sehingga organ-organ
dan jaringan tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang cukup. Kondisi ini biasanya merupakan
komplikasi dari penyakit atau kondisi lain.
Darah berfungsi sebagai pemasok zat-zat yang penting untuk jaringan tubuh, seperti nutrisi dan oksigen. Pada
kondisi syok, terjadi gangguan yang menyebabkan jantung dan pembuluh darah tidak dapat mengalirkan darah ke
jaringan tubuh dengan optimal.
Akibatnya, pasokan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan agar jaringan dan organ tubuh dapat berfungsi secara
normal menjadi terhambat. Kondisi ini bisa terjadi secara bersamaan pada semua organ sehingga efeknya bisa fatal,
terutama jika tidak segera tertangani.
Penyebab Syok
Ada tiga faktor yang berkontribusi pada terjadinya syok, yaitu:
Ada berbagai macam penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan hal-hal di atas dan memicu terjadinya syok.
Berikut ini adalah penyebab syok berdasarkan jenisnya:
Syok kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh gangguan pada jantung, seperti serangan jantung atau gagal jantung.
Syok neurogenik
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf. Kondisi ini biasanya terjadi karena cedera
saraf tulang belakang akibat kecelakaan saat berkendara atau beraktivitas.
Syok anafilaktik
Syok anafilaktik disebabkan oleh alergi akibat gigitan serangga, obat-obatan, atau makanan dan minuman.
Syok sepsis
Syok sepsis disebabkan oleh infeksi yang masuk ke aliran darah (sepsis) dan memicu peradangan atau
inflamasi.
Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebabkan oleh hilangnya cairan atau darah dalam jumlah banyak, misalnya akibat diare,
perdarahan pada kecelakaan, atau muntah darah.
Syok kardiogenik lebih berisiko terjadi pada lansia (lanjut usia), penderita riwayat serangan jantung,
penderita penyakit jantung koroner, serta penderita diabetes atau hipertensi
Syok neurogenik lebih mungkin terjadi pada seseorang yang pernah mengalami cedera tulang belakang
atau mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi sistem saraf
Syok anafilaktik lebih rentan terjadi pada seseorang yang pernah mengalami syok anafilaktik sebelumnya,
menderita asma atau alergi tertentu, atau memiliki riwayat syok anafilaktik dalam keluarga
Syok sepsis lebih sering terjadi pada seseorang yang pernah menjalani operasi atau menjalani perawatan di
rumah sakit dalam waktu yang lama, menderita diabetes, pernah menggunakan kateter atau alat bantu
pernapasan, atau mengalami malnutrisi
Syok hipovolemik lebih mungkin terjadi pada lansia (lanjut usia) serta penderita penyakit yang dapat
mengakibatkan perdarahan
Gejala Syok
Pasokan nutrisi dan oksigen yang turun akibat syok dapat mengakibatkan beberapa gejala, seperti:
Sesak napas
Kulit berkeringat, dingin, dan pucat
Jantung berdebar, serta denyut nadi menjadi lemah
Pusing
Lemas
Pingsan hingga hilang kesadaran
Bibir dan kuku jari membiru (sianosis)
Selain itu, berdasarkan penyebabnya, masing-masing jenis syok dapat menimbulkan gejala tambahan berikut:
Syok kardiogenik, dengan gejala nyeri atau rasa berat dada, nyeri menjalar pada bahu dan tangan, mual,
dan muntah
Syok neurogenik, dengan gejala kelemahan tubuh, tatapan kosong, dan suhu tubuh menurun (hipotermia)
Syok anafilaktif, dengan gejala bengkak pada lidah atau bibir, sulit menelan, hidung berair dan bersin-
bersin, dan kesemutan
Syok sepsis, dengan gejala demam, menggigil, kebingungan, dan rasa cemas
Syok hipovolemik, dengan gejala diare, muntah, perdarahan, rasa cemas, dan kebingungan
Tes darah
Tes alergi
Tes pemindaian, seperti USG, CT scan, atau MRI
Tes lainnya berdasarkan penyebab syok, seperti elektrokardiografi untuk syok kardiogenik,
atau endoskopi untuk syok hipovolemik
Pengobatan Syok
Syok merupakan kondisi yang berbahaya. Segera panggil dokter atau hubungi layanan ambulans ketika melihat
seseorang yang diduga mengalami syok. Selagi menunggu pertolongan datang, lakukan pertolongan pertama pada
pasien.
Berikut ini adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat melihat penderita yang dicurigai mengalami syok:
Ketika sudah ditangani petugas medis, penderita akan mendapatkan penanganan gawat darurat hingga kondisinya
stabil. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
Penanganan selanjutnya akan dilakukan berdasarkan jenis syok dan penyebab timbulnya syok, yaitu:
Syok hipovolemik
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh perdarahan dapat diatasi dengan transfusi darah. Namun, jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan, dokter dapat melakukan tindakan bedah untuk menghentikan
perdarahan ketika kondisi pasien sudah stabil.
Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditangani dengan pemberian obat-obatan yang berfungsi untuk memperbaiki pompa
jantung. Jenis obat-obatan tersebut adalah dopamine atau dobutamin.
Beberapa tindakan bedah juga dapat dilakukan untuk mengatasi penyebab syok kardiogenik,
seperti angioplasti atau operasi bypass, untuk mengatasi syok yang disebabkan oleh serangan jantung.
Syok anafilaktik
Syok anafilaktik diatasi dengan pemberian epinephrine suntik dan antihistamin, yang berfungsi untuk
meredakan reaksi alergi.
Syok neurogenik
Syok neurogenik ditangani dengan melindungi saraf dari kerusakan lebih lanjut, terkadang dengan bantuan
obat antiradang seperti kortikosteroid. Jika memungkinkan, dokter juga akan melakukan operasi untuk
memperbaiki kerusakan pada sistem saraf.
Syok sepsis
Untuk mengatasi infeksi, dokter dapat memberikan antibiotik, antivirus, atau antijamur, tergantung pada
jenis infeksinya. Operasi juga dapat dilakukan untuk mengatasi sumber infeksi.
Komplikasi Syok
Jika tidak ditangani secepat mungkin, syok dapat menimbulkan kekurangan oksigen (hipoksia) pada seluruh tubuh.
Hal ini tentunya dapat merusak jaringan dan organ tubuh, sehingga memunculkan komplikasi. Beberapa komplikasi
yang dapat muncul akibat syok antara lain:
Pencegahan Syok
Syok dapat dicegah dengan menghindari penyakit yang memicunya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah syok adalah:
Melakukan pemeriksaan jantung secara rutin dan mengonsumsi obat secara teratur bagi penderita penyakit
jantung, untuk menghindari syok kardiogenik
Menangani tanda-tanda infeksi secepat mungkin untuk menghindari syok sepsis
Menerapkan perilaku berkendara yang aman untuk menghindari syok neurogenik karena cedera tulang
belakang
Mewaspadai dan menghindari pemicu alergi yang berpotensi menyebabkan syok anafilaktik dan selalu
membawa epinephrine dalam bentuk autoinjector (berbentuk seperti pen)
Referensi
Su, L. et al. (2021) Shock in China 2018 (SIC-Study): A Cross-Sectional Survey. Annals of Translational Medicine,
9(15), pp. 1219.
National Institutes of Health (2019). Medline. Hypovolemic Shock.
National Institutes of Health (2019). Medline. Shock.
Better Health Channel (2021). Conditions and Treatments. Shock.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Cardiogenic Shock.
Mayo Clinic (2021). Health Information. Shock: First Aid.
Anthony, K. Healthline (2018). Neurogenic Shock.
Cristol, H. WebMD (2020). Allergies. Anaphylactic Shock: What You Should Know.
Cunha, J.P. MedicineNet (2020). Shock Center. What Is Shock?
Gotter, A. Healthline (2019). Anaphylactic Shock: What You Need to Know.
Hoffman, M. WebMD (2021). Heart Health. Picture of Blood.
Johnson, S. Healthline (2019). Septic Shock.
Kahn, A. Healthline (2019). What You Should Know About Shock.
Kalil, A. Medscape (2020). Drugs & Diseases. Septic Shock Clinical Presentation.
Nall, R. Healthline (2018). Hypovolemic Shock.