Anda di halaman 1dari 9

World Health Organization secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai

Pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Pada awal kejadian pandemi COVID-19 di Indonesia,
Sistem Kewaspadaan Dini tidak dilakukan dengan baik. Kasus positif COVID-19 di Indonesia
pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari
seorang warga negara Jepang. Kasus pertama dua orang tersebut, warga Depok Jawa Barat mulai
dilakukan penyelidikan/investigasi pada Februari 2020.
Angka Statisitik kejadian COVID-19 di Indonesia sampai tanggal 4 Mei 2021 menunjukkan
bahwa kasus konfirmasi kumulatif sebanyak 1.686.373 orang (bertambah 4.369 orang). Pada hari
tersebut, di Sumatera Selatan (Sumsel) kasus konfirmasi sudah mencapai 20.725 orang
(bertambah 130). Kasus meninggal kumulatif di Indonesia 46.137 (bertambah 188) dengan Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 2,7%. Sedangkan di Sumsel, pada hari tersebut untuk jumlah
kematian sebesar 1033 orang (bertambah 13) dengan CFR sebesar 4,93%. Sedangkan Positivity
rate di Indonesia 16,9 % dan di Sumsel 30,78 %.
Strategi Pemerintah untuk memutus rantai penularan COVID-19 dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Penerapan Protokol
kesehatan, dan PPKM Mikro. Sedangkan di beberapa negara menerapkan Lockdown. Hasil
penelitian membuktikan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan penerapan protokol
kesehatan dengan penurunan kasus COVID-19.
Sampai saat ini kasus COVID-19 masih belum terkendali. Meskipun WHO sudah memberikan
pedoman untuk menyesuaikan aktivitas masyarakat dengan menggunakan tiga indikator yaitu
indikator epidemiologi, indikator kesiapan sistem kesehatan dan indikator surveilans kesehatan
masyarakat. Ketiga indikator ini kemudian digunakan oleh Satgas Penanganan COVID-19
Nasional sebagai dasar pemetaan zonasi peta risiko (merah, kuning, orange, hijau) COVID-19
untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Pada awal tahun 2021, Pemerintah mengeluarkan
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang berbasis skala mikro (PPKM
Mikro) yaitu hingga tingkat RT/RW dalam rangka menguatkan 3T dan 3M untuk pengendalian
COVID-19. Sinergitas 3T, vaksinasi, dan 3M merupakan strategi yang diharapkan dapat
membantu seluruh dunia benar-benar lepas dari pandemi COVID-19.
Dokter Sigap sebagai kepala Puskesmas Biasa melakukan upaya Preventif, Deteksi dan Respon
dalam penanggulangan COVID-19 tetapi belum maksimal. Hal ini terlihat dari rendahnya kontak
erat yang dilacak, testing yang tidak mencapai target WHO, kurangnya pengawasan pasien
COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri dan karantina bagi orang yang kontak erat dengan
kasus konfirmasi. Sehingga kasus COVID-19 di wilayahnya masih tetap bertambah dan pandemi
belum terkendali.

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Sistem Kewaspadaan Dini : Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)


merupakan upaya memantau secara terus menerus penyakit potensial Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang membutuhkan respon cepat. (Jurnal UGM, vol 34, no 5, 2018)

2. CFR : proporsi kematian akibat penyakit tertentu dibandingkan


dengan jumlah total orang yang didiagnosis dengan penyakit selama periode tertentu
(britannia ensiklopedi

3. Konfirmasi Kumulatif :

- Kasus konfirmasi: kasus positif terinfeksi virus covid-19 yang dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium rapid test dan PCR

- Kumulatif: bersangkutan dengan kumulasi; bersifat menambah (KBBI)

4. 3T : terdiri dari tiga kata yakni pemeriksaan dini (testing),


pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) (Kemenkes 2020).

5. 3M : Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan


(Kemenkes 2020).

6. Isolasi Mandiri : Pemisahan orang yang tidak sakit atau terinfeksi dari
orang lain sehingga mencegah penyebaran infeksi atau kontaminasi yang dilakukan di
rumah atau di tempat lain yang disediakan sebagai tempat karantina (Kemenkes, 2020)

7. Karantina : tempat penampungan yang lokasinya terpencil guna


mencegah terjadinya penularan (pengaruh dan sebagainya) penyakit dan sebagainya
(KBBI)
8. Positivity Rate : proporsi pasien yang tes nya positif dan betul menderita
sakit (FK UGM)

9. Lockdown : Lockdown / karantina wilayah: penerapan karantina


terhadap suatu daerah atau wilayah tertentu dalam rangka mencegah perpindahan orang,
baik masuk maupun keluar wilayah tersebut, untuk tujuan tertentu yang mendesak
(KBBI)

10. Zonasi : pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa


bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan(KBBI)

11. Kontak Erat : Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi atau probable 2 hari sebelum dan 14 hari sesudah muncul gejala, seperti
bertatap muka dalam radius 1 meter selama lebih dari 15 menit, atau bersentuhan
langsung, atau merawat langsung pasien tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang sesuai, atau situasi lainnya yang berisiko (dalam satu ruangan, kantor, mode
transportasi dll). (Kemenkes 2020)

12. Surveilans : Kegiatan pengamatan secara terus-menerus terhadap


kondisi dan masalah kesehatan yang mempengaruhi terjadinya penyakit melalui proses
pengumpulan data yang sistematis, pengolahan, analisis, interpretasi data hingga jadi
informasi dan penyebaran informasi kepada penyelenggara program kesehatan dan
pemangku kebijakan lainnya. (Kemenkes)

13. Ppkm Mikro : Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Skala


Mikro yaitu pengendalian yang ditekan di level terkecil, yakni RT/RW atau desa dan
kelurahan. (babelprov, republika)

14. Preventif : membantu mencegah suatu kejadian, pencegahan.


(Dorland)

15. Testing : pengujian (percobaan) untuk mengetahui tingkat


kemampuan (pengetahuan, keterampilan seseorang, dan sebagainya) (KBBI)
IDENTIFIKASI MASALAH

No. Identifikasi Masalah Kesesuaian Prioritas


1. World Health Organization secara TS 1
resmi mendeklarasikan virus corona
(COVID-19) sebagai Pandemi pada
tanggal 9 Maret 2020. Pada awal
kejadian pandemi COVID-19 di
Indonesia, Sistem Kewaspadaan Dini
tidak dilakukan dengan baik. Kasus
positif COVID-19 di Indonesia pertama
kali dideteksi pada tanggal 2 Maret
2020, ketika dua orang terkonfirmasi
tertular dari seorang warga negara
Jepang. Kasus pertama dua orang
tersebut, warga Depok Jawa Barat mulai
dilakukan penyelidikan/investigasi pada
Februari 2020.
2. Angka Statisitik kejadian COVID-19 di TS 3
Indonesia sampai tanggal 4 Mei 2021
menunjukkan bahwa kasus konfirmasi
kumulatif sebanyak 1.686.373 orang
(bertambah 4.369 orang). Pada hari
tersebut, di Sumatera Selatan (Sumsel)
kasus konfirmasi sudah mencapai
20.725 orang (bertambah 130). Kasus
meninggal kumulatif di Indonesia
46.137 (bertambah 188) dengan Case
Fatality Rate (CFR) sebesar 2,7%.
Sedangkan di Sumsel, pada hari tersebut
untuk jumlah kematian sebesar 1033
orang (bertambah 13) dengan CFR
Tsebesar 4,93%. Sedangkan Positivity
rate di Indonesia 16,9 % dan di Sumsel
30,78 %.
3. Strategi Pemerintah untuk memutus TS 3
rantai penularan COVID-19
dilaksanakan sesuai dengan Undang-
Undang berupa Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), Penerapan
Protokol kesehatan, dan PPKM Mikro.
Sedangkan di beberapa negara
menerapkan Lockdown. Hasil penelitian
membuktikan ada hubungan yang
bermakna antara kepatuhan penerapan
protokol kesehatan dengan penurunan
kasus COVID-19.
Sampai saat ini kasus COVID-19 masih
belum terkendali. Meskipun WHO
sudah memberikan pedoman untuk
menyesuaikan aktivitas masyarakat
dengan menggunakan tiga indikator
yaitu indikator epidemiologi, indikator
kesiapan sistem kesehatan dan indikator
surveilans kesehatan masyarakat. Ketiga
indikator ini kemudian digunakan oleh
Satgas Penanganan COVID-19
Nasional sebagai dasar pemetaan zonasi
peta risiko (merah, kuning, orange,
hijau) COVID-19 untuk seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia. Pada
awal tahun 2021, Pemerintah
mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang
berbasis skala mikro (PPKM Mikro)
yaitu hingga tingkat RT/RW dalam
rangka menguatkan 3T dan 3M untuk
pengendalian COVID-19. Sinergitas 3T,
vaksinasi, dan 3M merupakan strategi
yang diharapkan dapat membantu
seluruh dunia benar-benar lepas dari
pandemi COVID-19.
4. Dokter Sigap sebagai kepala Puskesmas TS 2
Biasa melakukan upaya Preventif,
Deteksi dan Respon dalam
penanggulangan COVID-19 tetapi
belum maksimal. Hal ini terlihat dari
rendahnya kontak erat yang dilacak,
testing yang tidak mencapai target
WHO, kurangnya pengawasan pasien
COVID-19 yang menjalani isolasi
mandiri dan karantina bagi orang yang
kontak erat dengan kasus konfirmasi.
Sehingga kasus COVID-19 di
wilayahnya masih tetap bertambah dan
pandemi belum terkendali.

ANALISIS MASALAH

1. World Health Organization secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19)


sebagai Pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Pada awal kejadian pandemi COVID-19 di
Indonesia, Sistem Kewaspadaan Dini tidak dilakukan dengan baik. Kasus positif COVID-
19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang
terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Kasus pertama dua orang
tersebut, warga Depok Jawa Barat mulai dilakukan penyelidikan/investigasi pada
Februari 2020.

a. Bagaimana Sistem Kewaspadaan Dini yang sebaiknya dilakukan? brian

b. Apa saja instrument penyelidikan yang dilakukan untuk deteksi kasus diatas? miftah

c. Bagaimana kriteria penentuan kondisi pandemi? nabilah

d. Bagaimana kriteria evaluasi untuk menilai keberhasilan dalam menangani pandemi?


nadya

e. Bagaimana tindakan preventif yang perlu dilakukan dalam menangani kemunculan


pandemi? vashti

f. Apa tujuan dari dilakukannya investigasi kasus COVID-19? dilak

2. Angka Statisitik kejadian COVID-19 di Indonesia sampai tanggal 4 Mei 2021


menunjukkan bahwa kasus konfirmasi kumulatif sebanyak 1.686.373 orang (bertambah
4.369 orang). Pada hari tersebut, di Sumatera Selatan (Sumsel) kasus konfirmasi sudah
mencapai 20.725 orang (bertambah 130). Kasus meninggal kumulatif di Indonesia 46.137
(bertambah 188) dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,7%. Sedangkan di Sumsel,
pada hari tersebut untuk jumlah kematian sebesar 1033 orang (bertambah 13) dengan
CFR Tsebesar 4,93%. Sedangkan Positivity rate di Indonesia 16,9 % dan di Sumsel 30,78
%.

a. Bagaimana cara mendapatkan data pasien yg terinfeksi covid 19? rosyad

b. Bagaimana cara menghitung CFR dan positivity rate? fira

c. Apa saja yang mendasari penyebab dari bertambahnya angka kejadian covid 19? vina

d. Apa tujuan dan manfaat dilakukannya pendataan angka statistik pada kejadian covid-
19 ini? prima

e. Bagaimana perbandingan positivity rate di Negara lain dengan di Indonesia? brian


3. Strategi Pemerintah untuk memutus rantai penularan COVID-19 dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Penerapan
Protokol kesehatan, dan PPKM Mikro. Sedangkan di beberapa negara menerapkan
Lockdown. Hasil penelitian membuktikan ada hubungan yang bermakna antara
kepatuhan penerapan protokol kesehatan dengan penurunan kasus COVID-19.

Sampai saat ini kasus COVID-19 masih belum terkendali. Meskipun WHO sudah
memberikan pedoman untuk menyesuaikan aktivitas masyarakat dengan menggunakan
tiga indikator yaitu indikator epidemiologi, indikator kesiapan sistem kesehatan dan
indikator surveilans kesehatan masyarakat. Ketiga indikator ini kemudian digunakan oleh
Satgas Penanganan COVID-19 Nasional sebagai dasar pemetaan zonasi peta risiko
(merah, kuning, orange, hijau) COVID-19 untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.
Pada awal tahun 2021, Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat yang berbasis skala mikro (PPKM Mikro) yaitu hingga tingkat
RT/RW dalam rangka menguatkan 3T dan 3M untuk pengendalian COVID-19.
Sinergitas 3T, vaksinasi, dan 3M merupakan strategi yang diharapkan dapat membantu
seluruh dunia benar-benar lepas dari pandemi COVID-19.

a. Apa saja kriteria suatu wilayah dapat dilakukan PSBB? miftah

b. Bagaimana cara penularan penyakit COVID-19? nabilah

c. Apa dampak yang dapat terjadi dari dilakukannya PSBB terhadap masyarakat
Indonesia? nadya

d. Bagaimana proses pemetaan zonasi peta risiko COVID-19 yang dilakukan? vashti

e. Apa tujuan dari surveilans? dilak

f. Bagaimana cara menentukan hipotesis yang sesuai untuk kasus diatas? rosyad

g. Mengapa kasus COVID-19 sampai saat ini belum bisa terkendali? fira

h. Apa saja kegiatan yang dilakukan saat surveilans kesehatan? vina


4. Dokter Sigap sebagai kepala Puskesmas Biasa melakukan upaya Preventif, Deteksi dan
Respon dalam penanggulangan COVID-19 tetapi belum maksimal. Hal ini terlihat dari
rendahnya kontak erat yang dilacak, testing yang tidak mencapai target WHO, kurangnya
pengawasan pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri dan karantina bagi orang
yang kontak erat dengan kasus konfirmasi. Sehingga kasus COVID-19 di wilayahnya
masih tetap bertambah dan pandemi belum terkendali.

a. Bagaimana cara melakukan pelacakan yang baik terhadap kasus konfirmasi? prima

b. Apa saja faktor penyebab rendahnya deteksi respon dalam pananggulangan COVID-
19? brian

c. Bagaimana pelaksanaan investigasi wabah yang tepat bagi kasus COVID-19? miftah

d. Bagaimana cara manajemen pengawasan supervisi yg tepat pada kasus? nabilah

e. Bagaimana pelaporan kasus COVID-19 yang dapat dilakukan oleh dr. Sigap sebagai
kepala puskesmas? nadya

HIPOTESIS

dr. Sigap perlu meningkatkan secara maksimal upaya preventif, deteksi dan respon terhadap
penanggulangan Covid-19 di wilayahnya.

LEARNING ISSUE:

1. epidemiologi, frekuensi penyakit, COVID-19 brian, miftah

2. biostatistik, gambaran sosio-demografi, kurva case nabilah, nadya

3. Strategi pemerintah (prokes, PSBB, PPKM mikro)  pencegahan penyebaran Vashti, dilak

4. EBM, investigasi wabah rosyad, fira

5. monitoring/supervise vina, prima

Anda mungkin juga menyukai