Pusat

Satu minggu Pertengahan pusat- 500 7,5 Beberapa hari


sympisis setelah post
partum dapat
Dua minggu Tak teraba di atas 350 3-4 di lalui 2 jari
sympisis akhir minggu
pertama
Enam minggu Bertabah Kecil 50-60 1-2
dapat di
Delapan Sebesar normal 30 masuki 1 jari
minggu

b. Involusi tempat placenta

Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir
masa nifas 1 – 2 cm.
c. Pembuluh darah rahim

Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali karena


darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.

d. Servik dan vagina

Beberapa hari stelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak karena robekan dalam persalinan. Pada
akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis serfikalis. Pada servik terbentuk sel-
sel otot baru, pada minggu ketiga post partum rugae kembali nampak, luka pada
jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

e. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun
berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.

f. Saluran kencing

Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung
kemih kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing
masih terdapat urine residual. Sisa urine dan trauma kandung kemih waktu
persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi.

g. Laktasi

Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum.
Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih
dari puting susu.

h. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
nifas. Macam-macam lochea :

1) Lochea rubra (hari 1 - 4)

Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah.

2) Lochea serosa (hari 4 – 8)

Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa)

3) Lochea alba (hari 8 – 14)

Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna

4) Lochea purulenta

Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.

i. Perubahan-perubahan penting lainya


1) Hemokonsentrasi

Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang secara
tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat
menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan
decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai
15 hari post partum.

2) Laktasi

Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada


kelenjar mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain :

a. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus mammae


dan lemak.

b. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat


dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).

c. Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian


dalam mammae.

d. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron


terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon laktogenic
(prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi
dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin
mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi
sehingga terjadi pengeluaran air susu yang berlangsung pada hari 2-3 post
partum.

5. Adaptasi Psikologis Pada Post Partum


Menurut Rubin, fase adaptasi ibu meliputi :
1. Taking In (hari ke 1-2)
a. Dependent
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
d. Perlu tidur dan makan
2. Taking Hold (hari ke 3-4)
a. Ketergantungan mulai berkurang
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan perawatan diri sendiri
d. Waktu yang baik untuk penyuluhan
e. Dapat menerima tanggungjawab
3. Letting Go
a. Independence pada peran yang baru.
b. Letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.
4. Adaptasi psikologis ayah
a) Respon ayah
1) Bangga dan takut memegang bayi.
2) Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta
dengan teman-teman.
3) Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.
4) Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam
merawat bayinya.
b) Psikologis ayah
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya ayah merasa
lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya.
c) Psikologi keluarga
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya perubahan-
perubahan peran dan hubungan di dalam keluarga tersebut.

6. Masalah Psikologis Yang Sering Terjadi

Kehamilan, kelahiran dan perubahan menjadi orang tua menyebabkan


terjadinya keadaan krisis yang membutuhkan adaptasi, apabila adaptasi tersebut
tidak berhasil, maka wanita tersebut akan mengalami depresi. Masalah kesehatan jiwa
yang sering dialami wanita yaitu :

a. Post Partum Blues

Merupakan depresi pada masa kehamilan, relative rendah namun meningkat


dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan.

Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 –
48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan
keadaan hormonal yang tidak stabil.

b. Depresi Post Partum

Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain.
Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi
berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.
Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi
rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya
bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah
kelahiran

c. Post Partum Psikosis

Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan. Gejala


seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya
dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayi dalam
kandungan/setelah dilahirkan.

7. Kebutuhan Masa Nifas

a. Kebersihan diri

1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.

2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan


sabun dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah
vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
buang air kecil atau besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x


sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.

b. Ambulasi dini

Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk


selekas mungkin untuk membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum ( Saleha,2010).

Keuntungan early ambulation adalah :


1) Merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
2) Faal usus dan kandung kecing lebih baik

3) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untukmerawat atau memelihara


anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan.
4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis) Menurut penelitian-
penelitain yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,
tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan
luka episiotomy atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus
atau retrotexto uteri.

c. Eliminasi

1) Miksi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan:

a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran didekat dengan klien

b) Mengompres air hangat diatas simpisis

c) Saat site bath (berendam air hangat)klien disuruh BAK. bila tidak berhasil dengan
cara diatas maka dilakukan katerisasi. Karna prosedur katerisasi membuat klien
tidak nyaman dan infeksi saluran kencing tinggi untuk itu kateterisasi tidak
dilakukan sebelum lewat 2 hari postpartum. Douwer kateter diganti setelah 48
jam.

2) Defekasi

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa
buang besar maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat (Vivian,2009). Agar dapat buang
air besar seca

Anda mungkin juga menyukai