Hipoalbuminemia adalah kondisi ketika kadar albumin dalam darah di bawah normal. Kondisi ini
biasanya terjadi pada seseorang dengan penyakit yang berat atau sudah berlangsung lama (kronis). Salah
satu penyakit yang paling sering menyebabkan hipoalbuminemia adalah penyakit peradangan.
Hypoalbuminemia - alodokter
Kadar albumin normal tergantung pada usia seseorang. Meskipun demikian, kadar albumin normal
berkisar antara 3,5 hingga 5,9 gram per desiliter (g/dL). Seseorang baru dikatakan mengalami
hipoalbuminemia bila kadar albumin di bawah 3,5 g/dL.
Albumin adalah protein dalam darah yang dihasilkan oleh hati. Sebanyak 60% komposisi protein dalam
darah merupakan albumin. Albumin juga memiliki banyak fungsi, seperti regenerasi jaringan tubuh dan
menjaga cairan tubuh agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Selain itu, albumin juga berfungsi
untuk menyalurkan beberapa zat ke seluruh tubuh, di antaranya hormon, vitamin, mineral, bilirubin,
lemak, serta obat-obatan.
Gejala Hipoalbuminemia
Beberapa gejala yang dapat muncul pada penderita hipoalbuminemia adalah sebagai berikut:
Pembesaran jantung.
Diare
Segera periksakan ke dokter bila Anda tiba-tiba merasa mudah lelah atau sulit bernapas. Pemeriksaan
medis juga harus segera dilakukan bila Anda melihat ada gangguan pada perkembangan anak.
Penyebab Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia umumnya disebabkan oleh peradangan dalam tubuh. Peradangan dapat terjadi pasca
tindakan operasi, atau akibat sepsis serta luka bakar. Peradangan juga dapat terjadi akibat tindakan
medis selain operasi, misalnya pemasangan ventilator atau alat bantu napas. Selain karena peradangan,
kurangnya asupan protein, kalori, dan vitamin, atau gangguan penyerapan nutrisi, dapat mengakibatkan
hipoalbuminemia. Rendahnya kadar albumin juga bisa terjadi akibat sejumlah kondisi berikut:
Hipertiroidisme, yaitu kondisi kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon secara berlebih.
Sindrom nefrotik, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan protein bocor melalui urine.
Diabetes, yaitu tingginya kadar gula akibat kurangnya produksi hormon insulin.
Sirosis, yaitu kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat kerusakan jangka panjang.
Lupus, yaitu suatu kondisi di mana sistem imun berbalik menyerang tubuh.
Gagal jantung.
Diagnosis Hipoalbuminemia
Jika diduga mengalami hipoalbuminemia, dokter akan menyarankan pasien menjalani sejumlah tes untuk
memastikan diagnosis, antara lain:
Tes darah. Dokter akan mengukur kadar albumin, dengan mengambil sampel darah pasien untuk
diperiksa di laboratorium.
Pemeriksaan rasio albumin kreatinin. Tes ini bertujuan mengukur kadar albumin yang bocor melalui
urine pasien.
Tes pencitraan. Untuk mendeteksi kemungkinan sirosis atau gagal jantung, dokter dapat melakukan tes
pencitraan, seperti USG perut atau ekokardiografi. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan foto
Rontgen untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan.
Biopsi. Dokter akan mengambil sampel jaringan hati atau ginjal untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium.
Pengobatan Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia juga dapat diatasi dengan obat-obatan. Pada pasien dengan gangguan ginjal, obat-
obatan untuk menangani hipertensi, seperti captopril atau candesartan, dapat membantu mencegah
keluarnya albumin lewat urine. Jenis obat lain yang bisa digunakan adalah kortikosteroid. Kortikosteroid
dapat mencegah turunnya kadar albumin pada pasien yang mengalami peradangan.