Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep teori kecemasan

1. Definisi kecemasan

Menurut stuart (2012) ansietas merupakan adalah perasaan tidak tenang

yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai

dengan ketidakpastin, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan.

Perasaan takut dan tidak menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan

tentang bahaya yang akan datang dan membuat individu untuk siap

mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Menurut Nanda (2017) kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau

kekawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber seringkali tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang di

sebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya hal ini merupakan isyarat

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan

memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

2. Tanda dan Gejala kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan menurut Sutejo (2019)

a. Cemas, khawatir, firasat buruk,takut akan pikiranya sendiri serta

mudah tersinggung

6
7

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah,dan mudah terkejut

c. Merasa takut bila sendiri,atau pada keramaian dan banyak orang

d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang

menegangkan

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

f. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang

belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar sesak

nafas, mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kecemasan, antara lain:

a. Faktor predisposisi

1. Dalam pandangan psikoanalitis

Kecemasan atau ansietas adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id

mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super

ego mencerminkan hati nuraini dan dikendalikan oleh norma-

norma budaya.

2. Menurut pandangan interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidak setujuan

dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan


8

dengan trauma, seperti kehilangan dan perpisahan, yang

menimbulkan kerentanan tertentu.

3. Menurut pandangan prilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan. Pakar pilaku menganggap sebagai dorongan belajar

berdasarkan keinginan dari dalam bentuk menghindari

kepedihan. Individuyang terbiasa dengan kehidupan dini

dihadapkan pada ketakutan berlebihan, sering menunjukan

kecemasan dalam kehidupan selanjutnya.

4. Kajian biologis

Menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiapenez. Obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan

penting dalam mekanisme biologi berhubungan dengan

kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat

ansietas pada keluarga memiliki efk nyata sebagai predisposisi

kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan

fisikd dan selanjuya menurunkan kemampuan individu untuk

mengatasi stressor.

5. Kajian keluarga

Menunjukan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi karena

keluarga.
9

b. Faktor presipitasi

Menurut Stuart dan Tomb dalam jatmiko ( 2015) ada 2 faktor yang

mempengaruhi kecemasan yaitu:

1.) Faktor external

a.) Ancaman integeritas seseorang meliputi ketidakmampuan

Menurunya kapasitas untukmelakukan aktivitas hidup sehari-

hari fisiologis yang akan datang.

b.) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat mebahayakan

identitas,harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi sosial.

2.) Faktor internal

a.) Potential stressor

Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk

beradaptasi.

b.) Pendidikan

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampan

berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu

semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi

baru. Menurut Capernito dalam Ramil (2012), menjelaskan

bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan

mempunyai koping yang lebih adaptif terhadap kecemasan

dari pada individu dengan tingkat pendidikan rendah.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga


10

prilaku seseorang akan pola hidup terauma dalam memotivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki.

c.) Maturitas

Kematangan kepribadian individu akan mempengaruhi

kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian individu yang

lebih matur maka lebih sukar mengalami gangguan akibat

kecemasan, karena individu mempunyai daya adaptasi yang

lebih besar terhadap kecemasan.

d.) Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami

kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi secara konstrukif

merupakan terjadinya perilaku patologis.

e.) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomis yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.

Sumber material utama finansial merupakan sumber

dukungan keluarga bagi individu untuk mengatasi

ketidakberdayaan hidup. Keuangan yang memadai

memberikan rasa nyaman bagi seseorang yang sedang


11

mengalami suatu peristiwa hidup yang mencemaskan

(Muniarta dalam Ramli, 2012)

f.) Keadaan fisik

Individu yang mengalami ganggan fisik akan mudah

mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan

mempermudah individu mengalami kecemasan.

g.) Tipe kepribadian

Tipe kepribadian setiap individu memiliki ciri-ciri berbeda-

berbeda. Terdapat individu dengan tipe kepribadian yang

memiliki ciri-ciri tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin

serba sempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah gelisah,

tidak dapat tenang, mudah tersinggung dan mengakibatkan

otot-otot mudah tegang. Terdapat pula individu dengan tipe

kepribadian yang berlawanan dengan tipe diatas, seperti

memiliki ciri-ciri penyabar, tenang, teliti dan rutinitas.

h.) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan yang

sudah dikenalnya.

i.) Dukungan sosial

Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping

individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lain


12

membantu seseorang mengurangi kecemasan sedangkan

lingkungan mempengaruhi area berfikir individu.

j.) Usia

Menurut Capernito dalam Ramli (2012), mengemukakan

bahwa usia yang lebih muda, lebih mudah menderita

kecemasan dan stres dari pada usia tua. Semakin meningkat

usia seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih

matang berfikir dan bekerja. Selain itu, respon perilaku yang

ditunjukkan oleh seseorang sering berdasarkan lingkungan

dan secara budaya dapat dipelajari.

k.) Jenis kelamin

Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami

wanita dari pada pria. Wanita kurang efektif dalam

menggunakan pola koping bila dibandingkan dengan pria. Hal

ini disebabkan karena wanita dipengaruhi oleh emosi yang

mengakibatkan pola pikirnya kurang rasional dibandingkan

dengan pria (Capernito dalam Ramli, 2012).

4. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2012), tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan


13

meningkatkan lapang persepsi. Ansietas ini dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan perumbuhan serta kreaktivias.

Menurut (Asmadi 2018) karakteristik dari kecemasan ringan adalah

sebagai berikut :

1. Respon fisiologis

a.) Sesekali nafas pendek

b.) Nandi dan tekanan darah naik

c.) Gejala ringan pada lambung

d.) Muka berkerut dan bibir bergetar

2. Respon kognitif

a.) Lapang persepsi melebar

b.) Mampu menerima rangsangan yang kompleks

c.) Konsentrasi pada masalah

d.) Menjelaskan masalah secara efektif

3. Respon perilakudan emosi

a.) Tidak dapat duduk tenang

b.) Tremor halus pada tangan

c.) Suara kadang-kadang meninggi

b. Ansietas sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansiteas ini mempersempit lapang

persepsi individu.dengan demikian individu mengalami tidak


14

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan unuk melakukanya

1. Respon fisiologi

a.) Sering nafas pendek

b.) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik

c.) Mulut kering

d.) Anorexia

e.) Diare/konstipasi

f.) Gelisah

2. Respon kognitif

a.) Lapang persepsi menyempit

b.) Rangsang luar tidak mampu diterima

c.) Berfokus pada apa yang menjadi perhatin.

3. Respon perilaku dan emosi

a.) Gerakan tersentak-sentak

b.) Bicara bayak dan lebih cepat

c.) Susah tidur

d.) Perasaan tidak aman

c. Ansietas berat

Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berfikir tenang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukan untuk


15

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan

unuk berfokus pada area lain.

1. Respon fisiologis

a.) Nafas pendek

b.) Nadi dan tekanan darah naik

c.) Berkeringat dan sakit kepala

d.) Pengelihatan kabur

e.) Ketegangan

2. Respon kognitf

a.) Lapang persepsi sangat sempit

b.) Tidak mampu menyelesaikan masalah

c.) Repon perilaku emosi

d.) Perasaan ancaman meningkat

e.) Pengukapan cepat

f.) Blocking (menahan)

d. Tingkat panik

Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa di teror, serta

tidak mampu melakukan apapun alaupun dengan pengarahan.panik

meningkatkan aktivitas motorik menurunkan kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta

kehilangan pemikiran rasional. tingkat ansietas ini tidak sejalan

dengan kehidupan , jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan dan kematian.


16

1. Respon fisiologis

a.) Nafas pendek

b.) Rasa tercekik dan palpitasi (jantung berdenyut kencang)

c.) Sakit dada

d.) Pucat

e.) Hipotensi (tekaan darah rendah)

f.) Koordinasi motorik rendah

g.) Respon kognitif

h.) Tidak dapat berfikir logis

i.) Respon perilaku emosi

j.) Agitasi(perasaan gelisah), mengamuk dan marah

k.) Ketakutan, berteriak-teriak

l.) Kehilangan kendali atau kontrol diri

m.) Persepsi kacau

5. Rentang respon kecemasan

Menurut Stuart dalam Ramli (2012), kecemasan dapat menimbulkan dua

respons dalam rentang respon adaptif dan respon maladaptif, antara lain:

a. Respon adaptif

Respon adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stressor dan bila

individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, pada

respon ini terjadi mulai dari antisipasi menuju pada kecemasan tingkat

ringan. Pada respon ini akan menghasilkan sesuatu yang positif

diantaranya :
17

1) Dapat mencegah masalah dan konflik

2) Adanya dorongan untuk bermotivasi

3) Terjadinya peningkatan prestasi fungsional.

b. Respon maladaptif

Respon maladaptif merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi

pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman

kecemasan, sehingga individu akan mengalami kecemasan secara

bertahap mulai dari tingkat sedang ke tingkat berat dan akhirnya

panik.

Respon Adaftif Respon Maladatif

Antisipasi Ringan sedang berat panic

Gambar 2.2 Rentang respon kecemasan (Stuart, 2013 )

6. Manifestasi kecemasan

Menurut Gail W.Stuart (2012), manifestasi kecemasan dapat berupa

perubahan respon. Beberapa perubahan respon tersebut diantaranya yaitu:

a. Respon Fisiologis
18

1.) Respon kardiovaskuler

Respon yang muncul seperti

a.) Palpitasi (jantung berdenyut kencang)

b.) Jantung berdebar-debar

c.) Peningkatan tekanan darah

d.) Rasa ingin pingsan

e.) Penurunan tekanan darah

f.) Penurunan denyut nadi

2.) Respon pernafasan

Respon yang muncul seperti

a.) Nafas cepat

b.) Sesak nafas

c.) Tekanan pada dada

d.) Pernafasan dangkal

e.) Tenggorokan tersumbat

f.) Sensasi tersedak

g.) Terengah-engah

3.) Respon neuromuskular

Respon yang muncul seperti

a.) Peningkatan refleks

b.) Reaksi terkejut

c.) Kelopak mata berkedut

d.) Insomnia
19

e.) Tremor

f.) Kekakuan

g.) Gelisah

h.) Mondar-mandir

i.) Wajah tegang

j.) gelisah

4.) Respon gastrointestinal

Respon yang muncul seperti

a.) Kehilangan nafsu makan

b.) Jijik terhadap makanan

c.) Perut tidak nyaman dan terasa nyeri

d.) Diare

e.) Mual

5.) Respon traktus urinarius (saluran kemih)

Respon yang muncul seperti

a.) Keinginan untuk buang air kecil

b.) Sering berkemih (buang air kecil)

6.) Respon kulit

Respon yang muncul seperti

a.) Wajah memerah, dan pucat

b.) Berkeringat seluruh tubuh termasuk bagian telapak tangan

c.) Gatal

d.) Panas dan dingin


20

b.) Respon perilaku

Respon perilaku yang muncul seperti

a.) Kegelisahan

b.) Ketegangan fisik

c.) Bicara cepat

d.) Rawan kecelakaan

e.) Menarik diri dari hubungan interpersonal

f.) Menghindar

g.) Reaksi terkejut

h.)Kewaspadaan

c.) Respon kognitif

Respon yang muncul yaitu

a.) Perhatian terganggu

b.) Konsentrasi buruk, pelupa, bingung

c.) Salah dalam memberikan penilaian

d.) Preokupasi (keasikan)

e.) Pemblokiran pikiran (penutupan pikiran)

f.) Lapang persepsi menurun

g.) Kreativitas berkurang

h.) Produktifitas berkurang

i.) Takut kehilangan kontrol, cedera atau kematian

j.) Mimpi buruk


21

d.) Respon afektif

Respon yang sering muncul seperti

1.) Kegelisahan

2.) Ketidaksabaran

3.) Ketegangan

4.) Gugup

5.) Ketakutan

6.) Frustasi

7.) Mati rasa

8.) Perasaan bersalah

9.) Malu

7. Cara menilai dan alat ukur kecemasan

Menurut Saputro (2017), untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali

(panik) digunakan alat ukur (instrumen) yang disebut Hamilton Rating

Scale for Anxiety (HRS-A). Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur

HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok

gejala diberi penilaian antara 0-4, dengan nilai sebagai berikut (Pasaribu

dalam (Ramadan 2017):


22

a. Nilai 0 Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)


b. Nilai 1 Gejala ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

c. Nilai 2 Gejala sedang (dua gejala dari pilihan yang ada)

d. Nilai 3 Gejala berat (Lebih dari dua gejala yang ada)

e. Nilai 4 Gejala berat sekali (semua geja ada)

Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut di

jumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan pasien. Penilaian hasil derajat kecemasan menggunakan

ketentuan total sebagai berikut (Pasaribu dalam (Ramadan 2017):

a. Skor kurang dari 14 Tidak ada kecemasan

b. Skor 14 sampai dengan 20 Kecemasan ringan

c. Skor 21 sampai dengan 27 Kecemasan sedang

d. Skor 28 sampai dengan 41 Kecemasan sedang

e. Skor 42 sampai dengan 56 Kecemasan berat sekali

Tabel Quesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).


23

Nama :

Angkatan :

Umur :

Jenis klamin :

No Gejala kecemasan Nilai angka (skore) Kode

0 1 2 3 4

1. Perasaan cemas (ansietas)


a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2. Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah

3. Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
d. Pada binatang besar
e. Pada keramaian lalu lintas
f. Pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan tidur
a. Sukar masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
a. Sukar berkonsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Berkurangnya kesenangan pada hobi
c. Sedih
d. Bangun dini hari
24

e. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari


7. Gejala somatic/fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot-otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8. Gejala somatik/fisik (sensorik)
a. Tinitus (telinga berdenging)
b. Pengkihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan di tusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler
a. Takikardia (denyut jantung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
f. Detak jantung menghilng berhenti sekejap
10. Gejala respiratori (pernafasan)
a. Rasa tertekan atau sempit di dada
b. Perasaan tercekik
c. Sering menarik mafas
d. Nafas pendek/sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum dan sesudah makan
e. Rasa terbakar di perut
f. Rasa penuh atau kembung
g. Mual
h. Muntah
i. Buang air besar lembek
j. Sukar buang air besar (konstipasi)
k. Kehilngan berat badan
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Tidak datang bulan (tidak ada haid)
d. Darah haid berlebihan
e. Darah haid amat sedikit
f. Masa haid berkepanjangan
g. Masa haid amat pendek
h. Haid beberapa kali dalam sebulan
i. Menjadi dingin (frigid)
j. Ejakulasi dini
k. Ereksi melemah
l. Ereksi hilang
m. Impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering
25

b. Muka merah
c. Mudah berkeringat kepala pusing
d. Kepala terasa berat
e. Kepala terasa sakit
f. Bulu- bulu berdiri
14 Tingkah laku (sikap) pada wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang/mengeras
g. Nasaf pendek dan cepat
h. Muka merah

0 = Tidak ada

1 = Ringan

2 = Sedang

3 = Berat

4 = Berat sekali

Dengan skor total

Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan

14- 20 : cemas ringan

21- 27 : cemas sedang

28- 41 : cemas berat

42- 56 : cemas sangat berat


B. Konsep Terapi Teknik Lima Jari

1. Defenisi Terapi lima jari

Teknik terapi lima jari merupakan suatu bentuk pengalihan situasi yang

dapat menimbulkan efek relaksasi, sehingga akan mengurangi kecemasan

ketegangan dan stres dari pikiran seseorang yang dapat berpengaruh pada

pernafasan, denyut jantung, denyut nadi, dan teknan darah, mengurangi

ketegangan otot memperkuat ingatan pengeluaran hormone yang dapat

memicu timbulnya kecemasan dan mengatur hormon yang berkaitan

dengan stress, dapat dilakukan kurang lebih 10 menit dengan konsentrasi

dan rileks. (Arumsari, 2015).

Gambar 2.3 teknik terapi lima jari (Arumsari 2015)

2. Tujuan Terapi

Adapun tujuan dari relaksasi lima jari menurut ( Arumsari dan Hastuti

2015)

a.)Mengurangi kecemasan

b.) Memberikan relaksasi

c.) Merelaksasikan otot-otot tubuh

d.) menurunkan tingkat stress

e.) menciptakan perasaan tenang dan nyaman dan membantu tubuh


26

agar ubuh menjadi rileks dan tenang

3. Indikasi terapi teknik lima jari menurut (Arumsari dan Hastuti 2015)

1. Klien dengan kecemasan ringan dan sedang

2. Klien dengan nyeri ringan dan sedang

3. Klien dengan tingkat stres ringan dan sedang

4. Langkah- Langkah metode teknik terapi lima jari

a) Fase orentasi

1. Ucapkan salam terapeutik

2. Buka pembicaraan dengan topik

3. Evaluasi validasi

4. Jelaskan tujuan

5. Tetapkan kontrak, topik, waktu dan tempat

b) Fase kerja

1. Tarik afas beberapa kali sampai rileks

2. Tutup mata dengan nafas biasa

3. Kosongkan pikiran

4. Menyentuh ibu jari dengan jari telunjuk dan bayangkan saat anda

merasa Sehat

5. Menyentuh ibu jari dengan jari tengah dan bayangkan ketika anda

mendapatkan hadia atau barang dari orang yang anda sayangi

6. Menyentuh ibu jari dengan ari manis dan bayangkan ketika anda

mendapatkan pujian dan mendapatkan sesuatu yang berharga.


27

7. Sentuh ibu jari dengan jari kelingking dan bayangkan ketika anda

berada di suatu tempat yang paling nyaman dan anda sukai. (Retno

2015).

c) Evaluasi terminasi

1. Evaluasi perasaan klien

2. Evaluasi objekif

3. Terapkan rencana tindak lanjut

C. Peneliian terkait (evidence based)

Penelitian yang dilakukan Kumalasari (2013), “pengaruh terapi hipnotis lima

jari untuk menurunkan kecemasan pada mahasiswa yang sedang menyusun

skripsi di Stikes Muhammadiyah klaten”,menyatakan bahwa mahasiswa yang

diberikan terapi lima jari, gelombang pikiranya masuk ke gelombang alfa

frekuensinya 7-14 hert atau lebih dalam lagi ke gelombang theta frekuensinya

4-7 hertz. Ketika pikiran masuk ke gelombang ini, mahasiswa menghasilkan

zat endorphin alami yang menghasilkan sensasi nyaman dan dalam hipnotis

state ini, sisem metabolisme tubuh menjadi jauh lebih baik dan tubuh bebas

dari ketegangan.
28

Anda mungkin juga menyukai