Anda di halaman 1dari 25

RESUME KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN An LL DENGAN DIABETES

MELITUS TIPE 1 DI POLIKLINIK ANAK RSUP Prof Dr R. D. KANDOU


MANADO

OLEH
EVI URSULIN MAKAL, S.Kep
210141040004

CI : Ns CHRISTINE TUKIMIN, S.Kep


CT : Ns RINA M. KUNDRE, M.Kep

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
American Diabetes Association (2016) menyatakan bahwa diabetes melitus (DM) adalah
penyakit metabolic ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena kelaian insulin, kerja
insulin atau dua-duanya. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika
pancreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur gula darah) atau ketika
tubuh tidak dapat secara aktif menggunakan insuli yang dihasilkan.
Word Health Organization, 2016 adalah keadaan kronis yang terjadi ketika adanya
peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh yang tidak dapat menggunakan insulin secara
efektif atau tidak menghasilkan cukup hormone insulin (International Diabetes Federation,
2017)
B. ETIOLOGI
Menurut Padila (2012), etiologic diabetes melitus adalah:
1. Diabetes tipe I tergantung insulin
a. Factor genetic
Pasien diabetes sendiri tidak mewarisi diabetes tipe 1 dengan sendirinya, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kerentanan genetic dari diabetes tipe 1, dan
keturunan genetic ini ada pada individu dengan antigen tipe HLA
b. Faktor-faktor imunologi
Terdapat reaksi autoimun yang merupakan reaksi abnormal di mana antibody
secara langsung terarah pada jaringan manusia normal dengan bereaksi terhadap
jaringan yang di anggap sebagai benda asing yanitu autoantibodi terhadap sel
pulai Langerhans dan insulin endogen.
c. Factor Lingkungan
Toksin atau virus tertentu yang dapat memicu poses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta pancreas sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
2. Diabetes tipe 1 tak tergantung insulin
Diabetes melitus tak tergantung insulin (DMTP1) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTP1 di tandai dengan kelaianan dalam sekresi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
asaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula meningkat dirinya kepada eseptor-
reseptor mermukaan sel tertentu, kemudian terjadi terjadi reaksi intraseluler yang
meningkatkan transport gluosa menembus glukosa menembus membrane sel. Pada
pasien tipe 1 terdapat kelainan dalam meningkatkan insulin dengan resepto.kadar
glukosa normal dapat di pertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak
lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit indriastusi 2008).

C. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe 1 pada diabetes tie satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoiun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang
berasal dari mkanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperlikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urine, sekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan eliktrolit yang berlebihan. Keadaan
ini di namakan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan caia berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan BB. Pasien dapat mengalami penugkatam selea makan akibat
menurunya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam
keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam asam amino dan subtansi lain),
namun pada penderita defisisiensi insulin, pross ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Batan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang mengakibatkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersam caian dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi
gejala hiperklimekia serta ketoasidosis. Diet dan latihan serta pemantauan kadar glukosa
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

D. PATHWAY
DM Tipe 1 DM Tipe 2
Idiopatik,usia,genetic
E.Reaksi autoimun
,dll

Sel
F. beta pancreas
Sel beta pancreas
G. hancur
hancur

Defisinsi Insulin

H. Katabolisme
hiperglikemia Liposis meningkat
I. protein meningkat
Pembetasan
diit Penurunan BB

J.
Fleksibilasi darah
K. merah
Intake tidak Resiko deficit
L.
adekuat nutrisi
Pelepasan
O2 poliuria Deficit volume
cairan

Hipoksia Perfusi perifer


perifer tidak efektif

Nyeri
M. MANIFESTASI KLINIS
1. DM Tipe 1
a. Hiperglikemia bepuasa
b. Glucosuria diuresis osmotic, polyuria,polydipsia,polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetic (mual,nyeri abdomen, munta, hipervensilasi,nafas bau buah,
ada perubahan tingkat kesadaran,koma,kematian)
2. DM Tipe 2
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seingkali tingan mencakap keletihna, mudah
tersinggung,polyuria,polydipsia,luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
faginal,penglihatan kabur
c. Komplikasi jangka Panjang

N. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >200 mg/dl 2 jam
setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolenstrol meningkat
4. Osmolalitas seum: meningkat tapi biasnya <330 mOsm/l
5. Elektrolit Na mungkin normal meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor seing menurun
6. Gas darah arteri:menunjukan Ph rendah penurunan HCO3
7. Trombosit darah: meningkat (dehidrasi) leukosistosis dan hemokonsentrasi merupakan
respon terhadap stress atau infeksi
8. Ureum/keatine: mungkin meningkat atau nomal
9. Insulin darah: mungkin menurun/tidak ada (tipe 1) atau nomal sampai tinggi
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeeksi pernafasan dan infeksi luka
O. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
DM tipe-2 umumnya terjadi dikarenakan adanya pola gaya hidup dan perilaku yang sudah
terbentuk secara mapan. Untuk menuju adanya perubahan perilaku seperti merokok dan
minum minuman beralkohol diperlukan partisipasi aktif pasien,keluarga, lingkungan.
(Dwi,2014) 2. Terapi Gizi Medis Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total, agar dapat berhasil Terapi Gizi Medis memerlukan keterlibatan
menyeluruh dari anggota (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan, dan pasien itu sendiri). Setiap
penderita diabetes sebaiknya mendapat Terapi Gizi Medis sesuai dengan kebutuhan agar
sasaran terapi dapat tercapai.Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (Yunir & Soebardi, 2009).
2. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,protein
dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: • Karbohidrat : 60-70% •
Protein : 10-15% • Lemak : 20-25% Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status
gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat
mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi
kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap
kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan
hidup. Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan.
Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber
lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam
lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya
diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak
mengandung lemak. Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan
paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak,
makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa
lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih.
Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya
akan vitamin dan mineral (Depkes,2005)
3. Latihan Jasmani
Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain meningkatkan kebugaran
tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan
dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah,
meningkatkan kadar kolesterol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin,
menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. perilaku pengendalian
kadar gula darah yang baik, seperti terapi nutrisi medis, olahraga, maupun obat-obatan dapat
mencegah atau menunda terjadinya komplikasi (Mihardja, 2009) .
4. Intervensi Farmakologis Obat – Obat DM:
a. Antidiabetik oral Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar
gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala,
optimalisasi parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1
penggunaan insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan
untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan
dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini
ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula
darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan
upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat
menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik
oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan
regimen antidiabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan
penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit
lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk
golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan dengan
jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien
yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin
dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara,
misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk,
penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme.

P. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama
a) Kondisi hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b) Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
f. Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma
b) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit
panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c) Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada
diare.
e) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks
tendon menurun, kejang.
g) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j) Gastrointestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k) Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l) Integument
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus

Q. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas
2. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman terkait program
terapi

R. INTERVENSI KEPERAWATAN
Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas
Edukasi program pengobatan (I.12441)
Observasi
1. Identifikassi pengetahuan tentang pengobatan yang direkomendasikan
Terapeutik
2. Fasilitasi informasi tertulis untuk meningkatkan pemahaman
3. Berikan dukungan untuk menjalani pengobatan dengan baik dan benar
4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien selama pengobatan
Edukasi
5. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
6. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat
7. Jelaskan cara pengadaan kembali jika obat habis
8. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
9. Anjurkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri

Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman terkait program terapi


Edukasi diet (I. 12369)
Observasi
1. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien saat ini
2. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
3. Identifikassi persepsi pasien dan keluarga tentang siet yang diprogramkan
Terapeutik
4. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
6. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
7. Anjurkan menggganti bahan makanan sesuai dengan diet yang diprogramkan
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan (8th ed.). Singapura: Elsevier.
Octaviyanti, D. P. F. (2020). Literature Review: The Effect Of Diabetes Self Management
Education On Self-Efficacy In Diabetes Mellitus Patients. Jurnal Genta
Kebidanan, 10(1), 38-47.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan keperawatan,
Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi I. Jakarta : PPNI
WHO. (2016). Global Report on Diabetes. Isbn, 978, 6–86.
RESUME KEPERAWATAN ANAK DI POLIKLINIK ANAK
RSUP Prof Dr R. D. KANDOU MANADO

A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Evi Makal, S.Kep
NIM : 210141040004
Ruang : Poliklinik Anak
Tanggal pengkajian : 8 November 2022
Tanggal praktek : 8 November 2022
1. Identitas pasien
Nama pasien : An LL
Tanggal lahir : 24/9-2010
Umur : 12 Tahun
Agama : Protestan
Suku bangsa : Minahasa
Alamat : Kema II Jaga VIII
No RM : 00761234
Dx Medis : DM Tipe 1
Nama Ayah/nama Ibu : Tn ML/Ny ST
Pekerjaan ayah : Tani
Pendidikan terakhir ayah : SMA
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan terakhir ibu : SMA
Keluhan utama : sering merasa lapar, sering BAK dimalam hari. Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama : Awal pasien terdiagnosa DM Tipe 1 adalah pada bulan Agustus
2022 pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 10 kg dari 46 kg ke 36 kg.
Penurunan berat badan disertai dengan kelemahan tubuh. Setelah memeriksakan diri di
RS didapatkan hasil HbA1C 13,4 mg/dl. Pasien mengatakan gula darahnya seering tidak
stabil. Kadang jika gula darahnya turun maka pasien akan berkeringat dingin serta
tangannya akan merasa gemetar. Saat ini pasien rutin kontrol di poliklinik untuk
pengobatan DM Tipe 1.
2. Riwayat penyakit sekarang
Saat dikaji pasien mengatakan tidak ada keluhan. Pasien kontrol di poli anak terkait
penyakit DM Tipe 1 yang diderita. Pasien mengatakan bahwa hasil pemeriksaan HbA1c
pada tanggal 7 November 2022 adalah 9,3 %, menurun dari hasil pemeriksaan
sebelumnya. Berat badan saat dikaji adalah 51,5 kg, terjadi kenaikan berat sebanyak 3 kg
dari BB bulan yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga : Nenek pasien (ibu dari ayah) dan 2 orang adik perempuan
dari ayah pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes melitus.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum tampak baik
b. Tanda tanda vital
TD : 106/68 mmHg Respirasi : 20x/menit
Nadi : 78 x/menit Sb : 36,7°C
c. Antropometri
TB : 164 cm
BB : 51,5 Kg
LLA : 28 cm

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


a. Aktifitas
Pasien dapat beraktifitas secara mandiri
Kekuatan otot 5 (kekuatan penuh)
Tidak ada atropi otot
b. Istirahat dan tidur
Pasien tidur siang selama 1 jam dari jam 13.00-14.00
Pasien tidur malam dari jam 21.00 dan bangun jam 05.30 pagi
Pasien mengatakan sering terbangun malam sebanyak 2 – 3x untuk BAK
c. Nutrisi dan cairan
Sklera tidak icterus
Mulut tampak lembab, gigi belum ada yang tanggal
Bising usus : 12-13 x/menit
Hepar tidak teraba
Tidak ada nyeri perut
Makan 3 kali sehari, menu nasi, ikan dan sayur
Pasien mengatakan sering merasa haus sehingga pasien menjadi banyak minum.
Pasien intake cairan ± 3000 cc/hari
Pasien mengatakan sering merasa lapar sehingga pasien sering makan 2 piring dalam
sekali, tidak mengikuti diet yang disarankan nutrisionist
d. Sistem musculoskeletal
Tidak ada fraktur
Bentuk tulang belakang normal
Postur tubuh tegap
tidak ada atropi otot
e. Eliminasi
Tidak teraba statis urine di kandung kemih
Pasien mengatakan BAK 8-9x/hari, pasien mengatakan BAK 2-3x dalam semalam.
Warna kuning
Eliminasi BAB tidak ada keluhan

PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesosephal
Palpasi : tidak ada nyeri, tidak teraba massa
b. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut lembab,tidak ada lesi
c. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher
d. Paru paru
Inspeksi : pengembangan dada saat bernapas simetris kiri dan kanan
Palpasi : vocal vremitus positif
Perkusi : Terdengar bunyi sonor saat dilakukan pada lapang paru
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi naps tambahan
e. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung : atas :ICS 2 kiri linea parasternalis kiri
Bawah : ICS 5 kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri
Kanan : ICS 3 Linea parasternalis kanan
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, tidak ada bunyi jantung tambahan
f. Abdomen
Inspeksi :bentuk abdomen datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi tympani
Auskultasi : bising usus 12 – 15x/menit
g. Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada fraktur, tidak ada kelainan pada ekstremitas atas dan bawah
Palpasi : kekuatan otot 5 ( kekuatan penuh)
4. Pengkajian MTBM/MTBS : tidak dilakukan, anak sudah berusia 12 tahun
5. Terapi Medis
Novorapid injeksi 8 (Sarapan pagi) – 7(snack pagi) – 12(makan siang) -7 (snack sore) -7
(makan malam)
Levemir injeksi 1x27 unit/SC jam 22.00
6. Hasil laboratorium
Tanggal 7/11-2022
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Gula darah puasa 190 mg/dl 70-125
Gula 2 jam PP 235 mg/dl 70-140
Asam Urat 4,5 mg/dl 2,0-5,7
Kolesterol 187 mg/dl 133-200
HDL Kolesterol 41 g/dl >40
LDL Kolesterol 121 mg/dl 60-130
Trigliserida 123 mg/dl 30-190
HbA1c 9,3 % <6,5

7. Klasifikasi data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 Pasien mengatakan sering merasa lapar  Keadaan umum baik
 Pasien mengatakan sering BAK pada  Gula darah pasien selama 3 bulan
malam hari (2-3x dalam semalam) terakhir masih diatas normal
 Pasien mengatakan sering merasa haus  Hasil laboratorium tanggal 7/11-2022
 Pasien mengatakan sering makan 2 GDP : 190 mg/dl
piring makanan pada sekali makan Gula 2 jam PP : 235 mg/dl
HbA1c : 9,3 %

8. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Disfungsi pada pankreas Ketidakstabilan kadar
 Pasien mengatakan menyebabkan terganggunya glukosa darah
sering merasa lapar produksi insulin yang
 Pasien mengatakan berakibat tingginya kadar gula
sering BAK pada dalam darah
malam hari (2-3x dalam
semalam)
 Pasien mengatakan
sering merasa haus
DO :
 Keadaan umum baik
 Hasil laboratorium
tanggal 7/11-2022
GDP : 190 mg/dl
Gula 2 jam PP : 235
mg/dl
HbA1c : 9,3 %

DS : Ketidakadekuatan pemahaman Ketidakpatuhan


Pasien mengatakan sering pasien akibat kurang
makan 2 piring makanan pengetahuan terkait program
pada sekali makan therapi
DO :
 Gula darah pasien
selama 3 bulan terakhir
masih diatas normal
 HbA1c : 9,3 %

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pada pankreas
ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah
2. Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman terkait program
nutrisi
PATHWAY KASUS

Faktor Genetik

Kerusakan pada sel β pankreas

Defisiensi insulin dalam darah

Glukosa tidak dapat masuk ke


dalam sel tubuh
Sel sel tubuh mengalami kekurangan
glukosa sebagai cadangan energi
Peningkatan kadar glukosa dalam
darah
mengirimkan rangsangan lapar ke otak
Pemeriksaan GDP, GDS, HbA1c
meningkat
Sensasi rasa lapar yang berlebihan

Ndx. Ketidakstabilan kadar glukosa


darah Pasien makan lebih dari porsi yang
dianjurkan

Intervensi :
Pasien tidak menaati instruksi makan
Edukasi program pengobatan sesuai diet diabetes melitus

Ndx. Ketidakpatuhan

Intervensi :
Edukasi diet
C. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah diberikan tindakan Edukasi program pengobatan (I.12441)
darah berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 jam Observasi
disfungsi pada pankreas diharapkan kestabilan kadar 1. Identifikassi pengetahuan tentang pengobatan yang
ditandai dengan tingginya glukosa darah meningkat direkomendasikan
kadar glukosa darah dengan kriteria : Terapeutik
DS : Kadar glukosa dalam darah 2. Fasilitasi informasi tertulis untuk meningkatkan
 Pasien mengatakan sering cukup membaik(skala 4) pemahaman
merasa lapar 3. Berikan dukungan untuk menjalani pengobatan dengan
 Pasien mengatakan sering baik dan benar
BAK pada malam hari (2- 4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada
3x dalam semalam) pasien selama pengobatan
 Pasien mengatakan sering Edukasi
merasa haus 5. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
DO : 6. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat

 Keadaan umum baik 7. Jelaskan cara pengadaan kembali jika obat habis

 Hasil laboratorium tanggal 8. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi

7/11-2022 9. Anjurkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri

GDP : 190 mg/dl


Gula 2 jam PP : 235 mg/dl
HbA1c : 9,3 %
Ketidakpatuhan berhubungan Setelah diberikan tindakan Edukasi diet (I. 12369)
dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 1x2 jam Observasi
pemahaman terkait program diharapkan tingkat kepatuhan 1. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien saat ini
nutrisi ditandai dengan : meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
DS : hasil : 3. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang siet
 Pasien mengatakan sering Verbalisasi mengikuti anjuran yang diprogramkan
makan 2 piring dalam diit meningkat (skala 5) Terapeutik
sekali makan karena sering 4. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
merasa lapar Edukasi
DO : 5. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
 Gula darah pasien selama 6. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
3 bulan terakhir masih 7. Anjurkan menggganti bahan makanan sesuai dengan diet
diatas normal yang diprogramkan
 HbA1c : 9,3 %
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Ketidakstabilan kadar 11.30 1. Mengidentifikasi pengetahuan tentang pengobatan 8 September 2022 jam 13.00
glukosa darah yang direkomendasikan
Hasil : Pasien dan keluarga mengetahui terkait S : Pasien dan keluarga
program pengobatan diabetes yang sementara mengatakan mengerti terkait
dijalani program pengobatan yang
11.35
2. Memfasilitasi informasi tertulis untuk diberikan
meningkatkan pemahaman O:
Hasil : memberikan leaflet pada pasien tentang  keadaan umum baik
diabetes melitus  GDP : 190 mg/dl
11.40
3. Memberikan dukungan untuk menjalani Gula 2 jam PP : 235 mg/dl
pengobatan dengan baik dan benar dengan HbA1c : 9,3 %
memotivasi pasien agar menjalani pengobatan A : Ketidakstabilan kadar glukosa
dengan teratur agar diabetes yang diderita tidak darah belum teratasi
11.43 menimbulkan komplikasi ke organ tubuh lainnya P:
4. Melibatkan keluarga yaitu ibu dan ayah pasien Intervensi dilanjutkan secara
untuk memberikan dukungan pada pasien selama mandiri oleh pasien di rumah
11.45 pengobatan
5. Menjelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
yaitu tentang manfaat pengobatan dengan insulin
agar dapat menstabilkan kembali kadar glukosa
dalam darah dan efek sampingnya yaitu dapat
terjadi hipoglikemia pada pasien
Hasil : pasien mengerti akan penjelasan yang
11.50
diberikan
6. Menjelaskan cara mengelola jika terjadi
hipoglikemia dengan meminum teh manis atau
makan gula pasir/permen jika pasien mulai merasa
berkeringat dingin atau tangan gemetar.

11.55 Hasil : pasien mengerti akan penjelasan yang


diberikan
7. Menjelaskan cara pengadaan kembali jika obat
habis yaitu jika dosis insulin tinggal sedikit pasien
segera mendatangi fasilitas pengobatan tempat
berobat dan mengajukan penambahan resep insulin
agar tidak terjadi putus dosis
12.00 Hasil : pasien dan keluarga mengerti akan
penjelasan yang diberikan
8. Menganjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
dengan selalu membawa obat insulin kemanapun
pasien pergi sehingga ketika jam penyuntikan tiba
obat bisa langsung diberikan
12.03 Hasil : pasien mengatakan selalu membawa insulin
dan alat periksa gula saat berada diluar rumah,
termasuk saat pasien ke sekolah
9. Menganjurkan pasien melakukan penyuntikan
secara mandiri
Hasil : pasien sudah bisa menyuntik insulin secara
mandiri
Ketidakpatuhan 11.32 1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien saat 8 September 2022 jam 13.00
ini
Hasil : pasien sementara menempuh pendidikan di S : Pasien mengatakan akan
SMP, pasien belum mengerti pentingnya menaati program diet diabetes
pengaturan diet pada pasien diabetes yang disarankan dokter
12.05 O : keadaan umum baik
2. Mengidentifikasi kebiasaan pola makan pasien
Hasil : pasien mengatakan sering makan 2 posri A : Ketidakpatuhan teratasi
makanan karena merasa masih lapar P :Intervensi dilanjutkan
12.10
3. Mengidentifikasi persepsi pasien dan keluarga
tentang diet yang diprogramkan
Hasil : keluarga mengerti terkait program diet yang
dianjurkan tetapi pasien sering melanggar diet
12.13 tanpa sepengetahuan orang tuanya
4. Menjelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap
kesehatan yaitu untuk menstabilkan kadar gula
12.15 darah
5. Menginformasikan makanan yang diperbolehkan
dan dilarang
Hasil : pasien makan sesuai anjuran yaitu nasi, ikan
dan sayur dengan jumlah kalori 1700 kalori sekali
makan dan menghindari konsumsi makanan manis
12.20
atau gorengan
6. Meganjurkan menggganti bahan makanan sesuai
dengan diet yang diprogramkan
Hasil : menganjurkan mengganti gula dengan gula
rendah kalori, mengkonsumsi snack rendah kalori
dan mengkonsumsi roti gandum, pisang goroho
rebus, atau beras merah yang rendah kalori

Anda mungkin juga menyukai