Anemia Hemolitik
5396
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Anemia hemolitik adalah jenis anemia yang terjadi ketika sel darah merah hancur atau mati
lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Akibatnya, tubuh Anda kekurangan sel darah merah
sehat. Ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat, terdapat berbagai masalah kesehatan
yang mungkin muncul, seperti nyeri, denyut jantung tidak teratur (aritmia), pembesaran
jantung, dan gagal jantung. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi
mengangkut oksigen. Penderita anemia hemolitik cenderung mudah lelah karena tubuhnya
tidak menerima asupan oksigen yang cukup karena sel darah merahnya kurang. Alhasil
Anemia hemolitik dapat dialami sejak lahir karena diturunkan dari orang tua atau
berkembang setelah lahir. Anemia hemolitik yang tidak diturunkan dapat dipicu oleh
penyakit, paparan zat kimia, atau efek samping obat-obatan. Pada beberapa kasus, anemia
hemolitik dapat disembuhkan dengan mengobati penyebabnya. Akan tetapi, anemia hemolitik
juga bisa berlangsung dalam jangka panjang (kronis), terutama yang disebabkan oleh faktor
keturunan.
Anemia hemolitik dapat diturunkan dari orang tua atau berkembang setelah lahir. Beberapa
2. Sferositosis
3. Ovalositosis
4. Thalasemia
6. Kekurangan enzim piruvat kinase akibat gangguan pada proses glikolisis.
Sedangkan kondisi selain faktor keturunan yang dapat menyebabkan anemia hemolitik
antara lain :
1. Penyakit infeksi, seperti tipes, hepatitis, infeksi virus epstein-barr, atau infeksi bakteri
7. Transfusi darah dari orang dengan golongan darah yang berbeda.
Gejala anemia hemolitik bisa ringan di awal penyakit, kemudian memburuk secara perlahan
1. Pusing
4. Demam
7. Perut terasa tidak nyaman akibat organ limpa dan hati membesar.
8. Jantung berdebar
Dokter akan melakukan pemeriksan fisik dan memeriksa apakah kulit pasien pucat atau
menguning, serta meraba dan menekan perut pasien untuk memeriksa pembesaran organ hati
atau limpa.
Bila pasien dicurigai menderita anemia hemolitik, dokter akan melakukan pemeriksaan
berikut :
1. Hitung darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah dalam tubuh.
2. Pemeriksaan bilirubin, yaitu senyawa sisa dari proses penghancuran sel darah merah,
3. Tes Coombs, untuk melihat kemungkinan antibodi menyerang sel darah merah.
4. Aspirasi sumsum tulang, untuk melihat bentuk dan tingkat kematangan sel darah merah
Pengobatan anemia hemolitik tergantung pada penyebabnya, tingkat keparahan, usia dan
kondisi kesehatan pasien, serta respons pasien terhadap obat. Beberapa metode pengobatan
2. Obat imunosupresan, untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar sel darah merah tidak
mudah hancur.
3. Suntik imunoglobulin (IVIG), untuk memperkuat kekebalan tubuh pasien.
4. Transfusi darah, untuk menambah jumlah sel darah merah (Hb) yang rendah pada tubuh
pasien.
Pada kasus anemia hemolitik yang parah, dokter akan melakukan splenektomi atau bedah
pengangkatan limpa. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika pasien tidak merespons metode
pengobatan di atas.
Pencegahan anemia hemolitik tergantung pada penyebabnya. Pada pasien anemia hemolitik
yang disebabkan oleh efek samping obat-obatan, pencegahannya dapat dilakukan dengan
Anemia hemolitik juga bisa dilakukan dengan mencegah infeksi, yaitu dengan :
1. Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang terkena infeksi.
Anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor keturunan tidak dapat dicegah.
Referensi :
Wulyo Rajabto, dkk. 2016. Profil Pasien Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI) dan Respon
Pengobatan Pasca Terapi Kortikosteroid di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto
National Institute of Health. 2022. National Heart, Lung, and Blood Institute. Hemolytic
Anemia.