Anda di halaman 1dari 42

Oleh

Jamil Sidik S
Pendahuluan

 Insidens KAD di Amerika sebesar 8 per


1000 pasien DM per tahun
 Di Indonesia umumnya berasal dari
pasien DM tipe -1
 Di RSCM th 2002 dlm kurun waktu 5
bulan terdapat 39 episode KAD dengan
angka kematian 15 %  angka
kematian akan lebih tinggi bila ada
peny penyerta
Pengertian :
 Ketoasidosis diabetik adalah keadaan
dekompensasi – kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut dan relatif
 KAD dan Hipoglikemia merupakan
komplikasi akut DM  membutuhkan
pengelolaan gawat darurat
 KAD biasanya mengalami dehidrasi berat
 syok
Penyebab :
 Penggunaan obat steroid

 Mengurangi dan menghentikan dosis


insulin  tidak bisa membeli, tidak nafsu
makan dan masalah psikologis
 Infeksi

 Infark Miokard Akut

 Pankreatitis akut
Tanda dan gejala :
 Pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul)

 Dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah


dan bibir kering)
 Bau aseton dari pernafasan

 Kesadaran menurun  perlu dipikirkan

penyebab penurunan kesadaran (uremia,


truma,infeksi)
 Keton darah dan urin positif
Kriteria Diagnosis KAD :
 Kadar glukosa darah > 250 mg%

 pH < 7,35

 HCO3 rendah

 Anion gap yang tinggi

 Keton serum positif

Kriteria ini untuk membedakan apakah KAD


atau ketosis diabetik atau HHNK
(hiperglikemi hiperosmolar non ketotik)
Prinsip pengobatan :
 Penggantian cairan dan garam yang hilang

 Menekan lipolisis sel lemak dan menekan


glukoneogenesis di sel hati dengan
pemberian insulin
 Mengatasi stres sebagai pencetus KAD

 Mengembalikan keadaan fisiologi normal


dan menyadari pentingnya pemantauan
dan penyesuaian pengobatan
 Ada 6 hal yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan KAD : cairan, garam, insulin,
kalium, glukosa dan asuhan keperawatan
1. Cairan : 100 ml per kg BB  diberikan 1 – 2
liter pada jam 1, bila kadar glukosa kurang dari
200 mg% maka perlu diberikan larutan
mengandung glukosa
2. Insulin : akan menurunkan kadar glukagon
sehingga dapat menekan produksi benda keton
di hati
3. Kalium : Pada awal KAD biasanya kadar ion
kalium meningkat  segera diberikan
bikarbonat
4. Glukosa : Setelah rehidrasi awal 2 jam
pertama , biasanya kadar glukosa darah
turun  tujuan terapi KAD bukan untuk
menormalkan kadar glukosa tetapi untuk
menekan ketogenesis
5. Bikarbonat : hanya dianjurkan pada
KAD yang berat (terdapat pro dan kontra
untuk pemberian bikarbonat ini)
6. Asuhan keperawatan : monitor sampai
KAD teratasi dan kondisi stabil.
Pengobatan Umum :
 Antibiotik yang adekuat

 Oksigen bila pO < 80 mmHg


2

 Heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar (>


380 mOsm/l)

Pemantauan :
 Kadar glukosa tiap jam

 Elektrolit tiap 6 jam selama 24 jam

 Analisa Gas Darah tiap 6 jam bila pH < 7

 Tanda – tanda vital

 Balans cairan dan waspada terjadi DIC


Komplikasi :
 Edema paru, hipertrigliseridemia, infark
miokard akut, dan komplikasi iatrogenik

Pencegahan :
 Pendidikan kesehatan tentang

penggunaan insulin
Pengertian :
 Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah
yang abnormal rendah dibawah 50 – 60
mg/dl

Penyebab :
 Pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan
 Konsumsi makanan yang terlalu sedikit

 Aktifitas fisik yang berat


Gejala :
 Pada hipoglikemia ringan , ketika kadar glukosa
turun  saraf simpatik terangsang  adrenalin
masuk ke dalam darah  tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar
 Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar
glukosa darah  sel-sel otak tidak mendapatkan
kalori yang cukup untuk bekerja dgn baik  tdk
mampu berkonsentrasi, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, sakit kepala, patirasa,
penurunan daya ingat, perubahan emosional,
perasaan ingin pingsan
 Pada hipoglikemia berat, fungsi sistem saraf
pusat mengalami gangguan yang sangat berat
 disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran

Penanganan :
 Rekomendasi biasanya berupa pemberian 10 –

15 gram gula yang bekerja cepat per oral


 Anjurkan untuk mengikuti pola makan,
penyuntikan insulin, dan latihan yang teratur
SINDROM HIPERGLIKEMIK
HIPEROSMOLAR NONKETOTIK
Pengertian :
 Sindroma Hiperglikemi Hiperosmolar
Nonketosis (HHNK) adalah keadaan yang
didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan
tingkat kesadaran
 Salah satu perbedaan dengan KAD adalah
tidak terdapatnya ketosis dan asidosis
pada HHNK
Penyebab :
 Biasanya terjadi pada DM tipe II

 Poliuri selama berhari-hari, hingga berminggu –

minggu disertai asupan cairan yang tidak


adekuat

Gejala :
 Hipotensi

 Dehidrasi berat

 Takikardi

 Perubahan sensorik, kejang2 dan hemiparesis


Penatalaksanaan :
 Pemberian cairan, elektrolit dan insulin

 Terapi cairan normal saline sampai kondisi


stabil
 Pemantauan tekanan vena sentral dan
arteri
 Pemantauan EKG  pengukuran kalium

 Insulin diberikan secara kontinu melalui


infus dengan kecepatan lambat hingga
glukosa 250 – 300 mg/dl
Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan
difokuskan pada tanda dan gejala
hiperglikemia dan pada faktor-faktor fisik,
emosional serta sosial
 Kadar glukosa darah, untuk penderita DM
tipe I harus diukur kadar keton dalam darah
dan urin
 Pada penderita DM tipe II dikaji untuk
melihat adanya tanda-tanda sindrom HHNK
Faktor-faktor fisik yang dapat mengganggu
aktifitas fisik :
 Gangguan penglihatan
 Gangguan koordinasi motorik
 Gangguan neurologis

Faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi:


 Penurunan kemampuan membaca

 Keterbatasan sumber finansial

 Ada tidak dukungan keluarga


 Jadwal harian yang khas (jadwal makan, kerja
serta olahraga)
Diagnosa Keperawatan :
 Risiko defisit cairan b.d gejala poliuri dan
dehidrasi
 Gangguan nutrisi b.d gangguan keseimbangan
insulin, makanan, dan aktifitas fisik
 Kurang pengetahuan tentang informasi

perawatan mandiri diabetes


 Potensial ketidakmampuan melakukan
perawatan mandiri b.d gangguan fisik
 Ansietas b.d hilang kendali,perasaan takut
terhadap ketidakmampuan menangani diabetes
Masalah kolaborasi :
 Komplikasi potensial mencakup ;

- Kelebihan muatan cairan, edema


pulmoner, gagal jantung kongestif
- Hipokalemia
- Hiperglikemia dan ketoasidosis
- Hipoglikemia
- Edema serebri
Perencanaan dan
Implementasi
 Tujuan : mencakup upaya mencapai
keseimbangan cairan serta elektrolit,
mengendalikan kadar glukosa darah yang
optimal, meningkatkan kembali berat badan,
kemampuan uantuk melakukan keterampilan
dasar untuk bertahan dengan diabetes, dapat
melakukan aktifitas fisik, mengurangi
kecemasan dan menghilangkan komplikasi
Intervensi Keperawatan :
 Mempertahankan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
 Memperbaiki Asupan Nutrisi

 Mengurangi Kecemasan

 Memperbaiki Perawatan Mandiri

 Pendidikan pasien dan Perawatan di rumah

Evaluasi : disesuaikan dengan intervensi yang


dilakukan
KRISIS TIROID
Adalah suatu keadaan akut , yang
mengancam jiwa, yang ditandai adanya
hipermetabolisme yang disebabkan
adanya produksi hormone tiroid yang
sangat berlebihan pada individu dengan
tirotoksikosis.
 Faktor resiko dan penyebab
terjadinya Krisis Tiroid
 Krisis tiroid dicetuskan oleh beberapa
factor pada penderita dengan
tirotoksikosis:
Sepsis
Pembedahan
Induksi anestesi
Terapi yodium Radioactive (RAI)
Obat-obatan (obat-obat anticholinergic dan
adrenergic seperti; pseudoephedrine;
salicylates; nonsteroidal anti-inflammatory
drugs [NSAIDs]; chemotherapy)
Pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan
Putus obat atau tidak teratur minum obat
antitiroid
Ketoasidosis diabetikum
Trauma langsung pada kelenjar tiroid
Palpasi yang terlalu kuat pada kelenjar tiroid
Toxemia gravidarum dan melahirkan diusia
tua, kehamilan mola.
 yang dapat menyebabkan krisis tiroid
adalah:
Transplacental passage of maternal thyroid-
stimulating immunoglobulins in neonates
McCune-Albright syndrome with autonomous
thyroid function
Hyperfunctioning thyroid nodule
Hyperfunctioning multinodular goiter
Thyroid-stimulating hormone (TSH)–
secreting tumor
 penyakit autoimun lain yang dapat
menimbulkan krisis tiroid, seperti;
Juvenile rheumatoid arthritis
Addison disease
Type I diabetes
Myasthenia gravis
Chronic lymphocytic (Hashimoto) thyroiditis
Systemic lupus erythematosus
Chronic active hepatitis
Nephrotic syndrome
Gejala dan Tanda Klinis
 Gejala umum
Panas
Keringat yang berlebihan
Tidak nafsu makan dan penurunan berat
badan
Respiratory distress
Fatigue ( sering terjadi pada usia lanjut)
 Gejala Gastrointestinal
Mual dan muntah
Diare
Sakit perut
Jaundice
 Gejala Neurologi
Anxiety (more common in older adolescents)
Perubahan tingkah laku
Pusing, coma
 Pemeriksaan Fisik
 Panas
Suhu tubuh selalu lebih dari 38.5°C.
Pasien cenderung terjadi hyperpyrexia.
Suhu tubuh seringkali lebih dari 41°C.
 Keringat yang berlebihan
 Gajala-gejala kardiovaskuler
Hipertensi dengan tekanan nadi yang lebar
Hipotensi pada shock stadium lanjut.
Takikardia yang tidak proporsional dengan
peningkatan suhu tubuh
Gagal jantung
Aritmia Jantung ( yang tersering
Supraventricular arrhythmias, [seperti,
atrial flutter dan fibrillation], tetapi
ventricular tachycardia juga sering terjadi)
 Gajala Neurologi
Agitation and confusion
Hyperreflexia and transient pyramidal signs
Tremors, seizures
Coma
 Gejala-gejala Tirotoksikoisis
Orbital signs
Goiter
 Pemeriksaan Laboratorium
 Diagnosis krisis tiorid ditegakkan berdasarkan
tanda klinis, bukan pada hasil tes
laboratorium.Jika gambaran klinis pasien
sangat sesuai dengan krisis tiroid, jangan
sampai terlambat memberikan terapi,
sementara menunggu konfirmasi
laboratorium terhadap tirotoksikosis.
 Thyroid studies
Hasil tiroid studi biasanya menunjukkan
hipertiroidisme dan hanya digunakan pada
pasien-pasien yang sebelumnya belum
didiagnosis adanya hipertiroid.
Peningkatan kadar triiodothyronine (T3),
thyroxine (T4) and free T4 levels;
bertambahnya T3 resin uptake;
penekanan kadar TSH; and dan
peningkatan 24-hour iodine uptake.
Kadar TSH tidak tertekan pada
beberapa sekresi TSH yang mendadak.
 Chest radiography
Chest radiography menunjukkan adanya
pemebesaran jantung yang disebabkan
gagal jantung kongestif.
Radiography juga dapat dijumpai adanya
edema pulmonal yang disebabkan oleh
gagal jantung dan/ atau adanya infeksi
pulmonal.
CT kepala mungkin diperlukan untuk
menghindari adanya gangguan neurologi
jika diagnosis belum dapat dipastikan
setelah pertolongan stabililisasi inisiasi
diberikan masih didapatkan adanya
gangguan status mental.
Elektrokardiogram digunakan untuk
memonitor adanya aritmia. Atrial
fibrilasi merupakan aritmia yang paling
sering berhubungan dengan krisis
tiroid. Aritmia lain seperti Atrial fluter
dan, yang jarang terjadi, ventricular
takikardi mungkin dapat terjadi
PERAWATAN DI ICU

 Segera berikan oksigen, pemasangan ventilator, dan cairan infuse.


Larutan dextrose dapat diberikan secara terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan metabolism yang tinggi. Koreksi gangguan
elektrolit.
 Atasi aritmia jantung.
 Kontrol hipertermia secara agresif dengan memberikan ice packs dan
selimut dingin dan berikan acetaminophen (15 mg/kg PO 4 x sehari).
 Berikan obat antiadrenergic (seperti, propranolol) untuk meminimalkan
gejala-gejala sympathomimetic.
 Koreksi status hipertiroid. Berikan obat-obat antithyroid untuk
menurunkan sintesis dari hormone tiroid. Berikan dosis tinggi
propylthiouracil (PTU), karena memiliki onset yang cepat dan
kapasitasnya untuk menghambat perubahan T4 ke T3 di perifer.
 Berikan komponen iodium (Lugol iodine or potassium iodide)
secara oral atau melalui nasogastrik tube untuk mencegah
pelepasan hormone tiroid (sekurang-kurangnya 1 jam setelah
obat antitiroid diberikan). Jika tersedia, berikan radiokontras
yang didiodinasi secara intravena seperti ipodate dan iopanoate
akan sangat efektif mengatasi keadaan ini. Preparat ini sangat
penting dan efektip untuk mencegah perubahan T4 menjadi T3
di perifer.
 Pemberian glucocorticoids untuk mencegah perubahan T4 ke T3
di perifer. Hal ini juga untuk mencegah insufisiensi adrenal yang
disebabkan oleh hipertiroidisme.
 Atasi kondisi yang mendasari, jika ada,
yang menjadi pencetus krisis tiroid dan
atasi komorbid seperti ketoasidosis
diabetikum dan insufisisensi adrenal.
Atasi infeksi dengan antibiotika.
 Meskipun jarang, untuk menyelamatkan
jiwa dapat dilakukan plasmapheresis
untuk mengatasi krisis tiroid pada orang
dewasa.

Anda mungkin juga menyukai