Anda di halaman 1dari 8

Nama: sintia wulandari

NIM. : PO7124122042
Rangkuman:

1.Hipoglikemi

Apa itu hipoglikemia?

Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula darah tubuh (glukosa) rendah berada di bawah
batas normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL seperti dikutip dari situs CDC.

Glukosa adalah satu-satunya makanan bagi otak Anda. Jika kadar gula darah terlalu rendah, otak
menjadi tidak memiliki energi untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

Orang dengan diabetes melitus memang lebih rentan mengalami kondisi ini karena pengobatan
tertentu untuk menurunkan hiperglikemia atau kadar gula darah yang tinggi.

Selain hipoglikemia pada pasien diabetes, terdapat pula dua jenis kondisi gula darah rendah pada
nondiabetes.

Perawatan
Pengobatan terdiri dari perubahan diet
Mengonsumsi makanan atau minuman dengan kandungan gula yang tinggi, seperti jus jeruk atau
soda biasa, dapat mengobati kondisi ini. Atau, obat dapat digunakan untuk meningkatkan kadar
gula darah. Penting pula bagi dokter untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab utamanya.

2.Hipotermi

Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35oC. Akibatnya,
jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat
menybebabkan henti jantung, gangguan sistem pernapasan, bahkan kematian.

Penyebab Hipotermia
Hipotermia terjadi ketika panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang hilang. Sejumlah
kondisi yang berpotensi membuat panas tubuh banyak hilang dan menyebabkan hipotermia yaitu:
Berada di tempat dingin dalam waktu yang lama
Mengenakan pakaian yang kurang tebal saat cuaca dingin
Terlalu lama mengenakan pakaian basah
Berada di dalam air terlalu lama, misalnya akibat kecelakaan kapal
Hipotermia dapat dialami oleh siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami hipotermia, yaitu:

Kelompok usia bayi, balita, dan lansia


Kelelahan
Gangguan mental, misalnya demensia
Konsumsi minuman beralkohol
Penyalahgunaan NAPZA
Konsumsi obat-obatan, misalnya golongan opioid, obat bius, obat penenang, atau clonidine
Hipotiroidisme, radang sendi, stroke, diabetes, atau penyakit Parkinson
Gejala Hipotermia
Gejala hipotermia bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Berikut ini merupakan gejala
hipotermia berdasarkan derajatnya:

1. Gejala hipotermia ringan (suhu 32–35oC):

Pucat
Kulit terasa dingin ketika disentuh
Mati rasa
Menggigil
Respons menurun
Mengantuk
Takikardia
Napas cepat
2. Gejala hipotermia sedang (suhu 28–32oC):

Inkontinensia urine
Berhenti menggigil
Napas melambat
Denyut jantung melambat (bradikardia)
Tekanan darah menurun
Penurunan kesadaran
3. Gejala hipotermia berat (suhu 28oC atau lebih rendah):

Kaku otot
Tidak memberi respons
Bradikardia makin parah
Pernapasan dan denyut nadi sangat lemah
Pingsan
Henti jantung
Pada bayi, hipotermia dapat ditandai dengan kulit yang terasa dingin dan terlihat kemerahan. Bayi
juga terlihat diam, lemas, dan tidak mau menyusu atau makan.

3.Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di dalam sel-sel tubuh. Akibatnya, sel-sel di
seluruh bagian tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal. Hipoksia perlu diwaspadai, karena jika
dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan kematian jaringan dan kerusakan organ tubuh.

Penyebab Hipoksia
Hipoksia dapat disebabkan oleh beragam kondisi. Berikut ini adalah penyakit dan kondisi medis
yang dapat menyebabkan hipoksia:

Penyakit paru-paru, seperti bronkitis, PPOK, hipertensi pulmonal, edema paru, emfisema,
pneumonia, pneumothorax, kanker paru, dan COVID-19
Penyakit jantung, seperti bradikardia, ventrikel fibrilasi, gagal jantung kongestif, atau penyakit
jantung koroner
Kelainan darah, seperti anemia atau methemoglobinemia
Infeksi yang menyebabkan sepsis
Keracunan, seperti keracunan sianida atau keracunan CO (karbon monoksida)
Cedera yang menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak
Penggunaan obat, seperti fentanyl atau obat bius
Penyakit akibat ketinggian atau altitude sickness
Kekurangan oksigen akibat terjebak di kebakaran, berada di tempat dengan suhu dingin, atau
tenggelam
Tipe-Tipe Hipoksia
Berdasarkan penyebab kurangnya oksigen di tubuh, hipoksia dapat dibagi menjadi beberapa tipe,
yaitu:

Hipoksia hiposik (hipoksemia hipoksia), yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam darah
akibat gangguan pada saluran pernapasan
Hipoksia histotoksik, yang terjadi ketika sel tubuh tidak dapat menggunakan oksigen yang tersedia,
salah satunya akibat keracunan sianida
Hipoksia metabolik, yang terjadi ketika oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh lebih banyak
daripada biasanya, salah satunya akibat sepsis
Hipoksia stagnan, yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah, misalnya karena syok akibat
perdarahan
Hipoksia anemik,yang disebabkan oleh kurangnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah, salah
satunya akibat anemia
Selain penyebab dan tipe-tipe di atas, ada beberapa kondisi yang dapat membuat seseorang lebih
berisiko mengalami hipoksia, yaitu hipotensi, asma, dan ALS.

Gejala Hipoksia
Setiap penderita hipoksia dapat mengalami gejala yang berbeda. Gejala tersebut bisa muncul
tiba-tiba dan memburuk dengan cepat (akut) atau berkembang secara perlahan (kronis).

Berikut ini adalah beberapa gejala hipoksia yang umum terjadi:

Napas menjadi cepat


Sesak napas
Sakit kepala
Pandangan kabur
Detak jantung menjadi cepat atau menjadi lamban
Kulit, kuku, dan bibir berwarna kebiruan (sianosis) atau justru berwarna merah gelap seperti ceri
Lemas
Linglung
Hilang kesadaran
Keringat berlebih
Batuk
Sulit bicara

4.asidosis

Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. Kondisi ini
ditandai dengan gejala seperti napas pendek, linglung, sakit kepala, hingga penurunan kesadaran.
Asidosis merupakan kondisi yang dapat berakibat fatal bila tidak segera diobati.

Penyebab Asidosis
Asidosis disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh. Akibatnya, kadar
asam dalam tubuh menjadi sangat tinggi. Kondisi tersebut bisa terjadi akibat:

Produksi asam yang berlebihan


Pengeluaran asam yang terganggu
Proses keseimbangan asam-basa di dalam tubuh yang tidak normal
Ketiga kondisi tersebut bisa disebabkan oleh gangguan metabolisme asam di tubuh (asidodis
metabolik), atau gangguan pada proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida (asidosis
respiratorik). Berikut ini adalah penjelasannya:

Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi ketika produksi asam dalam tubuh terlalu berlebihan atau saat ginjal
tidak mampu mengeluarkan asam dari dalam tubuh. Ada beberapa jenis asidosis yang termasuk
asidosis metabolik, yaitu:

1. Asidosis diabetik

Asidosis diabetik atau ketoasidosis diabetik disebabkan oleh produksi keton yang berlebihan.
Kondisi ini terjadi saat diabetes tidak terkontrol.
2. Asidosis laktat

Asidosis laktat disebabkan oleh produksi asam laktat yang berlebihan akibat rendahnya kadar
oksigen di dalam tubuh. Beberapa penyebabnya adalah:

Kanker
Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan
Gagal hati
Gagal jantung
Hipoglikemia dalam jangka panjang
Sepsis
3. Asidosis hiperkloremik

Peningkatan kadar asam dalam tubuh pada kondisi ini terjadi akibat kehilangan bikarbonat secara
berlebihan dalam waktu yang lama. Asidosis hiperkloremik biasanya disebabkan oleh gangguan
saluran pencernaan dan penyakit ginjal.

4. Asidosis tubulus renalis

Kondisi ini terjadi ketika ginjal tidak dapat membuang asam melalui urine sehingga asam
terkumpul di dalam darah. Hal ini biasanya terjadi bila kerusakan ginjal disebabkan oleh penyakit
autoimun atau kelainan genetik.

Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik juga meningkatkan kadar asam di dalam tubuh, tetapi dengan mekanisme
yang berbeda. Kondisi ini terjadi ketika kadar karbon dioksida di dalam darah meningkat akibat
adanya masalah di sistem pernapasan, seperti:

Gangguan pernapasan, seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi kronis)
Gangguan di jaringan paru, seperti fibrosis paru
Gangguan di tulang dada yang bisa memengaruhi pernapasan, seperti skoliosis dan kifosis
Gangguan sistem saraf yang memengaruhi proses pernapasan, seperti myasthenia gravis,
Guillain-Barré Syndrome, dan ALS (amyotrophic lateral sclerosis)
Penggunaan obat-obatan yang bisa memengaruhi sistem pernapasan, seperti penggunaan opioid
atau kombinasi obat golongan benzodiazepine dengan alkohol
Kondisi lain yang bisa memengaruhi pernapasan, seperti obesitas dan sleep apnea
Gejala Asidosis
Gejala asidosis tergantung pada penyebabnya, baik itu gangguan metabolisme asam (asidosis
metabolik) maupun gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida (asidosis respiratorik).

Berikut ini adalah beberapa gejala asidosis metabolik:

Napas pendek dan cepat


Sakit kepala
Linglung
Mual dan muntah
Lelah atau mengantuk
Hilang nafsu makan
Denyut jantung meningkat
Sakit kuning
Bau mulut tercium seperti aroma buah
Sementara itu, beberapa gejala asidosis respiratorik dapat berupa:

Napas pendek dan cepat


Lelah atau mengantuk
Sakit kepala
Gelisah
Pusing
Linglung
Kejang
Penderita yang mengalami asidosis respiratorik dalam jangka panjang (kronis) tidak selalu
menunjukkan gejala seperti di atas. Akan tetapi, gejala seperti hilang ingatan, gangguan tidur, dan
perubahan perilaku, dapat terjadi sewaktu-waktu.

5. glikogenolisis

Glikogenolisis

Glikogenolisis adalah proses glikogen dipecah menjadi glukosa untuk menyediakan energi segera
dan untuk mempertahankan kadar glukosa darah.

Glikogenolisis terjadi terutama di hati dan dirangsang oleh hormon glukagon dan epinefrin
(adrenalin).

Ketika kadar glukosa darah turun, seperti saat puasa, terjadi peningkatan sekresi glukagon dari
pankreas.

Peningkatan tersebut disertai dengan penurunan sekresi insulin karena kerja insulin, yang ditujukan
untuk meningkatkan penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen dalam sel, berlawanan dengan
kerja glukagon.

Setelah sekresi, glukagon berjalan ke hati dan merangsang proses glikogenolisis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di
Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate,
kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

1. Fungsi glikogenesis
Proses glikogenesis berfungsi untuk membentuk glikogen dari glukosa supaya molekul-molekul ini
dapat disimpan dan digunakan di lain waktu ketika tubuh tidak memiliki glukosa yang tersedia.
Simpanan glikogen tidak sama dengan lemak karena molekul ini sering digunakan di antara waktu
makan, tepatnya saat kadar glukosa darah turun. Dalam kasus ini, tubuh akan mengambil cadangan
glikogen untuk memproduksi glukosa melalui proses glikogenolisis.
2. Proses glikogenesis
Proses glikogenesis dimulai saat sel memiliki kelebihan glukosa. Berikut adalah penjelasan seputar
proses ini secara rinci.
Pertama-tama, molekul glukosa berinteraksi dengan enzim glukokinase yang menambahkan gugus
fosfat ke glukosa.
Gugus fosfat kemudian dipindahkan ke sisi lain molekul dengan menggunakan enzim
fosfoglukomutase.
Enzim ketiga, yakni UDP-glukosa pirofosforilase, mengambil molekul ini dan menciptakan
glukosa urasil-difosfat. Bentuk glukosa ini memiliki dua gugus fosfat beserta asam nukleat urasil.
Enzim khusus, yaitu glikogenin, mengikat glukosa urasil-difosfat dengan glukosa UDP-difosfat
untuk membentuk rantai pendek.
Setelah sekitar delapan rantai molekul terikat bersama-sama, enzim-enzim lainnya masuk untuk
menyelesaikan proses ini.
Setelah itu, glikogen sintase menambah rantai dan enzim percabangan glikogen membantu
membuat cabang dalam rantai. Proses ini membentuk makromolekul yang lebih padat sehingga
penyimpanan energi dalam tubuh menjadi lebih efisien.

5.Glukogeneogensis

Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari zat yang bukan karbohidrat. Proses
ini dapat terjadi pada hewan, tumbuhan, jamur, hingga bakteri. Pada manusia, pembentukan
glukosa dari sumber non-karbohidrat terjadi pada hati dan ginjal.

Sumber energi utama tubuh Anda yaitu gula (glukosa). Gula yang Anda dapatkan dari makanan
akan dipecah dan melewati serangkaian proses kimiawi hingga menghasilkan adenosin trifosfat
(ATP). ATP yaitu zat pembawa energi untuk sel tubuh.

Saat kadar glukosa tubuh meningkat, pankreas akan merespons dengan melepaskan insulin.
Hormon ini berfungsi mengubah kelebihan glukosa menjadi cadangan energi berupa glikogen.
Glikogen kemudian disimpan dalam sel otot dan hati.

Ketika glukosa tidak tersedia, tubuh Anda harus beralih menggunakan sumber energi lain. Lewat
serangkaian proses kimiawi di dalam sel, tubuh mengubah glikogen kembali menjadi glukosa yang
siap dipecah menjadi ATP.
Namun, proses ini tidak berlangsung terus-menerus karena tubuh juga bisa kehabisan glikogen.
Kondisi ini biasanya terjadi setelah tubuh tidak mendapatkan makanan selama delapan jam, baik
karena berpuasa, diet rendah karbohidrat, atau faktor lainnya.

Pada periode ini, simpanan glikogen mulai berkurang dan tubuh memerlukan glukosa dari sumber
lain. Di sinilah proses glukoneogenesis terjadi. Proses ini akan mengubah zat non-karbohidrat
seperti laktat, gliserol, atau asam amino menjadi glukosa.

Fungsi utama glukoneogenesis yakni menjaga kestabilan glukosa dalam tubuh ketika Anda tidak
mendapatkan asupan makanan. Fungsi ini amat penting karena beberapa jaringan tubuh hanya
mengandalkan glukosa sebagai sumber energinya.

Contohnya, otak butuh sekitar 120 gram glukosa untuk dapat berfungsi selama 24 jam. Jika otak
tidak mendapatkan cukup glukosa, komunikasi antarsel saraf yang mengatur kemampuan berpikir,
belajar, dan mengingat bisa mengalami gangguan.

Otak mungkin bisa mengandalkan proses pembentukan energi lain seperti ketosis, tapi tidak
dengan sel darah merah, medula ginjal, dan testis. Untuk bisa berfungsi dengan normal, ketiga
jaringan ini harus mendapatkan asupan glukosa yang stabil.

Hal ini mungkin bukan masalah bila Anda hanya berpuasa selama beberapa jam, sebab tubuh
masih bisa menggunakan cadangan energi berupa glikogen. Tubuh Anda mampu mengubah
glikogen menjadi glukosa, kemudian glukosa dapat diubah menjadi ATP.

Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, cadangan glikogen akan habis bila Anda tidak
makan. Simpanan glikogen dalam hati akan habis dalam 24 jam, dan pada momen inilah tubuh
mengandalkan glukoneogenesis untuk menghasilkan glukosa.

Dengan adanya proses ini, tubuh tetap mampu bekerja secara normal dalam kondisi minim energi.
Proses pembentukan glukosa dari zat non-karbohidrat juga membantu menghindarkan Anda dari
gangguan kesehatan akibat kadar gula yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai