Anda di halaman 1dari 9

1.

GANGGUAN PANIK

a. Definisi Gangguan Panik

Gangguan panik merupakan bagian dari gangguan ansietas yang ditandai dengan terjadinya serangan panik spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan dan ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi, nyeri dada, pusing dan takipnea. Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan panik adalah bervariasi dari serangan multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama setahun (Sadock dan Sadock, 2010; MedlinePlus, 2012).

b. Epidemiologi Gangguan Panik

Penelitian epidemiologi di US telah melaporkan prevalensi seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5-5% dan untuk serangan panik adalah 3-5,6% (Memon et al., 2011). Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda, usia rata-rata timbulnya adalah kira-kira 25 tahun, walaupun dapat berkembang pada setiap usia (Sadock dan Sadock, 2010).

c. Etiologi Gangguan Panik Faktor Biologis Gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. Beberapa penelitian telah menghasilkan

hipotesis yang menyebabkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik dapat menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang. Sistem neurotransmitter

utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gammaaminobutyric acid (GABA) (Sadock dan Sadock, 2010).

Faktor Genetika Gangguan panik sering diturunkan secara genetik sebagai disfungsi neurochemical. Kondisi ini memiliki pewarisan moderat, dengan angka pewarisan kira-kira dari 0.3%-0.6%. Pada studi genetik mengemukakan bahwa ada kemungkinan regio kromosom 13q, 14q, 22q, 4q31-q34, dan mungkin 9q31 berhubungan dengan pewarisan fenotip gangguan panic (Memon et al., 2011). Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot (Sadock dan Sadock, 2010).

Faktor Psikososial Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik. Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.

Peneliti menyatakan bahwa serangan panik kemungkinan melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis (Sadock dan Sadock, 2010).

d. Tanda dan Gejala Klinis Gangguan Panik Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut: 1. Palpitasi 2. Berkeringat 3. Gemetar 4. Sesak napas 5. Perasaan tercekik 6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman 7. Mual dan gangguan perut 8. Pusing, bergoyang, melayang atau pingsan 9. Derealisasi atau depersonalisasi 10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila 11. Rasa takut mati 12. Parestesi atau mati rasa 13. Menggigil atau perasaan panas. (Sadock dan Sadock, 2010). Serangan panik termasuk dalam gejala ansietas yang berat dan dengan onset yang cepat, periode gejala meningkat dengan cepat selama maksimal 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya (Shelton, 2008; Sadock dan Sadock, 2010).

e. Pedoman Diagnostik Gangguan Panik Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) Gangguan Panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan: a. Pada keadaan-keadaan diamna sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya; b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations); c. Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi).

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IV-TR)

Kriteria diagnostik untuk gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia A. Baik (1) atau (2): 1. Serangan panik rekuren yang tidak diduga 2. Sekurangnya 1 serangan telah diikuti oleh sekurangnya 1 bulan atau lebihberikut ini: (a) Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan (b) Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya (c) Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan B. Ada atau tidak adanya agoraphobia (lihat dibawah)

C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau kondisi medis umum D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti fobia sosial, fobia spesifik gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stress pasca traumatik,atau gangguan cemas perpisahan. Kriteria diagnostik untuk Serangan Panik Catatan: serangan panik bukan merupakan gangguan yang dapat dituliskan. Tuliskan diagnosis spesifik dimana serangan panik terjadi (misalnya: gangguan panik dengan agorafobia) Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, dimana 4 atau lebih gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit 1. Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat 2. Berkeringat 3. Gemetar atau bergoncang 4. Rasa napas sesak atau tertahan 5. Perasaan tercekik 6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman 7. Mual atau gangguan perut 8. Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan 9. Derealisasi atau depersonalisasi 10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila 11. Rasa takut mati 12. Parestesia (mati rasa atau sensasi geli) 13. Menggigil atau perasaan panas Kriteria untuk agoraphobia (bukan kategori diasnotik yang terpisah) A. Ansietas saat berada di tempat atau situasi yang jalan keluarnya sulit (atau memalukan) atau tidak ada pertolongan saat mengalami serangan panic dengan predisposisi situasional atau tidak terduga atau gejala mirip panic. Rasa takut agorafobia secara khas melibatkan kelompok khas situasi yang mencakup berada jauh dari rumah sendirian; berada di keramaian atau mengantri; berada di jembatan; dan berjalan-jalan dengan bus, kereta atau mobil.

B. Situasi tersebut dihindari (cth., bepergian sangat terbatas) atau dijalani dengan penderitaan yang jelas atau dengan ansietas akan mengalami serangan panic atau gejala mirip panic, atau membutuhkan adanya teman. C. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti fobia social (cth., penghindaran terbatas pada lingkungan social karena rasa takut malu), fobias spesifik (cth., penghindaran terbatas pada situasi seperti pada lift), gangguan obsesif konfulsif (cth., penghindaran kotoran oleh seorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stress pascatrauma (cth., penghindaran stimulus terkait stresor hebat), atau gangguan ansietas perpisahan (cth., mnghindari meninggalkan rumah atau kerabat) (Sadock dan Sadock, 2010). Diagnosis Banding Gangguan Panik

Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. Untuk gangguan medis dengan gejala yang menyerupai gangguan panic sebagai berikut: Angina dan infark miokard (misalnya dyspnea, nyeri dada, palpitasi, diaphoresis) Cardiac dysrhythmias (misalnya palpitasi, dyspnea, sinkop) Prolaps katup mitral Emboli pulmoner (misalnya dyspnea, hyperpnea, nyeri dada) Asma (dyspnea, wheezing) Hipertiroid (misalnya palpitasi, diaphoresis, takikardi, toleransi panas) Hipoglikemi Pheochromocytoma (misalnya sakit kepala, diaphoresis, hipertensi) Hipoparatiroid (misalnya kram otot, paraestesi) Transient ischemic attacks (TIAs)

Gangguan kejang

Sedangkan diagnosis banding psikiatri untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan spesifik, gangguan stress pasca traumatik,dan gangguan depresi (Sadock dan Sadock, 2010; Memon et al., 2011).

Penatalaksanaan Gangguan Panik Sebagian besar pasien gangguan panic dan agorafobia berespon baik terhadap pengobatan. Dua terapi yang paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku (Sadock dan Sadock, 2010)

a. Farmakoterapi Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat anti depresi dan obat anti cemas: 1. SSRI ( Serotonin Selective Reuptake Inhibitors), terdiri atas beberapa macam dapat dipilih salah satu dari sertralin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll. Dosis SSRI biasanya dimulai dengan dosis kecil dan secara bertahap ditambah. Misal pada paroksetin 5-10 mg per hari selama 12 minggu kemudian dosisnya ditingkatkan 10 mg per hari selama 1-2 minggu hingga dosis maksimum 60mg. 2. Benzodiazepin; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-12 minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya dihentikan (selama 4-10 minggu). Jadi setelah itu dan seterusnya, individu hanya minum golongan SSRI (Sadock dan Sadock, 2010).

b. Psikoterapi Terapi Relaksasi

Terapi ini bermanfaat meredakan secara relatif cepat serangan panik dan menenangkan individu, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan mensugesti pikiran ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam proses terapi, dokter akan mebimbing secara perlahan-lahan, selama 20-30 menit. Setelah itu, individu diminta untuk melakukannya sendiri di rumah setiap hari.

Terapi Kognitif Perilaku Pasien diajak bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Terapi berlangsung 30-45 menit.

Psikoterapi Dinamik Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya pasien lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar. Terapi ini memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hal ini tentu memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta kesabaran kedua belah pihak (Sadock dan Sadock, 2010).

Prognosis Gangguan Panik Secara umum, prognotis jangka panjang untuk gangguan panik bagus, walaupun jumlah pasien yang berkembang menjadi disability jika kondisinya tidak segera diobati setelah serangan pertama (Shelton, 2008).

Dapus

Sadock B. J., Sadock V. A. 2010. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. EGC: Jakarta. Memon M. A., Daniels C. Y., dan Harwood R. 2011. Panic Disorder Treatment & Management. http://emedicine.medscape.com/article/287913-

treatment#a1156 diakses 17 Desember 2012. MedlinePlus. 2012. Panic Disorder. diakses 17

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/panicdisorder.html Desember 2012.

Shelton R. C. 2008. Anxiety Disorders in CURRENT Diagnosis & Treatment: Psychiatry, Second Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai