Anda di halaman 1dari 24

RHINITIS ALERGI

Oleh:
M. Primasra Gulfisaputra 04084822225210
Abdullah Makarim 04084822225127
Muhammad Rafly Rizal 04084822225064
Nur Afiah Anggriani Wulandari 04084822225139
Yunita 04084822225028
Muhammad Farhan Aziz 04084822225202
Muhammad Adam Triyoga 04084822225089
Zahra Zhafirah 04084822225171
Salsabila Moza Faradisa Sastra 04084822225138
Tasya Salsabillah 04084822225075
Alin Puja Dewi Lestari 04084822225040
M. Ivan Pratama 04081882225009

Pembimbing:
dr. Andrey Dwi Anandya, Sp. T.H.T.B.K.L

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
OUTLINE

1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Kesimpulan

2
PENDAHULUAN
● Rhinitis secara umum didefinisikan sebagai inflamasi dari mukosa
hidung.
● Rhinitis Alergi (WHO 2012) = kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan hidung tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
● Peningkatan prevalensi di Indonesia 9% menjadi 12,3% terjadi di
Jakarta, sedangkan 17,3% terjadi di Semarang.
● Menurut International Study of Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC) Fase III, prevalensi rhinitis alergi di seluruh dunia berkisar
0,8% - 14,9% pada usia 6-7 tahun dan 1,4% - 39,7% pada usia 13-14
tahun.
3
ANATOMI DAN FISIOLOGI

STRUKTUR
OSTEOKARTILAGENEUS
HIDUNG

4
ANATOMI DAN FISIOLOGI

HIDUNG DALAM – CAVUM


NASI

5
ANATOMI DAN FISIOLOGI

MEATUS DAN SINUS


POTONGAN SAGITAL

6
INERVASI HIDUNG

7
FISIOLOGI HIDUNG

8
RINITIS ALERGI
Proses inflamasi pada mukosa hidung, Klasifikasi: Dampak penyakit pada ukuran
biasanya dimediasi oleh IgE, ● Sifat berlangsungnya kualitas hidup:
ditimbulkan oleh alergen lingkungan ● Durasi gejala (klinis) ● Kegiatan dan olahraga
dan ditandai dengan adanya sel-sel ● Keparahan (klinis) sehari-hari,
inflamasi di dalam mukosa dan ● Patofisiologi penyakit ● Kehadiran di sekolah/
submukosa. Perjalanan penyakit ini pekerjaan,
melibatkan satu atau lebih dari gejala ● Tidur, dan
yang bertahan selama setidaknya satu ● Kebutuhan terapi, seperti
jam sehari selama setidaknya dua hari yang dilaporkan oleh
berturut-turut, yang dapat pasien.
disembuhkan secara spontan atau
dengan pengobatan.

9
EPIDEMIOLOGI
Menurut International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) Fase
III, prevalensi rhinitis alergi di seluruh dunia berkisar :

Usia 6-7 tahun:

0,8% - 14,9 % DUNIA


Penyebab tersering dari rhinitis kronis (10-
20% dari populasi) dan terus meningkat.
Mengenai 40% dari populasi umum dan 15-
30% pada kelompok anak
Usia 13-14 tahun:

1,4% - 39,7 % INDONESIA

Peningkatan prevalensi 9% 🡪 12,3%


terjadi di Jakarta, sedangkan 17,3%
terjadi di Semarang.

12
FAKTOR RISIKO

Orang tua (+) 🡪 Rinitis Asma, konjungtivitis


alergi ↑↑ alergi, atau Paparan alergen
Sering muncul pada
dermatitis atopik (debu, bulu, bahan
Atopi: kecenderungan usia anak-anak.
karena termasuk kimia, lateks
genetik ↑↑ ekspresi kondisi atopi
antibodi imunoglobulin
(IgE)

MASALAH
GENETIK USIA PEKERJAAN
KESEHATAN

11
ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi (Atopi)


○ 20-30% dari populasi dan 10-15% anak-anak memiliki atopi.
○ Apabila kedua orang tua atopi > resiko 4x lebih besar
2. Faktor Lingkungan (Alergen)
○ Alergen Inhalasi = masuk bersama dengan udara pernafasan
○ Alergen Ingestan = masuk ke saluran cerna
○ Alergen Injektan = masuk melalui suntikan
○ Alergen Kontak = masuk melalui kontak dengan kulit atau
jaringan mukosa

10
ETIOLOGI

● Sensitisasi
● Produksi IgE

● Arming of mast cell


● Pelepasan mediator

● Clinical effect

13
PATOFISIOLOGI
Respon Primer: proses eliminasi dan fagositosis
antigen (Ag). Bersifat non spesifik. Bila Ag tidak
berhasil seluruhnya dihilangkan 🡺 menjadi respon
sekunder.

Respon sekunder: bersifat spesifik, mempunyai


tiga kemungkinan 🡺 sistem imunitas seluler atau
humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag
berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai.
Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada defek
dari sistem imunologik 🡺 berlanjut menjadi respon
tersier.

Respon tersier: reaksi imunologik yang


terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini
dapat bersifat sementara atau menetap,
tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.
MANIFESTASI KLINIS
MATA
TELINGA
Pembengkakan
konjungtiva palpebra, Retraksi dan fleksibilitas
hiperlakrimasi, garis dari membran timpani
dennie-morgan, allergic
shiner

HIDUNG
Rinore encer dan banyak,
OROFARING
hidung tersumbat dan
gatal, allergic salute and Cobblestoning, hipertofi tonsil,
crease maloklusi (overbites), suara serak
dan edema pita suara

15
EVALUASI

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
(Gejala klasik rhinitis alergi, Riwayat keluarga,
alergen, penyakit penyerta)

PEMERKSAAN FISIK
(penilaian hidung, telinga, sinus, orofaring
posterior, dada dan kulit, pernapasan mulut
yang persisten, menggosok hidung/lipatan
hidung transversal yang jelas, sering
membersihkan ingus atau tenggorokan, dan
shiner alergi . Endoskopi internal hidung)

TES DIAGNOSTIK
(skin-prick test, tes IgE spesifik alergen)

1. Dhingra PL, Dhingra S. Textbook of diseases of Ear, Nose and Throat and Head and Neck surgery. Elsevier publisher; 2015;134-136
2. Small P, Keith PK, Kim H. Allergic rhinitis. Allergy, Asthma Clin Immunol. 2018;14(2):1–11
3. Greiwe, Justin C.; Bernstein, Jonathan A. 2019. Allergic and Mixed Rhinitis: Diagnosis and Natural Evolution. Journal of Clinical Medicine, 8(11),
2019–. doi:10.3390/jcm8112019
TATALAKSANA

Menghindari dan Golongan agonis Antagonis Reseptor Antikolinergik


eleminasi alergen adrenergik alfa Leukotriene (LTRAs) topikal, sodium
kromolin

Pengobatan
Antihistamin Kortikosteroid Immnoterapi komplementer dan
alergen aternatif

1. Soetjipto D, Wardani RS. Hidung, dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorokan, Kepala, dan Leher, ed. 2012;6:118–122
2. Hwang PH, Abdalkhani A. Anatomy and Physiology of the Nose and Paranasal Sinuses. In James B, Snow JR, Wackym PA, eds. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery
17th ed. Vol 1. Connecticut: BC Decker Inc, 2009:484-494
3. Mangunkusumo Endang, Soetjipto Damajanti. Sinusitis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jakarta: FKUI, 2019:195-200 17
4. Seidman MD, Gurgel RK, Lin SY, Schwartz SR, Baroody FM, Bonner JR, et al. Clinical Practice Guideline: Allergic Rhinitis. Otolaryngol Neck Surg. 2017;152(1):1–43
5. Kakli, H. A., & Riley, T. D. Allergic Rhinitis. Primary Care: Clinics in Office Practice.2016;43(3).465–475
DIAGNOSIS BANDING

1. Greiwe, Justin C.; Bernstein, Jonathan A. 2019. Allergic and Mixed Rhinitis: Diagnosis and Natural Evolution. Journal of Clinical Medicine, 8(11), 18
2019–. doi:10.3390/jcm8112019
DIAGNOSIS BANDING

1. Greiwe, Justin C.; Bernstein, Jonathan A. 2019. Allergic and Mixed Rhinitis: Diagnosis and Natural Evolution. Journal of Clinical Medicine, 8(11), 19
2019–. doi:10.3390/jcm8112019
KOMPLIKASI

SINUSITIS AKUT / OTITIS MEDIA DAN


KRONIS DISFUNGSI TUBA POLIP NASAL
EUSTACHIUS

GANGGUAN TIDUR / MASALAH GIGI


APNEA (OVERBITE) KELAINAN PALATAL

20
1. Sheikh, Javed. What are the complications of allergic rhinitis (hay fever)?. MedScape; 2018.
PROGNOSIS

TANPA KOMPLIKASI
DAN RESPON FAKTOR YANG
PENGOBATAN MEMENGARUHI
Status kekebalan tubuh maupun
Prognosis baik.
anomali anatomi.

PERJALANAN
PADA ANAK-ANAK PENYAKIT
DENGAN PENYAKIT Dapat bertambah berat pada usia dewasa
SINUSITIS DAN muda dan tetap bertahan hingga dekade ke-5
TELINGA BERULANG dan 6. Setelah masa tersebut, gejala klinik
akan jarang ditemukan karena menurunnya
Prognosis sulit diprediksi sistem kekebalan tubuh.

21
1. Javed, S., Allergic Rhinitis [Internet]. Medscape. 2020. Diakses pada tanggal 10 Maret 2020. https://emedicine.medscape.com/article/134825-overview
KESIMPULAN
● Rinitis alergi merupakan suatu reaksi inflamasi mukosa hidung diperantarai oleh
imunoglobulin E (IgE), setelah terjadi paparan alergen (reaksi hipersensitivitas tipe I Gell
dan Comb). Dipengaruhi oleh faktor genetik (atopi) dan faktor lingkungan (allergen).
● Rinitis alergi seperti penyakit alergi yang lain terjadi akibat dominasi Th-2 dibandingkan
Th-1 sehingga produksi IgE meningkat.
● Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
● Tujuan utama tatalaksana rhinitis alergi adalah meringankan dari gejala. Penatalaksanaan
dari rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan allergen, medikamentosa, operatif,
imunoterapi, dan edukasi kepada pasien.
● Komplikasi yang sering terjadi pada rinitis alergi adalah polip hidung, otitis media,
gangguan fungsi tuba dan sinusitis paranasal.
● Pasien dengan rhinitis alergi tanpa komplikasi yang respon dengan pengobatan memiliki
prognosis baik.

22
TERIMA
KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai