Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOALBUMIN

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Keperawatan Medical

Disusun Oleh :

Haris Petriano
190070300011035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Laporan Pendahuluan Hipoalbumin

1. Pengertian
 Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia (kurang lebih
3,4-4,7 g/dl) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma (Harper
1990). Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang
mencapai kadar 60 persen. Protein yang larut dalam air dan mengendap
pada pemanasan itu merupakan salah satu konstituen utama tubuh.
Albumin adalah protein yang tertinggi konsentrasi dalam plasma.
 Albumin adalah protein dalam darah yang dihasilkan oleh hati. Sebanyak
60% komposisi protein dalam darah merupakan albumin. Albumin juga
memiliki banyak fungsi, seperti regenerasi jaringan tubuh dan menjaga
cairan tubuh agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Selain itu,
albumin juga berfungsi untuk menyalurkan beberapa zat ke seluruh
tubuh, di antaranya hormon, vitamin, mineral, bilirubin, lemak, serta obat-
obatan.
 Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah/dibawah nilai
normal atau keadaan dimana kadar albumin serum < 3,5 g/dL
(Muhammad Sjaifullah Noer, Ninik Soemyarso, 2006 dan Diagnose-
Me.com, 2007). Hipoalbuminemia mencerminkan pasokan asam amino
yang tidak memadai dari protein, sehingga mengganggu sintesis albumin
serta protein lain oleh hati (Murray, dkk, 2003).
 Di Indonesia, data hospital malnutrition menunjukkan 40-50% pasien
mengalami hipoalbuminemia atau berisiko hipoalbuminemia, 12%
diantaranya hipoalbuminemia berat, serta masa rawat inap pasien
dengan hospital malnutrition menunjukkan 90% lebih lama daripada
pasien dengan gizi baik (Tri Widyastuti dan M. Dawan Jamil, 2005).
 Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa albumin
merupakan protein dalam plasma manusia yang larut dalam air dan
mengendap dalam pemanasan serta protein yang tertinggi
konsentrasinya dalam plasma darah.

2. Pembentukan
 Albumin pada umumnya dibentuk di hati. Hati menghasilkan sekitar 12
gram albumin per hari yang merupakan sekitar 25% dari total sintesis
protein hepatic dan separuh dari seluruh protein yang diekskresikan
organ tersebut. Albumin pada mulanya disintesis sebagai preprotein.
Peptida sinyalnya dilepaskan ketika preprotein melintas kedalam
sinterna reticulum endoplasma kasar, dan heksa peptide pada ujung
terminal-amino yang dihasilkan itu kemudian dipecah lebih lanjut
disepanjang lintasan skreotik. Albumin dapat ditemukan dalam putih telur
dan darah manusia. Golongan protein ini paling banyak dijumpai pada
telur (albumin telur), darah (albumin serum), dalam susu (laktalbumin).
Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin telur 44.000,
dalam daging mamalia 63.000.

3. Komposisi
 Albumin manusia yang matur terdiri atas satu rantai polipeptida yang
tersusun dari 585 asam amino dan mengandung 17 buah ikatan
disulfide.
4. Klasifikasi Hipoalbumin
Defisiensi albumin atau hipoalbuminemia dibedakan berdasarkan selisih atau
jarak dari nilai normal kadar albumin serum, yaitu 3,5–5 g/dl atau total
kandungan albumin dalam tubuh adalah 300-500 gram (Albumin.htm, 2007
dan Peralta, 2006). Klasifikasi hipoalbuminemia menurut Agung M dan
Hendro W (2005) adalah sebagai berikut:
- Hipoalbuminemia ringan : 3,5–3,9 g/dl
- Hipoalbuminemia sedang : 2,5–3,5 g/dl
- Hipoalbuminemia berat : < 2,5 g/dl
5. Fungsi
 Dengan mengunakan enzim protease, albumin dapat dibagi lagi menjadi
tiga domain yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda antara
lain:
a. Albumin yang mempunyai bentuk elips, yang berarti protein ini tidak
akan banyak meningkatkan viskositas plasma sebagaimana yang
dilakukan oleh molekul berbentuk memanjang sebagai fibrinogen.
b. Menjaga cairan dari darah agar tidak bocor dari luar kedalam sel-
sel/sebagai zat yang menentukan besarnya tekanan osmosis
didalam darah.
c. Kemampuannya mengikat berbagai macam ligand. Ligand ini
mencakup asam lemak bebas (FFA), kalsium, hormone steroid
tertentu, bilirubin dan sebagai triptofan plasma.
d. Memainkan peranan yang penting dalam transportasi tembaga
didalam tubuh manusia. Sejumlah obat, termasuk sulfonamide,
penisilin G, dikumarol dan aspirin terikat dengan albumin; hal ini
mempunyai implikasi farmakologis yang penting yaitu dimanfaatkan
untuk pengocokan (whipping), ketegangan, atau penenang dan
sebagai emulsifier.
e. Dalam Industri pangan albumin memiliki fungsi yaitu berguna dalam
pembuatan es krim, bubur manula, permen, roti, dan puding bubuk.
f. Sebagai alat pengangkut asam lemak dalam darah.

6. Patofisiologi Hipoalbumin
 Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan
intravaskuler berpindah ke dalam interstisial
7. Gangguan Akibat Kekurangan Albumin
 Ada beberapa penyebab ganguan albumin bagi manusia antara lain:
a. Albuminemia.
Salah satu penyebab keadaan ini adalah mutasi yang
mempengaruhi penyambungan. Penderita albuminemia ini hanya
mempelihatkan gejala edema yang sedang dalam keadaan ini juga
diperkirakan jumlah protein plasma yang lain akan meningkat untuk
mengkompensasi kekurangan albumin.
b. Albumin
karena dibuat oleh hati, maka penurunan albumin serum dapat
menyebabkan dari penyakit hati kronik, ginjal, saluran cerna
kronik,dan infeksi tertentu. Super Lutein merupakan suplemen
herbal yang sangat baik untuk kesehatan hati, ginjal dan organ
tubuh lainnya. Albumin adalah protein yang diproduksi dalam hati
sehingga bila organ hati ada masalah tentunya produksi albumin
juga akan menurun dan tentu saja akan memperparah organ tubuh
lainnya yaitu hati, ginjal, pencernaan dan timbul infeksi lainnya.
Super lutein mengandung karotenoid yang bisa memperbaiki sel-sel
tubuh yang rusak dan menggantikannya dengan sel-sel tubuh yang
baru. Hati dan Ginjal merupakan organ penting tubuh, kerusakan
kedua organ tersebut bisa mengancam jiwa. Sebut saja bila hati
rusak maka fungsi hati tidak akan sempurna, fungsi hati sebagai
penyerap racun dalam tubuh dan penghasil albumin tidak berfungsi
lagi dan secara otomatis mengganggu organ tubuh lainnya. Ginjal
adalah organ tubuh yang paling rentan terinfeksi bila fungsi hati
mulai melemah. Super Lutein merupakan herbal yang bisa
mengatasi derita Albuminemia, seperti dalam kasus ginjal bocor
yang kekurangan albumin dalam tubuh sehingga menimbulkan
pembengkakan daerah tertentu. Kekurangan albumin dalam
darah,peran albumin,definisi albumin,penyakit kekurangan
albumin,albumin adalah,obat albumin,manfaat albumin,makanan
yang mengandung albumin,makanan untuk meningkatkan
albumin,penelitian putih telur dengan kadar albumin,pengertian
abumin,pengertian albumin,penyakit akibat kekurangan protein
plasma,penyakit yang disebabkan oleh peningkatan
albumin,penyebab kekurangan albumin,makanan peningkat
albumin,Makanan mengandung albumin,buah untuk meningkatkan
albumin,ciri fisik albumin,fungsi albumin dalam tubuh,fungsi thin
albumin,guna albumin,hati produksi albumin,Kekurangan
albumin,kekurangan albumin dalam darah,kelebihan albumin dalam
darah,macam-macam penyakit akibat kekurangan protein plasma
dalam darah,makanan kaya albumin darah,makanan kelebihan
albumin,prukto surya esensial.
c. Hipoalbumin
Hipoalbuminemia adalah kondisi ketika kadar albumin dalam darah
di bawah normal. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang
dengan penyakit yang berat atau sudah berlangsung lama (kronis).
Salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan
hipoalbuminemia adalah penyakit peradangan. Kadar albumin
normal tergantung pada usia seseorang. Meskipun demikian, kadar
albumin normal berkisar antara 3,5 hingga 5,9 gram per desiliter
(g/dL). Seseorang baru dikatakan mengalami hipoalbuminemia bila
kadar albumin di bawah 3,5 g/dL.

8. Gejala Hipoalbuminemia
Beberapa gejala yang dapat muncul pada penderita hipoalbuminemia adalah
sebagai berikut :
 Pembengkakan akibat penumpukan cairan pada wajah atau tungkai
(edema).
 Pembengkakan kelenjar air liur.
 Pembesaran lidah (makroglosia).
 Hepatomegali dan splenomegali.
 Pembesaran jantung.
 Bradikardia (denyut jantung lambat)
 Gangguan irama jantung.
 Hipotensi (tekanan darah rendah).
 Nafsu makan berkurang.
 Diare
 Mual dan muntah.
 Berat badan turun.
 Hilangnya lemak di bawah lapisan kulit
 Penurunan jumlah massa otot.
 Kulit kering dan kasar.
 Luka sulit sembuh
 Lambatnya pertumbuhan pada anak.
 Jaundice (sakit kuning).
 Ginekomastia (pembesaran payudara pada pria).
 Ensefalopati (gangguan pada otak).
 Spider angiomas (berkumpulnya pembuluh darah kecil di
permukaan kulit).
 Palmar erythema (telapak tangan memerah).
 Asteriksis (tremor pada pergelangan tangan).
9. Penyebab Hipoalbuminemia
 Hipoalbuminemia umumnya disebabkan oleh peradangan dalam tubuh.
Peradangan dapat terjadi pasca tindakan operasi, atau akibat sepsis
serta luka bakar. Peradangan juga dapat terjadi akibat tindakan medis
selain operasi, misalnya pemasangan ventilator atau alat bantu napas.
Selain karena peradangan, kurangnya asupan protein, kalori, dan
vitamin, atau gangguan penyerapan nutrisi, dapat mengakibatkan
hipoalbuminemia. Rendahnya kadar albumin juga bisa terjadi akibat
sejumlah kondisi berikut:
- Hipertiroidisme, yaitu kondisi kelenjar tiroid yang menghasilkan
hormon secara berlebih
- Sindrom nefrotik, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan
protein bocor melalui urine.
- Diabetes, yaitu tingginya kadar gula akibat kurangnya produksi
hormon insulin.
- Sirosis, yaitu kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat
kerusakan jangka panjang.
- Lupus, yaitu suatu kondisi di mana sistem imun berbalik menyerang
tubuh.
- Gagal jantung.
 Menurut Iwan S. Handoko (2005), Adhe Hariani (2005) dan Baron (1995)
hipoalbuminemia adalah suatu masalah umum yang terjadi pada pasien.
Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh masukan protein yang rendah,
pencernaan atau absorbsi protein yang tak adekuat dan peningkatan
kehilangan protein yang dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi
medis kronis dan akut: Kurang Energi Protein,Kanker,Peritonitis,Luka
bakar,Sepsis,Luka akibat Pre dan Post pembedahan (penurunan
albumin plasma yang terjadi setelah trauma),Penyakit hati akut yang
berat atau penyakit hati kronis (sintesa albumin menurun),Penyakit ginjal
(hemodialisa),Penyakit saluran cerna kronik,Radang atau Infeksi tertentu
(akut dan kronis),Diabetes mellitus dengan gangren, dan TBC paru.
10. Pemeriksaan Diagnostik Hipoalbuminemia
 Tes darah. Dokter akan mengukur kadar albumin, dengan mengambil
sampel darah pasien untuk diperiksa di laboratorium.
 Pemeriksaan rasio albumin kreatinin. Tes ini bertujuan mengukur kadar
albumin yang bocor melalui urine pasien.
 Tes pencitraan. Untuk mendeteksi kemungkinan sirosis atau gagal
jantung, dokter dapat melakukan tes pencitraan, seperti USG perut atau
ekokardiografi. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan foto Rontgen
untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan.
 Biopsi. Dokter akan mengambil sampel jaringan hati atau ginjal untuk
diteliti lebih lanjut di laboratorium.
 Pemeriksaan kadar CRP (C-reactive protein) darah, yang menandakan
proses peradangan pada tubuh. Peradangan merupakan salah satu
penyebab hipoalbuminemia.

11. Pengobatan Hipoalbuminemia


 Penanganan hipoalbuminemia tergantung kepada penyebab yang
mendasarinya. Sebagai contoh, hipoalbuminemia yang disebabkan oleh
kekurangan nutrisi bisa diatasi dengan mengubah menu makanan.
Dokter akan menyarankan beberapa menu makanan kaya protein untuk
meningkatkan kadar albumin, seperti kacang-kacangan, putih telur, ikan
gabus, serta susu dan produk turunannya.
 Hipoalbuminemia juga dapat diatasi dengan obat-obatan. Pada pasien
dengan gangguan ginjal, obat-obatan untuk menangani hipertensi,
seperti captopril atau candesartan, dapat membantu mencegah
keluarnya albumin lewat urine. Jenis obat lain yang bisa digunakan
adalah kortikosteroid. Kortikosteroid dapat mencegah turunnya kadar
albumin pada pasien yang mengalami peradangan.

12. Komplikasi
Komplikasi hipoalbuminemia yang signifikan termasuk kolapsnya sirkulasi
karena efek pada tekanan onkotik, adanya edema, dan anasarca dan
berhubungan dengan risiko komplikasi lain pada orang sakit kritis.
13. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut standar diagnosa keperwatan


Indonesia adalah sebagai berikut (Tim Pokja DPP PPNI, 2016):

 Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolisme ditandai dengan berat badan menurun 10% dari berat
ideal, nafsu makan menurun, serum albumin turun
 Pola napas tidak efektif posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu napas, pola napas
abnormal, pernapasan cuping hidung.
 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan CRT > 3 etik, nadi perifer menurun, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun, nyeri ektermitas,
edema, penyembuhan luka lambat
 Risiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan asites, penyakit
ginjal dan kelenjar

14. Intervensi Keperawatan


Intervensi keperwatan berdasarkan diagnosa menurut standar intervensi
keperawatan Indonesia adalah sebagai berikut(Tim Pokja DPP PPNI, 2018):

1. Defisit Nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Manajemen Nutrisi (1.03119): Edukasi Diet (1.12369)


Observasi:
Observasi:
- identifikasi kemampuan pasien
- identifikasi status nutrisi dan keluarga menerima informasi
- identifikasi alergi dan intoleransi - identifikasi tingkat pengetahuan
makanan saat ini
- identifikasi kebutuhan kalori dan jenis - identifikasi kebiasaan pola makan
nutrien saat ini dan masa lalu
- identifikasi perlunya penggunaan - identifikasi persepsi pasien dan
selang nsogastrik keluarga tentang diet yang
- monitor asupan makanan diprogramkan
- monitor berat badan - identifikasi keterbatasan finansial
- monitor hasil pemeriksaan untuk menyediakan makanan
lboratorium Terapeutik:
Terapeutik:
- persiapkan materi, media dan
- lakukan oral hygene sebelum makan alat peraga
jika perlu - jadwalkan waktu yang tepat untuk
- fasilitasi menentukan pedoman diet memberikan pendidikan
(mis. Piramida makanan) kesehatan
- sajikan makanan secara menarik dan - berikan kesempatan pasien dan
suhu yang sesuai keluarga bertanya
- berikan makanan tinggi serat untuk - sediakan rencana makan tertulis,
mencegah konstipasi jika perlu
- berikan makanan tinggi kalori dan Edukasi:
tinggi protein
- berikan suplemen makanan jika perlu - jelaskan tujuan kepatuhan diet
- hentikan pemberian makanan melalui terhadap kesehatan
selang nasogastrik jika asupan oral - informasikan makanan yang
dapat ditoleransi diperbolehkan dan dilarang
Edukasi: - informasikan kemungkinan
interaksi obat dan makanan, jika
- anjurkan posisi dudujk, jika mampu perlu
- ajarkan diet yang diprogramkan - anjurkan mempertahankan posisi
Kolaborasi: semi fowler
- anjurkan mengganti bahan
- kolaborasi pemberian medikasi makanan sesuai dengan diet
sebelum makan, jika perlu yang diprogramkan
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk - anjurkan melakukan olahraga
menentukan jumlah kalori dan jenis sesuai toleransi
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu - ajarkan cara membaca label
makanan dan memilih makanan
yang sesuai
- ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai
program’rekomendasikan resep
makanan yang sesuai dengan
diet jika perlu
Kolaborasi:

- rujuk ke ahli gizi dan sertakan


keluarga, jika perlu

Pemantauan Nutrisi (1.03123)


Observasi:

- Identifikasi faktor yang


mempengaruhi asupan gizi
- Identifikasi perubahan berat
badan
- Identifikasi pola makan
- Identifikasi kemampuan menelan
- Identifikasi kelainaan pada kulit,
rambut, kuku dan rongga mulut
- Identifikasi kelainan eliminasi
- Monitor hasil laboratorium
Terapeutik

- Timbang Berat badan


- Ukur Antropometrik komposisi
tubuh
- Hitung perubahan berat badan
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
Informasikan hasil pemantauan

2. Pola Napas Tidak Efektif


INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Manajemen jalan nafas (1.01011) Pengaturan posisi (1.01019)

Observasi Observasi

- Monitor pola napas (frekuensi, - Monitor status oksigenasi


kedalaman, usaha napas) sebelum dan sesudah
- Monitor bunyi napas tambahan mengubah posisi
(misalnya: gurgling, mengi, whezing, Terapeutik
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, - Tempatkan pada matras/tempat
aroma) tidur terapeutik yang tepat
Terapeutik - Tempat pada posisi terapeutik
- Tempatkan objek yang sering
- Pertahankan kepatenan jalan napas digunakan dalam jangkauan
dengan head-tifl dan chin lift (jaw- - Sediakan matras yang
thrust jika curiga trauma servikal) kokoh/padat
- Posisikan semi-fowler atau fowler - Atur posisi yang disukai, jika
- Berikan minum hangat tidak kontraindikasi
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu - Atur posisi untuk mengurangi
- Lakukan pengisapan lendir kurang sesak (misalnya: semi-fowler)
dari 15 detik - Atur posisi yang meningkatkan
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum drainage
pengisapan endotrakeal - Posisikan pada kesejajaran
- Keluarkan sumbatan benda padat tubuh yang tepat
dengan forsep McGill - Imobilisasi dn topang bagian
- Berikan oksigen, jika perlu tubuh yang cedera dengan tepat
Edukasi - Tinggikan bagian tubuh yang
sakit dengan tepat
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, - Tinggikan tempat tidur bagian
jika tidak kontraindikasi kepala
- Ajarkan teknik batuk efektif - Berikan bantal yang tepat pada
Kolaborasi leher
- Posisikan untuk mempermudah
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ventilasi/pefusi (misalnya
ekspektoran, mukolitik, jika perlu. tengkurap/good lung down)
- Motivasi melakukan ROM aktif
atau pasif
Pemantauan Respirasi (1.01014) - Motivasi terlibat dalam
perubahan posisi, sesuai
Observasi kebutuhan
- Hindari menempatkan pada
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, posisi yang dapat meningkatkan
dan upaya napas nyeri
- Monitor pola napas (seperti - Minimalkan gesekan dan tarikan
bradipneu, takipnea, hiperventilasi, saat mengubah posisi
Kussmaul, Cheyne-stokes, Biot, - Ubah posisi setiap 2 jam
ataksik) - Ubah posisi dengan teknik log
- Monitor kemampuan batuk efektif roll
- Monitor adanya produksi sputum - Jadwalkan secara tertulis untuk
- Monitor adanya sumbatan jalan perubahan posisi
napas Edukasi
- Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
- Auskultasi bunyi napas -
Informasikan saat akan
- Monitor saturasi oksigen dilakukan perubahan posisi
- Monitor nilai AGD - Ajarkan cara menggunakan
- Monitor hasil x-ray toraks postur yang baik dan mekanika
Terapeutik tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi
- Atur interval pemantauan respirasi Kolaborasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan - Kolaborasi pemberian
Edukasi premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika Dukungan ventilasi (1.01002)
perlu
Observasi

- Identifikasi adanya kelelahan


otot bantu napas
- Identifikasi efek perubahan
posisi terhadap status
pernapasan
- Monitor status respirasi dan
oksigenasi (misalnya: frekuensi
dan kedalaman napas,
penggunaan otot bantu napas,
bunyi napas tambahan, saturasi
oksigen)
Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan


napas
- Berikan posisi semi fowler
- Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (misalnya: nasal
kanul, masker wajah, masker
rebreathing atau non
rebreathing)
- Gunakan bag-valve mask, jika
perlu
Edukasi

- Ajarkan melakukan teknik


relaksasi napas dalam
- Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu

3. Perfusi Perifer Tidak Efektif


INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Perawatan Sirkulasi (1.02079): Perawatan Kaki (1.11354)


Observasi:
Observasi: - Identifikasi perawatan kaki yang
biasa dilakukan
- Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, - Periksa adanya iritasi, retak, lesi,
edema, CRT, warna, suhu dan ankle kapalan, kelainan bentuk atau
brachial index) edema
- Identifikasi faktor risiko gangguan - Periksa adanya ketebalan kuku
sirkulasi (diabetes melitus) dan perubahan warna
Terapeutik: - Monitor tingkat kelembaban kaki
- Monitor gaya berjalan dan
- Hindari pemasangan infus atau
distribusi berat pada kaki
pengambilan darah diarea
- Monitor kebersihan dan kondisi
keterbatasan perfusi
umum sepatu dan kaus kaki
- Hindari pengukuran tekanan darah
- Monitor insufisiensi arteri kaki
pada ekstermitas dengan
dengan pengukuran ankle
keterbatasan perfusi
brachial index
- Hindari penekanan dan pemasangan
- Monitor neuropati perifer dengan
torniquet pada area yang cedera
tes monofilamen semmes
- Lakukan pencegahan infeksi
weinstein
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Monitor kadar gula darah atau
- Lakukan hidrasi
nilai HbA1c < 7%
Edukasi:
Terapeutik:
- Anjurkan berolahraga rutin - Keringkan sela-sela jari kaki
- Anjurkan mengecek air mandi untuk - Berikan pelembab sesuai
menghindari kulit terbakar kebutuhan
- Anjurkan menggunakan obat penurun - Bersihkan dan potong kuku, jika
tekanan darah, antikoagulan, dan perlu
penurun kolesterol, jika perlu - Lakukan perawatan luka sesuai
- Anjurkan minum obat pengontrol kebutuhan
tekanan darah secara teratur Edukasi:
- Anjurkan menghindari penggunaan - Informasikan pentingnya
obat penyekat beta perawatan kaki
- Anjurkan melakukan perawatan kulit - Ajarkan cara mempersiapkan dan
yang tepat memotong kuku
- Anjurkan program rehabilitasi - Anjurkan memakai sepatu
vaskuler dengan ukuran yang sesuai
- Ajarkan program diet untuk - Anjurkan pemberian bubuk
memperbaiki sirkulasi penyerap kelembaban, jika perlu
- Informasikan tanda dan gejala - Anjurkan memeriksa bagian
darurat yang harus dilaporkan dalam sepatu sebelum di pasang
- Anjurkan memonitor suhu kaki
dengan menggunakan bagian
belakang dari tangan
-
Anjurkan pentingnya
pemeriksaan kaki, terutama saat
sensasi berkurang
- Anjurkan menghindari penekanan
pada kaki yang mengalami ulkus
dengan menggunakan tongkat
atau sepatu khusus
Kolaborasi:

- Rujuk podiatrist untuk memotong


kuku yang menebal, jika perlu

4. Risiko Ketidakseimbangan Cairan


INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Manajemen Cairan (1.03098) Pemantauan Tanda Vital (1.02060)

Observasi: Observasi

-
monitor status hidrasi -
Monitor tekanan darah
-
monitor berat badan harian -
Monitor nadi
-
monitor hasil pemeriksaan -
Monitor pernapasan
laboratorium -
Monitor suhu tubuh
- monitor status hemodinamik -
Monitor oksimetri nadi
Terapeutik: -
Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
- catat intake dan output serta hitung Terapeutik
balance cairan 24 jam
- berikan asupan cairan sesuai - Atur interval pemantauan sesuai
kebutuhan kondisi pasiien
Kolaborasi: - Dokumentasikan hasil
pemantauan
- kolaborasi pemberian diuretik jika Edukasi
perlu
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Pemantauan Cairan (1.08243): - Informasikan hasil pemantauan
Observasi:
Pencegahan Perdarahan (1.02067)
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas Observasi:
- Monitor tekanan darah
- Monitor tanda dan gejala
- Monitor berat badan perdarahan
- Monitor waktu pengisian kapiler - Monitor nilai
- Monitor elastisitas atau turgor kulit hematokrit/hemoglobin pasien
- Monitor jumlah, warna dan bera jenis - Monitor tanda vital ortostatik
urinmonitor kadar albumin dan protein pasien
total - Monitor koagulasi
- Monitor hasil pemeriksaan serum Terapeutik:
- Monitor intake dan output - Batasi tindakan invasif
- Identifikasi tanda-tanda hipervolemia Edukasi:
- Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan - Jelaskan tanda dan gejala
Terapeutik: perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan
- Atur interval waktu pemantauan cairan setelah 24 jam
sesuai dengan kondisi pasien - Anjurkan meningkatkan
- Dokumentasikan hasil pemantauan makanan dan vit.K
Edukasi: - Anjurkan segera melapor jika da
perdarahan
- jelaskan tujuan dan prosedur Kolaborasi:
pemantauan
- informasikan hasil pemantauan - Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
- Kolaborasi pemberian produk
darah
DAFTARA PUSTAKA

Gatta, et al. (2012). Hypoalbuminemia. Internal and Emergency Medicine, 7 Suppl 3,


pp. S193-S199.

Kim, S. (2017). Hypoalbuminemia and Clinical Outcomes: What is the Mechanism


behind the Relationship? The American Surgeon, 83(11), pp. 1220-1227.
Peralta, R. Medscape (2018). Hypoalbuminemia.

Jewell, T. Healthline (2017). What is Hypoalbuminemia and How is it Treated?


Lab Test Online (2018). Albumin

Tim Pokja DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.

Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
P

Tim Pokja DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP P

Anda mungkin juga menyukai