Anda di halaman 1dari 8

URAY ANIFA RAHMADITA PUTRI HENDRY

BETA 2018 ( B2 )
04011181823038
KETOASIDOSIS DIABETIK

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi – kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD
dan hipolikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus (DM) yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasnya mengalami dehidrasi berat dan bahkan
dapat sampai menyebabkan syok. KAD juga dapat diartikan suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, ketokolamin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan);
Faktor Pencetus
Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah infeksi, infark miokard akut, pankreatitis akut,
penggunaan obat golongan steroid,mengehentikan atau mengurangi dosis insulin.

Patofisiologi

Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak untuk
memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan
menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena
tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit
diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan
sebagainya.

Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan hiperglikemia yang
meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam
lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia,
asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi
terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad
ventilasi (peranfasan Kussmaul).

Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit. Sehingga,
perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus
diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga . Disamping itu
produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi.
Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik
yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit.
Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500
mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adlah
pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.
Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolik
Gejala Klinis
Sesuai dengan patofisiologi KAD, maka pada pasien KAD dijumpai pernapasan cepat dan dalam
(Kussmaul), berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering), kadang-kadang
disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa nafas tidak terlalu mudah tercium.
Areataeus menjelas gambaran klinis KAD sebagai berikut keluhan poliuri, dan polidipsi seringa kali
mendahului KAD serta didapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi. Muntah-
muntah merpakan gejala yang sering dijumpai terutama pada KAD anak. Dapat pula dijumapi nyeri perut
yang menonjol dan hal itu berhubungan dengan gastroparesis-dilatas lambung.
Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering. Walaupun faktor pencetusnya adalah infeksi,
kebanyakan pasien tidak mengalami demam.bila dijumapi nyeri abdomen perlu dipikirkan kemungkinan
kolesistisis, iskemia usus, apendisitis, divertikulitis, atau perforasi usus. Bila pasien tidak menunjukkan
respons yang baik terhadap pengobatan KAD maka perlu dicari kemungkinan infeksi tersembunyi
(sinusitis, abses gigi, abses perirektal).
Diagnosis
Didasarkan atas adanya "trias biokimia" yakni : hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis. Kriteria
diagnosisnya adalah sebagai berikut :
· Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
· Asidosis, bila pH darah < 7,3.
· kadar bikarbonat < 15 mmol/L).
Derajat berat-ringannya asidosis diklasifikasikan sebagai berikut :
· Ringan: bila pH darah 7,25-7,3, bikarbonat 10-15 mmol/L.
· Sedang: bila pH darah 7,1-7,24, bikarbonat 5-10 mmol/L.
· Berat: bila pH darah < 7,1, bikarbonat < 5 mmol/L.
.

Diagnosis Banding Ketoasidosis Diabetikum (Kad)


KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan koma yang lain termasuk : hipoglikemia,
uremia, gastroenteritis dengan asidosis metabolik, asidosis laktat, intoksikasi salisilat, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan lesi intrakranial.

Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa

1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )


Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita mencapai stadium
nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai
naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan
gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung
kongesif.
2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata. Penglihatan menjadi kabur
dan dapat berakhir dengan kebutaan.
3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres, perasaan berkurang sehingga
apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada pembuluh darah jantung.
Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung akut,
maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat
cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai
dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal penderita diabetes harus bekerja
ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan
kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan
mengirimkan signal ke otak untuk menambah takanan darah.

Prinsip Pengobatan
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD ialah :
1) Penggantian cairan dan garam yang hilang
2) Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoeogenesis sel hati dengan pemberian insulin
3) Mengatasi stres sebagai pncetus KAD
4) Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian
pengobatan
Anmal :
1b. Bagaimana mekanisme mual dan sakit perut sesuai dengan kasus?
Akibat defisiensi insulin adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik
terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara
normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam (pH darah < 7,1)
akan menyebabkan mual dan sakit perut.
2a. Apa yang menyebabkan Monik sering BAK? (Hubungan dengan DM)
Karna kadar gula darah yang tinggi menyebabkan gula tidak bisa disaring di ginjal , jadi banyak
menarik air. gula menarik air memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi . Sehingga dapat menarik
air , akibatnya banyak air yang dikeluarkan melalui urin.
2b. Apa yang menyebabkan badan monik kurus padahal nafsu makan baik? (Hubungan dengan DM)
Pada diabetes melitus tipe 1 sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin rusak akibatnya
karbohidrat tidak dapat dirubah menjadi glukosa sedangkan untuk kebutuh energi dalam tubuh
dibutuhkan glukosa, akibatnya tubuh akan mengirim sinyal ke pusat agar merangsang rasa lapar
sehingga nafsu makan meningkat tapi tidak ada yg bisa diubah menjadi energi.
Akhirnya tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Sehingga pada pasien dm akan tampak
lebih kurus dan penurunan berat badan.

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : tampak gelisah, tampak sakit sedang. Laju nadi 140 kali/menit (regular, isi dan tegangan
cukup), tekanan darah 90/60 mmHg, suhu 36,40C (aksilla), laju napas 48 kali/menit (cepat dan dalam,
pernafasan kusmaul), CRT < 3”. Tidak terdapat tanda Anemis atau cyanosis. Berat badan 19 kg, Panjang
badan 125 cm Pemeriksaan paru dan jantung tidak didapat kelainan.
Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan tersebut?
Kesadaran : tampak gelisah, tampak sakit sedang
Mengukur Tingkat Kesadaran Bayi atau Anak

Mata Respons verbal Gerakan tubuh

Nilai (4) untuk mata terbuka Nilai (5) untuk mampu Nilai (6) untuk dapat
dengan spontan. berbicara atau mengoceh mengikuti semua perintah
dengan normal. yang diinstruksikan atau dapat
Nilai (3) untuk mata terbuka bergerak spontan.
ketika diberikan respons suara Nilai (4) untuk menangis
atau diperintahkan membuka lemah. Nilai (5) untuk dapat
mata. menjangkau atau menjauhkan
Nilai (3) untuk menangis stimulus ketika diberikan
Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan rangsangan sentuh.
ketika diberikan rangsangan nyeri
nyeri. Nilai (4) untuk dapat
Nilai (2) untuk menangis menghindari atau menarik
sangat lemah atau merintih tubuh menjauhi stimulus
ketika diberi rangsangan nyeri.
Nilai (1) untuk mata tidak ketika diberikan rangsangan
terbuka meskipun diberikan nyeri. Nilai (3) untuk satu atau
rangsangan. kedua tangan menekuk
Nilai (1) untuk tidak (abnormal flexion) ketika
bersuara sama sekali. diberikan rangsangan nyeri.

Nilai (2) untuk satu atau


kedua tangan lurus (abnormal
extension) ketika diberikan
rasa nyeri.

Nilai (1) untuk tidak ada


respons sama sekali

Tingkat Kesadaran

 Compos mentis, merupakan kondisi sadar sepenuhnya. Pada kondisi ini, respon pasien terhadap
diri sendiri dan lingkungan sangat baik. Pasien juga dapat menjawab pertanyaan penanya dengan
baik. Nilai GCS untuk compos mentis adalah 15-14.
 Apatis, merupakan kondisi di mana seseorang tidak peduli atau merasa segan terhadap lingkungan
sekitarnya. Nilai GCS untuk apatis adalah 13-12.
 Delirium, merupakan kondisi menurunnya tingkat kesadaran yang disertai dengan kekacauan
motorik. Pada kondisi ini pasien mengalami gangguan siklus tidur, merasa gelisah, mengalami
disorientasi, merasa kacau, hingga meronta-ronta. Nilai GCS adalah 11-10.
 Somnolen, merupakan kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bisa dibangunkan
dengan menggunakan rangsangan. Ketika rangsangan tersebut berhenti, maka pasien akan
langsung tertidur kembali. Nilai GCS untuk somnolen adalah 9-7.
 Sopor, merupakan kondisi mengantuk yang lebih dalam dan hanya dapat dibangunkan melalui
rangsangan yang kuat seperti rangsangan nyeri. Meskipun begitu pasien tidak dapat bangun dengan
sempurna dan tidak mampu memberikan respons verbal dengan baik. Nilai GCS adalah 6-5.
 Semi-koma atau koma ringan, merupakan kondisi penurunan kesadaran di mana pasien tidak dapat
memberikan respons pada rangsangan verbal dan bahkan tidak dapat dibangunkan sama sekali.
Tetapi jika diperiksa melalui mata maka masih akan terlihat refleks kornea dan pupil yang baik.
Pada kondisi ini respons terhadap rangsangan nyeri tidak cukup terlihat atau hanya sedikit. Nilai
GCS untuk semi-koma adalah 4.
 Koma, merupakan kondisi penurunan tingkat kesadaran yang sangat dalam. Dalam kondisi ini tidak
ditemukan adanya gerakan spontan dan tidak muncul juga respons terhadap rangsangan nyeri. Nilai
GCS untuk koma adalah 3.

Laju nadi 140 kali/menit (regular, isi dan tegangan cukup) tekanan darah 90/60 mmHg, suhu 36,40C
(aksilla), laju napas 48 kali/menit (cepat dan dalam, pernafasan kusmaul)
Laju nadi : Takikardi
Tekanan darah : Normal
Suhu tubuh : kurang dari normal tapi sedikit
Pernafasan : Lebih dari normal

CRT < 3
Capillary Refill Time : normal

Berat badan 19 kg, Panjang badan 125 cm


IMT = 19 kg / 1,25 m x 1,25 m
= 19kg / 1,5625 m = 12,16 ( Kurus Berat )

Daftar Pustaka
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Edisi V
Departemen Kesehatan RI. Indeks Massa Tubuh (IMT), Jakarta.
Dr. MHD. Syahputra. Di``abetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 07 Januari
2020..
Sudoyo W. Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta; EGC hal 1874-1877.

Anda mungkin juga menyukai