A. Definisi
Subdural hematoma adalah penimbunan darah di dalam rongga subdural (di antara duramater dan
arakhnoid). Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan (bridging veins) yang
terletak antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun dapat terjadi juga
akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak. Perdarahan subdural paling sering terjadi pada
permukaan lateral hemisfer dan sebagian di daerah temporal, sesuai dengan distribusi bridging
veins. Perdarahan subdural juga menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak
dibawahnya biasanya berat.
Perdarahan subdural yang disebabkan karena perdarahan vena, biasanya darah yang terkumpul
hanya 100-200 cc dan berhenti karena tamponade hematom sendiri.
Setelah 5-7 hari hematom mulai mengadakan reorganisasi yang akan terselesaikan dalam 10-20
hari. Darah yang diserap meninggalkan jaringan yang kaya dengan pembuluh darah sehingga dapat
memicu lagi timbulnya perdarahan-perdarahan kecil dan membentuk suatu kantong subdural yang
penuh dengan cairan dan sisa darah. Hematoma subdural dibagi menjadi 3 fase, yaitu akut, subakut
dan kronik. Dikatakan akut apabila kurang dari 72 jam, subakut 3-7 hari setelah trauma, dan kronik
bila 21 hari atau 3 minggu lebih setelah trauma(Heller, dkk., 2012).
Pada pasien yang lebih muda, alcoholism, trombositopenia, kelainan pembekuan, dan terapi
antikoagulan oral lebih banyak ditemui. Kista arachnoid lebih banyak ditemukan pada pasien
hematoma subdural kronik pada pasien usia dibawah 40 tahun. Pada pasien yang lebih tua, penyakit
kardiovaskular dan hipertensi arteri lebih banyak ditemukan, 16% pasien dengan hematoma
subdural kronik dalam terapi aspirin.
C. Tanda dan gejala
Gejala-gejala pada Hematoma Subdural
Gejala Umum (sering) Gejala Ringan (sering) Gejala Akut/Berat (jarang)
Sakit kepala Konfusi Hemiplegi
Tampak lelah Gangguan gaya jalan Afasia
Mual/Muntah Penurunan keadaan Kejang
mental
Vertigo Kesulitan berbicara Koma
Kelemahan anggota
gerak
Inkontinensia
D. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24-72 jam setelah injuri.
2. MRI: Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
8). CSF, Lumbal Punksi: Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
9). ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika
F. Patofisiologi
Perdarahan terjadi antara duramater dan arachnoid. Perdarahan dapat terjadi akibat
robeknya ‘bridging veins’ (menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus
venosus di dalam duramater) atau karena robeknya arachnoid. Karena otak yang
diselimuti cairan cerebrospinal dapat bergerak, sedangkan sinus venosus dalam
keadaan terfiksir, berpindahnya posisi otak yang terjadi pada trauma, dapat merobek
beberapa vena halus pada tempat di mana vena tersebut menembus duramater.
Perdarahan yang besar akan menimbulkan gejala-gejala akut menyerupai hematoma
epidural.
Kebanyakan perdarahan subdural terjadi pada konveksitas otak daerah parietal.
Sebagian kecil terdapat di fossa posterior dan pada fisura interhemisferik serta
tentorium atau diantara lobus temporal dan dasar tengkorak. Perdarahan subdural
akut pada fisura interhemisferik pernah dilaporkan, disebabkan oleh ruptur vena -
vena yang berjalan diantara hemisfer bagian medial dan falks; juga pernah
dilaporkan disebabkan oleh lesi traumatik dari arteri pericalosal karena cedera
kepala. Perdarahan subdural interhemisferik akan memberikan gejala klasik
monoparesis pada tungkai bawah. Pada anak-anak kecil perdarahan subdural di
fisura interhemisferik posterior dan tentorium sering ditemukan karena goncangan
yang hebat pada tubuh anak (shaken baby syndrome).
Perdarahan yang tidak terlalu besar akan membeku dan di sekitarnya akan terbentuk
jaringan ikat yang menyerupai kapsula. Gumpalan darah lambat laun mencair dan
menarik cairan dari sekitarnya dan mengembung sehingga memberikan gejala
seperti tumor serebri karena tekanan intrakranial yang meningkat secara perlahan-
lahan.
Hematoma subdural kronik umumnya berasosiasi dengan atrofi cerebral. Bridging
vein dianggap dalam tekanan yang lebih besar bila volume otak mengecil, sehingga
walaupun hanya mengalami trauma ringan dapat menyebabkan terjadinya robekan
pada vena tersebut. Perdarahan terjadi secara perlahan karena tekanan sistem vena
yang rendah, keadaan ini menyebabkan terbentuknya hematoma yang besar sebelum
gejala klinis muncul. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka
lucid interval juga berlangsung lebih lama dibandingkan pada perdarahan epidural,
berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Pada hematoma subdural yang
kecil sering terjadi perdarahan yang spontan. Pada hematoma yang besar biasanya
menyebabkan terbentukknya membran atau kapsula baik pada bagian dalam dan
bagian luar dari hematoma tersebut. Perdarahan berulang dari pembuluh darah di
dalam membran ini memegang peranan penting, karena pembuluh darah pada
membran ini jauh lebih rapuh sehingga dapat berperan dalam penambahan volume
dari perdarahan subdural kronik.
G. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi badan,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
3) Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia, cara berjalan
tidak tegang.
4) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
5) Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.
6) Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelan.
7) Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan fungsi.
8) Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope, kehilangan
pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan penglihatan seperti
ketajaman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, konsentrasi,
pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
9) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah,
tidak bisa istirahat, merintih.
10) Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi nafas
berbunyi)
11) Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak, tonus otot
hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi
suhu tubuh.
12) Interaksi sosial
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartria.
Faktor berhubungan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam 1. posisiskan klien untuk
Indikator:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
J. Penyimpangan KDM
Resiko infeksi
Aliran darah ke otak menurun
Aliran darah ke
TIK meningkat Penurunan kemampuan
otak bertambah
kognitif, motorik, afektif
BMJ Publishing Group. Subdural Hematoma. Last Updated 26 Augustus 2015. Available
from:http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/416/basics/
epidemiologyhtml [diakses tanggal: 6 November 2015]
Charles, F. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery, Edition Ninth. United State of
America: The McGraw-Hill
Campellone JV. Subdural Hematoma. Last Updated 27 July 2014. Available from:
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000713.htm [diakses tanggal: 6
November 2015]
Heller, J. L., dkk, Subdural Hematoma , MedlinePlus Medical Encyclopedia, 2012.
Meagher RJ et al. Subdural Hematoma. Last Updated 8 January 2015. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1137207-overview [diakses tanggal: 6
November 2015]
Meagher, R. dkk. Subdural Hematoma , Medscape Reference, 2011
Senturk S, Guzel A, Bilici A, Takmaz I, Guzel E, Aluclu MU, et al. CT and MR imaging
of chronic subdural hematomas: a comparative study. Swiss Med Wkly. 2010
Soleman J,Taussky P,Fandino J, Muroi C.2014. Evidence-based treatment of chronic
subdural hematoma