Anda di halaman 1dari 12

Agorafobia dengan Gangguan Panik 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap
suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang
berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguan jiwa yang merupakan salah satu tipe
dari gangguan ansietas dan dibedakan kedalam tiga jenis objek atau situasi ketakutan yaitu
agoraphobia, fobia spesifik, dan fobia sosial.
3

Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya
kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Menurut DSM-IV- TR agorafobia
berhubungan erat dengan gangguan panik, namun ICD I0 tidak mengaitkan gangguan panik
dengan agorafobia dan kasus-kasus agorafobia didapati dengan atau tanpa serangan panik.
3

Agorafobia dapat timbul pada penderita yang tidak mengalami serangan panik akan
tetapi sebagian besar penderita yang datang untuk pengobatan mempunyai riwayat serangan
panik ataupun gangguan fobia sosial yang sangat berat yang menimbulkan simptom yang
mirip dengan serangan panik. Penderita agorafobia pada umumnya menghindari tempat
ramai karena takut terjadi serangan panik dan merasa malu jika ada orang yang melihat
usahanya untuk melarikan diri dari situasi tersebut. Akibatnya, orang yang menderita
agorafobia mengalami masalah kehidupan yang sangat berat karena tidak mampu pergi dari
rumah (tempat yang dirasanya aman) baik untuk bekerja, membeli kebutuhan hariannya
maupun untuk bersosialisasi.
3,6










Agorafobia dengan Gangguan Panik 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Agorafobia berasal dari kata Yunani. Agorafobia adalah rasa takut sendirian di tempat
umum (seperti supermarket), terutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat saat
terjadi serangan panik.
1,2

Agorafobia juga termasuk ketakutan jika berada jauh dari rumah, keluarga dan teman-
teman. Penderita takut berada pada situasi atau tempat yang menyebabkan sulit melarukan
diri atau tidak ada bantuan jika terjadi serangan panik.
2

Agorafobia sering disertai gangguan panik. Gangguan panik ditandai dengan adanya
serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang terdiri atas periode rasa takut intens
yang hati-hati dan bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit
serangan selama satu tahun.
1


2.2 Epidemiologi
Studi epidemiologis melaporkan angka prevalensi seumur hidup 1,5 5 % untuk
gangguan panik dan 3 5,6 % untuk serangan panik. Perempuan lebih mudah terkena dua
hingga tiga kali daripada laki-laki walaupun pengabaian diagnosis gangguan panik pada
laki-laki dapat berperan dalam distribusi yang tidak sebenarnya.
1

Gangguan panik paling lazim timbul pada dewasa muda (usia rerata timbulnya
gangguan sekitar 25 tahun) tetapi gangguan panik dan agorafobia dapat timbul pada usia
berapapun. Gangguan panik dilaporkan terjadi pada anak dan remaja, serta diagnosis
gangguan ini mungkin kurang terdiagnosis pada kelompok usia tertentu.
1

Prevalensi seumur hidup agorafobia dilaporkan berkisar anatara 0,6 6 %. Faktor utama
yang menyebabkan kisaran perkiraan yang luas ini adalah pengguanaan berbagai kriteria
diagnostik dan metode penilaian. Dibanyak kasus, awitan agorafobia mengikuti peristiwa
traumatik.
1



Agorafobia dengan Gangguan Panik 3

2.3 Etiologi
a. Faktor Biologis
Gejala gangguan panik terkait dengan suatu kisaran abnormalitas biologis dalam
struktur dan fungsi otak. Sebagian besar penelitian dilakukan di area dengan penggunaan
stimulan biologis untuk mencetuskan serangan panik pada pasien dengan gangguan
panik.
1

Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan panik dilaporkan
menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi lambat terhadap stimulus
berulang, dan berespons berlebihan terhadap stimulus sedang.
1

b. Faktor Genetik
Walaupun studi yang terkontrol baik mengenai dasar genetik gangguan panik dan
agorafobia jumlahnya sedikit, data saat ini mendukung kesimpulan bahwa gangguan ini
memiliki komponen genetik yang khas. Di samping itu, sejumlah data menunjukkan
bahwa gangguan panik dengan agorafobia adalah bentuk parah gangguan panik sehingga
lebih mungkin diturunkan.
1

Berbagai studi menemukan peningkatan risiko empat hingga delapan kali untuk
gangguan panik diantara kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan panik
dibandingkan kerabat derajat pertama pasien psikiatri lain. Studi kembar yang telah
dilakukan hingga saat ini umumnya melaporkan bahwa kedua kembar monozigot lebih
mudah terkena bersamaan daripada kembar dizigot. Demikian juga riwayat keluarga
dengan gangguan panik dan agorafobia. Saat ini, tidak ada data yang menunjukkan
hubungan antara lokasi kromosom spesifik atau cara transmisi dan gangguan ini.
1,2

c. Faktor Psikososial
Teori psikoanalitik dan perilaku kognitif telah dikembangkan untuk menerangkan
patogenesis gangguan panik dan agorafobia. Keberhasilan metode kognitif perilaku untuk
terapi gangguan ini dapat menambah kepercayaan pada teori perilaku kognitif.
1
a. Teori Perilaku Kognitif
Teori perilaku menyatakan bahwa ansietas adalah respons yang dipelajari baik
dari menirukan perilaku orangtua maupun melalui proses pembelajaran klasik. Di
dalam metode pembelajaran klasik pada gangguan panik dan agorafobia, stimulus
berbahaya (seperti serangan panik) yang timbul bersama stimulus netral (seperti naik
Agorafobia dengan Gangguan Panik 4

bus) dapat mengakibatkan penghindaran stimulus netral. Teoriperilaku lain
menyatakan hubungan antara sensasi gejala somatik ringan (seperti palpitasi) dan
timbulnya serangan panik. Walaupun teori perilaku kognitif dapat membantu
menerangkan timbulnya agorafobia atau peningkatan jumlah maupun keparahan
serangan panik, teori ini tidak menerangkan timbulnya serangan panik pertama yang
tidak dicetuskan dan tidak disangka yang dialami pasien.
1

b. Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik mengonseptualisasi serangan panik sebagai serangan yang
timbul dari pertahanan yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan
ansietas. Hal yang sebelumnya merupakan sinyal ansietas ringan menjadi perasaan
antisipasi cemas yang berlebihan, lengkap dengan gejala somatik. Untuk menjelaskan
agorafobia, teori psikoanalitik menekankan hilangnya orangtua di masa kanak dan
riwayat ansietas perpisahan. Berada sendirian di tempat umum membangkitkan
kembali ansietas saat diabaikan di masa kanak.
1
Mekanisme defens yang digunakan mencakup represi, displacement,
penghindaran, dan simbolisasi. Perpisahan traumatik padamasa kanak dapat
memengaruhi sistem saraf anak yang sedang berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka menjadi rentan terhadap ansietas di masa dewasa. Mungkin terdapat
kerentanan predisposisi neurofisiologis yang dapat berinteraksi dengan jenis stresor
lingkungan tertentu untuk menghasilkan hasil akhir serangan panik.
1

Banyak pasien menggambarkan serangan panik seperti timbul tiba-tiba, dengan
tidak adanya faktor psikologis yang terlibat, tetapi eksplorasi psikodinamik sering
menggunakan penginduksi psikologis serangan panik yang jelas. Walaupun serangan
panik secara neurofisiologis berhubungan dengan locus cerelus, awitan panik
umumnya terkait dengan faktor lingkungan atau psikologis. Pasien dengan gangguan
panik memiliki insiden yang lebih tinggi mengalami peristiwa hidup yang penuh
tekanan, khususnya kehilangan, dibandingkan subjek kontrol dibulan-bulan sebelum
awitan gangguan panik. Lebih jauh, pasien secara khas mengalami penderitaan lebih
hebat akan peristiwa hidup daripada subjek kontrol.
1

Riset menunjukkan bahwa penyebab serangan panik cenderung melibatkan arti
peristiwa yang menimbulkan stres secara tidak disadari serta bahwa patogenesis
Agorafobia dengan Gangguan Panik 5

serangan panik dapat berkaitan dengan faktor neurofisiologis yang dicetuskan reaksi
psikologis. Klinis psikodinamik harus selalu melakukan penyelidikan menyeluruh
mengenai kemungkinan penginduksi setiap menilai pasien dengan gangguan panik.
1


2.4 Tanda dan Gejala
Pasien dengan agorafobia menghindari situasi disaat sulit untuk mendapatkan bantuan.
Lebih suka ditemani kawan, atau anggota keluarga ditempat tertentu, seperti jalan yang
ramai, tempat yang padat, ruang tertutup (seperti terowongan, jembatan, lift), kendaraan
tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus dan pesawat terbang). Mereka menghendaki
ditemani setiap kali harus keluar rumah. Perilaku tersebut sering menyebabkan konflik
perkawinan dan keliru didiagnosis sebagai masalah primer. Pada keadaan parah mereka
menolak meluar rumah dan mungkin ketakutan akan menjadi gila.
3

Pasien sering menunjukkan riwayat kekanak-kanakan, yaitu malu-malu, rasa cemas bila
berpisah, takut sekolah dan riwayat keluarga seperti kecemasan, panik dan fobia.
Kebanyakan pasien akan menceritakan bahwa mereka seolah merasa bahwa suatu
kecemasan akan merundungi mereka pada situasi yang tampaknya mengancam, seperti
memikirkan akan pergi ke restoran atau tempat umum. Kemudian kecemasannya meningkat
menjadi serangan panik.
4


2.5 Diagnosis
Diagnosis agorafobia berdasarkan gejala ansietas dan fobia yang tampak
jelas. Menurut Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III
(PPDGJ-III), diagnosis pasti agorafobia harus memenuhi semua kriteria dengan adanya
gejala ansietas yang terbatas pada kondisi spesifik yang harus dihindari oleh penderita.
6

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Agorafobia
6
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif.
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut: banyak
Agorafobia dengan Gangguan Panik 6

orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah dan bepergian sendiri.
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.

Sedangkan menurut DSM-IV, agorafobia dapat digolongkan atas gangguan panik
dengan agorafobia dan agorafobia tanpa gangguan panik. Dengan kriteria diagnostik sebagai
berikut:

Tabel 2 Kriteria Diagnostik untuk Agorafobia tanpa Riwayat Gangguan Panik
1
a. Adanya agorafobia berhubungan dengan rasa takut mengalami gejala mirip panik
(misalnya pusing atau diare).
b. Tidak pernah memenuhi kriteria untuk panik.
c. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
d. Jika di temukan suatu kondisi medis umum yang berhubungan, rasa takut yang dijelaskan
dalam kriteria a jelas melebihi dari apa yang biasanya berhubungan dengan kondisi.

Selain itu, DSM-IV juga menetapkan kriteria diagnostik untuk agorafobia, yaitu:

Tabel 3 Kriteria untuk Agorafobia
1
Catatan: Agorafobia bukan merupakan gangguan yang dapt dituliskan. Tuliskan diagnosis
spesifik di mana agorafobia panik terjadi (misalnya gangguan panik dengan agorafobia atau
agorafobia tanpa riwayat gangguan panik).
a. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan sulit
meloloskan diri (atau merasa malu) atau di mana mungkin tidak terdapat pertolongan jika
mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang diharapkan atau disebabkan
oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya mengenai kumpulan situasi karakteristik
seperti di luar rumah sendirian, berada di tempat ramai atau berdiri di sebuah barisan,
berada di atas jembatan, atau bepergian dengan bus, kreta atau mobil.
Catatan: Pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran adalah terbatas pada satu
atau hanya beberapa situasi spesifik, atau fobia sosial jika penghindaran terbatas pada situasi
sosial.
Agorafobia dengan Gangguan Panik 7

b. Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan dengan penderitaan
yang jelas atau dengan kecemasan akan mendapatkan serangan panik atau gejala mirip
panik, atau perlu didampingi teman.
c. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental
lain, seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial karena rasa
takut malu), gangguan obsesif kompulsif (misalnya menghindari kotoran pada seseorang
dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalya
menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat), atau gangguan cemas
perpisahan (misalnya menghindari meninggalkan rumah atau sanak saudara).

2.6 Gambaran Klinis
Gambaran klinis biasanya meliputi klaustrofobia (takut berada dalam ruang tertutup),
juga berada di tempat ramai, jalan utama dan transportasi umum. Penderita dapat
menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan untuk mengatasi fobia mereka. Penderita lain
menjadi depresi akibat pembatasan gaya hidup mereka, yang akhirnya akan semakin
mencetuskan agorafobianya.
2

Serangan panik yang pertama sering benar-benar spontan, walaupun serangan panik
kadang-kadang mengikuti kegairahan, kerja fisik, aktivitas seksual, atau trauma emosi
sedang. DSM-IV-TR menekankan bahwa setidaknya serangan pertama harus tidak diduga
(tanpa syarat) untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan panik. Klinisi harus berupaya
mendapatkan setiap kebiasaan atau situasi yang biasanya mendahului serangan panik pasien.
Aktivitas tersebut dapat mencakup penggunaan kafein, alkohol, nikotin, atau zat lain, pola
tidur atau makan yang tidak biasa dan situasi lingkungan tertentu seperti pencahayaan yang
berlebihan di tempat kerja.
1

Serangan sering dimulai dengan periode meningkatnya gejala dengan cepat selama 10
menit. Gejala mental utama adalah rasa takut yang ekstrim dan rasa kematian serta ajal yang
mengancam. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber rasa takutnya, mereka
menjadi bingung dan memiliki masalah konsentrasi. Tanda fisik sering mencakup takikardi,
palpitasi, dispnea dan berkeringat. Pasien sering mencoba pergi walau sedang dalam situasi
apapun untuk mencari pertolongan. Serangan biasanya bertahan 20-30 menit dan jarang
lebih dari 1 jam.
1

Agorafobia dengan Gangguan Panik 8

2.7 Perjalanan Penyakit
Sebagian besar kasus agorafobia diperkirakan dicetuskan oleh gangguan
panik. Bila gangguan panik diobati, seringkali agorafobianya akan membaik.
Dengan terapi perilaku, penyembuhan cepat dari agorafobia dapat terjadi.
Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik sering menjadi kroni s, adanya
gangguan depresi dan ketergantungan alkohol akan memperberat perjalanan
agorafobia.

2.8 Diagnosa Banding
Diagnosis banding untuk agorafobia tanpa suatu riwayat gangguan panik adalah semua
gangguan medis yang dapat menyebabkan kecemasan atau depresi. Diagnosis banding
psikiatrik adalah gangguan depresif berat, skizofrenia, gangguan kepribadian paranoid,
gangguan kepribadian menghindar, dimana pasien tidak ingin keluar rumah dan gangguan
kepribadian dependan karena pasien harus selalu ditemani keluar rumah.
5

Perlu diingat bahwa sebagian penderita agorafobia hanya mengalami sedikit ansietas
karena mereka secara konsisten dapat menghindari objek atau situasi fobik. Adanya gejala
lain seperti depresi, depersonalisasi, obsesi, dan fobia sosial, tidak mengubah diagnosis
tersebut. Asalkan gejala ini tidak mendominasi gambaran klinisnya. Namun demikian, bila
mana pasien tersebut jelas sudah mengalami depresi pada saat fobik tersebut pertama kali
timbul, maka lebih tepat untuk mendiagnosis sebagai episode depresif; hal ini lebih lazim
terjadi pada kasus dengan onset lambat.
6


2.9 Penatalaksanaan
Dengan terapi, sebagian besar pasien mengalami perbaikan dramatik pada gej al a
gangguan pani k dan agor af obi a. Dua t er api yang pal i ng ef ekt i f adal ah
f ar makot er api dan t er api kogni t i f per i l aku. Ter api kel uar ga dan
kel ompok mungkin membantu pasien yang menderita dan keluarganya untuk
menyesuaikan dengan kenyat aan bahwa pas i en mender i t a gangguan dan
dengan kes ul i t an psikososial yang telah dicetuskan oleh gangguan.
5



Agorafobia dengan Gangguan Panik 9

a. Farmakoterapi
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengobati gangguan panik karenaagorafobia
pada umumnya disebabkan oleh gangguan panik. Diharapkan dengan perbaikan
gangguan panik maka agorafobia juga akan semakin membaik. Semuaobat golongan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors ( SSRI ) ef ekt i f unt uk gangguan
panik. Paroksetin memiliki efek sedatif dan cenderung membuat pasientenang sehingga
menimbulkan kepatuhan yang lebih besar serta putus minum obatyang lebih sedikit. Jika
efek sedasi paroksetin tidak dapat ditoleransi, maka dapat diganti dengan fluoxetin.
Obat lain yang biasa digunakan adalah dari golongan Be nz odi azepi n
kar ena memi l i ki awi t an ker j a unt uk pani k yang pal i ng cepat , sering
dalam minggu pertama, dan dapat digunakan untuk periode waktu yang lama
tanpa timbul toleransi terhadap anti panik.
5

b. Terapi Perilaku dan Kognitif
Terapi lain yang dilakukan selain farmakoterapi adalah terapi perilaku dan kognitif.
Fokus dari terapi kognitif adalah instruksi mengenai keyakinan salah pasien
dan informasi mengenai serangan panik.
5
Ap l i k a s i Re l a k s a s i . T u j u a n a p l i k a s i r e l a k s a s i ( c o n t o h n y a
p e l a t i h a n r el aks as i Her ber t Ben s on) adal ah member i kan pas i en r as a
kendal i mengenai tingkat ansietas dan relaksasi.
5
Terapi Keluarga. Keluarga pasien dengan gangguan panik dan agorafobia juga
mungkin telah dipengaruhi oleh gangguan anggota keluarga. Terapi keluargayang
ditujukan pada edukasi dan dukungan sering bermanfaat.
5
Psikoterapi Berorientasi Tilikan. Psikoterapi berorientasi tilikan dapat
member i keunt ungan di dal am t er api gangguan pani k dan agor af obi a.
Ter api ber f okus membant u pas i en menger t i ans i et as yang t i dak
di s adar i yang t el ah dihipotesiskan, simbolisme situasi yang dihindari,
kebutuhan untuk menekan impuls, dan keuntungan sekunder gejala tersebut.
Suatu resolusi konflik pada masa bayi dini dan oedipus dihipotesiskan berhubungan
dengan resolusi stres saat ini.
5
Psikoterapi Kombinasi dan Farmakoterapi. Bahkan ketika farmakoterapi
efektif menghilangkan gejala primer gangguan panik dan agorafobia, psikoterapi dapat
Agorafobia dengan Gangguan Panik 10

dibutuhkan untuk menterapi gejala sekunder. Intervensi
psikoterapeutik membantu pasien menghadapi rasa takut keluar rumah. Di samping itu,
beberapa pasien akan menolak obat karena mereka yakin bahwa obat akan
menstigmatisasi mereka sebagai orang sakit jiwa sehingga intervensi terapeutik
dibutuhkan untuk membant u mer eka menger t i dan menghi l angkan
r es i s t ens i mer eka t er hadap farmakoterapi.
5


2.10 Prognosis
Belum banyak diketahui tentang prognosis agorafobia, namun kecenderungannya
adalah menjadi kronis dan dapat terjadi kormobiditas dengan gangguan lain seperti depresi,
penyalahgunaan alcohol dan obat bila tidak mendapat terapi. Menurut National Institute of
Mental Health, 30% hingga 40% akan bebas dari gejala untuk waktu yang lama dan 50%
masih ada gejala ringan yang secara bermakna tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Hanya 10% hingga 20% yang tidak membaik. Gangguan fobik mungkin disertai dengan
lebih banyak morbiditas dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Tergantung pada
derajat mana perilaku fobik mengganggu kemammpuan seseorang untuk berfungsi, pasien
yang terkena mungkin memiliki ketergantungan finansial pada orang lain serta timbulnya
berbagai gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, dan akademik.
3














Agorafobia dengan Gangguan Panik 11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruangan terbuka, orang banyak serta adanya
kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Agorafobiadapat terjadi pada setiap
usia, dengan rata-rata usia 25 tahun. Etiologi agorafobia belum diketahui secara pasti tapi
patogenesis fobia berhubungan dengan faktor biologis, genetik, dan psikososial.Penegakan
diagnosa dapat menggunakan kriteria PPDGJ-III maupun DSM-IV-TR. Pasien agorafobia
secara kaku menghindari situasi dimana akan sulit untuk mendapatkan bantuan. Mereka
lebih suka disertai oleh seorang teman atau anggota keluarga ditempat-tempat tertentu
seperti jalanan yang sibuk, toko yang padat, ruangan yang tertutup (seperti terowongan,
jembatan, dan elevator), dan kendaraan tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus, dan
pesawat udara).
Diagnosis banding untuk agorafobia tanpa suatu riwayat gangguan panik adalah semua
gangguan medis yang dapat menyebabkan kecemasan atau depresi. Diagnosis banding
psikiatrik adalah gangguan depresif berat, skizofrenia, gangguan kepribadian paranoid,
gangguan kepribadian menghindar, dimana pasien tidak ingin keluar rumah dan gangguan
kepribadian dependan karena pasien harus selalu ditemani keluar rumah.

Terapi yang paling
baik bagi penderita agorafobia adalah mengobati gangguan paniknya dengan farmakoterapi
dengan SSRI, MAOI, dan benzodiazepine, serta terapi perilaku dan kognitif.










Agorafobia dengan Gangguan Panik 12

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D and Hadisukanto, Gitayanti (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 242-249.
Kaplan, Harold I and Sadock, Benjamin J (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta:
Widya Medika, pp: 106-109.
Puri, B.K, Laking, P.J, Treasaden, I.H (2011). Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp:
202-207.
Sadock, Benjamin J and Sadock, Virginia A (2010). Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatrin
Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp: 233-241.
http://www.scribd.com/doc/58300398/Agoraphobia
http://www.artikelkedokteran.com/756/agorafobia.html

Anda mungkin juga menyukai