DEFINISI
Anemia hemolitik adalah salah satu jenis anemia yang terjadi akibat sel darah merah hancur
atau mati lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Kondisi ini pun menyebabkan tubuh
kekurangan sel darah merah sehat.
Ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat, terdapat berbagai masalah kesehatan yang
mungkin muncul, seperti nyeri, denyut jantung tidak teratur (aritmia), pembesaran jantung,
dan gagal jantung. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi mengangkut
oksigen. Penderita anemia hemolitik cenderung mudah lelah karena tubuhnya tidak menerima
asupan oksigen yang cukup karena sel darah merahnya kurang. Alhasil beberapa organ tubuh
tidak berfungsi dengan baik.
EPIDEMIOLOGI
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melaporkan insiden anemia di Indonesia
adalah 21,7 %. Anemia hemolitik mewakili sekitar 5% dari semua anemia. Insiden AIHA
berkisar 1-3 kasus per 100.000 orang per tahun, dengan prevalensi 17/100.000 orang
pertahun. Angka kematian AIHA berkisar antara 20-50%, bergantung kepada penyakit yang
mendasari munculnya penyakit AIHA
Klasifikasi
Anemia hemolitik yang disebabkan oleh genetik sering kali berhubungan dengan masalah
membran sel, hemoglobin, atau enzim yang menjaga sel darah merah sehat.
Penyebab paling sering dari jenis anemia ini adalah kelainan gen yang mengendalikan
produksi darah merah. Di mana, pada penderita anemia hemolitik, kumpulan sel darah merah
yang melewati aliran darah memiliki bentuk abnormal, rapuh, dan rusak.
Thalasemia
Anemia sel sabit
Defisiensi piruvat kinase
Spherocytosis herediter
Elliptocytosis herediter (ovalocytosis)
Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD)
2. Anemia Hemolitik yang Tidak Diturunkan
Penyakit ini juga bisa berkembang tanpa faktor genetik. Sel darah merah yang awalnya
normal dan sehat dapat berubah akibat adanya penyakit atau faktor lain yang
menghancurkannya. Beberapa jenis anemia hemolitik yang tidak diturunkan adalah sebagai
berikut:
Penyebab anemia hemolitik juga bisa dari efek samping obat-obatan. Kondisi ini dapat terjadi
apabila suatu obat memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel darah merah sendiri.
Anemia hemolitik akibat efek samping obat di antaranya adalah:
Faktor resiko
Tahukah Anda bahwa faktor utama dari penyebab anemia hemolitik adalah genetik atau
keturunan? Pasien anemia hemolitik akibat genetik memiliki kecacatan gen yang mengatur
produksi sel-sel darah merah. Kecacatan gen tersebut dapat diturunkan dari salah satu atau
kedua orang tua. Gen cacat ini bisa berupa membran sel, hemoglobin, atau enzim penjaga sel
darah merah yang sehat.
Namun, selain dari keturunan, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko anemia
hemolitik adalah:
Infeksi
Hipersplenisme
Autoimun (gangguan pada sistem imun)
Reaksi terhadap transfusi darah
Efek samping obat-obatan
Sedangkan kondisi selain faktor keturunan yang dapat menyebabkan anemia
1. Penyakit infeksi, seperti tipes, hepatitis, infeksi virus epstein-barr, atau infeksi
3. Efek samping obat-obatan, seperti Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS) dan
Manifestasi klinis
Gejala Anemia Hemolitik
Gejala anemia hemolitik bisa ringan di awal penyakit, kemudian memburuk secara perlahan
2. Kulit pucat
4. Demam
7. Perut terasa tidak nyaman akibat organ limpa dan hati membesar.
8. Jantung berdebar
Pemecahan sel darah merah dapat meningkatkan kadar bilirubin dan kolesterol sehingga
berpotensi membentuk batu di kantung empedu. Kemunculan batu empedu itulah yang
membuat perut terasa nyeri.
Rasa nyeri pada perut bisa juga dipicu oleh pembesaran limpa. Limpa adalah organ di dalam
perut yang berfungsi menyaring sel darah merah tua atau rusak.
Penyebab penyakit kuning pada pengidap anemia hemolitik dikarenakan kurangnya sel darah
merah yang baru, sedangkan sel darah merah tua akan melepaskan hemoglobin dalam darah.
Hal ini dapat menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menjadi lebih tinggi. Hemoglobin
kemudian dipecah menjadi bilirubin yang menyebabkan kekuningan pada kulit dan mata.
Diagnosis
Dokter akan melakukan pemeriksan fisik dan memeriksa apakah kulit pasien pucat atau
menguning, serta meraba dan menekan perut pasien untuk memeriksa pembesaran organ hati
atau limpa.
Bila pasien dicurigai menderita anemia hemolitik, dokter akan melakukan pemeriksaan
berikut :
1. Hitung darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah dalam tubuh.
2. Pemeriksaan bilirubin, yaitu senyawa sisa dari proses penghancuran sel darah merah,
3. Tes Coombs, untuk melihat kemungkinan antibodi menyerang sel darah merah.
4. Aspirasi sumsum tulang, untuk melihat bentuk dan tingkat kematangan sel darah merah
Diagnosis banding
Tatalaksana
Penanganan Anemia Hemolitik
Pengobatan anemia hemolitik tergantung pada penyebabnya, tingkat keparahan, usia dan
kondisi kesehatan pasien, serta respons pasien terhadap obat. Beberapa metode pengobatan
2. Obat imunosupresan, untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar sel darah merah tidak
mudah hancur.
pasien.
Pada kasus anemia hemolitik yang parah, dokter akan melakukan splenektomi atau bedah
pengangkatan limpa. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika pasien tidak merespons metode
pengobatan di atas.
Pencegahan
Pencegahan Anemia Hemolitik
Pencegahan anemia hemolitik tergantung pada penyebabnya. Pada pasien anemia hemolitik
yang disebabkan oleh efek samping obat-obatan, pencegahannya dapat dilakukan dengan
Anemia hemolitik juga bisa dilakukan dengan mencegah infeksi, yaitu dengan :
Anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor keturunan tidak dapat dicegah.
Pencegahan Anemia Hemolitik
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan anemia hemolitik adalah:
Pengobatan untuk mengatasi anemia hemolitik bergantung pada penyebab, tingkat keparahan,
usia, kondisi kesehatan, serta respons pengidap terhadap obat yang diberikan. Beberapa
metode pengobatan yang bisa dilakukan oleh dokter, antara lain:
Obat imunosupresan untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar sel darah merah
tidak mudah hancur.
Transfusi darah untuk menambah jumlah sel darah merah (Hb) yang rendah pada
tubuh pengidap.
Sementara itu, pada kasus anemia hemolitik yang parah, dokter melakukan splenektomi atau
bedah pengangkatan limfa. Prosedur ini dilakukan saat pengidap tidak merespons metode
pengobatan di atas.
Pemberian pengobatan anemia hemolitik tergantung dari penyebab, kondisi pasien, tingkat
keparahan, dan respon pasien terhadap obat. Beberapa pilihan pengobatan untuk pasien
anemia hemolitik adalah:
Etiologi anemia hemolitik dapat dibagi menjadi penyebab korpuskular dan ekstrakorpuskular.
Penyebab korpuskular dari anemia hemolitik antara lain kelainan pada membran sel darah
merah, hemoglobinopati, dan abnormalitas enzim. Penyebab ekstrakorpuskular antara lain
penyebab imunologikal, mekanikal, infeksi, dan toksin.
Penyebab Korpuskular
Kelainan pada membran sel darah merah dapat dibagi menjadi penyebab herediter dan
didapat. Contoh penyebab herediter yang bisa menyebabkan anemia hemolitik
adalah hereditary spherocytosis, elliptocytosis, dan hereditary stomatocytosis. Contoh
penyebab didapat adalah paroxysmal nocturnal hemoglobinuria dan acanthocytosis.