Anda di halaman 1dari 17

MENGENAL ANXIETY/ANSIETAS (KECEMASAN) YANG MENGGANGGU

PADA PASIEN DAN BERBAGAI JENISNYA

A. Definisi Ansietas (anxiety)


Rasa cemas atau anxiety adalah hal yang normal dirasakan ketika seseorang
menghadapi situasi atau mendengar berita yang menimbulkan rasa takut atau khawatir.
Namun, anxiety perlu diwaspadai jika muncul tanpa sebab atau sulit dikendalikan,
karena bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh gangguan kecemasan.

Gangguan kecemasan dan anxiety tidaklah sama. Rasa cemas terbilang normal
apabila masih terkendali dan hilang setelah faktor pemicu munculnya rasa cemas
teratasi. Namun, jika perasaan cemas menetap atau memburuk hingga akhirnya
mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai gangguan
kecemasan (anxiety disorder).
Selain itu kecemasan atau anxiety adalah suatu kondisi psikologis atau bentuk
emosi individu berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran yang berkenaan dengan
perasaan terancam serta ketakutan oleh ketidakpastian di masa mendatang bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun.
Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai positif
sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat
menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang
bersangkutan
B. Gejala-gejala Anxiety (Kecemasan)
Setiap orang dapat merasa cemas ketika hendak menghadapi atau sedang berada
dalam situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan, misalnya pindah sekolah,
memulai pekerjaan baru, akan menjalani operasi, memiliki teman atau anggota keluarga
yang terkena musibah, atau menunggu istri yang akan melahirkan.

Munculnya rasa cemas karena harus berhadapan dengan situasi atau keadaan
yang dianggap dapat menimbulkan stres adalah hal yang normal. Orang yang cemas
biasanya akan merasakan gejala-gejala berikut ini:
 Gugup, gelisah, dan tegang
 Detak jantung cepat
 Napas cepat
 Gemetaran
 Sulit atau bahkan tidak bisa tidur
 Banyak berkeringat
 Tubuh terasa lemas
 Sulit konsentrasi
 Adanya perasaan seperti akan ditimpa bahaya

Gejala-gejala Kecemasan Menurut Beberapa Ahli


1. Menurut Nevid dkk (2005), mengelompokkan gejala-gejala kecemasan dalam tiga
jenis, yaitu:
• Gejala fisik, yaitu memiliki ciri-ciri berikut: kegelisahan, anggota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernapas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
• Gejala behavioral, yaitu memiliki ciri-ciri berikut: berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen(terikat)
• Gejala kognitif, yaitu memiliki ciri-ciri berikut: khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, sulit berkonsentrasi
2. Menurut Hawari (2008), kecemasan terbagi dalam kelompok dengan gejala-gejala
secara spesifik sebagai berikut :
a) Perasaan meliputi rasa cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
b) Ketegangan meliputi rasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
c) Ketakutan meliputi takut pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada
binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan banyak orang.
d) Gangguan tidur yaitu sukar tidur, terbangun tengah malam, Tidur tidak nyenyak,
bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk dan mimpi
menakutkan.
e) Gangguan kecerdasan meliputi sukar konsentrasi, daya ingat menurun dan daya
ingat buruk.
f) Gangguan depresi (murung) yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hobi, sedih, bangun dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
g) Gejala somatik atau fisik (otot) yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan
otot dan suara tidak stabil.
h) Gejala pendengaran, meliputi telinga berdering, penglihatan kabur, muka merah
atau pusat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
i) Gejala kardiovaskular, meliputi denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri di
dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak
jantung menghilang berhenti sekejap.
j) Gejala respiratorik (pernapasan) meliputi rasa tertekan atau sempit di dada, rasa
tercekik, sering menarik nafas dan napas pendek/sesak.
k) Gejala gastrointesial, meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, Perasan terbakar di perut terasa
penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek dan sukar buang air
besar.
l) Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni,
tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid berlebihan, darah haid amat
sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali
dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini dan ereksi melemah.
m) Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala
pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
n) Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jadi gemetar, kulit kering, muka
tegang, otot tegang atau mengeras, napas pendek dan cepat dan muka merah

C. Perbedaan Anxiety Normal dengan Anxiety yang Berbahaya


Cemas atau anxiety tidak selalu buruk. Dengan pikiran positif, rasa cemas yang
muncul dapat dijadikan motivasi atau dorongan untuk dapat mengatasi tantangan atau
situasi tertentu. Sebagai contoh, saat akan ujian atau wawancara kerja, rasa cemas
mungkin bisa membuat Anda termotivasi untuk belajar atau mempersiapkan wawancara
kerja dengan sebaik-baiknya.
Hal yang perlu diwaspadai adalah ketika rasa cemas tetap muncul meski faktor
pemicunya sudah hilang atau perasaan cemas muncul tanpa alasan jelas dan
mengganggu aktivitas. Dalam hal ini, Anda patut mencurigai adanya gangguan
kecemasan.
Masing-masing penderita dapat merasakan gejala yang berbeda, tergantung jenis
gangguan kecemasan yang dideritanya. Untuk menentukan apakah anxiety yang muncul
terbilang normal atau disebabkan oleh gangguan mental, perlu dilakukan pemeriksaan
oleh psikolog atau psikiater.

D. Beberapa Jenis Anxiety yang Perlu Kita Ketahui


Berikut ini adalah jenis-jenis anxiety disorder atau gangguan kecemasan beserta
gejalanya:
1. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder)
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum bisa merasa cemas atau
khawatir secara berlebihan terhadap berbagai hal, mulai dari pekerjaan,
kesehatan, hingga hal-hal yang sederhana, seperti berinteraksi dengan orang lain.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan umum bisa dirasakan setiap
hari dan menetap hingga lebih dari 6 bulan. Akibatnya, penderita gangguan
kecemasan ini akan menjadi sulit menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari.
Selain munculnya rasa cemas yang mengganggu, penderita gangguan kecemasan
umum juga dapat merasa cepat lelah, tegang, mual, sakit kepala, sulit
berkonsentrasi, sesak, dan insomnia
.
2. Fobia
Fobia merupakan jenis gangguan anxiety yang membuat penderitanya memiliki
rasa takut yang berlebihan dan cenderung tidak rasional terhadap suatu benda,
binatang, atau situasi tertentu yang tidak menimbulkan rasa takut pada
kebanyakan orang.
Orang yang memiliki fobia bisa mengalami serangan panik atau rasa takut yang
hebat ketika melihat suatu benda atau berada di tempat yang menjadi pemicu
fobia, misalnya laba-laba, darah, berada di tengah keramaian, tempat yang gelap,
tempat tinggi, atau ruangan tertutup.
Oleh karena itu, penderita fobia biasanya akan melakukan segala upaya untuk
menjauhkan dirinya dari hal atau situasi yang ia takuti.

3. Gangguan kecemasan sosial


Penderita gangguan kecemasan sosial atau dikenal juga fobia sosial memiliki
kecemasan atau ketakutan yang luar biasa terhadap lingkungan sosial atau situasi
di mana mereka harus berinteraksi dengan orang lain.
Penderita fobia ini selalu merasa diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta takut
atau merasa malu secara berlebihan saat berada di keramaian. Hal-hal tersebut
membuat penderita selalu berusaha menghindari situasi yang mengharuskan ia
bertemu atau berinteraksi dengan banyak orang.

4. PTSD (post-traumatic stres disorder)


Gangguan stres pascatrauma atau PTSD dapat muncul pada seseorang yang
pernah mengalami kejadian traumatis atau berada di situasi berbahaya yang
mengancam nyawa. Contohnya, tinggal di daerah konflik atau perang, terkena
bencana alam, atau korban kekerasan.
Orang yang menderita PTSD sering kali susah untuk melupakan pengalaman
traumatisnya, baik terlintas dalam benak atau saat bermimpi, yang kemudian
membuatnya merasa bersalah, terisolasi, dan sulit bersosialisasi dengan orang
lain.
Terkadang orang yang memiliki PTSD juga bisa mengalami insomnia dan
bahkan depresi.

5. Gangguan panik
Mungkin Anda pernah merasa panik saat mendapat berita mengejutkan, misalnya
saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang terkena musibah. Namun, hal
tersebut normal Anda alami. Berbeda dengan penderita gangguan panik yang bisa
merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas.
Anxiety dan serangan panik akibat gangguan ini dapat muncul kapan saja dan
terjadi secara tiba-tiba atau berulang. Ketika gejala panik muncul, penderita
gangguan panik biasanya dapat merasakan sejumlah gejala lain, seperti berdebar-
debar, berkeringat dingin, pusing, sesak napas, serta tubuh gemetar dan terasa
lemas.
Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut
akan muncul atau apa pemicunya. Oleh karena itu, tak sedikit penderita gangguan
panik yang menjauhkan diri dari lingkungan sosial karena takut serangan
paniknya kambuh di tempat umum.

6. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)


Orang yang menderita gangguan OCD memiliki kecenderungan untuk
melakukan sesuatu secara berulang-ulang untuk meringankan rasa cemas yang
berasal dari pikirannya sendiri. Contohnya, mencuci tangan harus sebanyak 3 kali
karena ia berpikir tangannya masih kotor.
Gangguan ini sulit dikendalikan, bersifat menetap, dan dapat kambuh kapan saja
sehingga membuat penderitanya terganggu untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.

Jenis dan Tingkatan Kecemasan menurut para ahli :


1. Menurut Freud (Tim MGBK, 2010), terdapat tiga jenis kecemasan yaitu sebagai
berikut:
• Kecemasan realistik; yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya
nyata yang ada di lingkungan maupun di dunia luar.
• Kecemasan neurotik; yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting akan lepas
dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya
dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu
sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika
suatu insting dilepaskan
• Kecemasan moral; yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). orang-orang
yang memiliki super ego baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka
berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral
2. Menurut Stuart (2007), kecemasan memiliki empat tingkatan, yaitu sebagai berikut:
• Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kekecewaan ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreatifitas.
• Kecemasan Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi
individu dengan demikian individu tidak mengalami perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
• Kecemasan Berat
Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus
pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir pada hal lain.
• Kecemasan Panik
Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, takut, dan teror. Hal yang
rinci terhadap proporsinya karena mengalami hilang kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan

E. Etiologi Ansietas
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan
ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah
dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang
berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan
stres berat pada orang lain.
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari
diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun
demikian pencetus ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
2) Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal
(Asmadi 2008).
Faktor Penyebab Kecemasan Menurut Atkinson (1983), :
• Threat (ancaman). Ancaman dapat disebabkan oleh sesuatu yang benar-benar
realistis dan juga yang tidak realistis, contohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa
atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan dan arti hidup, maupun
ancaman terhadap eksistensinya).
• Conflict (pertentangan). Timbul karena adanya dua keinginan yang
keadaannya bertolak belakang. Setiap konflik mempunyai dan melibatkan dua
alternatif atau lebih yang masing-masing mempunyai sifat apptoach dan
avoidance.
• Fear (ketakutan). Ketakutan akan segala hal dapat menimbulkan kecemasan
dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan
kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.
• Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi). Kebutuhan manusia begitu
komplek dan sangat banyak. Jika tidak terpenuhi maka hal itu akan
menimbulkan rasa cemas

F. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
a. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
b. Perkembangan seksual
c. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

G. Cara Menangani / Mengatasi Anxiety


Untuk meredakan atau mencegah munculnya perasaan cemas, Anda dapat
melakukan beberapa cara berikut ini:
 Mencukupi waktu tidur dan istirahat
 Membatasi konsumsi kafein dan minuman beralkohol
 Mengurangi stres dengan mencoba teknik relaksasi, misalnya meditasi dan yoga
 Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara teratur
 Mencoba bertukar pikiran atau curhat dengan teman

Jika cara-cara di atas sudah dilakukan dan faktor pemicu anxiety juga sudah
teratasi namun rasa cemas belum juga hilang, sebaiknya konsultasikan ke psikiater.
Untuk menentukan penyebab dan jenis gangguan kecemasan yang Anda alami, psikiater
akan melakukan pemeriksaan psikologis.
Apabila hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa Anda mengalami
gangguan kecemasan, psikiater akan mengatasi anxiety yang Anda rasakan dengan
psikoterapi dan konseling, serta pemberian obat penenang bila memang dibutuhkan.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan lama-kelamaan berpotensi
membuat penderitanya merasa depresi, ingin bunuh diri, hingga menyalahgunakan obat-
obatan atau minuman beralkohol. Oleh karena itu, jika Anda mengalaminya,
segeralah berkonsultasi ke psikiater.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
5. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
a. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
b. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
c. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
d. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
e. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
I. Proses Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan
meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013).
b. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ditandai dengan pasien
tampak gelisah, mengekspresikan kekhawatiran, gangguan tidur.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan, pasien
mengatakan ketidakpuasan tidur, skala nyeri skala 4 klien tampak meringis menahan
nyeri, waktu tidur klien 3-4 jam.
c. Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana perawat
akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Purba).
Pada klien dengan ansietas ringan,tidak ada intervensi khusus, sebab pada ansietas
ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan
yang tepat dalam penyelesaian masalah.sedangkan pada ansietas sedang, intervensi
yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang
positif. Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi
keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan
memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak dapat mengendalikan
perilakunya (Asmadi, 2008).
KESIMPULAN

Ansietas adalah satu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan, atau


firasat, atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi atau ancaman
antisipasi yang tidak dapat di identifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubunan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar,
atau tidak sadar. Dimana pasien yang mengalami gangguan ansietas biasanyaa
mengalami peningkatan tekanan darah, gelisah, menarik diri, berkeringat seluruh
badan, kehilangan nafsu makan, mual, nyeri pada abdomen, sering berkemih dan
mengalai gangguan tidur.
Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan
tidak diperkirakan. Kecemasan berupa ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan terus-menerus.
Faktor psikologis, peristiwa kehidupan menegangkan, hidup transisi, lingkungan,
dan berpikir dengan cara yang melebih-lebihkan reaksi tubuh relatif normal juga
diyakini berperan dalam timbulnya gangguan panik diagnosis gangguan panik
berdasarkan suatu periode tertentu adanya rasa takut atau rasa tidak nyaman.
Tatalaksana untuk gangguan panik dibagi 2 yaitu pada saat serangan panik dan tidak
pada saat serangan panik. Penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi
serangan yang singkat bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Bulechek. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore:
Elsevier.
Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta.
CV. Trans Info Media.
Greist JH, Jefferson JW. Anxiety disorder. Review of general psychiatry. Baltimore:
Vishal Cp 21; 2000
Heather. PhD, RN. (2011). Nanda International Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riyadi. (2013). Asuhan keperawatan jiwa. Edisi 1.Yogyakarta: Grahana Ilmu
SOAL :

1. Seorang laki-laki usia 35 tahun tanpa sesuatu sebab yang pasti mengalami gangguan
perilaku, ia tampak tidak bisa berpikir rasional, pelupa, tidak bisa konsentrasi,
tremor, bicara cepat, mudah tersinggung, ketakutan, tidak dapat melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan orang lain.
Apakah tingkatan cemas yang dialami pada pasien tersebut?
a. Panik d. cemas sedang
b. cemas berat e. ketidakberdayaan
c. cemas ringan

2. Seorang perempuan berusia 78 tahun Dirawat wisma G sejak 8 bulan yang lalu
dengan diagnosa medis multiple sklerosis pada saat pengkajian keluhan utamanya
pasien cemas dengan kondisinya karena semakin hari semakin memburuk. setiap
hari pasien murung dan takut dengan kondisinya Klien Berharap bisa segera
kembali berkumpul dengan anaknya dan bisa pulang ke rumahnya. Apakah diagnosa
keperawatan yang muncul dari kasus diatas?
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologis
b. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Gangguan Gambaran diri berhubungan dengan perceptual kognitif
d. Koping Individu Tidak Afektif berhubungan dengan perubahan dalam hidup

3. Seorang laki laki berusia 45 tahun, dirawat di Rumah sakit dengan keluhan sesak
saat beraktifitas, terdapat oedema pada tungkai kaki, cemas. Saat dilakukan
pengkajian lebih lanjut ditemukan frekuensi nafas 28 x/ menit, bising jantung pada
fase sistolik dan diastolik. pasien mendapat terapi oksigen 3 liter per menit.
Apakah intervensi keperawatan prioritas yang dapat dilakukan pada laki-laki
tersebut ?
a. Mengatur posisi semifowler
b. Melakukan manajemen cairan
c. Melakukan manajemen energi
d. Melakukan manajemen jalan nafas
e. Melakukan pendidikan kesehatan
4. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri skala 6 di
payudara kiri, terasa senut-senut. Pasien mengatakan takut kalau terkena kanker
payudara. Dari hasil pemeriksaan pada payudara kanan terdapat massa utuh kenyal,
di bawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi, akral dingin. Tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 98 kali/menit, pernapasan 26 kali/menit.
Apakah masalah keperawatan pada kasus di atas?
a. Ansietas
b. Nyeri akut
c. Kurang pengetahuan
d. Gangguan perfusi jaringan
e. Peningkatan pengetahuan tentang tindakan

5. Seorang laki-laki berusia 80 th mengeluh nyeri kepala , tidak nafsu makan dan tidak
bisa kencing. Tekanan darah : 170/110mmhg. Perawat akan mengkaji system
sirkulasi. TB/BB : 157 cm/ 60 kg.
Apakah data yang perlu dikaji lebih lanjut ?
a. riwayat hipertensi
b. makanan yang disukai
c. perubahan berat badan
d. ansietas pasien
e. gangguan perkemihan

KUNCI JAWABAN :

1. …

2. …

3. …

4. …

5. …

Anda mungkin juga menyukai