Anda di halaman 1dari 4

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOALBUMINEMIA

A. Pengertian
Albumin adalah protein yang dihasilkan oleh hati dan jenis protein
terbanyak di dalam darah, yaitu sekitar 50–60%. Albumin berfungsi untuk
membantu regenerasi jaringan tubuh dan menjaga cairan tubuh agar tidak
bocor keluar dari pembuluh darah.
Hipoalbuminemia adalah rendahnya kadar albumin didalam darah
akibat abnormalitas. Hipoalbuminemia menggambarkan pasokan asam amino
yang tidak memadai dari protein, sehingga menggangu sintesis albumin serta
protein lain oleh hati (Murray, 2009). Hipoalbuminemia dapat menimbulkan
terjadinya edema karena gerakan air keluar dari ruang vaskular dan masuk ke
ruang interstitial (Horne dan Swearingen, 2012).
Menurut Sutedjo (2006) kondisi yang sering menyebabkan
hipoalbuminemia, sebagai berikut:
a) Berkurangnya sintesis albumin: malnutrisi, sindrom malabsorpsi, radang
menahun, penyakit hati menahun, kelainan genetik.
b) Peningkatan ekskresi (kehilangan): nefrotik sindrom, luka bakar yang luas,
dan penyakit usus.
c) Katabolisme meningkat: sirosis hati, kehamilan dan gagal jantung kongesti
Hipoalbumin adalah istilah untuk menyebutkan kadar albumin yang
rendah dalam tubuh. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat
yang seharusnya berikatan dengan protein akan berkurang.
Albumin merupakan protein terbesar dalam plasma darah. Perubahan
pada albumin akan menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Albumin
mempunyai fungsi diantaranya memelihara tekanan onkotik, mengangkut
asam lemak menuju hati, mengangkut obat-obatan dan memperpendek waktu
paruh obat tersebut, mengangkut bilirubin, mengikat ion Ca2+, sebagai
larutan penyangga, mengangkut hormon tiroid, serta mengangkut hormon lain
khususnya yang dapat larut dalam lemak. Selain itu albumin juga berfungsi
sebagai transport berbagai macam substansi termasuk bilirubin, asam lemak,
logam, ion, hormone, dan obat-obatan.
B. Etiologi
Hipoalbumin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya
konsumsi makanan yang berprotein tinggi, adanya infeksi, peradangan
seperti pada kasus arthritis dan lupus, masalah pada liver / hati, metabolic
acidosis, malnutrisi, kelainan genetik, kerusakan jaringan, adanya gangguan
penyerapan protein dalam tubuh (malabsorbsi), kebocoran protein melalui
ginjal, dan adanya luka akibat pembedahan / trauma. Beberapa penyakit
seperti penyakit usus, penyakit kanker, peritonitis, penyakit DM dengan
gangrene, TBC paru, sepsis, dan nefrotik sindrom (penyakit ginjal) juga dapat
menjadi faktor penyebab hipoalbumin.
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vaskular menuju
ke jaringan sehingga terjadi odema. Penyakit/kondisi yang sering
menyebabkan hipoalbuminemia (penurunan albumin dalam darah) adalah:
a) Berkurangnya sintesis albumin: malnutrisi, sindrom malabsorpsi, radang
menahun, penyakit hati menahun, dan kelainan genetik.
b) Peningkatan akskresi (kehilangan): nefrotik sindrom, luka bakar yang luas,
dan penyakit usus.
c) Katabolisme meningkat: luka bakar yang luas, sirosis hati, kehamilan, dan
gagal jantung (Sutedjo, 2007).

C. Manifestasi Klinik
Gejala yang muncul pada penderita hipoalbuminemia tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Beberapa gejala yang dapat dialami oleh
penderita hipoalbuminemia adalah sebagai berikut:
 Pembengkakan di wajah atau tungkai akibat penumpukan cairan (edema).
Pada hypoalbuminemia berat, pembengkakan seluruh tubuh dapat terjadi.
 Kulit kasar atau kering
 Rambut menipis
 Sesak napas
 Tubuh lemah atau mudah lelah
 Gangguan irama jantung
 Berat badan bertambah secara tiba-tiba
 Hilang nafsu makan
D. Komplikasi
Hipoalbuminemia dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi serius,
di antaranya:
 Pneumonia; batuk, nafas >60x per menit, nafas sesak
 Asites; adalah kondisi penumpukan cairan pada rongga perut.
 Efusi pleura; cairan abnormal dalam rongga pleura
 Atrofi otot; penurunan massa otot
Hipoalbuminemia yang tidak tertangani dapat memperburuk kondisi
pasien, menghambat penyembuhan luka, atau meningkatkan risiko kematian.

E. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan pada penyebab hypoalbuminemia karena
merupakan konsekuensi dari beberapa penyakit. Dalam kritis, infus albumin
dapat diberikan. Penanganan diberikan sesuai dengan penyebabnya,
penanganan tersebut dilakukan melalui:
 Konsumsi makanan berprotein tinggi seperti kacang-kacangan, telur, susu,
daging sapi, ikan, yoghurt. Selain itu pemberian albumin pada bayi baru
lahir (neonatus) bisa dilakukan melalui infus.
 Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi penyakit pencernaan, atau
mengurangi peradangan di dalam tubuh.
 Penggunaan antibiotic, jika ada infeksi ataupun luka bakar.
Pemilihan obat dilakukan berdasarkan rekomendasi dokter yang
melakukan pemeriksaan. Jika hypoalbuminemia disebabkan oleh kerusakan
organ yang tidak dapat diperbaiki lagi, maka transplantasi organ dapat
dijadikan pilihan penanganan. Sembari menunggu donor pasien penyakit
ginjal bisa menjalani terapi dialysis atau cuci darah.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Tes Darah
Berikut kriteria untuk mengukur kadar albumin darah:
Kriteria Nilai Normal
Wanita dewasa 3,5 – 5,0 g/dL
Laki-laki dewasa 3,8 – 5,1 g/dL
Anak 4,0 – 5,8 g/dL
Bayi 4,4 – 5,4 g/dL
Bayi Baru Lahir 2,9 – 5,4 g/dL
Sumber: (Sutedjo, 2007).

2. Tes Urine
Tes urine untuk mengukur kadar albumin yang terbuang Bersama urine.
Jika melebihi kadar tertentu, kemungkinan terdapat kerusakan pada ginjal.
3. Tes CPR (C-reactive protein) Darah
Pemeriksaan kadar CPR (C-reactive protein) darah, yang menandakan
proses peradangan pada tubuh. Peradangan merupakan salah satu
penyebab hypoalbuminemia.

Anda mungkin juga menyukai