Anda di halaman 1dari 10

Pemotongan Makroskopis Ginjal

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


Senior pada Bagian/SMF Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin /FK
Unsyiah Banda Aceh

Oleh:
M.Hafidz Al-Qadri
2207501010041

Pembimbing:
dr. Vera Dewi Mulia, Sp.PA

BAGIAN/ SMF PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat danhidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “KISTA DERMOID”.
Shalawat beserta salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa manusia ke zaman yang berpendidikan dan terang benderang.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior
pada Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada Dr. dr. Reno Keumalazia Kamarlis, Sp. PA (K) yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga,
sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian
demi kesempurnaan referat ini nantinya. Harapan penulis semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran
khususnya. Semoga Allah SWT selalumemberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita
semua.

Banda Aceh, Juni 2022


Penulis

Ega Gusmela

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Definisi Benigna Prostat Hiperplasia 5
2.2 Epidemiologi Benigna Prostat Hiperplasia 5
2.3 Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia 5
2.4 Manifestasi Benigna Prostat Hiperplasia 5
2.5 Diagnosis Benigna Prostat Hiperplasia 6
2.6 Tatalaksana Benigna Prostat Hiperplasia 8
BAB III KESIMPULAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

Benigna prostat hiperplasia/BPH adalah proses patologis yang menyebabkan


pembengkakan pada kelenjar prostat yang bisa mengakibatkan gejala saluran kemih
bawah (lower urinary tract symptoms/LUTS) pada pria yang memasuki usia tua.[1]
Benigna prostat hiperplasia/BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yang umum dan
non-kanker. Benigna prostat hiperplasia bukanlah tanda kanker prostat, juga dikenal
sebagai hipertrofi prostat jinak dan hiperplasia nodular prostat.[2]

Benigna prostat hiperplasia/BPH merupakan masalah yang umum yang


berdampak pada kualitas hidup pada sepertiga pria yang berumur 50 tahun. Hormon
seperti androgen, estrogen, dan proliferasi stroma dan epitel, faktor pertumbuhan, serta
neurotransmitter juga berperan dalam menyebabkan BPH. Ukuran prostat tidak selalu
menentukan keparahan dari blokade maupun gejala. Beberapa pria yang mengalami
pembesaran hebat pada prostat memiliki blokade yang kecil dan juga gejala yang sedikit,
sementara pria lainnya dengan pembesaran prostat yang minim memliki blokade yang
lebih hebat dan gejala yang lebih banyak. [3]

Diagnosis BPH ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan biopsi prostat, yaitu pengambilan bagian
prostat dengan alat yang tersedia, biasanya pasien dilakukan anestesi lokal, hasil biopsi
3
diberikan kepada ahli patologi untuk mengetahui adakah tumor atau tidak.

Tatalaksana dapat dilakukan baik secara farmakologis maupun dipertimbangkan


prosedur invasif minimal, yang dikembangkan para peneliti untuk meredakan gejala
hiperplasia prostat jinak.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Benigna Prostat Hiperplasia


Benigna prostat hiperplasia/BPH adalah proses patologis yang menyebabkan
pembengkakan pada kelenjar prostat yang bisa mengakibatkan gejala saluran
kemih bawah (lower urinary tract symptoms/LUTS) pada pria yang memasuki
usia tua.[1] Benigna prostat hiperplasia/BPH adalah pembesaran kelenjar prostat
yang
umum dan non-kanker. Prostat yang membesar dapat menekan saluran kemih
(uretra), yang mengalir melalui pusat prostat, menghalangi aliran urin dari
kandung kemih melalui uretra ke luar. Penyumbatan total dapat terjadi pada BPH
yang sudah berat. Benigna prostat hiperplasia bukanlah tanda kanker prostat, juga
dikenal sebagai hipertrofi prostat jinak dan hiperplasia nodular prostat.[1]
2.2 Epidemiologi Benigna Prostat Hiperplasia
Benigna prostat hiperplasia/BPH merupakan masalah yang umum yang
berdampak pada kualitas hidup pada sepertiga pria yang berumur 50 tahun.
Benigna prostat hiperplasia/BPH secara histologis terbukti pada hingga 90% pada
pria pada usia 85 tahun. Sebanyak 14 juta pria di Amerika Serikat memiliki gejala
BPH. Sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang berkaitan dengan BPH di seluruh
dunia.[4]
2.3 Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia
Ciri histopatologis BPH adalah terjadinya peningkatan jumlah dari sel epitel
dan sel stroma di area periuretral prostat. Etiologi molekuler dari proses hiperplasi
ini tidak pasti. Hormon seperti androgen, estrogen, dan proliferasi stroma dan
epitel, faktor pertumbuhan, serta neurotransmitter juga berperan dalam
menyebabkan BPH secara kombinasi maupun terpisah pada proses etiologi
hiperplastik tersebut.[5]
2.4 Manifestasi Klinis Benigna Prostat Hiperplasia
Manifestasi klinis dari penyakit BPH berupa gejala yang dialami oleh pasien,
umumnya berupa gejala saluran kemih bawah seperti 1) Peningkatan frekuensi
perkemihan yang mencapai delapan kali per hari, 2) urgensi perkemihan,
ketidakmampuan pasien untuk menunda perkemihan, 3) susah memulai

5
perkemihan, 4) perkemihan yang lemah atau terganggu, 5) adanya tetesan kemih
di akhir perkemihan, 6) nokturia, perkemihan yang lebih frekuen di waktu tidur,
7) retensi urin, 8) inkontinensia urin, 9) rasa nyeri saat perkemihan ataupun
setelah ejakulasi, 10) air kemih yang berwarna/berbau yang tidak biasa. Gejala
tersebut sering disebabkan oleh adanya blokade pada uretra dan kandung kemih
sehingga membuat kandung kemih harus lebih banyak bekerja agar dapat
mengeluarkan air kemih melalui uretra yang telah terblokade tersebut. Ukuran
prostat tidak selalu menentukan keparahan dari blokade maupun gejala. Beberapa
pria yang mengalami pembesaran hebat pada prostat memiliki blokade yang kecil
dan juga gejala yang sedikit, sementara pria lainnya dengan pembesaran prostat
yang minim memliki blokade yang lebih hebat dan gejala yang lebih banyak.[6]
2.5 Diagnosis Benigna Prostat Hiperplasia
Diagnosis BPH dapat dilakukan berdasarkan rekaman kesehatan pribadi dan
keluarga, pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien, dan pengecekan medis.
Rekaman kesehatan pribadi dan keluarga yang dapat dilakukan adalah
mendapatkan rekaman kesehatan pribadi dan keluarga untuk membantu diagnosis
BPH. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan kepada pasien adalah 1) “gejala
apa saja yang dirasakan?”, 2) “kapan gejalanya mulai dirasakan atau terjadinya
gejala tersebut?”, 3) “adakah infeksi saluran kemih dalam waktu dekat ini?”, 4)
“pengobatan apa yang sudah ia ambil, baik resep maupun konter?”, 5) “berapa
banyak cairan yang dikonsumsi setiap harinya?”, 6) “apakah pasien tersebut
mengonsumsi kafein ataupun alkohol?”, dan 7) melihat tentang sejarah/rekaman
kesehatannya, termasuk adanya penyakit signifikan ataupun pembedahan.
Pemeriksaan fisik juga dapat membantu diagnosis BPH ketika melakukan
pemeriksaan fisik umum seperti pemeriksaan discharge pada uretra pasien,
pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening di pangkal paha, periksa
skrotum tampak akan terlihat membengkak ataupun adanya nyeri tekan, lalu
melakukan palpasi dengan menekan pada area spesifik pada tubuh pasien, serta
melakukan pemeriksaan rektal dengan jari/rectal touche/RT. Pemeriksaan rektal
adalah pemeriksaan fisik dari prostat, untuk melakukan pemeriksaan tersebut,
pasien diminta untuk membungkuk di atas meja atau berbaring miring, setelah itu

6
pemeriksa memasukkan jari yang telah menggunakan sarung tangan steril ke
dalam rektal yang sudah dilubrikasikan, lalu pemeriksa menilai prostat yang
terletak di samping rektum. Pemeriksa biasanya melakukan pemeriksaan RT tanpa
menggunakan anastesi. Pemeriksaan tersebut dapat membantu untuk menilai
pembesaran prostat membesar atau nyeri ketika penekanan ataupun keadaan
abnormal lain yang membutuhkan pemeriksaan lainnya. Benign prostat
hiperplasia/BPH dapat ditegakkan diagnosisnya hanya dengan gejala dan
pemeriksaan rektal saja dan pasien dengan diagnosis BPH akan dirujuk ke dokter
urologi. Uji laboratorium dan pemeriksaan khusus yang dilakukan berupa 1)
urinalisis, untuk melihat tanda infeksi saluran kemih pada pasien, 2) tes
urodinamik, pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat seberapa baik kandung
kemih dan batu uretra dan pengeluaran urin. Banyak tes urodinamik fokus pada
kemampuan kandung kemih menahan urin dan mengosongkan dengan stabil dan
komplit, seperti uroflowmetry, postvoid residual measurement, untuk
mengevaluasi berapa banyak urin yang tersisa setelah perkemihan, dan penurunan
aliran urin atau sisa urin di kandung kemih, yang sering menunjukkan
penyumbatan urin karena hiperplasia prostat jinak, 3) sitoskopi, untuk melihat
blokade atau batu pada bagian dalam uretra dan kandung kemih, 4) Transrektal,
alat yang memantulkan gelombang suara yang aman untuk dapat melihat struktur
prostat, 5) biopsi prostat, yaitu pengambilan bagian prostat dengan alat yang
tersedia, biasanya pasien dilakukan anestesi lokal, hasil biopsi diberikan kepada
ahli patologi untuk mengetahui adakah tumor atau tidak.[6]

7
BPH pada jaringan prostat. (A) Diagram anatomi prostat normal dan BPH. BPH
berasal dari regio preprostatik, yang mengandung zona transisi (TZ) dan kelenjar
periuretra. Prostat manusia potongan melintang (B). TZ dan zona perifer (PZ) diberi label
dan nodul BPH ditandai dengan panah hitam.(C)

2.6 Tatalaksana Benigna Prostat Hiperplasia


Ada beberapa tatalaksana yang dapat diberikan kepada pasien penderita BPH,
seperti perubahan gaya hidup, pengobatan, prosedur invasif minim, dan
pembedahan.
Perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan pada penderita BPH ringan dapat
diberikan penanganan seperti menurunkan asupan cairan, khususnya sebelum
pergi ataupun sebelum tidur. Pasien diharuskan menghindari atau mengurangi
asupan minuman berkafein dan beralkohol, Pasien juga dapat melatih kandung
kemih untuk menahan perkemihan pada waktu yang lebih lama juga merupakan
penanganan yang dapat dilakukan.
Tatalaksana dapat dipertimbangkan prosedur invasif minimal, yang
dikembangkan para peneliti untuk meredakan gejala hiperplasia prostat jinak.
Prosedur tersebut adalah ablasi jarum transuretral (prosedur ini menggunakan
panas yang dihasilkan energi radiofrekuensi untuk menghancurkan jaringan
prostat), lalu termoterapi mikrowave transuretral (menggunakan microwave untuk
menghancurkan jaringan prostat dengan panas), ultrasonografi/USG dengan
intensitas tinggi (menggumakan alat ultrasound khusus dan dimasukkan ke dalam
rektum lalu alat tersebut menghasilkan panas untuk menghancurkan jaringan
prostat tersebut), [3]
Terapi jangka panjang dari BPH adalah untuk mengangkat jaringan prostat
atau memotong bagian prostat untuk melebarkan uretra saat pengobatan dan
prosedur invasif minimal tidak efektif, gejala yang dirasakan pasien sangat
mengganggu dan adanya komplikasi. Meskipun membuang jaringan prostat yang
bermasalah dapat meringankan gejala BPH, namun pembuangan jaringan terebut
tidak menyembuhkan BPH.

8
BAB III
KESIMPULA
N

Benigna Prostatik Hiperplasia adalah kondisi bertambahnya jumlah sel kelenjar prostat
sehingga prostat menjadi membesar namun tidak menyebar ke jaringan sekitar. Hal ini sering terjadi
pada pria usia lanjut. Benigna prostat hiperplasia bukanlah tanda kanker prostat, juga dikenal sebagai
hipertrofi prostat jinak dan hiperplasia nodular prostat. Pengaruh hormonal berperan dalam menyebabkan
BPH. Tatalaksana penunjang berupa biopsi prostat dapat dilakukan pada pasien dengan tujuan untuk mencari
tahu lebih lanjut mengenai adakah tumor atau tidak oleh dokter ahli patologi anatomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Periode M, Juli J, Monoarfa A, Wagiu A. Gambaran Benigna Prostat Hiperplasia di RSUP Prof .
Dr . R . D . Kandou. 2017;
2. Shiel WC. Definition of Benign prostatic hyperplasia [Internet]. Med. Net [cited 2019 Oct
29];Available from: https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=8946
3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Prostate Enlargement (Benign
Prostatic Hyperplasia) | NIDDK [Internet]. U.S. Dep. Heal. Hum. Serv. [cited 2019 Jun
26];Available from: https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/prostate-
problems/prostate-enlargement-benign-prostatic-hyperplasia
4. Deters LA. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH): Practice Essentials, Background, Anatomy
[Internet]. Medscape2019 [cited 2019 Jul 14];Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/437359-overview#a5
5. Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA. CAMPBELL-WALSH UROLOGY. 11th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016.
6. Lim K Bin. Epidemiology of clinical benign prostatic hyperplasia. Asian J Urol [Internet]
2017;4(3):148–51. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajur.2017.06.004

Anda mungkin juga menyukai