1
HIPOGLIKEMIA PADA DM DAN NON DM
DEFINISI :
Kadar gula darah < 60 mg%
GEJALA :
Fase 1
Fase 2
Fase 3
Penyebab Hipoglikemia
1 . Hipoglikemia pada DM :
- akibat penggunaan insulin ataupun sulfonilurea
- bayi yang lahir dari ibu yang mendapat terapi DM-nya
- pada DM stadium awal
2 . Hipoglikemia pada non-DM :
- keadaan kritis pada kegagalan hati, jantung, ginjal, sepsis,
kelaparan yang berkepanjangan
- penggunaan obat alkohol, salisilat, sulfonamide, quinine
- hiperinsulinemia endogen, tumor non- sel pankreas
- hiperinsulinemia aliment er post gastrectomi
DIAGNOSIS HIPOGLI KEMIA ( Berdasar Trias Whipple )
1 . Adanya gejala - gejala hipoglikemia
2 . Kadar gula darah yang kurang dari 60 mg%
3. Gejala menghilang bila kadar gula darah dinormalkan
2
KETOASIDOSIS DIABETIK
Gambaran Klinik
A. Gejala
1. Polidipsi, poliuria dan kelemahan
2. Anoreksia, mual-mual, muntah, nyeri perut
+
3. Ileus (sekunder akibat hilangnya K karena diuretis osmotik)
4. Pernapas an Kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) sebagai
kompens asi asidosis metabolik
4
B. Pemeriksaan Fisik
1. Hipot ermia sering dit emukan pada KA D. Adanya panas merupakan tanda adanya infeksi.
2. Hiperkapnia atau pernapasan Kussmaul, berkaitan dengan berat nya asidosis.
3. Takhicardia sering ditemukan, namun tekanan darah masih normal
kecuali terjadi dehidrasi berat.
4. Nafas berbau buah.
5. Turgor kulit menurun, tergantung beratnya dehidrasi.
6. Hiporefleksi (akibat hipokalemi).
7. Pada KAD berat dapat koma.
8. Tanda lain sesuai penyakit / faktor pencet usnya.
C. Laboratorium
1. Glukosa diatas 300 mg/dl.
2. Keton
Tiga benda k eton utama : betahidroksibutirat, asetoasetat dan
aseton. Kadar keton total melebihi 3 mM/L dan dapat meningkat sampai 30 mM/L (N : 0,15 mM/L)
3. Asidosis
Asidosis metabolik ditandai kadar bikarbonat garam dibawah
15 mMq/L dan pH arteri dibawah 7,3.
4. Elektrolit
+
K , Na dapat rendah, normal atau tinggi
5. Lain - lain
- BUN sekitar 20 - 30 mg/dl cermin hilangnya volume
- AL : leukositosis 15.000 - 20.000
- Amilase meningkat
Pengelolaan
Sasaran pengobatan KAD
1.
2.
3.
4.
FASE I
BATAS
FASE II
3
KOMA HIPEROSMOLER NON KETOTIK ( KOMA HONK )
Diagnosi s
A. Klinik
- Poliuria, polidipsia, berat badan menurun, kelemahan dan
perubahan kesadaran dalam beberapa hari sampai minggu
- Dehidrasi, hipotensi, sampai syok
- Pada 5% penderita gejala neurologis berupa kejang - kejang
- Tanpa hiperventilasi dan tanpa bau Aseton
B. Laboratorium
- Gula darah meningk at > 600 g% dapat sampai 2.000 g%
- Osmolaritas serum tinggi diatas 350 mEq/L dapat dihitung dari
rumus :
Osm = 2 (Na + K) +
pH normal
Benda keton tidak meninggi
+
Defisit K setelah diterpi dengan insulin dan cairan
Glukosuria tetapi tidak ketonuria
Pengobatan
Sasaran pengobatan pada Koma HONK ada 3 tingkatan (lihat tabel).
Tabel sasaran pengobatan :
1. Pengobat an awal jam 0-12
- Memperbaiki volume
2. Tingkat kedua ( jam 12-24 )
- Pengobat an terhadap penyakit pencetus
- Memperbaiki tonisitas menjadi normal
- Koreksi keseimbangan asam basa
3. Tingkat ketiga ( hari ke 2-14)
++
- Penambahan air, elektrolit, Mg , PO4
Tabel 3. 1 protokol Koma HONK
SEGERA
Cairan :
1. NaCl 0,9% 1 L/jam
2. Ganti defisit Na 4-6 jam (500
mgEq)
3. Pantau elektrolit setiap jam
Kalium :
1. Jika K+ serum tinggi mulai KCl
20 mEq/jam setelah produksi
urine jalas.
2. Jika K+ serum normal atau
rendah, segera berikan KCl
20 mEq/jam, kurangi 50% jika
oliguri.
3. Periksa K+ setiap jam
Insulin :
Pemberian reguler dosis rendah
4-8
unit/jam
sampai
kadar
glukose 250 mg/dL. Monitor
glukose tiap jam.
Antibiotika :
Dosis tinggi
SELANJUTNYA
4. Jika tekanan darah stabil produksi
urine adequat ganti NaCl 0,45% 250500 ml/jam
5. Jika glukosa serum 250 m g/dL
tambah glukose 5% kecairan iv
6. Ganti defisit air selama 12-24 jam
( 5-10L)
1. Sesuaikan dosis KCl dengan terial K +
serum
4
TIROTOKSIKOSIS
PENGERTI AN
Suatu k eadaan di mana didapatk an kelebihan hormon t iroid.
Berhubungan dengan s uatu k ompleks fisiologis dan biokimiawi y ang
dit emukan bila suat u jaringan memberik an hormon tiroid berlebihan.
Tirot oksikos is dibagi dalam 2 k ategori:
1. Kelainan y ang berhubungan dengan hipertiroidis me
2. Kelainan y ang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme
Hiperti roidi sme
= tirotoksik osis s ebagai akibat dari produksi tiroid.
= akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Etiologi tersering dari
tirotoksik osis ialah hipertiroidis me karena peny akit Graves, struma
multinodos a t oksik (Plummer), dan adenoma t oksik. P eny ebab
lain ialah tiroiditis, penyak it trofoblastik, pemak aian yodium
berlebihan, obat hormon tiroid, dll.
Kri si s tiroid
Suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat dan
mengancam jiwa. Umumnya timbul pada pasien dengan das ar peny akit
Graves atau struma m ultinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor
pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia,
131
partus, stres emosi, penghentian obat antitiroid, terapi I , ketoasidosis
diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi
tiroid terlalu kuat.
DI AGNOSIS
Geiala dan tanda Tirotoksi kosi s: hiperaktivit as, palpit asi, berat
badan turun, nafs u mak an meningk at, tidak t ahan panas, bany ak
keringat, mudah lelah, sering buang air bes ar, oligomenore / amenore
dan libido t urun, takik ardia, fibrilas i atrial, tremor halus, refleks
meningk at, k ulit hangat dan basah, rambut ront ok, bruit.
10
TERAP I
Tata laksana Penyakit Grave s:
Obat Anti tiroid
Propiltiourasil (P TU) dosis awal 300-600 mg / hari, dosis
maksimal 2. 000 m g/hari.
Metimazol dosis awal 20-30 mg / hari.
Indikasi :
- Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang
remisi pada pasien muda dengan struma ringan - sedang
dan tirotoksikosis
- Unt uk mengendalikan tirotoksikosis pada fase s ebelum
pengobatan at au ses udah pengobatan yodium radioaktif
- Persiapan tiroidekt omi
- Pasien hamil, lanjut usia
- Krisis tiroid
Penyekat adrenergik :
Pada awal terapi diberik an, sement ara menunggu pasien menjadi
eutiroid setelah 6 -12 minggu pemberian antitiroid. Propanolol dosis
40 -200 mg dalam 4 dosis.
Pada awal pengobatan, pasien kontrol s etelah 4-6 minggu. Set elah
eutiroid, pemantauan setiap 3 -6 bulan sekali: memantau gejala dan
tanda klinis, serta lab. FT4/ T4,/ T3 dan TS Hs. Setelah tercapai eutiroid,
obat antitiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil y ang
masih memberik an k eadaan eut iroid s elama 12 -24 bulan.
K emudian pengobat an dihent ik an, dan dinilai apak ah t erjadi remis i.
Dik at ak an remis i apabila s et elah 1 t ahun obat antitiroid di hent ik an,
11
pas ien masih dalam k eadaan eut iroid, walaupun k emudian hari
dapat tet ap eut iroid at au t erjadi relaps .
Ti nda ka n beda h
I ndi ka si :
P asien us ia muda dengan st ruma bes ar dan t idak res pons
dengan ant itiroid.
W anit a hamil t rimest er k edua y ang memerluk an obat dos is
t inggi.
A Iergi t erhadap obat antitiroid, dan tidak dapat menerima
y odium radioakt if.
A denoma t ok sik , st ruma mult inodos a t ok sik .
Graves y ang berhubungan dengan s at u at au lebih nodul
Ra di oabla si
i ndi ka si :
P asien berus ia > 35 t ahun
Hipertiroidis me y ang k ambuh set elah dioperasi
Gagal menc apai remis i s et elah pemberian obat ant it iroid
Tidak mampu at au t idak mau t erapi obat ant it iroid
A denoma t ok sik , st ruma mult inodos a t ok sik
Ta ta la ksa na Kri si s ti roid : (t erapi s egera mulai bila dic urigai k ris is
t iroid)
1. P erawat an s uport if :
- K ompres dingin, antipiretik (as et aminofen) .
- Memperbaiki gangguan kes eimbangan c airan dan
elekt rolit: infus Dext ros e 5% dan NaCI 0, 9 %.
- Mengat asi gagal jant ung: O2 , diuret ik, digit alis.
2. A nt agonis aktivit as hormon tiroid:
- B lok ade produks i hormon t iroid: P TU dos is 300 mg tiap 4 6 jam P O. A lt ernatif: Met imaz ol 20 -30 mg tiap 4 jam
P O.P ada k eadaan s angat berat: dapat per NGT, P TU 600
-1. 000 mg at au met imaz ol 60 -100 mg.
- B lok ade ek sk resi hormon t iroid:S olutio Lugol (s at urat ed
s olution of pot ass ium iodida) 8 t et es tiap 6 jam.
- P enyek at : P ropanolol 60 mg tiap 6 jam P O, dosis
dis es uaik an res pons (t arget: frek uens i jant ung < 90
x/ menit ).
12
KOMPLI KASI
-
13
5
SEPSIS
DERAJAT S EPSIS:
1. SIRS, ditandai dengan 2 gejala sbb:
0
0
a. Hyperthermi / Hypothermi (> 38,3 C / < 35,6 C )
b. Tachypneu ( respirasi > 20 x/ mnt )
c. Tachycardi ( pulse > 100 x/ mnt )
d. Leukocytosis >12.000 sel/mm atau
Leukopenia < 4.000 sel/mm
e. 10% > cell imature
2. SEPSIS
Infeksi disertai SIRS
3. SEPSIS BERAT
Sepsis yang disertai MODS/MOF, Hipotensi, oligouri
anuri.
bahkan
14
B. MEDIKAMENTOSA
I. RESUSITASI CAIRAN
- Perubahan hemodinamika sepsis.
- Permeabilitas kapiler .
- Cairan keluar ruang interstital.
- Cairan int ravaskular berkurang.
- Dilatasi pembuluh darah resistensi .
- Tekanan darah menurun syok.
- Restorasi volume intravaskuler.
- Pada sepsis berat (severe sepsis)
infus kristaloid : koloid = infus NaCl 0,9% : HAES steril = 3 : 1,
tetesan infus 20 x/menit.
- Jika pasien terjadi sepsis dengan hipot ensi, pemberian
resusitasi cairan pada pasien tanpa gangguan fungsi ginjal,
oedema pulmonum dapat diberikan cairan kristaloid 1.0002.000 cc dengan 300-500 cc koloid habis dalam 1 jam. E valuasi
tanda vital dan tanda-tanda overhidrasi cairan.
- sepsis dengan hipotensi disertai gangguan fungsi ginjal dan
oedema pulmo diberikan WCT (water challenge test )100 cc
kristaloid.
Jika tidak berespon pasien masuk dalam syok sepsis.
Target resusitasi cairan respon baik :
a. CVP 8-12 mm Hg
b. MAP > 65 mm Hg
c. Urine out put > 0,5 cc/kgBB per hari
15
b. bila telah ada hasil kultur darah, antibiotik dises uaikan hasil
kultur.
c. E valuasi pemberian antibiotik 7-10 hari.
d. Hentikan pemakaian antibiotika jika terbukti penyebab sepsis
bukan infeksi.
III. KORTIKOSTEROID
a. Injeksi hidrokortison 300 mg/hr atau met hylprednisolon
20 mg/8 jam atau 1-1,2 mg/kgBB/hari, bila tidak ada gunakan
dexamet hazone 1 ampul/8 jam.
b. Bila sepsis mengalami perbaikan, kortikosteroid diberikan
dengan tappering off.
IV. PROFILAKSIS STRES ULCER
Gunakan H2 blocker atau proton pump inhibit or; injeksi
ranitidin 150 mg/12 jam, omeprazole 2 x 20 mg.
V. TRANSFUSI DARAH
a. Berikan s el darah merah (P RC) bila Hb < 7 g/dl untuk mencapai
target Hb 7,0-9,0 g/dl. Kadar Hb lebih tinggi diperlukan pada
keadaan iskemik myocard, hipoksemia berat, perdarahan akut,
penyakit jantung sianotik atau asidosis laktat.
b. Berikan trombosit :
bila hitung trombosit < 5.000 sel/mm tanpa perdarahan.
bila hitung trombosit 5.000 30.000 sel/mm dengan
resiko perdarahan nyata.
50.000 sel/mm untuk pembedahan dan tindak an invasif.
c. Jangan gunakan: eritropoetin unt uk terapi anemia pada s epsis
dan Fresh Frosen Plasma (FFP) bila tidak ada perdarahan dan
tindakan invasif.
VI. PENGENDALIAN GULA DARAH
a. Target pengendalian gula darah pada sepsis 80-110 mg/dl.
b. Gunakan insulin intra vena dengan bolus i. v insulin 0,15
IU/kgBB dan gunakan 50 IU insulin dalam 50 cc NS kecepatan
0,1 IU /jam atau dises uaikan sliding scale gula darah jika GDS
< 200 sebagai berikut;
0 -110
0 (syringe pump dimatikan)
110 150
0,5 cc/jam
16
151 200
1 cc/jam
201- 250
2 cc/jam
251-300
3 cc/jam
301-350
4 cc/jam
Dst
c. Pantau gula darah tiap 2 jam atau tiap 4 jam jika GDS stabil
< 200.
VII. Nutri si Enteral IMUNO NUTRISI
a. Imunonutrisi :
- omega 3.
- L. arginin.
- Nukleutida.
- Asam folat, B12, dan Vit E.
b. respons imun.
c. perfusi splanikus.
17
6
SYOK SEPSIS
18
0.05-2 g/kg/menit
2-10
g/kg/menit
2+
2+
2+
-/0/+
2+
2+
7
SYOK ANAFILAKTIK
P ENGERTI AN
K eadaan gawat darurat y ang dit andai dengan (hipotensi)
penurunan t ekanan darah sist olik < 90 mmHg ak ibat res pon hipersensit ivit as tipe I (adany a reaksi ant igen dengan antibodi Ig E).
DI AGNOSI S
Hipot ensi, takik ardia, ak ral dingin, oli guria y ang dapat disert ai
gejala klinis lain berupa :
a. Reaksi s istemik ringan : rasa geli/ gat al s erta hangat, ras a penuh
di mulut dan t enggorok an, hidung t ersumbat dan terjadi edema
di sekit ar mata, k ulit gat al, mat a berair, bersin-bersin, ons et
biasany a 2 jam s et elah paparan ant igen.
b. Reaksi sist emik sedang : seperti reaksi sist emik ringan,
dit ambah s pas me bronk us dan at au edema saluran napas,
sesak, batuk, mengi, angioedema, urtik aria meny elu ruh, mual,
muntah, gatal, badan terasa hangat, gelis ah, ons et s eperti
reaksi anafilaktik ringan.
c. Reaksi s istemik berat : terjadi mendadak, seperti reaksi sist emik
ringan dan s edang yang bert ambah berat. Spasme bronkus,
edema laring, s uara serak, stridor, s esak napas, sianosis, henti
napas. Edema dan hipermotilitas s aluran cerna s ehingga s akit
menelan, k ejang perut, diare dan muntah. K ejang ut erus, k ejang
umum. Gangguan kardiovask uler, aritmia jantung, koma.
DI AGNOSI S BANDI NG
Renjat an kardiogenik, Renjatan hipovolemik
P EMERI KS AAN P ENUNJANG
Darah rutin, ureum, k reatinin, elekt rolit, analisis gas darah, E KG
19
TERAP I
A. Untuk renjatan :
1. Adrenalin larutan 1 : 1000, sebesar 0,3 - 0,5 ml subkutan / int ramuskular pada lengan atas atau paha. Bila renjatan anafil aksis
disebabkan sengatan serangga berikan suntikan adrenalin kedua
0,1-0, 3 ml pada tempat sengat an kecuali bila sengatan di k epala,
leher, tangan dan kaki. Dapat dilanjutkan dengan infus adrenalin 1
ml (1 mg) dalam dekstrosa 5% 250 cc dimulai dengan kecepatan 1
g/menit dapat ditingkatkan sampai 4 g/menit sesuai keadaan
tekanan darah. Hati-hati pada orang tua dengan kelainan jant ung
atau gangguan kardiovaskular lainnya.
2. Pasang tourniqet proksimal dari s unt ikan at au sengat an
serangga, dilonggark an 1-2 menit s etiap 10 menit.
3. O2 bila ses ak, mengi, s ianosis 3-5 L/menit dengan sungkup atau
kanuf nas al.
4. Antihist amin intravena, int ramusk ular at au oral.
Rawat ICU bila dengan tindak an diat as tidak membaik,
dilanjutk an dengan terapi :
1. IV FD Dekstros a 5% dalam 0,45% NaCI 2-3 L/m2
permuk aan t ubuh.
2. Dopamin 0, 3-1, 2 mg/kgBB/ jam bila t ek anan darah tidak
membaik.
3. Kortikost eroid 7-10 mg hidrok ortis on/k gBB intreavena
dilanjutk an 5mg/kgBB t iap 6 jam, y ang dihentik an set elah
72 jam.
B. Bila di se rtai spa sme bronku s maka dapa t dibe rikan :
1. Agonis Inhalasi beta-2.
2. Jik a spasme bronkus menetap A minofilin 4-6 mg/kg B B
dilarutk an dalam NaCl 0, 9% 10 ml diberik an perlahan-lahan
dalam 20 menit, bila perlu dilanjutk an dengan infus aminofilin
0,2-1,2 mg/k gBB/ jam.
C. Bila di se rtai edema hebat saluran napa s ata s :
Intubasi dan t rak eostomi
D. Pemantauan paling sedi ki t 24 jam
20
KOMPLI KASI
Renjat an irevers ibel, Mult i organ failure
PROGNOSIS
Tergant ung organ y ang t erlibat dan berat nya gejala
21
8
DEMAM BERDARAH DENGUE
PENGERTI AN
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditulark an melalui gigitan ny amuk Aedes aegypty clan Aedes albopictus
serta memenuhi kriteria W HO unt uk demam berdarah dengue (DB D)
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini:
2
- Uj i torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm ).
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat
lain.
- Hematemesis atau melena
3
Trombositopenia(<100.000 sel/mm )
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leak age:
- Hematokrit meningk at 20% dibanding hematokrit rata-rata pada
usia, jenis kelamin, dan populasi yang sama.
- Hematokrit turun hingga >20% dari hematok rit awal, setelah
pemberian cairan.
- Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia.
Derajat
I
II
III
:
:
IV
22
DIAGNOSIS BANDING
Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia
PEMERI KSAAN PENUNJANG
Hb, Ht, lekosit, trombosit, serologi deng ue
TERAPI
1.
2.
KOMPLI KASI
Renjatan, perdarahan, KID
23
9
HEMATEMESIS MELENA
PENGERTI AN
Hematemesis adalah munt ah darah berwarna hitam seperti ter
,
yang beras al dari s aluran cerna bagian atas. Melena yaitu buang air
besar berwarna hitam seperti ter yang berasal dari saluran cerna
bagian at as. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah
saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treits, mulai dari jejunum
proksimal, duodenum, gaster dan esophagus.
TERAPI
a. Nonfarmakologis : tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang
NGT.
b. Farmakologis :
- Trans fusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb).
Pada kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10 gr %, pada
kasus non varises trans fusi sampai dengan Hb 12 gr %.
- Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma
(misalnya dekstran / hemac el) atau NaC10,9% atau RL.
- Untuk penyebab non varises :
1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa
proton.
2. Sitoprotektor : S ukralfat 3-4 x 1 gram atau Teprenon 3x1
tab.
3. Suprafat.
4. Injeksi vitamin K untuk pasien dengan peny akit hati k ronis
atau sirosis hati.
- Unt uk penyebab varises :
Somatostatin bolus 250 g + drip 250 g/jam int ravena
atau oc reotide (sandostatin) 0,1 mg/ 2 jam. P emberian diberikan
sampai perdarahan berhenti atau bila mampu dit eruskan 3 hari
setelah sklerot erapi/ligasi varis es esofagus.
24
KOMPLI KASI
S y ok hipovolemik, as pirasi pneumonia, gagal ginjal ak ut,
s indrom hepat orenal, k oma hepat ik um, anemia k arena perdarahan.
25
10
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
PENGERTI AN
Penyakit autoimun yang ditandai produksi antibodi terhadap
komponen-komponen inti sel yang mengakibatkan manifest asi klinis
yang luas.
DI AGNOSIS
Kriteria Diagnosis A CR 1982. Diagnosis ditegakkan bila didapatkan
4 dari 11 krit eria di bawah ini:
1. Ruam malar.
2. Ruam diskoid.
3. Fotosensitivitas.
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring.
5. Artritis.
6. Serositis (pleuritis atau perikarditis).
7. Kelainan ginjal (proteinuri >0,5 g/hari, atau silinder sel).
8. Kelainan neurologi, kejang-kejang atau psikosis.
9. Kelainan hematologi, anemia hemolitik, atau lekopenia, atau
limfopenia, atau trombopenia.
10. Kelainan imunologik, sel LE positif atau anti DNA positif, atau anti
Sm positif, tes serologis unt uk sifilis positif palsu.
11. Antibodi antinuklear (A NA) positif.
DI AGNOSIS BANDI NG
Mixed connective tissue disease, sindrom vaskulitis
PEMERI KS AAN P ENUNJANG
- LED, CRP
- C3 dan C4
- ANA, ENA (anti ds DNA dsb)
- Coomb test, bila ada A IHA
- Biopsi kulit
26
TERAPI
Penyuluhan
Prot eksi terhadap sinar mat ahari, sinar ultraviolet, dan sinar
fluores ein.
Pada manifestasi non-organ vital (k ulit, sendi, fatigue) dapat
diberik an klorokuin 4 mg/kgBB/hari.
Bila mengenai organ vital, berikan prednis on 1-1, 5
mg/kgBB/hari selama 6 minggu, kemudian tappering off.
Bila terdapat peradangan t erbat as pada 1-2 sendi, dapat
diberik an injeksi steroid int raartikular.
Pada kas us berat atau menganc am nyawa dapat diberikan
metilprednison 1 gr/hari IV selama 3 hari berturut -turut, lalu
prednison 40-60 mg/hari per oral.
Bila pemberian gluk okortik oid selama 4 minggu t idak
memuaskan, maka dimulai pemberian imunosupres if lain,
misalny a sik lofos famid 500-1.000 mg/ml s ebulan s ekali
selama 6 bulan, k emudian tiap 3 bulan s ampai 2 tahun.
lmunosupres an lain yang dapat diberik an adalah az atioprin,
siklos porin-A
KOMPLI KASI
Anemia hemolitik, trombosis, lupus s erebral, nefritis lupus, infeksi
sekunder, osteonek rosis.
27
11
KEDARURATAN HIPERTENSI (HYPERTENSIVE CRISES)
PEMBAGIAN :
A. Gawat Darurat Hipertensi ( Hypertensive Emergency )
B. Gawat Hipertensi ( Hypertensive Urgency )
A. Gawat Darurat Hipertensi (Hipertensive Emergency)
28
1.
Definisi :
Suatu keadaan klinis dimana kenaikan tekanan darah tinggi
berakibat kerusakan target organ sehingga harus diturunkan
paling lambat 2 jam, maksimal 25 %.
2.
3.
2.
Definisi
Hipertensi berat yang harus dik endalikan dalam
24 jam karena potensial terjadi komplikasi.
waktu
29
30
12
PENANGANAN PENDERITA GAGAL GINJAL MENDADAK
A. Tujuan
Sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan diagnosis dan terapi
Gagal Ginjal Mendadak.
B. Uraian Umum
Definisi:
Penurunan
fungsi
ginjal yang berlangsung mendadak
ditandai dengan penurunan produksi urine secara mendadak.
Kriteria:
- Adanya riwayat kehilangan cairan int ravaskuler (munt ah,
berak, pemberian deuritik berlebihan).
- Berkurangnya curah jantung (syok kardiogenik, gagal jantung
kongestif, tamponade perikardial, emboli paru).
- Vasodilatasi sistemik (syok anafilaksis, obat anti hipertensi,
sepsis)
- Vasokonstriksi sistemik/renalis (anaestesia, pembedahan,
dopamin dosis tinggi, hepatorenal sindrom)
C. Prosedur
Anamnessis :
- Penurunan volume urine mendadak.
- Rasa mual / muntah.
- Riwayat muntah / berak.
- Pemakaian anti hipertensi dosis tinggi.
- Riwayat anaesthesia.
- Riwayat pembedahan.
Pemerik saan Fisik :
- Penurunan Berat Badan mendadak.
- Oliguria.
- Hipot ensi orthostatic.
- Takikardia.
31
32
Penatalaksanaan :
a. Konservatif :
a) Balance cairan.
b) Diet Rendah Kalium.
c) Kalori Cukup 2. 000 3.000 kal / hari.
d) Karbohidrat > 200 gr / hari.
e) Protein 0, 3-0, 5 gr/kgBB/hari.
f) Menghindari / mengatasi infeksi.
g) Furos emid Dosis Tinggi 200 2.000 mg/hari.
h) Mengatasi Hipertensi.
i) Mengatasi Gagal Jantung.
j) Mengatasi Kejang Uremik.
b. Technical Treatment :
a) Hemodialisis.
b) Peritoneal Dialisis
c. Konsultasi : Nephrologist bila terapi konservatif gagal
d. Perawatan di Rumah Sakit : Rawat Inap.
Tenaga Standar : - Dokter Umum
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Lama Perawatan di Rumah Sakit :
- Sampai diuresis baik
- Semua komplikasi hilang
- Kadar ureum / creatinine mendekati normal
Penyembuhan total paling paling lama 6 bulan
e. Pencegahan :
- mengatasi dehidrasi secepatnya.
- mengatasi / mengganti pendarahan.
- mengatasi sepsis.
- memonit or pemberian anti hipertensi.
- pemberian Diuretik yang tepat.
33
13
PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA
A. Tujuan
Memperbaiki keseimbangan asam basa dan kadar K alium serum
dalam waktu 24 - 72 jam.
B. Uraian Umum
a. Kadar kalium dalam sel (150 - 160 mEq/L) jauh lebih tinggi dari
didalam serum (3,5 - 5, 5).
b. Pada hiperkalemia sel menjadi sangat peka terhadap rangsangan.
c. Hiperkalemia sering ditemukan dalam klinis terutama pada
penderita gagal ginjal.
d. Pseudohiperkalemia dapat terjadi pada penderita leukositosis dan
trombositosis berat, lisis sel.
C. Prosedur diagnosi s
1. Gejala klinis:
Kelemahan otot
Kolaps
Paralisis
2. Tanda klinis:
Kelemahan otot
Nadi tak teratur
Ileus
Takikardi ventrik uler, henti jantung
3. Laboratorium:
Pengukuran kadar Kalium plasma secepatny a dengan hasil
lebih 5,5 mE q/L
Uji fungsi ginjal
Analisa gas darah
Kadar kalium dalam urin, pH urin
4. Pemeriksaan Penunjang
EKG: gelombang T tinggi, diikuti peleburan QRS kompleks,
pemanjangan interval PR, hilangnya gelombang P, dan QRS
menyatu dengan T (sine-wave)
34
D. Penatalaksanaan
HIPERKALEMI A
K < 6 mEq/L, terapi secara konservati f dengan Diet rendah
kalium, diuretik Furosemide 40-80 mg IV dengan atau tanpa sodium
polyt yrene sulfonate (kayexalate) yang dapat diberikan 20-40 g
dalam 100 ml larutan.
K 6 m Eq/L, diberikan Inj. Ca Gluconas 10 ml IV dalam 2-3
menit , bila dalam 5 menit tidak ada perbaikan EKG dapat diulang 10
menit lagi.
- Insulin : D40% 2 Flash + 10 Unit Insulin IV bolus pelan 10
menit atau dapat juga dalam syring pump dengan kecepatan
5 cc/menit selama 10 menit.
- Sodium bicarbonat/Bicnat/Meylon diberikan 50 mEq IV
selama 10 menit, bila ada Asidosis Metabolik disesuaikan
dengan keadaan asidosis metabolik yang ada.
- -agonist : diberikan Albuterol 10-20 mg dengan NaCl 0,9 %
4cc melalui nebulizer dalam waktu > 10 menit atau dengan
0,5 mg IV
- Potassium exchange resin : diberikan sodium polystyrene
sulfonate (Kayex alate) 30-60 g dalam 30 ml sorbitol dan
diminum atau 50 g dalam enema
- Diuretik : Furosemide 40 mg IV
- Hemodialisa
E. Komplikasi
Gangguan neuromuskuler (kelemahan, paralisis flaksid, distensi
abdomen, diare), bradikardi, fibrilasi ventrikuler, henti jantung.
F. Pencegahan
Diit rendah kalium (jangan diberi: buah pisang, jeruk, air kelapa,
coklat, kopi instan, kacang-kacangan).
35
14
PENATALAKSANAAN HIPOKALEMIA
A. Tujuan
Sebagai acuan menangani penderita dengan hipokalemia.
B. Uraian Umum
Difinisi: hipokalemia adalah terjadiny a kadar kalium dalam plasma
< 3,5 mEq/L.
Sering terjadi pada penderita alkalosis res piratorik, hipersekresi
insulin, atau terapi insulin pada penderit a Coma hiperglikemia.
Juga sering terjadi pada penderita dengan intake Kalium rendah,
kehilangan K melalui saluran pencernaan at au ginjal, sirosis hati,
sindroma nefrotik.
C. Kriteria diagnosi s
1.Gejala
Kelemahan otot dan kelelahan
Poliuria dan polidipsi
Berdebar-debar
2.Tanda
Hipot ensi postural
Ileus
Kelemahan otot
Aritmia jantung
3. Laboratorium
Kalium plasma < 3,5 mEq/L
Kadar K, Na,Cl dalam urin
Analisa gas darah
EKG
D. Penatalaksanaan Hipokalemi
- K : 2,6 3,5 Koreksi dengan Aspar K atau KSR 1 tab/ 6 jam.
- K : 2,5 Koreksi dengan KCI injeksi, diberikan intravena per
Drip.
- Koreksi : (4,5 X) x 0,4 x BB = ...... mEq/L
- Kecepatan koreksi : 10 mEq/jam, target K : 3,5 mEq/L.
36
F. Komplikasi
Kelemahan otot, lelah, kejang/kaku otot, konstipasi, ileus,
paralisis flaksid, hiporefleksi, tetani.
37
15
DEMAM NETROPENIA
Definisi
Netropeni: hitung netrofil <500 sel/L (segmen dan batang) atau
<1.000 sel/ L dengan prediksi penurunan s ampai 500 sel/ L
dalam dua hari.
Febris : t 38,3C sekali, atau
t 38C dua kali, bertahan selama paling tidak 1 jam atau diukur
dua kali dalam 12 jam
Kelompok ri siko
Risiko rendah : durasi netropeni 5 hari tanpa faktor risiko tinggi
Risiko sedang : durasi netropeni 6-9 hari
Risiko tinggi : durasi netropeni 10 hari
Diagnostik
Pemerik saan Fisik dan Penunjang:
- Perubahan kulit at au mukosa, tempat akses vena/ suntikan,
saluran napas atas dan bawah, traktus urogenital, regio abdomen
dan perianal (P emeriksaan pada tempat-t empat di atas harus
dilakukan setiap hari apabila dijumpai demam).
- Monitoring tekanan darah, nadi, dan frekwensi napas, x -foto thorak
dua posisi, pemeriksaan pencitraan lain yang mendukung seperti
CTScan atau MRI
Diagnostik Mik robiologik :
- Paling tidak dua sampel darah tepi vena untuk kultur (aerob/
anaerob)
- Kultur urin, kultur feses, swab luka, kultur cairan, material pungsi
Diagnostik Kimia-Klinik:
- Hb, lekosit, trombosit, diff.count, SGOT, SGP T, LDH, alkali
phospatase, -GT, bilirubin, Ureum, kreatinin, nat rium, kalium,
asam urat,
- Quicks test, PTT, CRP
38
b.
Resiko tinggi
Resiko rendah
Oral
Ciprofloxacin
+
Amoxicillin clavulanat
IV
Vancomicin tidak
dibutuhkan
Monoterapi
Dua obat
Cefepim
Ceftazidine
carbapenem
Aminoglik osida
+
Antipseudomonas
penicillin
Cefepim
Ceftazidine
carbapenem
Vancomicin
Vancomicin
+
Cefepim
Ceftazidine, atau
carbapenem
+/aminoglikosida
39
Lama
Lamaterapi
terapiantibiotik
antibiotik
Tidak
Tidakdemam
demamdlm
dlm3-5
3-5hrhr
3
ANC
ANC500/mm
500/mm3
selama
2
hr
selama 2 hr
berturut-turut
berturut-turut
Demam
Demampersisten
persisten
3
ANC
ANC<<500/mm
500/mm3
Antibiotik
Antibiotikdihentikan
dihentikan Resiko rendah
Resiko rendah
48
48jam
jamssd
ssdtdk
tdk
Klinik
demam
Klinikbaik
baik
demam++
3
ANC500/mm
ANC500/mm3
Hentikan
Hentikan5-7
5-7hrhr
bebas
bebasdemam
demam
Resiko
Resikotinggi
tinggi
-ANC<100/mm3
-ANC<100/mm3
-Mukositis
-Mukositis
-Klinis
-Klinistak
takstabil
stabil
Lanjutkan
Lanjutkan
antibiotik
antibiotik
3
ANC
ANC500/mm
500/mm3
3
ANC
ANC<500/mm
<500/mm3
Hentikan
Hentikan4-5
4-5hrhrssd
ssd
3
ANC
ANC>500/mm
>500/mm3
Pekajian
Pekajianulang
ulang
Lanjutkan
Lanjutkan
selama
selama22
minggu
minggu
Pekajian
Pekajianulang
ulang
Hentikan
Hentikanjkjkkondisi
kondisistabil
stabil
&tak
&takada
adainfeksi
infeksi
40
16
TROMBOSIS VENA DALAM
inhibitor
Patogenesi s
1. Perubahan dinding pembuluh darah.
2. Perubahan aliran darah.
3. Perubahan komposisi darah
Trias Virchow
Faktor ri siko :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Usia > 40 th
Keganasan
Kegemukan
Operasi > 30 menit, terut ama ortopedi
Varises vena
Riwayat DV T dan EP
Imobilisasi/ paralisis
Pil KB
Hormonal replacement terapi ( HRT )
Kehamilan dan nifas (pada kehamilan terjadi hiperkoagulasi,
stasis oleh karena penekanan vena cava inferior oleh ut erus,
hipotoni vena oleh karena kadar estrogen yang tinggi )
11. Antibodi antifosfolipid.
12. Genetik : defisiensi
inhibitor koagulasi alamiah seperti
antitrombin, protein C, protein S.
13. Kelainan dalam plasma yang disert ai risiko trombosis : hiperhomosisteinemia, peninggian kadar faktor koagulasi F II, F V III,
F IX, F XI.
41
Diagnosi s
Gambaran k linik DVT :
Nyeri daerah betis
Pembengkaan disertai pitting oedema
Pembengkaan hingga di bawah lutut untuk DV T distal, dan sampai
daerah pantat untuk DV T proksimal.
Rabaan kulit hangat
Dilatasi vena superfisial
Pada obstruksi berat kulit berwarna sianosis
Pemerik saan penunjang :
Compression ultrasonografi
D-dimer
Venografi
Pencegahan dengan obat.
Unfractionated heparin ( UH )
Low moleculer weight heparin ( LMWH )
Anti koagulan oral ( coumarin )
Fondaparinux (arixtra) senyawa
menghambat F Xa
sintetik,
yang
spesifik
42
Heparinisasi :
Bolus heparin 80 IU / kg BB iv
Maintenance 18 IU / Kg BB / Jam
monitor PTTK tiap 6 jam dalam 24 jam pertama
Bila PTTK :
< 1,5
x kontrol naik 250 IU / jam
1,5 2,5 x kontrol dosis tetap
> 2,5
x kontrol turun 250 IU / jam
Masukkan 1 vial ( 25.000 IU ) heparin dalam D5 % sampai 50 cc
Masukkan dalam siringe pump. ( 1 cc = 500 IU )
Atur dosis sesuai dengan kebut uhan.
43
17
KOAGULASI INTRAVASKULAR DISEMINATA
( DIC = Disseminated Intravaskular Coagulation )
PENYEBAB
Infeksi
Bakteri (meningicocemia, septikemia terutama infeksi gram
positip)
Virus (herpes, rubela, smalpox, hepatitis akut, CMV).
Parasit (protozoa, Kala azar, Tripanosomiasis).
Jamur (histoplasmosis, aspergilosis),
dll
Faktor Jaringan (Tissue Factors)
Terjadi kerusakan jaringan luas misalnya : Abroptio placenta,
emboli ketuban, Chrioamnionitis, IUFD, abortus Tm II, emboli
lemak, Combustio, trauma kepala, luka tembak, dll.
Gangguan Hematologi dan Keganasan
Anemia haemolitik, Hemolisis intravaskuler, PNH, Sickle cell
anemia, keganasan (Karsinoma : Prostat, pank reas, paru,
mammae, ovarium : leukemia akut)
Kerusakan Endotel
Aneurisma aorta, Haemolytic uremic syndrome (HUS ), GNA,
Rocky Mountain spotted fever, dll.
Prevalensi
Lebih kurang 1 per 1.000 penduduk barat, tertinggi pada sepsis,
bahkan pada syokseptik dapat 49 %.
Tanda klinis
- Tanda-tanda perdarahan spontan : Purpura, petekie, ekimosis,
perdarahan gusi.
44
45
4. Kadar anti trombin III. Kadar anti trombin III merupakan uji kunci
diagnosis dan monit oring terapi K ID. Aktivit as A T III menurun,
karena akibat komsumsi yang meningkat. Sensitivitas 91%,
spesifisitas 40%.
Beberapa perhimpunan yang berhubungan dengan KID
(Perhimpunan Dokter Care Indonesia, Indonesian Shock
Society, Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia, Unit
Kerja Koordinasi Pediatri Gawat Darurat - Ik atan Dokter Anak
Indonesia dan Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah
Indonesia) dalam pertemuannya di Semarang tanggal 24 - 25
Februari 2001, telah merek omendasikan : Kriteria sepsis,
Kriteria minimal diagnosis KID, Skor KID/DIC dan beberapa
rekomendasi tatalaksana K ID/ DIC pada sepsis.
KRITERIA SEPSIS
o
Infeksi dengan manifestasi SIRS ( dewasa ) : suhu > 38 C atau
o
<36 C, HR >90 x/menit, RR > 20 x/menit at au PaCO2 <32 mmHg, AL
3
3
> 12.000 sel/mm , atau < 4.000 sel/mm , batang >10%.
46
3.
SKOR :
a. Hitung Trombosit :
3
> 100.000 sel/mm
3
50.000 - 100.000 sel/mm
3
< 50.000 sel/mm
b.
:
:
:
0
1
2
:
:
:
c.
d.
Fibrinogen
< 100 mg/dl = 1,
0
2
3
TOTAL SKOR :
> 5 : sesuai KID/DIC : skor diulang setiap hari
< 5 : sugetif KID/ DIC : skor diualang dalam 1-2 hari
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoirum, maka KID dapat
dibedakan menjadi :
1. Dekompensasi
2. Terkompens asi
3. Kompensasi berlebih
DIAGNOSIS BANDING
- Fibriongenolisis atau fibrinolisis primer
- Penyakit hati berat
- Pseudo K ID
1.
2.
3.
4.
48
Terapi Suportif
- Memperbaiki dan menstabilkan hemodi namik, termasuk
tekanan darah
- Membebaskan jalan nafas
- Memperbaiki dan menstabilkan kes eimbangan asam basa dan
elektrolit
Pengobat an penyakit dasar / primer
Antikoagulan : obat ini dipakai dengan tujuan menghambat
pembentukan mikrotrombus dan mengaktivasi
faktor - faktor
koagulan tersebut dapat dipakai sebagaimana mestinya pada tempat
tempat yang dibutuhkan.
Antikoagulan yang sering digunak an : HEPA RIN, diberikan
secara bolus -IV, tiap 6 jam, dengan dosis awal : 5.000 unit. E valuasi
dilakukan dengan paramet er aPP T, dengan terget aPP T menjadi 2 2,5 kali kontrol normal, evaluasi dilakukan pada jam ke II dan IV
pasca bolus Heparin IV.
a. Bila pada jam ke II
aPPT <2x aPP T kontrol normal, maka dosis Heparin
berikutny a dinaikkan menjadi 7500 unit.
aPPT = 2-2.5 x aPP T kontrol normal, maka pada pemberian
Heparin berikutnya dosis sama.
aPPT >2x aPP T kontrol normal, maka dilakukan evaluasi
aPPT pada jam ke IV
b. Bila pada jam ke IV
aPPT < 2x aPP T kontrol normal, maka pada pemberian
Heparin berikutnya dosis dinaikkan menjadi 7. 500 unit.
aPPT >2x aPP T k ontrol normal, pemberian Heparin
berikutny a dosis dikurangi menjadi 2.500 unit.
Trans fusi darah untuk memulihkan komponen darah yang kurang
- Pock et red cell ( PRC )
- Thrombocyte consentrate ( TC )
- Fresh frozen plasma ( FFP)
18
PENANGANAN HEMATOLOGI UNTUK RUANG DARURAT
49
19
DEHIDRASI
DEFINISI
Berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik ), atau hilangnya air dan natrium
dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik) atau hilangnya natrium lebih
banyak dari banyaknya air (dehidrasi hipotonik ).
DIAGNOSIS
Riwayat asupan yang kurang atau kehilangan cairan yang berlebihan
melalui panas, keringat, takipnea, muntah, at au diare, jumlah urin sedikit
(< 30 cc/jam).
Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan kesadaran, hipot ensi dan
jumlah urin sedikit.
Rasio ureum/kreatinin <25, umumnya kadar nat rium plasma
>145 mMol/L, BJ urin dan Osmolalitas serum >290 mOsm/L.
DIAGNOSIS BANDING
PEMERI KSAAN PENUNJANG
Ureum, kreatinin, k adar Natrium plasma, osmolaritas serum, CVP,
BJ urin.
TERAPI
Cairan kristaloid secukupnya. Pemberian harus hati-hati untuk
mencegah kelebihan cairan dan hiponatremia.
Jumlah cairan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
- Defisit cairan : cairan tubuh total (TBW) yang diinginkan TBW
saat ini.
- TBW yang diinginkan :
Kadar Na
140
-
50
x TBW
KOMPLI KASI
Gagal ginjal, delirium
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
51
20
INSTABILITAS DAN JATUH
DEFINISI
Ketidakmampuan seseorang
untuk
mempertahankan gaya
antigravit asi tubuh pada dasar penyangga tubuh (kaki, saat berdiri).
DIAGNOSIS
Subyektif :
Adanya keluhan pasien perasaan seperti akan jatuh, dengan atau
tanpa dizziness, vertigo, peras aan bergoyang, rasa tidak percaya
diri untuk transfer.
Obyektif : terdapat faktor intrinsic dan ekstrinsik
Faktor intrinsic :
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan
proprioseptif, OA genu, gangguan met abolik
Faktor ekstrinsik :
lingkungan rumah, lantai, kamar mandi, pencahay aan
DIAGNOSIS BANDING : PEMERI KSAAN PENUNJANG
Darah rutin, urin rutin, kultur urin, GDS, ureum, kreatinin, elektrolit,
analisa gas darah, EKG, fot o thorak :
Pemeriksaan neurologist untuk mendeteksi CVA atau TIA.
Identifikasi faktor domisili/lingkungan
TERAPI
- Identifikasi faktor risiko intrinsic dan ekstrinsik
- Terapi selanjutnya tergantung faktor risiko yang ditemukan
- Koreksi gangguan penglihatan dan pendengaran
- Latihan sensititasi faal keseimbangan
- Antiagregasi trombosit : antikoagulan
- Atasi infeksi sistemik; atasi gagal jant ung dan infark miokard
- Atasi artrosis
52
53
21
DEMENSIA
DEFINISI
Sindroma yang ditandai dengan penurun an daya ingat disertai
gangguan kognitif yang berakibat hendaya aktifit as sehari -hari dan
mempengaruhi hubungan interpersonal dan hubungan sosial.
Demensia biasanya disertai dengan (behavioral and ps ychological
symptom of demensia), yang lazim : gangguan perilaku dan gangguan
kesadaran.
KLASIFI KASI
Demensia Alzheimer
Demensia vascular
DIAGNOSIS
Demensia Alzheimer :
gejala pelahan-lahan tetapi progresif.
Demensia vaskular :
demensia yang terjadi akibat stroke.Gejalanya bias anya bertahap
sesuai dengan serangan stroke yang mendahului. Adanya faktor
risiko hipertensi, Diabetes Mellitus dan dislipidemia serta faktor
risiko arterosklerosis yang lain.
Gejala BPSD : depresi, agresif, wandering
DIAGNOSIS BANDING
- Acute Confusional State
- Depresi
- Penyakit Parkinson
PEMERI KSAAN PENUNJANG
- Instrumental MMSE (Miniment al State Examination)
- Instrumental A DAS-COG (AlzheimerDisease Assesment -Cognitif
scale)
- Hormon tiroid
54
- VDRL
- Vitamin B6 dan B12
- MRI, CT scan
TERAPI
Edukasi keluarga, manipulasi lingkungan
Asetilkolin esterase inhibitor :
rivastigmin : 2 x 1.5 mg
Galantamin
Donepezil dosis tunggal malam hari 5 10 mg
BSPD dikonsutasikan psikiater (Risperidon, haloperidol dan
sertralin)
KOMPLI KASI
Jatuh, imobilisasi, isolasi , malnutrisi
PROGNOSIS
Tergantung stadium
55
22
SINDROMA DELIRIUM AKUT
DEFINISI
Sindroma delirium akut ( acute confusional state ) adalah sindroma
mental organic yang ditandai dengan perubahan kognitif, perubahan
kesadaran dan psikomotor, gangguan siklus tidur yang bersifat akut dan
fluktuatif.
DIAGNOSIS
- Gangguan kognitif
- Gangguan perhatian
- Gangguan kesadaran
- Gangguan psikomotor
- Pencetus/Faktor risiko
DIAGNOSIS BANDING
- Demensia,
- psikosis fungsional,
- kelainan neurologik
TERAPI
- O2 4 L/mnt
- Rehidrasi bila ada tanda dan gejala dehi drasi, waspadai kemungkinan dehidrasi tanpa respon takikardi.
- Infus NaCL 28 tetes/menit, kecuali jika didapatkan keadaan yang
harus dilakukan pembatasan cairan.
56
KOMPLI KASI
Hipotensi sampai syok, fraktur femur, vert ebra dan tangan, DV T,
emboli paru dan sepsis.
PROGNOSIS
Dubia
57
23
INKONTINENSIA URIN
DEFINISI
Keluarnya urin tidak terkendali yang menyebabkan masalah medis
dan psikososial. Inkontinensia urin terbagi atas inkontinensia akut
maupun persisten. Inkontinensia akut bisa membaik, jika diatasi
gangguan dasarnya, misalnya gangguan k esadaran, isk, vaginitis atrofik,
ataupun obat -obatan. Sedangkan inkontinensia peersisten bisa diperbaiki
dengan modalitas terapi.
DIAGNOSIS
- Inkontinensia urine akut : Inkontinensia yang membaik jika diatasi
penyakit yang mendasari
- Inkontinensia kronik terbagi atas : inkontinensia tipe urgensi
( overactive bladder ), tipe stres dan overflow.
Tipe urgensi : ditandai seringnya kencing lebih dari 8 kali sehari,
rasa ingin kencing tak tertahankan.
Tipe stres : inkontinensia yang terjadi akibat meningkatnya
terkanan intra abdomen, misalnya saat tertawa, batuk, atau
mengangkat beban berat.
Tipe overflow : inkontinensia ditandai dengan penhnya vesika
urinaria baru diikuti dengan keluarnya urin.
TERAPI
- Tipe urgensi (overactive bladder) : latihan otot das ar panggul,
bladder training, schedule toiletting, antimuskarinik semisal
tolterodine.
- Tipe stres : latihan otot dasar panggul, agonis alfa (hati -hati
pemberianny a pada orang tua).
- Tipe overflow : diatasi penyebabnya misalnya sumbatan karena
BPH.
KOMPLI KASI
Ulkus dekubitus, infeksi saluran kemih dan jat uh sampai fraktur akibat
urine yang tercecer.
PROGNOSIS
Baik
58
24
AIDS
DEFINISI
AIDS adalah sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh
HIV yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut menyerang
sistem kekebalan tubuh, dengan akibat turunny a / hilangnya daya tahan
tubuhnya, sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena peny akit
infeksi, keganasan dan lain - lain.
MANIFESTASI KLINI K
Akibat klinik dari infeksi HIV membentuk suatu tingkatan dari suat u
keadaan yang asimptomatis sampai penyakit yang berat. Center for
Disease Cont rol membuat sistem klasifikasi dari infeksi HIV yaitu :
Group I
Group II
Group III
Group IV
Infeksi akut
Infeksi yang asimpt omatik
Limfadenopati general yang persisten
Penyakit lain yang disebut infeksi yang tak lazim (Infeksi
Oportunistik) dan keganasan ( noeplasma ).
TERAPI
Pengobat an A IDS sampai dengan saat ini masih belum ada yang
memuaskan. Dari berbagai c enter penelitian telah membuat penelitian penelitian dan percobaan pengobatan tetapi hasilnyapun masih
diragukan, pengobatan terdiri dari :
Perbaikan kondisi Umum :
- Tirah baring tidak total
- Diit Tinggi Kalori Tinggi Protein ( parinteral nutrisi )
59
60
25
MALARIA SEREBRAL
Gangguan kesadaran pada malaria serebral disebabkan karena
diduga adanya gangguan metabolisme di otak. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan sitokin dalam darah, peningkatan asam laktat dan
penyembuhan yang sempurna pada penderita malaria serebral (t anpa
sekuale). Mekanisme yang lain pada malaria serebral adalah sek uestrasi
dan fenomena "rosseting", pada malaria serebral yang dapat
menimbulkan obstruksi pembuluh kapiler.
Prinsip penatalaksanaan :
Penatalaksanaan malaria serebral pada umumny a sama seperti
pada malaria berat. Disamping pemberian obat anti malaria, beberapa
hal penting perlu diperhatikan :
a. Perawatan pasien tidak sadar.
b. Pengobat an simpt omatik : pengobatan hiperpireksia dan
pengobatan yang cepat bila ada kejang. Cara pemberian anti
piretik dan antikonvulsan seperti sudah dijelaskan diatas.
c. Deteksi dini & pengobatan komplikasi berat lainnya.
d. Hati-hati terhadap terjadiny a infeksi bakteri terutama pada pasien pasien dengan pemasangan IV-line, intubasi endot rac heal atau
kateter saluran kemih. Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya
aspirasi pneumonia.
Perawatan pasien tidak sadar meliputi :
Buat grafik suhu, nadi dan pernafasan secara akurat.
Pasang IVFD. Untuk mencegah terjadinya trombophlebitis dan
infeksi yang sering terjadi melalui IV-line maka IV-line sebaiknya
diganti setiap 2-3 hari.
Pasang kateter uret hra dengan drainase/kantong tertutup.
Pemasangan kateter dengan memperhatikan kaidah a / antisepsis.
Pasang nasogastric tube (pipa lambung) dan sedot isi lambung
untuk mencegah aspirasi pneumonia.
Mata dilindungi dengan pelindung mata untuk menghindari ulkus
kornea yang dapat terjadi karena tidak adanya refleks mengedip
pada pasien tidak sadar.
61
(A=Airway,
B=Breat hing,
berik an
penunjang;
Circulation (kardiovaskular)
Periksa dan catat : nadi, tensi, JVP, CVP (bila memungkinkan), turgor
kulit; dll.
Jaga keseimbangan cairan : lakukan monitoring balans cairan dengan
mencatat intake dan output cairan secara akurat.
Pemasangan kateter uret hra dengan drainage/bag t ertutup
untuk
mengukur volume urin. Bila fungsi ginjal baik, adanya dehidrasi at au
overhidrasi dapat juga diket ahui dari vulume urin.
Normal volume urin : 1 ml/kg BB/jam. Bila volume urin < 30 ml/jam,
mungkin terjadi dehidrasi (periksa juga tanda-tanda lain dehidrasi).
Bila terbukti ada dehidrasi, tambahkan intake cairan melalui IV-line.
Bila volume urin > 90 ml/jam, kurangi intake cairan untuk
mencegah overload yang mengakibatkan udem paru. Monitoring
paling tepat dengan menggunakan CVP-line.
63