Anda di halaman 1dari 22

Syok

Syok adalah kondisi di mana tekanan darah turun secara drastis, sehingga terjadi gangguan aliran
darah dalam tubuh. Aliran darah yang terganggu membuat pasokan nutrisi dan oksigen yang
berperan pada sel dan organ tubuh agar berfungsi secara normal, menjadi terhambat. Syok dapat
memburuk dengan cepat, maka penanganannya harus segera dilakukan. Jika tidak, syok dapat
menyebabkan komplikasi bahkan kematian.

Penyebab Syok
Penyebab syok dapat berbeda-beda. Berikut adalah penyebab syok berdasarkan tipenya:

 Syok kardiogenik. Disebabkan oleh gangguan pada jantung, seperti serangan jantung
atau gagal jantung.
 Syok neurogeni. Disebabkan oleh cedera saraf tulang belakang, akibat kecelakan atau
cedera saat beraktivitas.
 Syok anafilaktik. Disebabkan oleh alergi akibat gigitan serangga, penggunaan obat-
obatan, atau makanan maupun minuman.
 Syok sepsis. Disebabkan oleh infeksi yang masuk ke aliran darah, sehingga tubuh
mengalami peradangan atau inflamasi.
 Syok hipovolemik. Disebabkan oleh hilangnya cairan atau darah dalam jumlah banyak,
misalnya akibat diare, perdarahan pada kecelakaan, atau muntah darah.

Gejala Syok
Pasokan nutrisi dan oksigen yang turun (hipoksemia) akibat syok dapat mengakibatkan gejala,
antara lain:

 Sesak napas.
 Jantung berdebar, serta denyut nadi menjadi lemah.
 Pusing.
 Kelelahan.
 Bicara kacau, pingsan hingga hilang kesadaran.
 Tekanan darah menurun. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menjadi penyebab
gagal ginjal  dan berbagai komplikasi lainnya
 Bibir dan kuku jari membiru.
 Kulit berkeringat, dingin, dan pucat.

Tergantung penyebabnya, masing-masing dari tipe syok dapat memberikan gejala tambahan,
berupa:

 Syok sepsis: Demam, nyeri otot.


 Syok hipovolemik: Diare, muntah, perdarahan.
 Syok kardiogenik: Denyut jantung melemah, urin yang keluar hanya sedikit atau tidak
sama sekali, nyeri dada.

1
 Syok neurogenik: Nyeri dada, irama jantung melambat, suhu tubuh menurun
(hipotermia).
 Syok anafilaktik: Kesulitan menelan dan bernapas, sakit pada perut, hidung berair dan
bersin-bersin, bengkak pada lidah atau bibir, kesemutan pada tangan, kaki, mulut, atau
kulit kepala.
 Syok homoragik adalah suatu kondisi kehlangan volume intravaskuler secara cepat dan
signifikan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga suplai oksigen dan
nutrisi ke jaringan yang adekuat,hal ni mengakibatkan kebuttuhan oksigen seluler akan
meningkat dan syok akan terjadi apabila kebutuhan oksigen lebih besar dari pada suplai.

Diagnosis Syok
Syok merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan diagnosis cepat agar penanganannya
dapat segera dilakukan. Syok dapat didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, serta
melihat tanda-tanda klinis, seperti denyut jantung yang cepat dan lemah, serta tekanan darah
yang menurun.
Setelah aliran oksigen kembali normal dan pasien sudah stabil, pemeriksaan lanjutan akan
dilakukan untuk mendeteksi penyebab dan tipe syok yang diderita pasien. Dokter dapat
melakukan serangkaian pemeriksaan, seperti:

 Tes darah
 Foto Rontgen
 Elektrokardiografi
 Endoskopi
 CT scan
 MRI

Pengobatan Syok
Syok merupakan kondisi yang berbahaya. Segera lakukan pertolongan pertama dan hubungi
rumah sakit terdekat ketika melihat seseorang diduga mengalami syok. Jika tidak segera
ditangani, syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian.
Berikut adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat melihat penderita yang dicurigai
mengalami syok:

 Baringkan penderita secara perlahan.


 Jangan gerakkan penderita jika tidak diperlukan.
 Kendurkan atau buka pakaian yang ketat.
 Periksa denyut nadi dan jantung.
 Jika penderita tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi jantung-paru
(CPR).
 Untuk menghindari ketakutan yang dapat memperburuk kondisi, berikan pasien selimut.
 Jangan beri pasien minum atau makan.
 Jika syok disebabkan oleh alergi (syok anafilaktik), segera berikan epinephrine dalam
bentuk autoinjector, jika ada. Penderita alergi parah biasanya selalu membawa suntikan
ini.
2
 Jika pasien mengalami perdarahan, tutupi dan sumbat area yang berdarah dengan handuk
atau kain.
 Jika pasien mengalami muntah dan mulai mengeluarkan darah dari mulut, ubah posisinya
menjadi menyamping untuk menghindari tersedak.

Ketika pasien sudah ditangani petugas medis, pasien akan diberikan infus cairan agar tekanan
darah yang ada kembali normal. Beberapa penanganan yang akan berbeda, tergantung dari tipe
syok dan penyabab timbulnya syok, yaitu:

 Syok hipovolemik. Dalam mengatasi penyebab syok hipovolemik, tindakan medis yang


dapat dilakukan dapat berupa transfusi darah, baik sel darah merah mau pun faktor-faktor
pembekuan darah (seperti trombosit).
 Syok kardiogenik. Syok kardiogenik ini akan ditangani dengan menggunakan obat-
obatan yang berfungsi untuk memperbaiki pompa jantung. Obat-obatan tersebut di
antaranya adalah dopamine atau dobutamin.
 Syok anafilaktik. Dalam mengatasi syok anafilaktik, pasien akan
diberikan epinephrine suntik yang berfungsi untuk meredakan syok akibat reaksi alergi.
 Syok neurogenik. Syok tipe ini juga akan ditangani dengan memberikan obat-obat
seperti epinephrine, norepinephrine, atau dopamine, untuk meningkatkan tekanan darah.
Jika pasien mengalami penurunan denyut jantung, dokter akan memberikan atropin.
 Syok sepsis. Dalam mengatasi syok sepsis, dokter akan memberikan obat golongan
vasopressor, seperti norepinephrine, untuk meningkatkan tekanan darah. Untuk
mengatasi infeksi, dokter dapat memberikan antibiotik, antivirus, atau antijamur,
tergantung jenis infeksinya. Operasi juga dapat dilakukan untuk mengatasi sumber
infeksi.

Pencegahan Syok
Untuk mencegah terjadinya syok, penyakit tertentu perlu segera ditangani, misalnya penyakit
jantung, diare, atau perdarahan hebat.
Penderita alergi yang pernah mengalami syok anafilaktik, perlu menghindari hal-hal yang dapat
memicu alergi, misalnya makanan atau minuman tertentu. Penderita juga dianjurkan untuk selalu
membawa epinephrine dalam bentuk  autoinjector (berbentuk seperti pen), sebagai pertolongan
pertama saat terpapar alergen yang dapat menimbulkan syok anafilaktik. Konsultasikan dengan
dokter sebelum menggunakan obat tersebut.
Komplikasi Syok
Syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian. Beberapa kondisi yang dapat muncul
akibat syok adalah:

 Gangguan ginjal
 Henti jantung
 Aritmia
 Gangguan pada otak

3
Pengertian Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi ketika tubuh mengalami kehilangan lebih dari 20
persen darah atau cairan. Kehilangan cairan yang berat ini membuat kerja jantung untuk
memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh menjadi lebih berat.Kondisi ini dapat
menyebabkan kegagalan organ dan membutuhkan penanganan segera. Syok hipovolemik
merupakan jenis syok yang paling sering terjadi. Anak-anak dan kelompok lanjut usia
merupakan kelompok yang paling rentan mengalami kondisi ini.

Penyebab Syok Hipovolemik


Syok hipovolemik terjadi akibat kehilangan darah atau cairan yang signifikan dan tiba-
tiba dari tubuh. Kehilangan darah dalam jumlah besar dapat terjadi akibat:
 Perdarahan dari luka yang besar
 Perdarahan akibat cedera trauma benda tumpul, baik akibat kecelakaan maupun
penyebab lainnya
 Perdarahan internal dari organ di dalam perut, atau kehamilan ektopik yang
mengalami ruptur (jaringan yang robek)
 Perdarahan dari saluran cerna
 Perdarahan yang signifikan dari organ intim
Selain kehilangan darah secara langsung, kehilangan cairan tubuh juga dapat
menyebabkan terjadinya penurunan volume darah.

Hal ini dapat terjadi akibat:


 Diare yang berkepanjangan atau frekuensinya tinggi
 Luka bakar yang berat
 Muntah yang berlebihan
 Berkeringat berlebihan
Darah mengantarkan oksigen dan zat penting lainnya ke seluruh organ dan jaringan
tubuh. Ketika terjadi perdarahan berat, jumlah darah yang beredar dalam tubuh menjadi
berkurang dan dapat tidak cukup bagi jantung untuk memompa darah secara efektif.
Ketika penurunan volume darah menjadi lebih cepat daripada penggantinya, organ tubuh
akan mulai mengalami penurunan fungsi, dan gejala syok dapat timbul. Tekanan darah
pun bisa merosot, yang juga akan mengancam jiwa bila tidak ditangani dengan cepat dan
tepat.

Gejala Syok Hipovolemik


Tanda dan gejala syok hipovolemik bergantung dari derajat keparahan kehilangan cairan
atau darah yang terjadi. Penting untuk diingat bahwa pada prinsipnya gejala syok dapat
mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan segera.

Tanda perdarahan internal terkadang juga sulit dikenali hingga timbul tanda dan gejala
syok. Sebaliknya, perdarahan eksternal akan lebih mudah terlihat. Meski demikian, tanda
syok akibat perdarahan juga tidak selalu tampak dengan segera. Orang yang berusia
lanjut bahkan bisa saja tidak menunjukkan tanda atau gejala khusus hingga syok sudah
mencapai derajat yang berat.

Beberapa tanda dan gejala dari syok ringan dapat berupa:

4
 Nyeri kepala
 Kelelahan
 Mual
 Berkeringat berlebihan
Beberapa tanda dan gejala syok berat yang membutuhkan penanganan segera, dapat
berupa:
 Kulit yang pucat dan teraba dingin
 Pernapasan yang cepat dan dangkal
 Denyut jantung yang cepat
 Produksi urine yang berkurang atau tidak ada sama sekali
 Kebingungan
 Kelemahan
 Denyut nadi yang lemah
 Kebiruan pada bibir atau jari
 Penurunan kesadaran
Bila terjadi perdarahan eksternal, akan tampak aliran darah dari salah satu bagian tubuh
tempat terjadinya cedera. Namun, pada perdarahan internal, hal tersebut tidak selalu
mudah dikenali.

Beberapa tanda dan gejala perdarahan internal dapat berupa:


 Nyeri perut
 Feses yang disertai darah
 Feses yang berwarna hitam
 Urine yang disertai darah
 Muntah yang disertai darah
 Nyeri dada
 Pembengkakan pada perut

Diagnosis Syok Hipovolemik
Diagnosis syok hipovolemik dapat ditentukan dari lewat wawancara medis mendetail,
pemeriksaan fisik secara langsung, dan pemeriksaan penunjang tertentu. Umumnya,
pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda seperti penurunan tekanan darah dan
peningkatan denyut jantung.
Orang yang mengalami syok juga tampak kurang responsif saat diajak berkomunikasi.
Pada syok hipovolemik akibat perdarahan eksternal, sumber perdarahan akan langsung
tampak saat dilakukan pemeriksaan fisik lengkap.

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya
syok hipovolemik, bergantung dari kebutuhan, di antaranya adalah:
 Pemeriksaan darah, untuk memeriksa adanya ketidakseimbangan elektrolit serta
fungsi hati dan ginjal
 Pemeriksaan computerized tomography (CT-scan) atau ultrasonografi (USG) untuk
mengevaluasi organ-organ tubuh
 Pemeriksaan ekokardiogram, yang menggunakan gelombang suara untuk
mengevaluasi struktur jantung

5
 Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk menilai irama jantung
 Pemeriksaan endoskopi untuk mengevaluasi organ saluran cerna

Penanganan Syok Hipovolemik


Individu yang terdiagnosis mengalami syok hipovolemik akan mendapatkan penanganan
melalui pemberian cairan maupun produk darah, sesuai kebutuhan. Tranfusi ini
dilakukan melalui akses pembuluh darah vena, untuk menggantikan darah yang hilang
dan memperbaiki sirkulasi darah.
Tujuan utama dari penanganan ini adalah mengendalikan kehilangan cairan dan darah,
menggantikan cairan dan darah yang hilang, serta menstabilkan kerusakan yang
menyebabkan dan disebabkan oleh syok hipovolemik.

Hal ini juga mencakup penanganan dari cedera atau penyakit yang berkaitan dengan
kondisi tersebut.
Selain itu, dokter juga dapat memberikan pengobatan yang bisa meningkatkan
kemampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh, guna memperbaiki sirkulasi
darah. Bila terbukti terdapat infeksi bakteri yang melatari penyakit tersebut, dokter juga
dapat memberikan antibiotik.

Pencegahan Syok Hipovolemik


Pencegahan syok hipovolemik bergantung dari penyebab yang mengakibatkan timbulnya
kondisi tersebut. Sebagai contoh, syok hipovolemik akibat perdarahan karena cedera. Hal
ini dapat dicegah dengan menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari trauma
benda tumpul saat melakukan aktivitas tertentu yang berisiko tinggi.

Beberapa aktivitas yang memiliki risiko terhadap syok hipovolemik adalah latihan
olahraga yang berkontak langsung dengan benturan. Begitu juga jika Anda bekerja di
tempat yang tinggi risiko cedera atau berkendara roda dua, dan aktivitas sejenisnya.

Apa itu Syok Kardiogenik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengobati
Apa itu Syok Kardiogenik?
Syok kardiogenik adalah kondisi medis mengancam jiwa yang terjadi saat jantung rusak parah
sehingga tidak mampu untuk memompa darah yang bagian tubuh lainnya. Penurunan
kemampuan jantung mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke organ vital,
termasuk otak, jantung, dan paru-paru. Jika aliran darah normal ke tubuh tidak segera kembali,
maka sel dan jaringan akan mulai mati, dan banyak organ akan berhenti berfungsi.

Meskipun sangat jarang, syok kardiogenik tetap menjadi penyebab kematian yang paling umum
pada pasien infark miokard akut. Tanpa akses terhadap perawatan medis yang agresif, tingkat
kematiannya bisa mencapai 80 - 90%. Kunci untuk meningkatkan hasil pengobatan adalah
dengan segera mengembalikan kemampuan jantung untuk berkontraksi dengan mengkonsumsi
obat dan menjalani prosedur medis tertentu.

6
Syok kardiogenik memiliki angka kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi. Hanya 10 -
20% pasien yang bertahan dalam kondisi ini, banyak yang gagal mendapatkan kembali fungsi
jantung secara normal dan ada juga yang cacat permanen.

Penyebab Syok Kardiogenik


Syok kardiogenik biasanya terjadi pada saat ventrikel kiri rusak atau melemah, ini juga bisa
terjadi pada ventrikel kanan, namun jarang. Saat hal ini terjadi, kapasitas jantung memompa
darah berkurang. Kerusakan pada ventrikel kiri bisa melemahkan otot jantung dan menyebabkan
gagal jantung. Di sisi lain, kerusakan pada ventrikel kanan dapat mencegah jantung memompa
darah ke paru-paru.

Syok kardiogenik juga bisa disebabkan oleh:

 Miokarditis, atau pembengkakan otot jantung

 Aritmia berbahaya, seperti takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel, dan takikardia


supraventrikular.

 Tamponade perikardial - Kondisi yang ditandai dengan adanya jumlah darah atau cairan
yang berlebihan di sekitar jantung yang mencegah otot jantung memompa dengan benar.

 Embolisme paru - Mengacu pada penyumbatan tiba-tiba arteri paru-paru akibat gumpalan
darah

 Endokarditis atau infeksi katup jantung

 Pecahnya tendon ataupun otot yang mendukung katup jantung atau dinding di antara bilik
jantung bagian bawah

Faktor yang bisa meningkatkan risiko syok kardiogenik seseorang antara lain:

 Penyakit jantung koroner (CHD)

 Diabetes

 Tekanan darah tinggi

 Riwayat serangan jantung atau gagal jantung

 Usia tua

Syok kardiogenik dapat dihindari dengan menurunkan risiko terkena serangan jantung, yang
dapat dicapai dengan:

 Berolahraga secara teratur

7
 Merubah gaya hidup, seperti berhenti merokok dan mengonsumsi makanan sehat yang
rendah lemak jenuh dan kolesterol

 Menjaga tekanan darah tinggi dan mengkontrol diabetes

 Menjaga berat badan ideal

 Mengelola stres fisik dan emosional

Gejala Utama Syok Kardiogenik


Gejala syok kardiogenik mulai terlihat saat organ vital, termasuk otak, paru-paru, hati, dan ginjal
mengalami malfungsi karena mereka tidak memiliki cukup pasokan oksigen dan nutrisi.

Gejala ini meliputi:

 Denyut nadi yang lemah

 Detak jantung yang tidak normal

 Perubahan kondisi mental

 Cemas

 Sakit dada

 Koma

 Urine sedikit atau tidak keluar

 Kelelahan

 Hiperventilasi

 Sulit berkonsentrasi atau kurang kewaspadaan

 Sakit kepala ringan

 Tekanan darah rendah

 Kulit pucat

 Edema paru

 Napas cepat dan detak jantung

 Berkeringat

8
Orang yang menderita syok kardiogenik juga sering menunjukkan gejala serangan jantung, di
antaranya:

 Rasa nyeri di dada yang biasanya menyebar ke rahang, punggung, bahu, dan lengan

 Meningkatnya nyeri dada

 Sakit yang berkepanjangan di perut bagian atas

 Merasa sangat lelah tanpa alasan, seringkali beberapa hari sebelum serangan jantung

 Mual dan muntah

Siapa yang Perlu Ditemui dan Jenis Pengobatan yang Tersedia


Syok kardiogenik adalah kondisi medis yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan
medis segera. Biasanya, petugas medis darurat akan menghubungkan pasien ke ventilator dan
segera memberi pasien aspirin setelah tiba di tempat kejadian atau segera mencapai bagian unit
gawat darurat. Tujuan utama perawatan darurat adalah untuk meningkatkan tingkat oksigen
tubuh dan menghilangkan bekuan darah yang mungkin menyumbat aliran darah ke arteri. Obat
lain, seperti trombolitik, superaspirin, agen inotropik, dan obat pengencer darah lainnya juga
sering diberikan.

Syok kardiogenik dapat didiagnosis dengan menggunakan tes dan prosedur berikut:

 Elektrokardiogram (EKG) - Tes ini digunakan untuk mendeteksi kelainan pada


aktivitas listrik jantung dan tanda-tanda kerusakan jantung yang disebabkan oleh penyakit
jantung koroner.

 Angiografi koroner - Tes yang menggunakan rontgen khusus untuk mendeteksi


penyumbatan di arteri koroner.

 Tes darah - Ketika otot jantung mati karena serangan jantung yang parah, protein
tertentu dilepaskan ke aliran darah. Protein tersebut dapat dideteksi dan diukur dengan tes darah.

 Rontgen dada - Digunakan untuk mengetahui apakah kondisinya disebabkan oleh


tamponade perikardial dan apakah ada perubahan struktural pada jantung dan pembuluh
darahnya.

Pengobatan

 Pengobatan - Pasien sering diberikan obat untuk mengurangi risiko pembekuan darah
(aspirin dan superaspirin), melarutkan gumpalan darah yang ada (trombolitik), dan memperbaiki
fungsi jantung (agen inotropik).

 Angioplasti dan stenting - Ini adalah prosedur invasif minimal yang bertujuan untuk
memperlebar arteri yang tersumbat menggunakan kateter dengan balon di ujungnya. Untuk

9
prosedur ini, tabung tipis dan fleksibel (kateter) diulirkan melalui sayatan kecil atau tusukan di
selangkangan atau lengan ke arteri yang tersumbat. Kemudian, balon ini dikembangkempiskan
beberapa kali sampai penyumbatan telah terlepas. Jika arteri rusak tidak bisa diperbaiki, operasi
bypass arteri koroner dilakukan. Ini melibatkan penggunaan pembuluh darah dari area lain dari
tubuh untuk memotong arteri jantung yang menyempit.

 Pembedahan - Jika kondisinya disebabkan adanya sobekan di tendon atau otot yang
mendukung jantung atau di dinding antara ruang jantung bagian bawah, maka dapat dilakukan
operasi terbuka tradisional untuk melakukan perbaikan yang diperlukan.

 Transplantasi jantung - Jantung yang rusak parah dapat diangkat dan diganti dengan
jantung yang sehat, biasanya dari orang yang telah menderita cedera otak ireversibel atau
otaknya sudah mati. Namun, jantung yang tersedia tidak cukup banyak untuk semua orang yang
menjalani prosedur ini. Dengan demikian, kandidat harus menjalani proses seleksi yang
menentukan urgensi dari kondisi mereka dan risiko kematian mereka jika mereka segera
menerima jantung baru. Bila semua seleksi sudah dipertimbangkan, transplantasi jantung dapat
meningkatkan kesempatan sembuh pasien yang terkena syok kardiogenik. Tingkat kelangsungan
hidup rata-rata satu tahun untuk pasien transplantasi jantung adalah 85%.

Rujukan:

 Hollenberg S. Cardiogenic shock. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman’s Cecil
Medicine. 25th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2016:chap 107.

 Gheorghiade M, Filippatos GS, Felker GM. Diagnosis and management of acute failure
syndromes. In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald’s Heart Disease: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders; 2011:chap 27.

 What is a cardiogenic shock? National Heart, Lung, and Blood Institute.


http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/shock/shock_what.html.

Pengertian Syok Anafilaktik


Syok anafilaktik merupakan reaksi alergi yang tergolong berat. Bahkan, kondisi ini bisa
mengancam nyawa seseorang yang mengalaminya karena berkembang sangat cepat. Seseorang
yang mengalami kondisi ini, umumnya merasakan rasa mual dan sakit pada daerah perut. Syok
anafilaktik muncul hanya dalam beberapa menit, setelah pengidap terkena alergen – benda yang
menjadi penyebab terjadinya syok anafilaktik
Penyebab Syok Anafilaktik
Syok anafilaktif ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh merespons zat-zat alergen yang
dianggap berbahaya oleh tubuh secara berlebihan. Kondisi inilah yang bisa menyebabkan
tekanan darah turun tiba-tiba atau syok. Berikut beberapa alergen yang umumnya bisa memicu
terjadinya syok anafilaktik.
 Terkena sengatan serangga.
 Berbagai jenis kacang-kacangan.

10
 Obat-obatan. 
Faktor Risiko Syok Anafilaktik
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya syok anafilaktik. Misalnya,
seseorang yang mengidap asma atau alergi, pernah mengalami syok anafilaktik sebelumnya,
hingga memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi ini.
Gejala Syok Anafilaktik
Gejala syok anafilaktik perlu diperhatikan, seperti dibawah ini:
 Bentol yang disertai rasa gatal.
 Ruam merah pada kulit.
 Bengkak pada mata, bibir, tangan, dan kaki.
 Bengkak pada mulut, lidah, dan tenggorokan.
 Pusing atau bahkan pingsan.
Ketika kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala syok anafilaktik tersebut setelah
mengonsumsi atau terkena substansi penyebab reaksi alergi, disarankan untuk segera
interaksikan masalah kesehatan pada dokter.
Diagnosis Syok Anafilaktik
Syok anafilaktif didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Umumnya dokter akan
melukan tindakan untuk mengatasi masalah ini, sebelum melakukan pemeriksaan lainnya.
Alasannya adalah gejala syok anafilaktik bisa berkembang dengan cepat dan sangat
membahayakan.
Setelah pasien dalam keadaan stabil, barulah dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memastikan diagnosis. Caranya bisa dengan pemeriksaan darah atau beberapa tes alergi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab atau menentukan zat yang memicu syok
anafilaktik. Dengan begitu pengidapnya bisa melakukan tindakan preventif agar kondisi ini bisa
dihindari.
Komplikasi Syok Anafilaktik
Seperti penjelasan sebelumnya, syok anafilaktik merupakan kondis kegawatdaruratan yang mesti
segera ditandai. Gejala syok anafilaktik bisa berkembang sangat cepat, sehingga menyebabkan
detak jantung atau pernapasan terhenti. Di samping itu, komplikasi syok anafilaktif juga bisa
memicu aritmia, serangan jantung, gagal ginjal, hingga kerusakan otak.
Pengobatan Syok Anafilaktik
Untuk mengobati syok anafilaktif, biasanya dokter akan memberikan suntikan adrenalin bila
pengidapnya mengalami kesulitan bernapas dan hilang kesadaran. Golongan obat-obatan
kortikosteroid dan antihistamin pun diberikan setelah pengidap menyelesaikan perawatan di
rumah sakit yang berguna untuk mengurangi serta mencegah kembalinya gejala syok anafilaktik.

11
Pencegahan Syok Anafilaktik
Syok anafilaktif merupakan kondisi yang sangat serius, karena bisa berujung pada terhentinya
detak jantung dan pernapasan. Setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya syok anafilaktif. Misalnya:
 Kenali alergen dengan melakukan tes alergi di pusat kesehatan
 Bila mengidap alergi, bawalah persediaan obat yang bisa digunakan saat terjadi syok
anafilaktik.
 Hindari makanan dan pemicu alergi lain yang menimbulkanreaksi alergi.
 Menggunakan losion anti serangga.
 Mengonsumsi antibiotik jenis lain yang tidak menimbulkan gejala kejang.  
Baca juga: Hindari 7 Makanan Ini untuk Mencegah Syok Anafilaktik
Kapan Harus ke Dokter?
Bila mengalami gejala-gejala di atas, segeralah temui dokter atau ahli medis untuk mendapatkan
penanganan yang tepat. Sebab syok anafilaktik merupakan kondisi medis yang harus segera
ditangani.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Diseases and Conditions. Anaphylaxis.
NHS Choices UK. Diakses pada 2019. Health A-Z. Anaphylaxis.
Diperbarui pada 26 November 2019. 
Syok hemoragik
Syok hemoragik adalah suatu kondisi kehilangan volume intravaskular secara cepat dan
signifikan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke
jaringan tidak adekuat. Hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen seluler akan meningkat dan
syok akan terjadi apabila kebutuhan oksigen lebih besar daripada suplai.
Secara umum, syok terbagi menjadi hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, dan distributif. Syok
hemoragik termasuk dalam bagian syok hipovolemik. [1-3]

Etiologi syok hemoragik adalah perdarahan yang dapat bersifat internal dan/atau eksternal,
dengan trauma sebagai penyebab tersering. Etiologi lainnya dapat berupa perdarahan
gastrointestinal, perdarahan pada kasus obstetri seperti perdarahan post, urologi, iatrogenik,
ataupun trauma vaskular. Klinisi harus dapat mengenali keadaan syok agar resusitasi dapat
segera dilakukan. Pada keadaan syok, langkah penegakan diagnosis seperti anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan pencitraan dapat
dilakukan sementara resusitasi dilakukan.

12
Penatalaksanaan awal pada syok hemoragik adalah menghentikan perdarahan dan mengganti
volume yang hilang dengan pemberian cairan atau transfusi darah. Derajat perdarahan dan
respons terhadap intervensi perlu dinilai sebagai panduan dalam resusitasi. Selain itu, tindakan
pembedahan dapat dilakukan pada beberapa kasus untuk mengendalikan perdarahan.

Syok hemoragik
Definisi Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh yang biasanya terjadi akibat perdarahan yang masif.

Etiologi
Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik:
• Terapi antitrombosis
• Koagulopati
• Perdarahan saluran pencernaan
o Varises esofagus
o Ulkus peptikum dan duodenum
o Ca gaster dan esofagus
• Obstetrik/ginekologi
o Plasenta previa
o Abruptio plasenta
o Ruptur kehamilan ektopik
o Ruptur kista ovarium
• Paru o Emboli pulmonal
o Ca paru o Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
• Rupturaneurisma
• Perdarahan retroperitoneal Trauma
o Laserasi
o Luka tembus pada abdomen dan toraks
o Ruptur pembuluh darah besar Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan
sebagai akibatnya akan menurunkan aliran balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung
menurun di bawah normal dan timbul syok.

Klasifikasi Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American


CollegeofSurgeonCommitteeon Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem ini berguna untuk
memastikan tanda-tanda dini syok hemoragik.

Parameter Tabel 2.1. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi Penderita
Semula Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kehilangan darah (ml) 1100 Kehilangan darah (%)
40% Nadi (x/menit) 100 >50 >30 Tekanan darah Normal Menurun Menurun Menurun Frekuensi
pernapasan (x/menit) 3 – 11 11 – 30 30 – 40 >35 Produksi urin (ml/jam) >30 11 – 30 5 – 7 Tidak
berarti Gejala pada saraf pusat / status mental Normal Cemas Cemas, bingung Bingung, lesu
Penggantian cairan (hukum 3:1) Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan darah Kristaloid dan darah

Patofisiologi

13
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi. Perubahan ini
dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan berkurangnya volume darah
yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis. Reaksi ini menimbulkan peningkatan
frekuensi nadi, vasokonstriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada organ-organ nonvital,
seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal. Pada perdaharan, terjadi respon-responhormonal.
Corticotropin-releasinghormone terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan pelepasan
glukokortikoid dan betaendorphin. Kelenjar pituitari posterior akan melepas vasopressin,
menyebabkan retensi air pada tubulus distal. Renin dilepaskan oleh kompleks juxtamedularis
sebagai respon dari penurunan MAP (MeanArerialPressure), sehingga meningkatkan aldosteron
dan berujung resoprsi natrium dan air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut
karena glukagon dan growthhormone meningkat pada gluconeogenesis dan glikogenosis.
Peredaran katekolamin menghambat pelepasan dan aktivitas insulin secara relative sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah.Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan,
terjadi peningkatan ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis metabolik
dari karbon dioksida yang diproduksi.

Gejala klinis
Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti
kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan aliran darah
akan dipertahankan secara konstan melalui MAP. Ginjal juga mentoleransi penuruunan aliran
darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan
turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian
resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat
kompensasinya dalam pertahanan tubuh.

Gejala klinis tunggal jarang ditemukan saat diagnosis syok ditegakkan. Pasien bisa mengeluh
lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta
abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah, dan lama perdarahan, karena
pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana selanjutnya tergantung jumlah darah
yang hilang dan lamanya perdarahan. Untuk perdarahan pada saluran cerna sangatlah penting
dicari asal darah dari rectum atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang
hilang dari saluran cerna bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rectum harus diduga
adanya perdarahan hebat sampai dibuktikan sebaliknya. Syok umumnya memberi gejala klinis
seperti turunnya tanda vital tubuh: hipotensi, takikardi, penurunan urinoutput, dan penurunan
kesadaran. Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme kompensasi tubuh. Gejala umum
lainnya yang bisa timbul adalah kulit kering, pucat, dan dengan diaphoresis. Pasien menjadi
bingung, agitasi, dan tidak sadar. Pada fase awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya,
tekanan darah sistolik bisa saja masih dalam batas normal karena kompensasi. Konjungtiva
pucat, seperti yang terdapat pada anemia kronik. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk
melihat kemungkinan adanya darah. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk
mengevaluasi apakah terdapat gejala hemotoraks, suara nafas akan turun, serta suara perkusi
redup di area dekat perdarahan.

Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal. Periksa panggul apakah ada ekimosis
yang mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Lakukan pemeriksaan rectum untuk mengetahui
asal darah yang keluar dari rectum. Pasien dengan riwayat perdarahan vagina dilakukan

14
pemeriksaan pelvis lengkap dan lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilanektopik.
Tatalakasana
Prinsippengelolaandasarsyokhemoragikialahmenghentikanperdarahandanmenggantikankehila
ngan volume darah. Hal penting yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan
tingkat kesadaran. Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
memungkinkan.
• Airwaydan Breathing Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen lebih dari 95%.
• Circulation – kontrol perdarahan Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan
yang jelas terlihat, memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.
Perdarahan dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan
tekanan langsung pada tempat perdarahan.
• Disability – pemeriksaan neurologi Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk
menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motoric dan sensorik.
Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan.
• Exposure – pemeriksaan lengkap Setelah mengurus prioritas untuk menyelamatkan jiwanya,
penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian
dari mencari cedera. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara penghangatan internal
maupun eksternal sangat bermanfaat dalam mencegah hipotermia.
• Dilatasi lambung dekompresi Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya
pada anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardia dari stimulasi nervusvagus yang berlebihan. Distensi
lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada pasien tidak sadar, distensi lambung
membesarkan risiko aspirasi isi lambung dan dapat menjadi suatu komplikasi yang bisa menjadi
fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukkan NGT.
• Pemasangan kateter urin Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan
adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Darah pada
uretra atau prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki
merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan kateter uretra sebelum ada konfirmasi
radiografis tentang uretra yang utuh.
• Pengobatan dengan posisi kepala di bawah. Dengan menempatkan penderita dengan kepala 5
inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu dalam meningkatkan alir balik vena dan
dengan demikian menaikkan curah jantung. Posisi kepala di bawah ini adalah tindakan pertama
dalam pengobatan berbagai macam syok.
o Akses pembuluh darah 2 Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling
baik dilakukan dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral. Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang
dewasa adalah lengan bawah atau pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak
memungkinkan penggunaan pembuluh darah perifer, maka digunakan akses pembuluh
sentral (vena-vena femoralis, jugularis, atau subklavia dengan kateter besar) dengan
menggunakan teknik seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena di kaki. Pada
anak di bawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra oseus harus dicoba sebelum
menggunakan jalur vena sentral. Foto toraks harus diambil setelah pemasangan CVP pada

15
vena subklavia atau vena jugularisinterna untuk mengetahui posisinya dan penilaian
kemungkinan terjadinya pneumotoraks atau hematotoraks.
o Terapi awal cairan 3 Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya
digunakan patokan berat badan. Volume darah rata-rata pada orang dewasa kira-kira 7%
dari berat badan. Bila Universitas Sumatera Utara 11 penderita gemuk maka volume
darahnya diperkirakan berdasarkan berat badan ideal. Volume darah anak-anak dihitung
8% - 9% dari berat badan (80-90 ml/kg).

Lebih dahulu dihitung EBV (EstimatedBlood Volume) penderita. Kehilangan sampai 10%
EBV dapat ditolerir dengan baik. Kehilangan 10% - 30% EBV memerlukan cairan lebih
banyak dan lebih cepat. Kehilangan lebih dari 30% - 50% EBV masih dapat ditunjang untuk
sementara dengan cairan sampai darah transfusi tersedia. Total volume cairan yang
dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar antara 2-4 x volume yang hilang.9
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular dengan cara
menggantikan kehilangan cairan ke dalam ruang interstitial dan intraseluler.

Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua
karena berpotensi menyebabkan terjadinya asidosis hiperkhloremik. Kemungkinan ini
bertambah besar jika fungsi ginjal kurang baik. Pada saat awal, cairan hangat diberikan
dengan tetesan cepat sebagai bolus. Dosis awal adalah 1-2 liter pada dewasa dan 11 ml/kg
pada anak, diberikan dalam 30-60 menit pertama. Jumlah cairan yang diperlukan untuk
resusitasi sukar diramalkan pada awal evaluasi penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah
total volulme kristaloid yang secara akut diperlukan adalah mengganti setiap millimeter
darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan restitusi volume
plasma yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini dikenal sebagai “hukum 3
untuk 1” (“3 for 1 rule”). Namun lebih penting untuk menilai responpenderia kepada
resusitasi cairan dan bukti perfusi dan oksigenasiend-organ yang memadai, misalnya keluar
urin, tingkat kesadaran dan perfusi perifer.

Table 2.2 Responterhadap pemberian cairan awal Respon cepat Respon sementara Tanpa
respon Tanda vital Kembali ke normal Perbaikan sementara, tekanan darah dan nadi kembali
turun Tetap abnormal Dugaan kehilangan darah Minimal (10% - 11%) Sedang, masih ada
(11% - 40%) Berat (>40%) Kebutuhan kristaloid Sedikit Banyak Banyak Kebutuhan darah
Sedikit Sedang-banyak Segera Persiapan darah Tipe spesifik dan crossmatch Tipe spesifik
Emergensi Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti Kehadiran dini ahli bedah Perlu
Perlu Perlu Jumlah produksi urin merupakan indicator yang cukup sensitive untuk perfusi
ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal yang
cukup, bila tidak dimodifikasi dengan pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran urin
merupakan salah satu pemantau utama resusitasi dan respon penderita. Penggantian volume
yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin sekitar 0,5 ml/kg/jam pada orang
dewasa, 1 ml/kg/jam pada anakm dan 2 ml/kg/jam pada bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila
kurang atau makin turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik, maka ini
menandakan resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut ditambah penggantian
volume dan usaha diagnostik. Bila telah jelas ada perbaikan hemodinamik (tekanan sistolik
≥100, nadi ≤100, perfusi hangat, urin 0,5 ml/kg/jam), infus harus dilambatkan dan biasanya

16
transfuse tidak diperlukan. Bahaya infus yang cepat adalah oedem paru, terutama pasien
geriatri. Perhatian harus ditunjukkan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan. Namun
jika hemodinamik memburuk, teruskan cairan (2-4x estimatedbloodloss), jika membaik
tetapi Hb < 8 gr, Ht< 3 Universitas Sumatera Utara 13 25%, beri transfusi darah dan koloid.
Bila hemodinamik tetap buruk, segera diberikan transfusi. o Transfusi darah 9 Indikasi
transfusi darah antara lain: - Perdarahan akut sampai Hb 11% volume darah. Pemberian
darah tergantung respon penderita terhadap cairan. Tujuan utama transfuse darah adalah
memperbaiki oxygen-carryingcapacity. Perbaikan volume dapat dicapai dengan pemberian
larutan kristaloid, yang sekaligus akan memperbaiki volume interstitial dan intraseluler.
Darah yang baik digunakan adalah yang sepenuhnya crossmatched. Namun proses
crossmatching lengkap memerlukan sekitar 1 jam. Pengobatan mencakup transfusi darah
lengkap, apabila darah lengkap tidak tersedia, plasma biasanya dapat menggantikan darah
lengkap. Plasma tidak dapat memulihkan hematokrit normal, tetapi manusia biasanya dapat
bertahan pada penurunan hematokrit sampai kira-kira sepertiga normal sebelum
menimbulkan akibat serius jika curah jantung mencukupi. Karena itu pada keadaan akut
cukup beralasan untuk menggunakan plasma dalam menggantikan darah lengkap guna
mengobati syok hemoragik. Kadang-kadang plasma juga tidak tersedia. Dalam hal ini,
berbagai pengganti plasma sudah dikembangkan, yang sama melaksanakan fungsi
hemodinamika hampir tepat dengan sasaran. Salah satunya adalah larutan dekstran. Syarat
utama suatu pengganti plasma yang benar-benar efektif adalah yang tetap tinggal di sistem
sirkulasi yaitu tidak tersaring melalui pori-pori kapiler ke dalam ruang jaringan. Selain itu
larutan tidak boleh toksik dan mengandung bahan yang mempunyai ukuran molekul cukup
besar untuk mendesak tekanan osmotik koloid. Sejauh ini bahan yang paling memuaskan
untuk tujuan tersebut adalah dekstran, suatu polimer posakarida glukosa yang besar.
Dekstran dengan besar molekul yang sesuai tidak dapat melewati pori kapiler dank arena itu
dapat menggantikan protein plasma sebagai bahan osmotik koloid. o Evaluasi resusitasi
cairan dan perfusi organ

• Tanda dan gejala perfusi yang tidak memadai, yang digunakan untuk diagnosis syok,
dapat juga digunakan untuk menentukan respon penderita. Pulihnya tekanan darah ke
normal, tekanan nadi, dan denyut nadi merupakan tanda positif yang menandakan perfusi
sedang kembali ke normal. Walaupun begitu, pengamatan tersebut tidak memberi informasi
tentang perfusi organ. Perbaikan pada sistem saraf pusat dan peredarah darah kulit adalah
bukti penting mengenai peningkatan perfusi, tetapi kuantitas sukar ditentukan.

• Khusus Capillaryrefilltime95% - Urine output ?0,5 ml/kg/jam (dewasa); >1 ml/kg/jam


(anak) - Syok indeks = HR/SBP (normal 0,5-0,7) o Jenis cairan intravena Ada 4 pilihan
pokok yang selama bertahun-tahun menjadi perbantahan sengit, yaitu:
• Transfusi darah Ini adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok. Hemodilusi
dengan cairan tidak bertujuan meniadakan transfusi, tetapi mempertahankan hemodinamik
dan perfusi yang baik sementara darah donor tetap perlu ditransfusikan dalam memberikan
koreksi deficit cairan ekstraseluler (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak tersedia,
dapat digunakan universal donor yaitu golongan O dengan titer anti A rendah (Rh negatif)
atau packedred cell-O.
• Plasma Expander 9 Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran,
gelatin, HES) sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal elbih lama di

17
intravaskular. Namun deficit ECF tidak dapat dikoreksi oleh pasmaexpander. Dari segi
harga juga jauh lebih mahal dibandingkan dengan Ringer Laktat. Reaksi anafilaktik dapat
terjadi pada pemberian dextran atau gelatin.
• Albumin 9 Albumin 5% ataupun Plasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik dari
segi volume effect. Tetapi harganya sangat mahal dibandingkan dengan Ringer Laktat
untuk mendapatkan volume effect yang sama.
• Ringer Laktat atau NaCl 0,9% 9 Universitas Sumatera Utara 15 Cairan ini mirip
komposisinya dengan ECF. Meskipun pemberian infus diikuti perembesan, namun akhirnya
tercapai keseimbangan juga setelah cairan interstitial penuh. Cairan lain seperti dextrose dan
NaCl 0,45% tidak dapat digunakan. Cairan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan
atau dextrose, tidak mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian
besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak
(2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskular
11-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskular ke interstitial berlangsung selama 30-
60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam sebagai urin. Secara umum
kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan
volume intrasel.11 Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik.
Keuntungannya yaitu mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi
alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut
dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah. Larutan NaCl
isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremia,
hipokhloremia, atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling
mirip dengan cairan eksraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besasr
kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombusio,
dan sindrom syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan
sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensible.9 Ringer asetat memiliki profil
serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolism laktat terutama adalah hati dan sebagian
kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hamper seluruh jaringan tubuh
dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi
patut diberikan pada pasien dengan gangguan fugsi hati berat seperti sirosis hepatis dan
asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat
karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Penyulit Penyulit akibat pemberian cairan dapat terjadi pada jantung, pada proses
metabolisme, atau pada paru.
a. Dekompensasi jantung Dekompensasi ditandai oleh kenaikan PCWP
(PulmonaryCapillaryWedgePressure). Bahaya terjadinya dekompensasi jantung sangat
kecuali pada jantung yang sudah sakit sebelumnya. Pada pemberian koloid dapat mengalami
kenaikan PCWP 50% yang potensial akan mengalami dekompensasi jantung.
b. Edema paru Akibat pengenceran darah, terjadi transienthypoalbuminemia. Penurunan
albumin ini diikuti penurunan tekanan onkotik. Batasan aman kadar albumin terendah yang
masih aman adalah 2,5 mg%. apabila albumin perlu dinaikkan, pemberian infus albumin 11-
25% dapat diberikan dengan tetesan lambat 2 jam/100 ml. Dosis ini akan menaikkan kadar
0,25-0,5 mg%.9 Jika terjadi edema paru, berikafurosemide 1-2 mg/kgBB. Gejala sesak
napas akan berkurang setelah urin keluar 1-2 L. Lakukan digitalisasi atau berikan dopamine
drip 5- 10 µg/kgBB/menit. Sebagai terapi simptomatik berikan oksigen.

18
c. Asidosis asam laktat 9 Pemberian Ringer Laktat tidak dapat menambah buruk asidosis
asam laktat karena syok. Asam laktat diubah hepar menjadi bikarbonat yang menetralisir
asidosis metabolik pada syok. Perbaikan sirkulasi akibat pemberian volume justru
menurunkan laktat darah karena perbaikan transport oksigen ke jaringan, metabolismaerobic
bertambah.

d. Gangguan hemostasis Gangguan karena pengenceran ini mungkin terjadi jika hemodilusi
sudah mencapai 1,5 x EBV. Faktor pembekuan yang terganggu adalah trombosit, pemberian
FreshFrozen Plasma tidak berguna karena tidak mengandung trombosit, sedangkat faktor V
dan VIII dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Trombosit dapat diberikan sebagai freshblood,
platelet rich plasma, atau thrombocyteconcentrate dengan masa simpan kurang dari 6 jam
pada suhu 4o C. Dextran juga dapat menimbulkan gangguan jika dosis melebihi 10
ml/kgBB.9 Universitas Sumatera Utara 17

Syok Neurogenik
Syok neurogenik adalah kondisi di mana sirkulasi darah menjadi tidak normal akibat cedera saraf
tulang belakang. Kondisi yang juga dikenal dengan nama syok vasogenik ini dapat
membahayakan karena membuat tekanan darah dalam tubuh tiba-tiba turun secara drastis (syok),
sehingga menimbulkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh. Jika dibiarkan, syok neurogenik
dapat menjadi fatal. Oleh karena itu, identifikasi awal dan penanganan yang cepat dibutuhkan
untuk mencegah cedera saraf tulang belakang lebih lanjut.

Gejala Syok Neurogenik


Syok neurogenik merupakan keadaan gawat darurat yang menyebabkan penurunan tekanan
darah karena sirkulasi darah yang tidak normal. Selain penurunan tekanan darah, syok
neurogenik juga akan mengakibatkan lemahnya detak jantung dan penurunan suhu tubuh. Hal
tersebut akan menimbulkan gejala pusing, mual, muntah, pandangan kosong, pingsan,
mengeluarkan banyak keringat, gelisah, dan kulit pucat.  Pada tahap yang lebih berat lagi,
penderita dapat mengalami sesak napas, nyeri dada, dan bibir serta jari membiru (sianosis).
Gejala yang ditimbulkan oleh cedera saraf tulang belakang dapat timbul segera akibat kerusakan
langsung dari saraf (primer), atau terjadi lambat hingga beberapa jam atau beberapa hari setelah
cedera (sekunder). Syok neurogenik sekunder ini biasanya terjadi akibat kerusakan pembuluh
darah di saraf tulang belakang.

Penyebab Syok Neurogenik


Penyebab syok neurogenik adalah cedera atau trauma dari saraf tulang belakang. Akibatnya,
terjadi gangguan fungsi dari sistem saraf yang mengatur detak jantung, tekanan darah, dan
pernapasan. Sistem saraf ini dikenal dengan sistem saraf simpatis. Gangguan fungsi sistem saraf
simpatis mengakibatkan tekanan darah turun, sehingga aliran darah ke sel, jaringan, dan organ
akan terganggu.
Cedera saraf tulang belakang ini dapat disebabkan karena cedera saat berolahraga, luka tembak,
atau kecelakaan lalu lintas.

19
Diagnosis Syok Neurogenik
Diagnosis dilakukan secara cepat dengan mengetahui riwayat kejadian yang dapat menyebabkan
syok neurogenik dan melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien, seperti mengukur tekanan
darah, menilai denyut nadi, serta suhu tubuh. Syok neurogenik merupakan keadaan gawat darurat
yang harus segera ditangani untuk menghindari akibat yang fatal.
Setelah keadaan pasien sudah stabil, untuk mengetahui tingkat keparahan cedera yang dapat
mengakibatkan syok neurogenik, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, salah satunya
adalah CT scan. Dengan pemindaian ini, dokter dapat melihat seberapa parah cedera yang terjadi
dan mendeteksi jika terjadi perdarahan dalam atau kerusakan lainnya. Pemeriksaan penunjang
lainnya adalah MRI, yang dapat memperlihatkan struktur bagian dalam tubuh, terutama tulang
belakang.

Pengobatan Syok Neurogenik


Pada pasien syok neurogenik, penanganan harus segera dilakukan guna menghindari kerusakan
organ secara permanen. Pengobatan syok neurogenik bertujuan untuk menstabilkan tanda vital
pasien, seperti tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan, serta menghindari cedera atau
kerusakan lebih lanjut.
Penanganan kasus syok neurogenik dimulai dengan meminimalkan perubahan posisi tubuh
pasien atau membuat pasien tidak bergerak sama sekali, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Selanjutnya, tekanan darah perlu ditingkatkan dengan memberi cairan infus dan obat vasopresor
yang dapat membantu meningkatkan ketegangan pembuluh darah, seperti dopamin,
norepinephrine,  epinephrine, dan vasopressin. Sedangkan untuk meningkatkan detak jantung,
dokter dapat memberi obat atropin.
Jika diperlukan, tindakan operasi tulang belakang akan dilakukan untuk memperbaiki kerusakan
pada saraf tulang belakang yang mengalami cedera
Kese

Gejala-Gejala Syok Septik dan Pertolongan Medis yang Diperlukan


Syok septik merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang disebabkan oleh
kondisi sepsis, yaitu peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi. Syok sepsis ditandai
dengan kegagalan fungsi sirkulasi akibat infeksi yang berlanjut.
Syok septik memerlukan pertolongan medis yang cepat dan tepat. Oleh karena itu, Anda
sebaiknya mengetahui gejala-gejala awal syok septik dan pilihan pertolongan medis untuk
kondisi ini

Kenali Gejala-gejala Syok Septik


Syok adalah suatu kondisi gangguan fungsi sirkulasi untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke
jaringan yang ada di tubuh. Salah satu jenisnya adalah syok septik. Pada syok septik gangguan
sirkulasi ini disebabkan oleh adanya peradangan pada seluruh tubuh sebagai komplikasi
dari sepsis.

20
Beberapa gejala syok septik yang perlu Anda ketahui antara lain:

 Hipotensi (tekanan darah rendah) yang tidak berhasil dikoreksi dengan pemberian cairan
 Peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea)
 Gelisah dan penurunan kesadaran
 Demam tinggi (suhu tubuh >38OC)
 Peningkatan denyut nadi (takikardia)
 Menggigil
 Sakit kepala
 Sianosis
 Nyeri otot parah
 Menurunnya frekuensi dan jumlah buang air kecil

Beberapa jenis infeksi yang menyebabkan sepsis dan berisiko menimbulkan syok septik adalah
infeksi pada saluran napas dan paru-paru, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, dan
infeksi saluran reproduksi.

Upaya Pertolongan Syok Septik


Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, syok septik dapat berakibat fatal. Penderita yang
memiliki gejala dan tanda syok septik perlu mendapatkan pengawasan yang ketat dari tim medis.
Untuk mengatasi syok septik, penanganan yang akan diberikan oleh dokter mencakup:

1. Pemberian oksigen dan alat bantu pernapasan


Ketika mengalami syok septik, dokter akan memberikan tambahan oksigen menggunakan alat
bantu pernapasan, seperti nasal kanul atau intubasi edotrakeal, agar jaringan tubuh tidak
mengalami kekurangan oksigen.

2. Pemberian cairan
Untuk mengembalikan volume cairan tubuh yang terganggu saat terjadi syok septik, pasien akan
diberikan cairan infus. Pemilihan jenis cairan dan jumlah cairannya akan disesuaikan dengan
kondisi pasien serta pertimbangan dokter.

3. Memberikan obat peningkat tekanan darah


Pada syok septik, keadaan hipotensi biasanya tidak membaik hanya dengan pemberian cairan
infus, sehingga dokter juga akan memberikan obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah,
seperti vasopressin.

4. Memberikan antibiotik
Pada syok septik, pemberian antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi bakteri yang menjadi
penyebabnya. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang
menginfeksi tubuh.

21
Selain itu, dokter dapat memberikan perawatan lain sesuai dengan keadaan pasien, seperti cuci
darah (terapi dialisis) jika terjadi kagagalan fungsi ginjal, pembedahan jika memang ada lokasi
infeksi yang perlu dioperasi, serta pemberian obat-obatan untuk mengendalikan gula darah dan
untuk meringankan gejala.
Syok septik adalah kondisi yang membahayakan nyawa. Anda perlu mengetahui gejala syok
septik agar tidak terlambat mendapatkan penanganan dari dokter.

22

Anda mungkin juga menyukai