Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Pengertian Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika arteri koroner tersumbat oleh timbunan
lemak. Penyakit ini menimbulkan keluhan berupa nyeri dada, sesak napas, dan gejala
serangan jantung. Jika dibiarkan, penyakit jantung koroner dapat menyebabkan gagal
jantung.

Penyebab dan Gejala Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat. Banyak faktor
yang bisa meningkatkan risiko tersebut, antara lain merokok, menjalani pola makan
yang tidak sehat, atau menderita penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi
dan kolesterol tinggi.

Penyakit jantung koroner dapat ditandai dengan gejala sesak napas, lemas, dan nyeri
dada yang menjalar ke lengan atau punggung. Jika tidak segera ditangani, penyakit
jantung koroner dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan irama jantung, atau
gagal jantung.

Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.

Untuk mengatasi penyakit jantung koroner, dokter dapat meresepkan obat-obatan.


Namun, jika pemberian obat-obatan tidak efektif, dokter akan menjalankan tindakan
operasi.

Penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat, antara lain
dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga rutin. Selain itu, Anda juga
wajib memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter secara berkala, terutama jika berisiko
terserang penyakit jantung koroner.
PENYAKIT STROKE

Apa itu penyakit stroke?


Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang menyebabkan terjadinya kerusakan di suatu
bagian otak, yang disebabkan terganggunya aliran darah. Saat terjadi serangan stroke, sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit.
Akibatnya, bagian tubuh yang dikontrol oleh bagian otak yang rusak akan kehilangan fungsinya.
Umumnya stroke dialami oleh orang yang usianya di atas 60 tahun. Meski begitu, bukan tidak
mungkin stroke dapat terjadi di usia muda.
Penyebab stroke di usia muda adalah gaya hidup yang buruk seperti merokok dan minum alkohol
yang akan menimbulkan diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Sementara, menurut WHO tanda-tanda klinis dari penyakit stroke dapat berkembang cepat,
memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih.

Gejala penyakit stroke


Ciri-ciri dan gejala penyakit stroke adalah hal penting yang harus diketahui. Apalagi mengingat
penyakit ini termasuk dalam kasus kegawatan Neurologi.
Adapun gejala utama stroke, meliputi:

 Face (wajah): wajah mungkin jatuh di satu sisi, orang tersebut mungkin tidak dapat
tersenyum, atau mulut atau matanya mungkin terkulai.
 Arms (lengan): orang yang diduga terkena stroke mungkin tidak dapat mengangkat kedua
lengan dan menahannya. Hal ini karena stroke sudah menyebabkan kelemahan atau mati rasa
pada salah satu lengan.
 Speech (cara bicara): ucapan terdengar tidak jelas atau kacau, atau orang tersebut mungkin
tidak dapat berbicara sama sekali meskipun tampak terjaga. Selain itu, mungkin juga kesulitan
memahami apa yang Anda katakan.
Selain itu, ada tanda-tanda stroke lain pada pria maupun wanita yang mungkin dialami,
diantaranya:

 Mati rasa yang terjadi secara tiba-tiba atau kelemahan di wajah, lengan, atau kaki, terutama di
satu sisi tubuh.
 Kebingungan, kesulitan berbicara, atau kesulitan memahami pembicaraan.
 Kesulitan melihat di satu atau kedua mata secara tiba-tiba.
 Kesulitan berjalan
 Kehilangan keseimbangan, atau kurang koordinasi.
 Pusing dan sakit kepala parah yang tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.
Ketika Anda atau orang terdekat mengalami gejalanya, sebaiknya segera berkonsultasi dengan
Dokter Spesialis Saraf. Catat waktu ketika gejala pertama kali muncul. Informasi ini membantu
penyedia layanan kesehatan menentukan pengobatan terbaik untuk setiap orang.
VARISIES

Pengertian Varises

Varises adalah pelebaran atau pembengkakan pembuluh darah vena akibat penumpukan
darah di dalam pembuluh tersebut. Kondisi ini menyebabkan pembuluh vena berwarna
keunguan atau biru gelap, dan tampak menonjol.

Penyebab dan Gejala Varises

Varises terjadi akibat lemah atau rusaknya katup vena. Kondisi ini menyebabkan darah
yang semestinya ke jantung menjadi berbalik arah dan menumpuk di dalam pembuluh
vena. Penumpukan inilah yang kemudian menyebabkan pembuluh vena melebar dan
memunculkan gejala varises.

Pembuluh vena yang umumnya terkena varises akan tampak bengkak atau menonjol di
permukaan kulit. Jika dibiarkan, varises bisa menimbulkan nyeri atau kram otot. Gejala
tersebut sering kali memburuk bila penderita berdiri terlalu lama.

Pengobatan dan Pencegahan Varises

Pengobatan varises disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Adapun tujuan


pengobatan adalah untuk meredakan gejala, mencegah varises bertambah parah, dan
menghindari terjadinya komplikasi berupa luka atau perdarahan.

Varises dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat, antara lain dengan rutin
berolahraga dan menjaga berat badan ideal. Selain itu, hindari kebiasaan duduk atau
berdiri terlalu lama
ANEMIA

Pengertian Anemia.

Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia bisa terjadi sementara atau dalam jangka panjang dengan tingkat keparahan
ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau
kelainan hematologi yang terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah
merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.

Penyebab Anemia

Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi
secara normal (hipoksemia).

Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:

 Produksi sel darah merah yang kurang


 Kehilangan darah secara berlebihan
 Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat

Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:

1. Anemia akibat kekurangan zat besi

Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb).
Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena
tubuh tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.

2. Anemia pada masa kehamilan

Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah, tetapi hal ini normal. Meski
demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil sehingga dibutuhkan lebih
banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat.

Bila asupan ketiga nutrisi tersebut kurang, maka dapat terjadi anemia yang bisa
membahayakan ibu hamil maupun janin.

3. Anemia akibat perdarahan

Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dalam
waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi,
wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Anemia karena perdarahan juga bisa jadi merupakan gejala cacingan akibat infeksi
cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus..

4. Anemia aplastik

Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak
mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu
oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat
antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.

5. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir
akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping
obat-obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.

6. Anemia akibat penyakit kronis

Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah,


terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya
adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.

7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)

Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin.
Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan
sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit jika kedua orang tuanya sama-sama
mengalami mutasi genetik tersebut.

8. Thalasemia

Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.


Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki
kondisi yang sama.

Gejala Anemia

Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:

 Lemas dan cepat lelah


 Sakit kepala dan pusing
 Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan
 Detak jantung tidak teratur
 Napas pendek
 Nyeri dada
 Dingin di tangan dan kaki
HIPERTENSI
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di angka 130/80 mmHg atau lebih.
Jika tidak segera ditangani, hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa menyebabkan
munculnya penyakit-penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung,
penyakit ginjal, dan stroke.

Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik
adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan
diastolik adalah tekanan saat jantung berelaksasi sebelum kembali memompa darah.

Penyebab dan Gejala Hipertensi

Hipertensi terbagi ke dalam hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi


primer tidak diketahui penyebabnya dengan pasti, sedangkan hipertensi sekunder
dapat terjadi akibat beberapa faktor, seperti penyakit ginjal, sleep apnea,
dan kecanduan alkohol.

Hipertensi memiliki istilah the silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-
diam. Hal ini karena penderita hipertensi umumnya tidak mengalami gejala apa pun
sampai tekanan darahnya sudah terlalu tinggi dan mengancam nyawa.

Oleh sebab itu, penting untuk rutin memeriksakan tekanan darah, baik secara mandiri
atau dengan datang ke dokter.

Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi

Hipertensi bisa diatasi dengan menjalani pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan sehat, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi
minuman berkafein. Namun, jika tekanan darah sudah cukup tinggi, pasien juga
diharuskan mengonsumsi obat antihipertensi.

Untuk mencegah tekanan darah tinggi, lakukan olahraga secara rutin, jaga berat badan
agar tetap ideal, konsumsi makanan sehat, kelola stres, dan cukup tidur. Periksakan
juga tekanan darah secara berkala ke dokter, terlebih jika Anda memiliki faktor yang
dapat meningkatkan risiko hipertensi.
HIPOTENSI

Pengertian Hipotensi.

Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah kurang dari 90/60
mmHg. Hipotensi umumnya tidak bergejala dan dapat dialami oleh siapa saja.
Namun, pada beberapa orang, hipotensi dapat menyebabkan pusing, lemas, hingga
pingsan.

Penyebab Hipotensi

Tekanan darah dapat berubah sepanjang waktu, tergantung kondisi dan aktivitas yang
dilakukan tiap orang. Perubahan pada tekanan darah merupakan hal yang normal,
karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti keturunan atau
pertambahan usia.

Faktor risiko hipotensi

Selain karena beberapa faktor penyebab di atas, hipotensi dapat terjadi ketika
mengubah posisi dari duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Jenis hipotensi ini dikenal
dengan hipotensi ortostatik atau hipotensi postural.

Gejala Hipotensi

Hipotensi tidak selalu menimbulkan gejala. Jika muncul gejala, penderita hipotensi
dapat merasakan keluhan berikut:

 Pusing
 Mual dan muntah
 Lemas
 Pandangan kabur
 Linglung
 Sulit berkonsentrasi
 Tubuh terasa tidak stabil
 Sesak napas
 Pingsan

Anda mungkin juga menyukai