Gangguan kecemasan dan anxiety tidaklah sama. Rasa cemas terbilang normal
apabila masih terkendali dan hilang setelah faktor pemicu munculnya rasa cemas
teratasi. Namun, jika perasaan cemas menetap atau memburuk hingga akhirnya
mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai gangguan
kecemasan (anxiety disorder).
Selain itu kecemasan atau anxiety adalah suatu kondisi psikologis atau bentuk
emosi individu berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran yang berkenaan dengan
perasaan terancam serta ketakutan oleh ketidakpastian di masa mendatang bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun.
Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai positif
sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat
menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang
bersangkutan
B. Gejala-gejala Anxiety (Kecemasan)
Setiap orang dapat merasa cemas ketika hendak menghadapi atau sedang berada
dalam situasi yang dirasakan mengancam atau menakutkan, misalnya pindah sekolah,
memulai pekerjaan baru, akan menjalani operasi, memiliki teman atau anggota keluarga
yang terkena musibah, atau menunggu istri yang akan melahirkan.
Munculnya rasa cemas karena harus berhadapan dengan situasi atau keadaan
yang dianggap dapat menimbulkan stres adalah hal yang normal. Orang yang cemas
biasanya akan merasakan gejala-gejala berikut ini:
Gugup, gelisah, dan tegang
Detak jantung cepat
Napas cepat
Gemetaran
Sulit atau bahkan tidak bisa tidur
Banyak berkeringat
Tubuh terasa lemas
Sulit konsentrasi
Adanya perasaan seperti akan ditimpa bahaya
5. Gangguan panik
Mungkin Anda pernah merasa panik saat mendapat berita mengejutkan, misalnya
saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang terkena musibah. Namun, hal
tersebut normal Anda alami. Berbeda dengan penderita gangguan panik yang bisa
merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas.
Anxiety dan serangan panik akibat gangguan ini dapat muncul kapan saja dan
terjadi secara tiba-tiba atau berulang. Ketika gejala panik muncul, penderita
gangguan panik biasanya dapat merasakan sejumlah gejala lain, seperti berdebar-
debar, berkeringat dingin, pusing, sesak napas, serta tubuh gemetar dan terasa
lemas.
Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut
akan muncul atau apa pemicunya. Oleh karena itu, tak sedikit penderita gangguan
panik yang menjauhkan diri dari lingkungan sosial karena takut serangan
paniknya kambuh di tempat umum.
E. Etiologi Ansietas
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan
ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah
dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang
berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan
stres berat pada orang lain.
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari
diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun
demikian pencetus ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
2) Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal
(Asmadi 2008).
Faktor Penyebab Kecemasan Menurut Atkinson (1983), :
• Threat (ancaman). Ancaman dapat disebabkan oleh sesuatu yang benar-benar
realistis dan juga yang tidak realistis, contohnya: ancaman terhadap tubuh, jiwa
atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan dan arti hidup, maupun
ancaman terhadap eksistensinya).
• Conflict (pertentangan). Timbul karena adanya dua keinginan yang
keadaannya bertolak belakang. Setiap konflik mempunyai dan melibatkan dua
alternatif atau lebih yang masing-masing mempunyai sifat apptoach dan
avoidance.
• Fear (ketakutan). Ketakutan akan segala hal dapat menimbulkan kecemasan
dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan
kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.
• Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi). Kebutuhan manusia begitu
komplek dan sangat banyak. Jika tidak terpenuhi maka hal itu akan
menimbulkan rasa cemas
F. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
a. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
b. Perkembangan seksual
c. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension
Jika cara-cara di atas sudah dilakukan dan faktor pemicu anxiety juga sudah
teratasi namun rasa cemas belum juga hilang, sebaiknya konsultasikan ke psikiater.
Untuk menentukan penyebab dan jenis gangguan kecemasan yang Anda alami, psikiater
akan melakukan pemeriksaan psikologis.
Apabila hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa Anda mengalami
gangguan kecemasan, psikiater akan mengatasi anxiety yang Anda rasakan dengan
psikoterapi dan konseling, serta pemberian obat penenang bila memang dibutuhkan.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan lama-kelamaan berpotensi
membuat penderitanya merasa depresi, ingin bunuh diri, hingga menyalahgunakan obat-
obatan atau minuman beralkohol. Oleh karena itu, jika Anda mengalaminya,
segeralah berkonsultasi ke psikiater.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
5. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
a. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
b. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
c. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
d. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
e. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
I. Proses Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan
meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013).
b. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ditandai dengan pasien
tampak gelisah, mengekspresikan kekhawatiran, gangguan tidur.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan, pasien
mengatakan ketidakpuasan tidur, skala nyeri skala 4 klien tampak meringis menahan
nyeri, waktu tidur klien 3-4 jam.
c. Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana perawat
akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Purba).
Pada klien dengan ansietas ringan,tidak ada intervensi khusus, sebab pada ansietas
ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan
yang tepat dalam penyelesaian masalah.sedangkan pada ansietas sedang, intervensi
yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang
positif. Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi
keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan
memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak dapat mengendalikan
perilakunya (Asmadi, 2008).
KESIMPULAN
Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Bulechek. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore:
Elsevier.
Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta.
CV. Trans Info Media.
Greist JH, Jefferson JW. Anxiety disorder. Review of general psychiatry. Baltimore:
Vishal Cp 21; 2000
Heather. PhD, RN. (2011). Nanda International Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Riyadi. (2013). Asuhan keperawatan jiwa. Edisi 1.Yogyakarta: Grahana Ilmu
SOAL :
1. Seorang laki-laki usia 35 tahun tanpa sesuatu sebab yang pasti mengalami gangguan
perilaku, ia tampak tidak bisa berpikir rasional, pelupa, tidak bisa konsentrasi,
tremor, bicara cepat, mudah tersinggung, ketakutan, tidak dapat melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan orang lain.
Apakah tingkatan cemas yang dialami pada pasien tersebut?
a. Panik d. cemas sedang
b. cemas berat e. ketidakberdayaan
c. cemas ringan
2. Seorang perempuan berusia 78 tahun Dirawat wisma G sejak 8 bulan yang lalu
dengan diagnosa medis multiple sklerosis pada saat pengkajian keluhan utamanya
pasien cemas dengan kondisinya karena semakin hari semakin memburuk. setiap
hari pasien murung dan takut dengan kondisinya Klien Berharap bisa segera
kembali berkumpul dengan anaknya dan bisa pulang ke rumahnya. Apakah diagnosa
keperawatan yang muncul dari kasus diatas?
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan fisiologis
b. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan fisiologis
c. Gangguan Gambaran diri berhubungan dengan perceptual kognitif
d. Koping Individu Tidak Afektif berhubungan dengan perubahan dalam hidup
3. Seorang laki laki berusia 45 tahun, dirawat di Rumah sakit dengan keluhan sesak
saat beraktifitas, terdapat oedema pada tungkai kaki, cemas. Saat dilakukan
pengkajian lebih lanjut ditemukan frekuensi nafas 28 x/ menit, bising jantung pada
fase sistolik dan diastolik. pasien mendapat terapi oksigen 3 liter per menit.
Apakah intervensi keperawatan prioritas yang dapat dilakukan pada laki-laki
tersebut ?
a. Mengatur posisi semifowler
b. Melakukan manajemen cairan
c. Melakukan manajemen energi
d. Melakukan manajemen jalan nafas
e. Melakukan pendidikan kesehatan
4. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri skala 6 di
payudara kiri, terasa senut-senut. Pasien mengatakan takut kalau terkena kanker
payudara. Dari hasil pemeriksaan pada payudara kanan terdapat massa utuh kenyal,
di bawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi, akral dingin. Tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 98 kali/menit, pernapasan 26 kali/menit.
Apakah masalah keperawatan pada kasus di atas?
a. Ansietas
b. Nyeri akut
c. Kurang pengetahuan
d. Gangguan perfusi jaringan
e. Peningkatan pengetahuan tentang tindakan
5. Seorang laki-laki berusia 80 th mengeluh nyeri kepala , tidak nafsu makan dan tidak
bisa kencing. Tekanan darah : 170/110mmhg. Perawat akan mengkaji system
sirkulasi. TB/BB : 157 cm/ 60 kg.
Apakah data yang perlu dikaji lebih lanjut ?
a. riwayat hipertensi
b. makanan yang disukai
c. perubahan berat badan
d. ansietas pasien
e. gangguan perkemihan
KUNCI JAWABAN :
1. …
2. …
3. …
4. …
5. …