Anda di halaman 1dari 9

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

A. Pengertian BBLR
Berikut merupakan beberapa pengertian dari BBLR.
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500
gram tanpa memandang usia kehamilan. (Putra, 2012)
2. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.
2010).
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Saifuddin, 2010).
4. Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat
badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk untuk
tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Penyebab
BBLR adalah keadaan ibu hamil yang memiliki masalah dalam kehamilan.
Permasalahan dalam kehamilan inilah yang paling berbahaya karena menjadi
penyebab kematian ibu dan bayi terbesar (Barua, Hazarika & Duta, 2014).
Jadi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi baik pada bayi kurang bulan atau
cukup bulan.
B. Etiologi BBLR
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu (2016) serta
Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet (2017) ada beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan masalah BBLR yaitu:
1. Faktor ibu
a. Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih tinggi
terjadi pada ibu yang berumur <20 atau >35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan
yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu
usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan
melahirkan.
1)
b. Paritas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau lebih)
2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu dikarenakan setiap
proses kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin
banyak trauma yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan
dan persalinan berikutnya.
c. Gizi kurang saat hamil
Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan sulit/lama,
persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu
yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran,
bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.
d. Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun berisiko
3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR dibandingkan dengan ibu yang
memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum
menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan
rutin.
e. Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol dapat
menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal
sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak
lahir dengan BBLR.
2. Faktor kehamilan
a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
b. Ketuban pecah dini.
c. Perdarahan Antepartum.
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan (kelainan kongenital).
b. Infeksi dalam Rahim

C. Klasifikasi BBLR
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran, Lahariya, Nisar,
Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam mengelompokkan bayi BBLR ada
beberapa cara yaitu:
1. Klasifikasi BBLR berdasarkan harapan hidupnya:
a. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah (BBLR).
b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR).
c. Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER).
2. Klasifikasi BBLR Menurut Masa Kehamilan yaitu:
a. Prematuritas Murni atau Sesuai Masa Kehamilan /SMK
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan masa kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis
transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.
b. Dismaturitas atau Kurang Masa Kehamilan / KMK
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasinya. Hal tersebut menunjukkan bayi mengalami gangguan pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Rukmono,
2013).

D. Gambaran Klinis BBLR


Tanda-tanda BBLR dibagi menjadi 2 yaitu tanda-tanda bayi pada kurang bulan dan
tanda-tanda bayi pada bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
1. Tanda-tanda bayi Kurang Bulan
Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi : kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan
telinga sangat lunak karena belum terbentuk sempurna, lanugo masih banyak
ditemukan terutama pada bagian punggung, jaringan payudara belum terlihat, putting
masih berupa titik, pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora,
pada laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak
kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk, kadang disertai dengan pernapasan
tidak teratur, aktifitas dan tangisnya lemah, serta reflek menghisapdan menelan tidak
efektif/ lemah (berdasarkan data dari Depkes RI, 2015).
2. Tanda-tanda Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan meliputi: Umur bayi cukup,
kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2.500 gram, gerakannya cukup
aktif, tangisnya cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, payudara dan
putting sesuai masa kehamilan, bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora
menutupi labia minora, bayi laki-laki testis mungkin telah turun, rajah telapak kaki
lebih dari 1/3 bagian, serta menghisap cukup kuat. (berdasarkan data dari Depkes RI,
2015).

E. Karakteristik BBLR
1. Jenis kelamin BBL
Bayi perempuan lebih berisiko untuk mengalami BBLR daripada bayi laki-laki. Hal
ini karena grafik petumbuhan janin perempuan lebih lambat dari janin laki-laki
sehingga pada usia kehamilan yang sama, janin perempuan lebih rendah beratnya.
(Mitao, 2016).
2. Kelainan Kongenital
Kelainan Kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pembuahan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan congenital umumnya akan
dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil untuk masa kehamilan. Sebuah penelitian
terhadap 13.000 bayi dengan anomaly structural yang berat, 22% diantaranya
mengalami hambatan pertumbuhan janin. Semakin parah malformasi, semakin rentan
menjadi kecil masa kehamilan. Hal ini terbukti pada janin abnormalitas kromosom
atau yang mengalami malformasi kardiovaskular serius. (Damelash, 2015).
3. Kehamilan Gemelli
Berat badan bayi pada kehamilan gemelli lebih ringan daripada berat badan bayi
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi pada
kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada bayi kehamilan tunggal.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat makanan pada
kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi
lain,sehingga bayi lahir kecil. (Rohan, 2013)

F. Komplikasi BBLR
Komplikasi BBLR pada bayi premature, diantaranya yaitu:
1. Asfiksia
Asfiksia disebabkan karena kurangnya surfaktan (ratio lesitin atau sfingomielin
kurang dari2), Pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna, otot
pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable
thorax. (Momeni, 2017).
2. Masalah pemberian ASI
Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh BBLR yang kecil, kurang energi, lemah,
lambungnya kecil, dan tidak dapat menghisap dengan kuat. (Momeni, 2017).
3. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat adanya peningkatan kadar bilirubin pada
tubuh. Hal tersebut dapat ditemukan dalam keadaan dimana terjadi peningkatan
penghancuran sel darah merah (eritrosit) yang berkisar 80-90 hari, dan kadar zat besi
yang tinggi dalam eritrosit. (Radis, Glover, 2012).

Komplikasi BBLR pada bayi dismatur, diantaranya yaitu:


1. Sindrom aprirasi meconium
Keadaan hipoksia intrauterineakan mengakibatkan janin mengadakan “gasping”
dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan dilepaskan ke dalam likour amnion seperti
yang sering terjadi pada “subacute fetal distress”. Akibatnya, cairan yang
mengandung mekonuiim yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi.
Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan pernafasan yang sangat menyerupai
sindrom gangguan pernafasan idiopatik. (Momeni, 2017)
2. Penyakit membrane hialin
Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.Sesudah
bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negative yang tinggal pada pernafasan berikutnya.Akibat hal
iniakan tampak dispnu yang berat, retraksi egigastrium, sianosis, dan pada paru terjadi
atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk membrane
hialin(Momeni, 2017).
3. Hipoglikemia simtomatik
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki.Penyebabnya belum jelas, tetapi
mungkin sekali disebabkan persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. (Kosim, 2012)
G. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Fermandez, Redondo, Castellanos, Munuzuri, Gracia, Campillo, Lopez &
Luna (2017) serta Nurmalasari (2014) ada beberapa penatalaksanaan yang bisa dilakukan
untuk masalah BBLR yaitu :
a. Dukungan respirasi.
b. Termoregulasi.
c. Perlindungan terhadap infeksi.
d. Pemberian nutrisi.
Daftar Referensi
Barua, A., Hazarika, J., & Duta. S. 2014. Correlates of Low Birth Weight: A Hospital-Based
Study from Gangtok. India. Global Pediatric Health, 1-5.
Cutland, C.L., Lackritz, E.M., Mallett-Moore, T., Bardají, A., Chandrasekaran, R., Lahariya,
C., Nisar, M.I., Tapia, M.D., Pathirana, J., Kochhar, S., & Muñoz, F.M. 2017. Low
birth weight: Case definition & guidelines for data collection, analysis, and
presentation of maternal immunization safety data. Vaccine 35, 6492-6500.
Gebregzabiherher, Y., Haftu, A., Weldemariam, S., & Gebrehiwet H. 2017. The Prevalence
and Risk Factors for Low Birth Weight among Term Newborns in Adwa General
Hospital, Northern Ethiopia. Obstetrics and Gynecology International, 1-7.
Mitao, Modesta, Rune Philemon, Joseph Obure, Blandina T. Mmbaga, Sia Msuya & Michael
J. Mahande. 2016. Risk Factors and Adverse Perinatal Outcome Associated with Low
Birth Weight in Northern Tanzania. Asian Pasific Journal of Reproduction. hal 75-79.
Momeni, et al. 2017. Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the Southeast of
Iran. International Journal of Preventive Medicine 2017,
Nur, R., Arifuddin, A., & Vovilia, R. 2016. Analisis faktor risiko kejadian berat badan lahir
rendah di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jurnal Preventif. Vol. 7 No. 1. 1-64
Pudjiadi, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI
Putra, S.R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: D-Medika.
Rukmono P. 2013. Neonatologi Praktis. Bandar Lampung: AURA

Anda mungkin juga menyukai