Latar Belakang
Rumusan Masalah
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut (Amru sofian, 2012). Adanya luka sayatan membuat ibu mengalami rasa nyeri.
Rasa nyeri tersebut membuat ibu mengalami kesulitan bergerak atau merubah posisi untuk menyusui dan rasa
nyeri tersebut juga menghambat produksi oksitosin yang akan mempengaruhi pengaliran ASI.
Prevalensi sectio caesarea terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di kota besar. Angka tindakan
sectio caesarea di Indonesia sudah melewati batas maksimal standar WHO dengan sectio caesarea rate
sebesar 6% (Fridawaty, 2013). Angka kejadian sectio caesarea Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009
berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari seluruh persalinan (Dinkes Provinsi
Jawa Timur, 2009). Berdasarkan data Dinkes kabupaten Jombang pada tahun 2013 menyebutkan bahwa
persalinan secara sectio caesarea sebanyak 3.404, sedangkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu 3.870
persalinan sectio caesarea tetapi tidak ada satu pun yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
*Latar Belakang
Tindakan sectio caesarea dapat menyebabkan ketegangan (stress). Ibu yang akan dilakukan tindakan sectio
caesarea umumnya mengalami ansietas (kecemasan) yang bervariasi dari tingkat ringan sampai berat (Ibrahim,
2012). Ibu post sectio caesarea mengalami nyeri luka setelah operasi, semakin tinggi tingkat nyeri yang dialami oleh
pasien maka semakin tinggi tingkat kecemasan pasien tersebut yang dapat mengganggu pengeluaran oksitosin dalam
merangsang reflek aliran ASI dan efek anastesi (Desmawati, 2010). Pada ibu post sectio caesarea juga dapat
ditemukan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, dikarenakan ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea tidak
di lakukan inisiasi menyusui dini dan terjadi keterlambatan pemberian ASI. Bayi yang lahir melalui sectio caesarea
mempunyai risiko lebih tinggi untuk tidak disusui oleh ibunya dibandingkan persalinan pervaginan. karena kondisi
post sectio caesarea membuat ibu merasa nyeri dan menjadi sulit untuk menyusui bayinya, dan keterlambatan untuk
melakukan inisiasi menyusui dini dapat menurunkan sekresi prolaktin.
Dalam masalah ini upaya yang dilakukan yaitu dengan mengedukasi ibu post partum mengenai bagaimana
cara meningkatkan produksi ASI ibu pasca operasi, keuntungan pemberian ASI, teknik menyusui yang benar dan
penatalaksanaan ketidakefektifan pemberian ASI difokuskan untuk mengatasi agar pemberian ASI menjadi efektif.
*Rumusan Masalah
1. Identitas
Pada pengkajian ibu post partum dengan sectio caesarea meliputi distress janin, kegagalan
untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta
previa.
Pada ibu dengan usia 35 atau lebih tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI yang cukup. Ibu
post partum yang bekerja memiliki peluang yang lebih besar mengalami bendungan ASI
dibanding yang tidak bekerja.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama ibu dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI adalah ASI
tidak menetes atau memancar, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, bayi menolak
untuk menghisap, bayi rewel dan menangis terus menerus saat disusui dan setelah disusui ibu.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sebelumnya
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya
apakah ibu pernah mengalami penyakit yang sama.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan setelah ibu di operasi. Biasanya pada klien dengan
masalah ketidakefektifan pemberian ASI didapatkan payudaranya terasa tegang dan
nyeri dengan berbagai derajat nyeri tekan karena tidak adanya pengisapan awal dan
sering oleh bayi dikarenakan kelemahan fisik pasca partum.
c. Riwayat keluarga
Meliputi penyakit yang diderita ibu dan apakah keluarga ibu ada juga yang mempunyai riawayat
persalinan sectio caesarea. Atau adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada ibu.
d. Riwayat kesehatan lingkungan
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinanan dapat lebih sering terjadi pada
penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.
e. Riwayat psikososial
Biasanya pada ibu post partum terjadi gangguan psikologi seperti merasa cemas, rasa marah,
kekecewaan dan harga diri terganggu sehingga menyebabkan berkurangnya produksi dan pengeluaran
ASI.
f. Latar belakang budaya
Berisi tentang kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki ibu maupun keluarga beruhubungan
dengan perawatan post partum. Biasanya ada pantangan akan pemenuhan nutrisi pada ibu post
partum yang bisa memperberat kondisi ibu dan memperlambat proses penyembuhan ibu dan
menyebabkan ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya,
yang akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama
menyusui.
g. Dukungan keluarga
Berisi tentang sikap dan perilaku anggota keluarga ibu berhubungan dengan post partum.
Dukungan dari suami dan keluarga dapat berpengaruh dalam produksi ASI pada ibu post
partum, perhatian suami dibutuhkan dalam proses produksi ASI yang reflek oksitosin.
h. Riwayat kebidanan
Riwayat haid. Mengetahui tentang keadaan malnutrisi yang dulu, waktu menarche terjadi pada ibu,
disminore, lama menstruasi, siklusnya dan ditanyakan pula frekuensi terakhir menstruasi.
i. Riwayat perkawinan
Biasanya dicantumkan umur ibu saat menikah, lama pernikahan, berapa kali ibu menikah.
j. Riwayat kehamilan dan persalinan
Biasanya dicantumkan keluhan saat masa kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu normal atau
melalui sectio caesarea, hamil ke berapa, keluhan saat hamil, lahit pada usia berapa, cara
persalinan, penolong persalinan. Dan untuk riwayat anak biasanya berisi tentang jenis kelamin,
berat badan lahir, usia anak, dan penggunaan KB. Jumlah kehamilan tinggi cenderung memberikan
ASI pada bayi dibandingkan dengan paritas rendah, ASI lebih cepat keluar pada multipara daripada
primapara.
k. Data persalinan
Berisi kondisi ibu dan janin mulai dari skala I–IV. Biasanya masalah yang timbul pada anak dengan
kelahiran sectio caesarea adalah risiko terjadinya hipoksia dan perdarahan jaringan saat masa
intrapartum yang dapat menyebabkan gangguan yang permanen pada organ penglihatan.
l. Keadaan bayi
Berisi gambaran kondisi bayi, berat badan bayi baru lahir, adakah kelainan atau tidak, cacat
kongenital atau tidak. Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah dalam hal menyusui karena
refleks mengisapnya masih lemah. Perhatikan pemeriksaan mulut bayi apakah terdapat labio
palato kissis, hipersaliva, perhatikan juga hipoplasia otot depresoranguli oris yang mungkin
menyebabkan tidak mampu untuk menempel atau menghisap pada payudara ibu.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka status menyusui membaik dengan kriteria
hasil :
Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat, kemampuan ibi memposisikan bayi dengan benar, suplai
ASI adekuat, menggendong bayi untuk menyusui, bayi tidur setelah menyusu, dan payudara kosong
setelah menyusui (SLKI, 2019).
Perencanaan : (SIKI, 2018)
1. Memberikan kesempatan ibu untuk memposisikan dan menggendong bayi dengan benar.
Rasional : agar ibu bisa memilih posisi yang nyaman saat menggendong dan menyusui bayinya.
2. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap langsung diantara payudara ibu.
Rasional : agar bayi lebih menempel pada payudara ibu.
3. Memfasilitasi ibu menemukan posisi yang nyaman.
Rasional : untuk memberikan posisi yang nyaman untuk ibu dan bayi saat kegiatan menyusui.
4. Meletakkan bayi disamping ibu atau tempat tidur bayi disamping tempat tidur ibu, sehingga
memudahkan memulai lagi kegiatan menyusui.
Rasional : untuk memudahkan memulai lagi kegiatan menyusui.
5. Menganjurkan untuk memberi kesempatan bayi sampai lebih dari satu jam atau sampai bayi
menunjukkan tanda-tanda siap menyusu.
Rasional : untuk mengetahui bayi siap untuk menyusui.
Pelaksanaan Keperawatan
Dalam evaluasi pada ibu post partum dengan masalah ketidakefektifan pembrian ASI,
hasil yang diharapkan adalah ketidakefektifan pemberian ASI menjadi keefektifan
pemberian ASI, yang dibuktikan dengan indikator pemberian ASI efektif, ibu
mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui, dan ibu akan
mempertahankan keefektifan pemberian ASI selama yang diinginkan bayinya.
BAB III
METODE STUDI KASUS
Studi kasus ini, menggunakan metode penelitian deskriptif dalam bentuk studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan dengan masalah
ketidakefektifan pemberian asi dini pada ibu post partum dengan sc.
Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Subyek Studi Kasus
Fokus penelitian dalam studi kasus ini merupakan orang yang dijadikan sebagai
responden untuk mengambil kasus. Subjek studi kasus ini adalah ibu post partum dengan
sc yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI dini.
Fokus Studi
Fokus studi identik dengan variable pengambilan masalah, yaitu perilaku terhadap
karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Fokus penulisan
dalam studi kasus ini difokuskan pada masalah ketidakefektifan pemberian asi dini
pada ibu post partum dengan sc.
Definisi Operasional Fokus Studi
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan istilah atau variabel yang di maksud atau
tentang apa yang di ukur oleh istilah atau variabel yang bersangkutan.
Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel Ketidakefektifan pemberian asi dini pada ibu post
partum dengan sc
Istilah Batasan / Definisi Operasional
Sestio Caesarea Sestio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf
rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gr (Mitayani, 2009).
Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
yang akan dipakai dalam pengambilan data klien ibu post partum menggunakan format asuhan
keperawatan. Setelah mempelajari data yang didapat oleh peneliti baik dari catatan medis maupun
tim kesehatan lain yang berhubungan dengan kasus, sebagai bahan untuk menunjang tindakan
keperawatan dan perkembangan klien.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Lembar observasi dan format pengkajian asuhan keparawatan maternitas
2. Alat tulis
3. Alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker
4. Alat pengulas tanda-tanda vital, meliputi : jam tangan, termometer, stetoskop, dan
spignomanometer.
Metode Pengumpulan Data
Data penelitian studi kasus ini dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara
pada pasien dan keluarga mengenai keluhan utama dan riwayat keperawatan, observasi
dengan pengkajian tentang pengetahuan klien tentang menyusui dan pengkajian fisik
pada payudara klien yang meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi, serta menggunakan
studi dokumentasi yang bersumber pada lembar observasi dan rekam medis pasien.
Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan di Ruang Nifas RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September 2019, mulai dari penyusunan proposal sampai
penyusunan hasil penelitian sesuai dengan kalender akademik program studi DIII
Keperawatan Kampus Soetomo Surabaya.
Analisis Data dan Penyajian Data
Data yang dikumpulan yakni data tentang proses asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, penetapan diagnosis, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan, dan
penentuan evaluasi terhadap klien dengan ketidakefektifan pemberian ASI dini pada ibu post
partum dengan sc. Selanjutnya, data penelitian asuhan keperawatan yang dilakukan pada
klien disajikan dalam bentuk tabel atau narasi pada tahap penelitian asuhan keperawatan.
Kemudian, membandingkan asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap dua klien tersebut
dengan teori yang digunakan.
Etika Studi Kasus
Norman dkk (2009) dalamsugiono (2013), memberikan penjelasan tentang kode etik
penelitian studi kasus bahwa peneliti harus benar – benar mengkomunikasikan maksud dan
tujuannya secara intens dengan sudut pandang dan situasi subyek., misalnya, jika hasil
penelitian diekspose, subyek akan kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, dan
kehilangan rasa percaya diri, isu-isu seputar observasi dan repotasi harus benar-benar di
komunikasikan dengan subyek penulisan secara serius.Perlu juga penulis tuk menjelaskan
desain awal ke pada partisipan yang membuat tentang bagaimana sebaiknya mereka
ditampilkan, dakutif, dan ditafsirkan. Sedangkan bagi penulis sendiri harus mendengar
keluhan atau problem dari partisipan. Jaminan keamanan juga harus menjadi bagian yang
diperhitungkan oleh peniliti dalam melakukan penelitian.
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari: