TAHUN 2014
Disusun oleh :
WIJI OKTANASARI
201310104281
‘ AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN 2014
Pembimbing Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu(Sulistyawati, 2009).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99 % kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran
bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan
bersalin, dan 25% selama masa post partum (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id).
Angka kematian ibu di Jawa Tengah adalah 252 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
masih jauh dua kali lipat lebih tinggi dari target Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 yakni 102
per 100.000 kelahiran hidup (Rukiyah, 2011). Menurut Manuaba (2010), penyebab kematian
maternitas terbanyak adalah perdarahan (40-60%), eklampsia (20-30%) dan infeksi (15-
30%). Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dengan demikian asuhan pada masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar
kesehatan pada ibu pada masa nifas yaitu paling sedikit 4x kunjungan pada masa nifas, yaitu
kunjungan pertama 6-8 jam post patum, kunjungan kedua 6 hari post patum, kunjungan ketiga 2
minggu post partum, dan kunjungan keempat 6 minggu post partum (Saleha, 2009).
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu 1 jam
setelah melahirkan oleh karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala II dan kala
IV persalinan sangat penting. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk
menilai kondisi ibu setelah melahirkan. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara
berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda
vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus
uterus.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelahkelahiran bayi. Karena itu
penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahap an atau kala
persalinan diselesaikan. Jika tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal
selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan
pasca persalinan (Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 tahun P1 A0 AH1 2 Jam Post Partum di Puskesmas Jetis
Kota Yogyakarta Tahun 2014“.
B. Ruang Lingkup
Materi dalam laporan studi kasus ini adalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal.
Sasaran dalam laporan studi kasus ini adalah satu orang ibu nifas
yaitu Ny. B umur 25tahun P1 A0 AH1 dalam masa nifas normal.
Tempat dalam laporan studi kasus ini adalah Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta.
Waktu yang digunakan dalam laporan studi kasus ini adalahtanggal 2 Mei- 16
Mei 2014.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal Pada Ny. B Umur 25 Tahun P1 A0 AH1 2 jam Post Partum di Puskesmas
Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2014.
D. Manfaat
Laporan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu kebidanan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
Laporan studi kasus ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan
dosen, sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu
nifas normal.
b. Lahan Praktek
d. Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu(Sulistyawati, 2009).
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan
kembali seperti keaadaan sebelum hamil (Saleha,2009).
Masa nifas atau puerpurium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta samapai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu (Prawihardjo,2008).
Masa nifas atau purpureum di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari)(Vivian,2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih
6 minggu.
a) Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu dibolehkan untuk berdiri dan berjalan - jalan.
b) Puerpurium intermediet
Yaitu kepulihan dari organ – organ reproduksi selama kurang lebih 6 minggu.
c) Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama bila ibu waktu hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
a. Involusi rahim
Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus
tidak teraba lagi dari luar.
Diameter
bekas
Berat Keadaan
melekat
Uterus Serviks
Involusi TFU Plasenta
(gr)
Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir
masa nifas 1 – 2 cm.
c. Pembuluh darah rahim
Beberapa hari stelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak karena robekan dalam persalinan. Pada
akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis serfikalis. Pada servik terbentuk sel-
sel otot baru, pada minggu ketiga post partum rugae kembali nampak, luka pada
jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun
berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
f. Saluran kencing
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung
kemih kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing
masih terdapat urine residual. Sisa urine dan trauma kandung kemih waktu
persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi.
g. Laktasi
Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan kolostrum.
Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih
dari puting susu.
h. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
nifas. Macam-macam lochea :
4) Lochea purulenta
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang secara
tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat
menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan
decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai
15 hari post partum.
2) Laktasi
Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,
sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Berakhir dalam 24 –
48 jam. Ada korelasi positif dengan riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan
keadaan hormonal yang tidak stabil.
Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain.
Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi
berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.
Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi
rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya
bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah
kelahiran
a. Kebersihan diri
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Ambulasi dini
c. Eliminasi
1) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan:
c) Saat site bath (berendam air hangat)klien disuruh BAK. bila tidak berhasil dengan
cara diatas maka dilakukan katerisasi. Karna prosedur katerisasi membuat klien
tidak nyaman dan infeksi saluran kencing tinggi untuk itu kateterisasi tidak
dilakukan sebelum lewat 2 hari postpartum. Douwer kateter diganti setelah 48
jam.
2) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa
buang besar maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat (Vivian,2009). Agar dapat buang
air besar seca