Anda di halaman 1dari 4

Darah rendah dan kurang darah adalah kondisi medis yang memiliki gejala yang hampir mirip

tetapi sebenarnya berbeda. Tak heran jika sering kali keduanya dianggap sama.

Padahal, jika dilihat dari pengertian, penyebab dan cara mengobatinya, darah rendah dan kurang
darah merupakan jenis gangguan kesehatan yang berbeda. Darah rendah disebut hipotensi,
sedangkan kurang darah disebut anemia.

Sahabat MIKA, mari ketahui lebih dalam mengenai perbedaan darah rendah dan kurang darah
pada artikel berikut ini.

Baca juga: 4 Penyebab Hipertensi Serta Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya

1. Pengertian darah rendah dan kurang darah


Penyakit darah rendah, atau disebut juga sebagai hipotensi adalah kondisi saat tekanan darah
jauh lebih rendah dari yang diharapkan. Darah rendah dapat terjadi baik sebagai suatu kondisi
sendiri maupun sebagai gejala dari penyakit lain.

Seseorang dikatakan mengalami hipotensi saat tekanan darah di bawah 90/60 mmHg. Angka 90
ini menunjukan tekanan darah ketika jantung sedang berkontraksi (sistolik), sementara angka 60
merupakan tekanan darah ketika jantung sedang relaksasi.

Sementara kurang darah disebut anemia yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah.
Di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin yang merupakan protein yang berperan untuk
mengangkut oksigen dari paru ke seluruh tubuh.

Ketika tubuh kekurangan sel darah merah tentu kadar Hb (hemoglobin) pun ikut berkurang.
Anemia terjadi saat kadar hemoglobin termasuk kurang dari 13,5 gram/dL pada pria, atau kurang
dari 12 gram/dL pada wanita.

2. Perbedaan gejala darah rendah dan kurang darah


Kemudian gejala spesifik dari darah rendah dan kurang darah juga berbeda, lho, Sahabat MIKA!

Meski begitu, yang perlu diingat selama gejalanya tidak berlangsung lama dan tergolong ringan,
maka baik anemia maupun darah rendah biasanya tidak berbahaya. Berikut ini penjelasan ciri-
ciri darah rendah dan kurang darah:

Gejala darah rendah


Masing-masing penderita hipotensi bisa mengalami gejala yang berbeda tergantung tingkat
keparahannya. Gejala ini paling umum terjadi karena otak tidak mendapatkan aliran darah yang
cukup.

Pada mulanya, anemia bisa sangat ringan sehingga Sahabat MIKA tidak menyadarinya karena
tidak merasakan gejala apa pun. Tetapi, ketika anemia memburuk, gejala yang muncul juga
mungkin akan terasa semakin parah.

Adapun sejumlah gejala yang dialami penderita hipotensi, di antaranya:

 Pusing.
 Penglihatan kabur atau terdistorsi.
 Merasa lelah, lesu atau letih.
 Mual.
 Napas cepat dan pendek.
 Kelelahan atau kelemahan.
 Penurunan kesadaran (pingsan).
 Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi.
 Agitasi atau perubahan perilaku yang tidak biasa lainnya (seseorang tidak bertindak
seperti dirinya sendiri), depresi.

Gejala kurang darah (anemia)

Gejala anemia juga bervariasi tergantung apa yang menjadi pemicunya. Umumnya, gejala
anemia berhubungan dengan kekurangan oksigen yang dipasok ke organ dan jaringan tubuh.

Secara umum gejala anemia dan darah rendah sama. Tetapi penderita anemia ditandai dengan
kulit yang tampak pucat dan sering merasa kedinginan. Berikut sejumlah gejala anemia:

 Kelelahan dan kelemahan.


 Kulit, gusi, atau kuku pucat
 Pusing, terutama saat aktif atau berdiri.
 Sakit kepala
 Sesak napas
 Sering merasa kedinginan, tangan dan kaki dingin
 Detak jantung yang sangat cepat atau tidak teratur
 Nyeri dada
 Pingsan

Selain itu, gejala lain yang mungkin terjadi pada beberapa jenis anemia, yaitu penyakit kuning,
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran limpa atau hati, kesulitan berkonsentrasi, dan
mengidam yang tidak biasa.

3. Perbedaan penyebab darah rendah dan kurang darah


Jika dilihat dari penyebabnya, darah rendah cenderung lebih umum dan beragam. Sementara
penyebab kurang darah lebih kompleks.

Anemia yang terjadi karena kehilangan darah maupun zat besi, dapat menjadi penyebab tekanan
darah rendah (hipotensi). Sementara, darah rendah sendiri tidak termasuk penyebab anemia.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini sejumlah perbedaan penyebab darah rendah dan kurang darah:

Penyebab darah rendah

Tekanan darah seseorang dapat berubah-ubah, tergantung jumlah darah yang dipompa jantung
dan jumlah resistensi terhadap aliran darah di arteri. Biasanya tekanan darah berada pada angka
yang paling rendah di malam hari dan meningkat tajam saat bangun tidur.

Selain itu, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang mengalami darah rendah, yaitu:

 Kehamilan, biasanya sering terjadi pada 24 minggu pertama kehamilan. Tekanan darah
biasanya kembali ke tingkat sebelum hamil setelah melahirkan.
 Gangguan jantung dan katup jantung, seperti serangan jantung, gagal jantung, penyakit
katup jantung, dan detak jantung yang sangat rendah (bradikardia).
 Gangguan endokrin, yaitu penyakit yang berhubungan dengan hormon, terutama kelenjar
paratiroid atau adrenal, seperti penyakit Addison, gula darah rendah (hipoglikemia) dan
terkadang diabetes.
 Dehidrasi.
 Kehilangan darah, biasanya karena cedera atau pendarahan internal.
 Infeksi berat (septikemia).
 Reaksi alergi parah (anafilaksis).
 Kurangnya nutrisi dalam makanan.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti beta blocker, obat untuk penyakit Parkinson,
antidepresan tertentu, dan obat untuk disfungsi ereksi.

Penyebab kurang darah

Sementara itu, penyebab kurang darah (anemia) seringkali dipicu oleh penurunan produksi sel
darah merah. Kondisi tertentu juga dapat meningkatkan kerusakan sel darah merah.

Penyebab umum dari anemia adalah kekurangan zat besi akibat masalah kekurangan nutrisi.

Adapun faktor risiko mengapa seseorang bisa mengalami anemia, antara lain:

 Kurang asupan zat besi, folat, atau vitamin B-12.


 Menderita beberapa bentuk anemia, seperti thalasemia yang bisa diturunkan
 Kehamilan
 Usia di atas 65 tahun
 Perdarahan menstruasi yang berat
 Gangguan pencernaan tertentu, seperti penyakit Crohn atau penyakit celiac
 Menderita penyakit tertentu, seperti kanker, penyakit ginjal, penyakit hati, atau penyakit
autoimun
 Gangguan kesehatan tertentu yang terkait sumsum tulang, seperti anemia aplastik,
limfoma, dan leukemia.
 Riwayat keluarga dengan kondisi genetik tertentu.
 Konsumsi jenis obat tertentu atau menjalani kemoterapi atau terapi radiasi untuk
mengobati kanker.
 Faktor lain seperti konsumsi alkohol yang berlebihan dan sering terpapar bahan kimia
beracun.
 Kehilangan darah, yang dapat terjadi karena kecelakaan atau cedera, operasi, persalinan,
mimisan berat, dan sering donor darah

Anda mungkin juga menyukai