Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada skenario, wanita umur 30 tahun, memiliki 2 orang anak, anak terkecil berumur 2 tahun, dengan keluhan benjolan pada payudara kiri. Pada kasus ini, benjolan yang muncul dapat berupa benjolan neoplasmik atau benjolan non neoplasmik. Benjolan non-neoplasmik dapat disebabkan

infeksi, gangguan hormonal, dan trauma. Sedangkan benjolan neoplasmik dapat mengarah ke keadaan jinak maupun keadaan ganas. Benjolan jinak yang paling sering ditemukan di payudara adalah fibroadenoma. Benjolan ganas biasanya berupa karsinoma mammae.
Penderita tidak melakukan SADARI secara rutin. SADARI merupakan metode deteksi dini yang dapat dilakukan sendiri untuk menanggulangi neoplasmic maupun non-neoplasmic yang terjadi di kelenjar mammae.Dengan mengetahui gejalanya sedini mungkin, besar pula kemungkinan kelainan neoplasmik maupun non-neoplasmik dapat disembuhkan. Merujuk dari data hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter puskesmas dimana ditemukan benjolan solid, sebesar duku, berbatas tegas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya dan tidak ditemukan pembesaran kelenjar iimfe axilla maka diagnosis sementara mengacu pada neoplasma jinak yaitu fibroadenoma mammae yang memiliki karateristik seperti di atas. Tidak ditemukannya pembesaran kelenjar limfe axilla mengindikasikan bahwa metastase tidak terjadi sehingga keganasan mammae tidak terjadi. Benjolan tersebut juga tidak terasa nyeri, sehingga hal ini mempersempit diagnosis diferensial yang diderita pasien, karena benjolan non neoplasmik yang

disebabkan infeksi, trauma, dan gangguan hormonal menyebabkan rasa nyeri di payudara pasien. Jadi, diagnosis diferensial seperti galactocele dan abses payudara dapat disingkirkan. Benjolan dirasakan sejak 6 bulan, sedangkan penderita berumur 30 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena fibroadenoma mammae selain dipengaruhi oleh faktor kerusakan genetik, juga karena faktor hormonal dan lingkungan. Faktor hormonal di sini adalah adanya suatu kondisi di mana kadar hormon estrogen endogen meningkat; dan faktor lingkungannya adalah dengan adanya kelebihan kadar estrogen tubuh oleh karena pemasukan estrogen eksogen yang berlebihan. Dan pemenuhan syarat untuk faktor selain faktor kerusakan genetik ini adalah secara kebetulan pada usianya tersebut. Penyebab neoplasma adalah multifaktor, faktor yang utama adalah faktor genetik. Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan memiliki mutasi dalam gen

kanker payudara, yang disebut BRCA-1 (di kromosom 17q21.3) pola keturunan adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melalui garis maternal maupun paternal. Sindrom kanker payudara familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang disebut BRCA-2 (di kromosom 13q1213). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh sel somatik berikutnya. Selain yang menyebabkan sindrom familial di atas, perubahan genetik juga diduga berperan dalam timbulnya kanker payudara sporadik. Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang memengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/NEU), yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog, amplifikasi gen RAS dan MYC juga dilaporkan terjadi pada sebagian kanker payudara manusia. Mutasi gen penekan tumor RB1 dan TP53 juga ditemukan. Dalam transformasi berangkai sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar terjadi banyak mutasi didapat. Tetapi pada kasus ini, riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal, sehingga kemungkinan faktor genetik bukan faktor penyebab terkuat pada penderita. Disamping itu terdapat juga faktor-faktor lain seperti faktor kimia, biologi, fisika, dan hormonal. Salah satu faktor kimia adalah zat karsinogenik yang terdapat di dalam rokok dan alkohol. Rokok

menghasilkan Hidrogen polisiklik (tar) yang apabila dihirup oleh perokok pasif dapat diubah oleh enzimenzim mikrosom menjadi etoksik. Etoksik merupakan senyawa aktif yang dapat menyebabkan mutasi gen dan neoplasma. Sehingga, kemungkinan zat karsinogenik yang terkandung di dalam rokok ini yang memicu munculnya neoplasma pada penderita menilik suami penderita adalah perokok berat. Apabila benjolan yang diderita pasien terbukti fibroadenoma mammae maka perlu diterapi dengan biopsi eksisi. Setelah dilakukan eksisi biopsi, maka prognosis fibroadenoma mammae menjadi baik, karena merupakan tumor jinak payudara. Mencegah karsinoma mamma dapat dimulai dari

menghindarkan faktor penyebab, kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif. Tetapi untuk agar diagnosa dapat ditegakkan secara pasti, Oleh dokter
puskesmas penderita disarankan melakukan pemeriksaan tambahan atau penunjang. Pemeriksaan

penunjang yang dapat dilakukan guna menegakkan diagnosis neoplasma adalah : pemeriksaan Patologi Anatomi, meliputi pemeriksaan morfologi tumor, baik makroskopi maupun mikroskopi melalui tindakan biopsi tumor; pemeriksaan imaging, dapat dengan CT-scan, USG, MRI, PET, dsb; dan dengan menggunakan tumor marker.

Anda mungkin juga menyukai