SKENARIO:2
SESI:2
1. Perdarahan subarachnoid ada 2 ada yang karena trauma dan ada juga yang
nontraumatik :
Perdarahan subarachnoid traumatis adalah adanya patologis didalam ruang
subarachnoid.ruang subarachnoid itu sendiri terletak antara lapisan aravhnoid dan
lapisan piamater didalam ruang subarachnoid ada cairan yaitu cairan serebrospinal
yang berfungsi melindungi otak.nah keadan patologis pada ruang subarachnoid itu
biasanya sulkus superfisial yang ada di sepanjang konveksitas serebral. Ini
adalah temuan cedera otak akut kedua yang paling umum pada computerized
tomography (CT) pada pasien cedera otak traumatis (TBI). 3 SAH traumatis pada
pasien dengan TBI ringan merupakan temuan yang baik dan tidak memerlukan
intervensi bedah; 1 – 7 angka kematian pada pasien ini tidak berbeda dengan
pasien gegar otak. Namun, jika SAH traumatis muncul di dasar otak, hal ini dapat
menjadi kondisi yang mengancam jiwa. Sebagian besar SAH traumatis basal
berhubungan dengan pecahnya arteri vertebrobasilar.
erdarahan subarachnoid traumatik terjadi akibat cedera kepala berat, misalnya akibat
kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala berat bisa menyebabkan pembuluh darah di selaput otak
pecah dan mengakibatkan perdarahan subarachnoid.
2. Epidemiologi :
DIAGNOSIS
Pemindaian MRI. Tes ini menggunakan magnet besar, energi frekuensi radio, dan
komputer untuk membuat gambar otak yang detail.
CT-scan. Tes ini menggunakan sinar-X dan teknologi komputer untuk membuat
gambar horizontal, atau aksial (sering disebut irisan) otak. CT scan lebih detail
daripada rontgen umum.
Angiogram. Selama tes ini, pewarna disuntikkan ke dalam pembuluh darah dan
kemudian sinar-X diambil untuk mengevaluasi aliran darah yang melaluinya.
Ketuk Tulang Belakang. Dalam tes ini, jarum khusus ditempatkan di punggung
bawah, ke dalam kanal tulang belakang. Tekanan di kanal tulang belakang dan otak
dapat diukur. Sejumlah kecil cairan serebrospinal dapat dikeluarkan dan dianalisis
untuk mengetahui adanya darah.
Bila ditemukan hipertensi, maka kondisi tersebut harus diatasi. Misalnya, dengan
mengonsumsi obat antihipertensi. Selain itu, hindarilah faktor-faktor risiko yang bisa memicu
terjadinya perdarahan subarachnoid
MANIFESTASI KLINIS
Seseorang yang mengalami perdarahan subarachnoid bisa mengalami beberapa gejala pada
tubuhnya, antara lain:
Penurunan kesadaran.
Penglihatan ganda.
Mual atau muntah.
Sakit kepala parah.
Kesulitan berbicara.
Kelopak mata terkulai.
Kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi.
Kepekaan terhadap cahaya.
Leher kaku.
Kejang.
Aneurisma otak (yang dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid) dapat menyebabkan
gejala, seperti:
KOMPLIKASI
Perdarahan subarachnoid yang tak segera ditangani bisa menyebabkan berbagai komplikasi.
Misalnya, hidrosefalus, perdarahan yang berulang, dan menyempitkan pemubuluh darah otak,
sehingga menyebabkan stroke hingga koma.
Hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan pada otak yang bisa meningkatkan tekanan di dalam
kepala dan merusak otak
Vasospasme, yaitu penyempitan pembuluh darah sehingga menurunkan aliran darah yang
membawa oksigen ke dalam otak
Perdarahan berulang
Stroke
Selain itu, penderita juga berisiko mengalami komplikasi jangka panjang berikut ini:
Epilepsi
Perubahan suasana hati, seperti depresi
Gangguan pada fungsi kognitif otak, seperti berkonsentrasi, mengingat, dan merencanakan
sesuatu
Neurosurgical clipping
Neurosurgical clipping bertujuan untuk memperbaiki pembuluh darah yang bermasalah
dengan menjepitnya menggunakan klip logam kecil. Prosedur ini dilakukan melalui metode
kraniotomi (bedah kepala).
Endovascular coiling
Dalam prosedur ini, tonjolan pembuluh darah yang berbentuk kantong akibat aneurisma akan
diisi dengan gulungan logam platina sehingga darah tidak bisa melewati kantong tersebut.
Tujuan tindakan ini adalah untuk mengurangi risiko perdarahan selanjutnya.
Untuk meredakan gejala penyerta dan membantu penyembuhan, pasien juga dapat diberikan
obat-obatan lain, seperti:
DD