Anda di halaman 1dari 6

Definisi fobia

Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut.
Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Phobia, hal tersebut
berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental
seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang
bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat
pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan
sebagainya.[8]
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan
emosi (mental blocks) di kemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak
memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi
dengan sumber phobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara
yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan
fiksasi.[8]
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi
negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon
negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek phobia lainnya dan intensitasnya
semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus
menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita phobia menjadi
semakin rentan dan semakin tidak produktif.[9]

Jenis-Jenis fobia
Agoraphobia
Agoraphobia berasal dari bahasa Yunani yang berarti takut kepada pasar, yang
sugestif untuk ketakutan berada ditempat-tempat terbuka dan ramai Agoraphobia melibatkan
ketakutan terhadap tempat-tempat atau situasi yang memberi kesulitan atau membuat malu
seseorang untuk kabur dari situ bila terjadi simptom-simptom panik atau serangan panik yang
parah atau ketakutan kepada situasi dimana bantuan tidak bisa didapatkan bila problem
terjadi. Agoraphobia dapat terjadi bersamaan atau tidak bersamaan dengan gangguan panik
yang menyertai. Pada gangguan panik dengan agoraphobia, orang hidup dengan ketakutan
terjadinya serangan yang berulang dan menghindari tempat-tempat umum. Orang orang
dengan agoraphobia yang tidak punya gangguan panik dapat mengalami sedikit simptom
panik seperti pusing yang menghalangi mereka untuk keluar dari tempat mereka.
Fobia Social
Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan
dengan keberadaan orang lain. Individu yang menderita fobia sosial biasanya mencoba
menghindari situasi yang membuatnya mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda
kecemasan atau berperilaku secara memalukan. Fobia sosial dapat bersifat umum atau
khusus, tergantung rentang situasi yang ditakuti dan dihindari. Orang-orang dengan tipe
umum mengalami fobia ini pada usia yang lebih awal, lebih banyak komorbiditas dengan
berbagai gangguan lain, seperti depresi dan kecanduan alkohol, dan hendaya (gangguan)
yang lebih parah. Gangguan ansietas sosial cenderung menjadi lebih kronis jika
penanganannya tidak berhasil. Fobia sosial umumnya bermula pada masa remaja dan
menghambat pembentukan hubungan persahabatan dengan teman-teman sebaya
Fobia spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang beralasan dan disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi
suatu objek atau situasi spesifik, fobia ruang tertutup (claustrophobia), Zoophobia adalah rasa
takut akan hewan brontophobia diambil dari bahasa Yunani, bronte yang berarti petir.
aerophobia biasanya takut jika harus naik pesawat terbang.

Definisi Acrophobia
Acrophobia memang benar berbahaya, karena perasaan cemas yang dihasilkan dapat
dengan mudah diubah hmenjadi perasaan panik ketika berada di ketinggian. Jika sudah
terjadi serangan panik, penderita fobia dapat terlalu gemetar untuk dapat turun
sendiri secara aman. Penderita acrophobia dapat mengalami gangguan lainnya seperti : 1.
Vertigo. Vertigo adalah kondisi medis yang menyebabkan pusing dan sensasi berputar. 2.
Bathmophobia, adalah rasa takut yang irasional terhadap tangga dan segala sesuatu yang
curam. Sebagian besar penderita bathmophobia menderita acrophobia. 3. Climacophobia,
adalah rasa takut yang irasional ketika sedang memanjat atau mendaki sesuatu.
4.Aerophobia, adalah rasa takut yang irasional terhadap penerbangan. Pada
aerophobia berat, penderita akan merasakan rasa takut dan cemas jika melihat pesawat
ataupun berada di bandar udara
Gejala pasti dari acrophobia mirip dengan gangguan kecemasan yang lainnya. Gejala yang
paling umum yaitu peningkatan detak jantung, palpitasi,napas pendek dan cepat, mulut
menjadi kering dan mual. Gejala tersebut merupakan gejala yang paling banyak
dilaporkan dari orang yang menderita acrophobia. Reaksi lainnya yang dapat terjadi ketika
penderita mendapat serangan panik ketika berada di ketinggian antara lain penderita akan
melakukan posisi perlindungan diri seperti meringkuk ataupun berlutut secara tiba-tiba,
penderita akan berusaha mencari tempat untuk bersandar atau pegangan serta merasa lemas
atau lumpuh seketika

Etiologi
Etiologi untuk acrophobia belum diketahui secara pasti, tapi patogenesis fobia berhubungan
dengan faktor-faktor biologis, genetik dan psikososial.
a. Teori Psikoanalisis

Menyatakan bahwa phobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan oleh
impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls yang ditakuti dan dipindahkan
ke objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego
untuk menghindari konfrontasi dengan masalah sebenarnya
a. Teori Behavioral

Teori behavioral berfokus pada pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Beberapa
tipe dalam pembelajaran mungkin berperan dalam berkembangnya fobia dalam diri individu.
[19

fobia berkembang dari dua rangkaian pembelajaran yang saling berkaitan.[19]


1) Melalui classical conditioning, seseorang dapat belajar untuk takut pada
suatu stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian
yang secara instrinsik menyakitkan atau menakutkan (UCS).
2) Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut
dengan melarikan diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran yang kedua ini
diasumsikan sebagai operant conditioning, respons dipertahankan oleh
konsekuensi mengurangi ketakutan yang menguatkan.
b. Teori Kognitif

Pandangan kognitif mengenai kecemasan secara umum dan fobia secara khusus berfokus
pada proses berpikir manusia yang dapat berperan sebagai diathesis dan pikiran yang dapat
membuat fobia menetap. Kecemasan dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk
menanggapi stimuli negative, menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai informasi
yang mengancam, dan mempercayai bahwa kejadian negative memiliki kemungkinan lebih
besar untuk terjadi di masa mendatang. Isu utama dalam teori kognitif adalah kognisi
menyebabkan kecemasan atau kecemasan yang membentuk kognisi.
a. Teori Biologis

Faktor Genetik. Keluarga dekat memiliki gen yang sama dan memiliki kesempatan besar
untuk saling mengamati serta mempengaruhi sehingga dapat mengindikasikan peniruan
langsung dari satu anggota ke anggota keluarga lainnya. Walaupun terdapat beberapa alasan
untuk mempercayai bahwa faktor-faktor genetic mungkin berperan dalam etiologi fobia,
hingga saat ini belum ada bukti yang tegas menunjukkan sejauh mana peran faktor genetik
dalam fobia yang dialami oleh individu.[
a. Teori Neurologi
Neurologi membahas masalah kecemasan dan ketakutan melalui penelitian
kondisi sistem syaraf beserta reaksi impuls syaraf yang menegang atau tertekan
ketika seseorang mengalami phobia. Beberapa bagian otak menjadi kunci dalam
produksi rasa takut serta cemas di dalam penelusuran masalah phobia. Melalui
penelitian syaraf dapat ditemukan peranan berarti amygdala dan hippocampus
ketika manusia mengalami kecemasan maupun ketakutan. Amygdala adalah
bagian dalam otak manusia dengan bentuk menyerupai almond yang dipercaya
berfungsi komunikasi untuk menghubungkan bagian penerimaan isyarat atau
tanda-tanda dari panca indera dengan bagian penafsiran isyarat pada otak
manusia.[21]
Amygdala mengirim perintah kewaspadaan pada seluruh bagian otak atas
kehadiran ancaman. Perintah dari amygdala kemudian mampu memicu reaksi
berupa rasa cemas serta takut yang berlebihan atas ancaman yang telah diprediksi
terjadi dalam pikiran. Kepekaan amygdala serta tempo dalam merespon kehadiran
ancaman akan berbeda dan sifatnya genetis berikut reaksi tubuh misalnya
meningkatnya tekanan darah . Keadaan ini menunjukkan bahwa memori
emosional disimpan pada pusat amygdala jelas berperan dalam kecemasan serta
ketakutan yang berlebihan seperti jenis phobia khusus, yakni takut pada laba-laba
(spiderphobia), takut pada anjing (dogphobia), takut pada ruang tertutup
(claustrophobia) dan sebagainya.[21]

Hippocampus adalah bagian dalam otak yang mengisyaratkan ingatan peristiwa-peristiwa


mengancam ke dalam memori manusia. Hippocampus berfungsi mis-match detection, yakni
menemukan ketidaksesuaian dan segera mengisyaratkan perhatian dalam pikiran seseorang .
Perasaan takut dan cemas mengganggu pikiran dan seketika hippocampus berikut bagian otak
membangun mekanisme perhatian untuk menyiapkan diri dari peristiwa langsung yang tiba-
tiba dapat memasuki kesadaran. Bagian otak yang istimewa ini menjadi lebih kecil pada
orang yang mengalami phobia atau memang mengecil ketika manusia merasakan ancaman
dapat ditelusuri juga lewat kasus lain sebagai perbandingan

Manifestasi klinis
Peningkatan ancaman postural, misalnya saat berjalan di atas permukaan penyangga yang agak
tinggi , menyebabkan perubahan gaya berjalan terutama pada penderita acrophobia. Perubahan ini
ditandai dengan berkurangnya kecepatan berjalan, langkah yang lebih pendek, penurunan irama, dan
waktu berjalan yang lebih lama. Secara analog, berdiri di atas permukaan yang ditinggikan mengubah
kontrol postural statis khususnya kekakuan muskuloskeletal dari aparatus kontrol postural

Rincian gambar
Pada gambar diatas terlihat perubahan eksplorasi visual, postural dan kontrol gerak yang disebabkan
oleh ketinggian pada individu dengan acrophobia dan individu normal saat terpapar ketinggian di
balkon darurat 20 m di atas tanah. Dimana dapat dilihat pada individu normal perubahan perilaku
selama sikap tegak yang tenang. Sedangkan pada penderita acrophobia terjadi perubahan perilaku
selama di atas ketinggian. Selama berdiri dan berjalan di atas ketinggian, individu dengan acrophobia
menunjukkan gerakan kepala yang sangat berkurang, Gerakan mata selama berdiri pada individu
dengan acrophobia lebih sering diarahkan sepanjang bidang horizontal. Sebaliknya, selama
penggerak, mereka melakukan saccades terutama di sepanjang bidang vertikal. selama paparan
ketinggian, kontrol postural pada individu dengan acrophobia ditandai dengan peningkatan kontraksi
otot untuk melawan gaya gravitasi dan peningkatan amplitudo goyangan tubuh. Pergerakan ditandai
dengan mode berjalan yang lambat dan hati-hati, dengan panjang langkah yang berkurang dan basis
dukungan yang diperluas. individu-individu dengan acrophobia yang berdiri di balkon menunjukkan
saccades yang lebih sedikit dan amplitudo terbatas dengan durasi fiksasi yang lebih lama. Pandangan
pada orang dengan acrophobia terbatas terbatas pada area yang lebih kecil dibandingkan dengan orang
normal. Dengan demikian, eksplorasi visual pada individu yang acrophobia membatasi dirinya di
sepanjang jarak pandang. Dengan kata lain, rasa takut akan ketinggian seolah membekukan
pandangan pasien acrophobia.

Terapi
CBT
CBT mengarahkan pasien belajar untuk mengendalikan pikiran yang menimbulkan kecemasan,
mencari alternatif dari bentuk kecemasan lain yang rasional, dan mengambil tindakan untuk menguji
alternatif tersebut. penekanan nya adalah menghentikan siklus pikiran dan kecemasan negatif. Jika
siklus ini telah putus, maka individu dapat mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan
perilaku kecemasan nya dan semakin pandai dalam mengatur serta mengurangi pikiran yang
menimbulkan kecemasan nya

Metode lainnya
a. Metode Hipnoterapi
Melalui metode ini Penderita akan diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan rasa
ketakutan Penderita. Nantinya sugesti-sugesti itu harus Penderita ingat terus-menerus
hingga perlahan akan terbiasa untuk melupakannya. Metode seperti ini adalah metode
penyembuhan dari dalam diri Penderita sendiri.

b. Metode Exposure Treatment
Metode ini adalah latihan untuk melatih otak Penderita. Penderita akan dipaksa terus-
menerus berada di ketinggian. Namun, metode ini bukan hanya tentang
"membiasakan diri" rasa takut, tetapi sebagai pelatihan untuk otak Penderita agar
berhenti mengirim sinyal rasa takut ketika Penderita dalam keadaan tidak berbahaya.

c. Metode Desentisisasi Sistematis
Biasanya metode ini ampuh untuk mengatasi phobia dalam tingkat keparahan ringan.
Penderita akan diminta membayangi hal-hal yang indah ketika berada di ketinggian.
Misalnya, membayangkan serunya bermain flying fox, atau roller coaster.
d. Metode Abreaksi
Pada metode ini, Penderita yang sebelumnya membayangkan serunya berada di
ketinggian, diminta membiasakan diri untuk terus-menerus berimajinasi seperti
tersebut. Melihat tayangan televisi yang menyuguhkan aksi yang menyenangkan di
ketinggian pun bisa menjadi tips ampuh. Baru setelah terbiasa mengimajinasikan nya,
pelan-pelan Penderita dibawa ke tempat-tempat tinggi dan diminta untuk melakukan
sesuai apa yang Penderita sedang imajinasi kan.

e. Metode Reframing
Penderita diminta untuk membayangkan kembali menuju masa lampau di mana
permulaan phobia ketinggian itu terjadi. Saat teringat, Penderita akan dimotivasi
bahwa sebenarnya semua orang bisa mengalami seperti Penderita namun berhasil
keluar dari ketakutan-ketakutan tersebut. Motivasi yang dilakukan berulangkali tentu
akan menumbuhkan kepercayaan diri sekaligus membangkitkan keberanian Penderita
kembali.

Anda mungkin juga menyukai