Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR INDIVIDU

STASE GAWAT DARURAT I DI RUANGAN


CARDIAC VASCULER CARE UNIT RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO

OLEH :

INDRIA MAGDALENA UMBOH, S.Kep


210141040022

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PROFESI NERS
MANADO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN CORONARY ARTERY DESEASE
(CAD)

1. DEFINISI
Coronary Artery Desease (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri
korener, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri
koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan
pada otot jantung. CAD merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada
arteri koroner yang menyebabkan arteri koroner jadi menyempit. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh terkumpulnya kolestrol sehingga membentuk plak pada
dinding arteri dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses tersebut disebut
aterosklerosis. CAD dapat menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan
komplikasi seperti gagal jantung dan gangguan irama jantung. Diantara penyakit
kardiovaskular, penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian,
kecacatan, penderitaan dan kerugian materi serta menyebabkan keterbatasan fisik
dan sosial yang memerlukan penataan kehidupan pasien, komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner tidak hanya masalah bagi pasien tapi
juga pada keluarga. Jika pasien bertahan dalam serangan pertama, masalah
berikutnya adalah suatu kemungkinan peningkatan serangan akan lebih besar lagi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi serangan
berulangulang dan terjadi komplikasi, proses penyembuhan bisa lebih cepat lagi
dan meningkatkan kualitas hidup.
2. ETIOLOGI
Arteri koroner dibagi menjadi dua bagian yaitu arteri koroner kiri atau Left Main
(LM) dan arteri koroner kanan atau Right Oronary Artery (RCA). Arteri koroner
kiri atau LM memiliki dua cabang yaitu arteri desendens anterior kiri atau disebut
Left Anterior Desendens (LAD) dan arteri sirkumfleksa kiri atau LeftCircumflex
(LCX). Arteri Desendens Anterior kiri atau LAD memperdarahi dinding anterior
ventrikel kiri, sedangkan LCX memperdarahi dinding lateral ventrikel. Arteri
koroner kanan atau RCA memperdarahi ventrikel dan atrium kanan. Pada pasien
dengan diagnosa CAD dilakukan tindakan PTCA untuk membuka aliran darah
yang mengalami penyempitan.
Penyebab CAD secara umum dibagi atas dua, yakni menurunnya asupan oksigen
yang dipengaruhi oleh aterosklerosis, tromboemboli, vasopasme, dan
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Dengan kata lain, ketidakseimbangan
antara kebutuhan oksigen miokardium dengan masukannya yang dikenal menjadi
2, yaitu hipoksemia (iskemia) yang ditimbulkan oleh kelainan vaskuler (arteri
koronaria) dan hipoksia (anoksia) yang disebabkan kekurangan oksigen dalam
darah. Perbedaannya ialah pada iskemia terdapat kelainan vaskuler sehingga
perfusi ke jaringan berkurang dan eliminasi metabolit yang ditimbulkannya (misal
asam laktat) menurun juga sehingga gejalanya akan lebih cepat muncul
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan
trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk dibawah lapisan
terdalam endothelium dari dinding pembuluh darah arteri. Hal ini dapat
menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti,
sehingga menggangu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrisi ke jantung karena aliran
darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri mempengaruhi
pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan
jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pengerasan arteri tersebut
dinamakan arterosklerosis. Kejadian penyakit jantung koroner pada pria lebih dini
dibandingkan wanita. Pada usia 40-49 tahun pria memiliki risiko dua kali lebih
sering menderita penyakit ini dibandingkan wanita, tetapi pasca menopause, rasio
menjadi equivalent antara pria dan wanita. Kecenderungan aterosklerosis juga
berkembang pada keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner. Keluarga
dengan salah satu anggota keluarga menderita penyakit jantung koroner sebelum
usia 55 tahun, maka anggota keluarga yang lain memiliki risiko 2-6 kali untuk
terjadi masalah yang sama.
 Usia Kerentanan terhadap aterosklerosis meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki- laki biasanya risiko meningkat setelah umur 45 tahun
sedangkan pada wanita umur 55 tahun.
 Jenis Kelamin Aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita. Wanita agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini
karena dilindungi oleh hormon estrogen, namun setelah menopause sama
rentannya dengan pria.
 Ras Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis dibanding
orang kulit putih.
 Riwayat Keluarga CAD Riwayat keluarga yang ada menderita CAD,
meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur.
 Hiperlipidemia Adalah peningkatan lipid serum, yang meliputi: Kolesterol
> 200 mg/dl, Trigliserida > 200 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, HDL < 35
mg/dl.
 Hipertensi Adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik.
Hipertensi terjadi jika tekanan darah melebihi 140/90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah me ngakibatkan bertambahnya beban kerja jantung.
Akibatnya timbul hipertrofi ventrikel sebagai kompensasi untuk
meningkatkan kontraksi. Ventrikel semakin lama tidak mampu lagi
mengkompensasi tekanan darah yang terlalu tinggi hingga akhirnya terjadi
dilatasi dan payah jantung. Dan jantung semakin terancam oleh
aterosklerosis koroner.
 Merokok Merokok akan melepaskan nikotin dan karbonmonoksida ke
dalam darah. Karbonmonoksida lebih besar daya ikatnya dengan
hemoglobin daripada dengan oksigen. Akibatnya suplai darah untuk
jantung berkurang karena telah didominasi oleh karbondioksida.
Sedangkan nikotin yang ada dalam darah akan merangsang pelepasan
katekolamin. Katekolamin ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah
sehingga suplai darah ke jantung berkurang. Merokok juga dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang mengakibatkan terbentuknya
thrombus.
 Diabetes Mellitus Hiperglikemi menyebabkan peningkatan agregasi
trombosit. Hal ini akan memicu terbentuknya trombus. Pasien Diabetes
Mellitus juga berarti mengalami kelainan dalam metabolisme termasuk
lemak karena terjadinya toleransi terhadap glukosa.
 Obesitas Obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan
standar. Obesitas akan meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan
oksigen.
 Inaktifitas Fisik Inaktifitas fisik akan meningkatkan risiko aterosklerosis.
Dengan latihan fisik akan meningkatkan HDL dan aktivitas fibrinolysis.
 Stres dan Pola tingkah Laku Stres akan merangsang Hiperaktivitas HPA
yang dapat mempercepat terjadinya CAD. Peningkatan kadar kortisol
menyebabkan ateroklerosis, hipertensi, dan kerusakan sel endotel
pembuluh darah dan merangsang kemotaksis.

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi CAD meliputi angina pektoris stabil, angina pektoris tidak stabil,
Sindrom Koroner Akut (SKA), ST Elevasi Miokard Infark (STEMI), dan Non
ST Elevasi Miokard Infark (Non-STEMI).

4. TANDA DAN GEJALA


Gejala yang umum terjadi pada seseorang yang terkena CAD atau penyakit
jantung koroner, yaitu :
1. Nyeri dada (Angina)

Seseorang penderita CAD akan merasa tekanan atau sesak di dada. Rasa sakit
tersebut disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau
emosional. Hal ini hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan
aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang, terutama
perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan terasa di perut,
punggung atau lengan.

2. Sesak Napas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh, maka seseorang akan mengalami sesak napas atau kelelahan ekstrem
tanpa tenaga.

3. Serangan Jantung
Jika arteri koroner benar-benar diblokir, seseorang akan mengalami serangan
jantung.

4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkanstimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
5. Pusing

Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa
darahke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.

6. Kelelahan

Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat penyempitan


pembuluh darah

7. Mual dan muntah

Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan
didaerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang
bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark
merangsang reflex vasofagal.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Analisa gas darah (AGD)
 Pemeriksaan darah lengkap
 Hb, Ht
 Elektrokardiogram (EKG) : Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau
gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk
memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan
jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi,
yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
 Foto Rontgen Dada : Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung,
ada-tidaknya pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat
gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita
sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah
berlanjut pada payah jantung.
 Pemeriksaan laboratorium : Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida
sebagai factor resiko meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui
ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim
jantung
 Treadmill : Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya,
namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya
adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran
EKG tampak normal.
 Kateterisasi Jantung : Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan
kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan
langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha,
lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter
didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh
koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras
sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada
penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai
beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus
mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi
jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien
cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan
factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan
balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi.
Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga
seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah
kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon
dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang
paling umum diantaranya: 

1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.

Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan


darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu
mengurangi resiko serangan jantung.

2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).

Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan


darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.

3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).

Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian


meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa
tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri
dada secara cepat.

4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and


Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan
juga membantu menurunkan tekanan darah.

5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,


Rosuvastatin).

Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-


Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi
penyakit jantung koroner.

6. Intervensi Jantung Perkutan.

Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau
memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan
jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner
stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan
sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau
double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh
darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal
dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik
atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

7. Operasi.

 Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).

CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung
ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan
yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata
resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya
dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1
persen.

 Revaskularisasi Transmiokardia

Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan
CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di
NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak
lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke
pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina

10. PATHWAY
1. Pengkajian
a) Data demogrfi yang terdiri dari : Nama, Umur: biasanya angina
pectoris beresiko pada umur 40 tahun, Jenis Kelamin yang
mudah terserang angina pectoris laki-laki, Agama, Suku Atau
Kebangsaan, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Diagnosis Medis,
Nomor Registrasi, Tanggal Dan Jam Masuk Rumah Sakit,
Tanggal Dan Waktu Pengkajian Keperawatan. Udjianti (2010)
b) Riwayat Keperawatan :
Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menonjol yang
dirasakan klien & merupakan alasan yang membuat klien datang
ke RS. Keluhan utama pada angina pectoris biasanya nyeri dada
yang hebat dan sampai menyebar ke punggung dan biasanya
juga timbul nyeri yang terasa menusuk atau panas seperti
terbakar.

Provoking Incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak


berkurang setelah istirahat dan setelah di berikan nitrogliserin
Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan klien. sifat
nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau diremas. Region :
lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium ,
penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggeakan bahu dan tangan.
Severity of pain : klien di tanya dengan rentang 0-4 atau 0-10
(visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa
berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi,
skala nyeri berkisar antara 3- 4 (0-4) atau 7-9 (0-10).
Time : biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya
umumnya di keluhkan kurang lebih 15 menit. Nyeri infrak oleh
miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya
dirasakan semakin berat (progresif) dan berlangsung lama
Udjianti (2010).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan informasi tentang keadaan & keluhan-keluhan klien saat
timbul serangan, durasi kronologis, & frekuensi serangan, lokasi,
penjalaran, kualitas & intensitas serangan, faktor-faktor predisposisi
atau presipitasi serta hal apa saja yang telah dilakukan untuk
mengurangi keluhan.
3Riwayat Penyakit Masa Lalu Riwayat penyakit yang pernah
diderita klien terutama penyakit yang mendukung munculnya
penyakit saat ini. Misalnya Hipertensi, DM, dan lain sebagainya.
3) Riwayat Psikososial
Dampak yang dapat ditimbulkan pada kehidupan sosial klien. Klien
maupun keluarga menghadapi situasi yang menghadirkan
kemungkinan kematian atau rasa takut terhadap nyeri,
ketidakmampuan, gangguan harga diri, ketergantungan fisik, serta
perubahan dinamika peran keluarga.
4) Riwayat pekerjaan dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Dampak yang dapat ditimbulkan pada kehidupan sosial klien. Klien
maupun keluarga menghadapi situasi yang menghadirkan

kemungkinan kematian atau rasa takut terhadap nyeri,


ketidakmampuan, gangguan harga diri, ketergantungan fisik, serta
perubahan dinamika peran keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Breathing
b) Blood
Menurut Udjianti (2010) biasanya pada angina pectoris pada b2
(Blood) terdapat palpitasi
1) Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasca pembedahan jantung. Posisi
parut dapat memberikan petunujuk mengenai lesi katup
yang telah dioperasi
Denyut apeks : posisinya yang normal adalah pada
interkostal kiri ke ± 5 berjarak 1 cm medial dari garis
midklavikula.
2) Palpasi
Palpasi Tujuannya adalah mendeteksi kelainan yang
tampak saat inspeksi. Palpasi denyut apeks : Normal pada
interkosta ke ± 5 (2 ± 3 cm medial garis midklavikula).
Dapat tidak teraba bila klien gemuk, dinding toraks tebal,
emfisema dan lain ± lain. Meningkat bila curah jantung
besar misalnya pada insufisiensi aorta/mitral.
Palpasi arteri karotis : Arteri karotis mudah dipalpasi pada
otot ± otot sternomastoideus. Hasil pemeriksaan ini dapat
memberikan banyak informasi mengenai bentuk
gelombang denyut aorta yang dipengaruhi oleh berbagai
kelainan jantung.
Tekanan vena jugularis Teknik pengukuran tekanan vena
jugularis adalah sebagai berikut : (1) Minta klien
berbaring telentang, dengan kepala ditinggikan pada
tempat tidur atau meja pemeriksaan (2) Kepala klien
harus sedikit diplangkan menjauhi sisi leher yang akan
diperiksa (3) Carilah vena jugularis eksterna (4) Palpasi
denyutan vena jugularis interna (bedakan denyutan ini
dengan denyutan arteri karotis interna.
Brain
c) Menurut Udjianti (2010) Pemeriksaan neurosensori pada
pemeriksaan ini normal, biasanya di temukan pusing Ditujukan
terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun,
duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak.
Pengkajian meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh,
menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan
kehilangan kontak mata.
d) Bladder
Menurut Udjianti (2010) Pada pemeriksaan perkemihan pada
pasien angina pectoris normal tidak ada gangguan output urine
merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan
haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji
lebih lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut
merupakan penurunan produksi urine (yang terjadi bila perfusi
ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien untuk buang
air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya
massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang
menunjukkan kandungkemih yang penuh (distensi kandung
kemih)
e) Bowel
Pada pemeriksaan pencernaan pada pasien angina pectoris
Obesitas, biasanya di temukan mual dan muntah pengkajian
harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah
sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah
sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau

berkeringat, muntah dan perubahan berat badan refluks


hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan
aliran balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan.
Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini daapt
diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 ± 60
detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis sebesar 1 cm
f) Bone
- Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut
dan berdebar
- Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea
nokturnal paroksimal, nokturia dan keringat pada malam
hari)
- Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa
jam klien tidur dalam 24 jam dan apakah klien mengalami
sulit tidur dan bagaimana perubahannya setelah klien
mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Perlu
diketahui, klien dengan IMA sering terbangun dan susah
tidur karena nyeri dada dan sesak napas
- Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit.
Apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan
aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah karena klien
merasa sesak napas saat beraktivitas.
g) Sistem Pengindraan
Inspeksi :
Mata : Pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal
kanan atau kiri, konjungtiva normal kanan atau kiri, terdapat
anemis, sclera putih kanan atau kiri, palpebra normal kanan
atau kiri, pergerakan bola mata normal kanan atau kiri Hidung :
Mukosa lembab, tidak ada secret

Telinga : Bentuk simetris kanan atau kiri, ketajaman


pendengaran baik kanan atau kiri
Perasa: bisa merasakan pahit, asam, asin dan anis
Peraba : Normal dan dapat berfungsi dengan baik
(Udjianti,2010)
h) Sistem Endokrin
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran
kelenajar getah bening, klien tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan.
Palpasi : Tidak ada benjolan pada leher, pembesaran vena
jugularis dan adanya pembesaran kelenjar tyroid. Udjianti (2010).

Diagnosa Keperawatan

 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan kontraktilitas, perubahan


struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).

 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat turunnya curah
jantung.

 Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler paru,
contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.

 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan perfusi
jaringan.

Intervensi Keperawatan

 Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan


inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis:
kelainan katup, aneurisma ventrikel)

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya


penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
 Frekuensi jantung meningkat
 Status Hemodinamik stabil
 Haluaran Urin adekuat
 Tidak terjadi dispnu
 Akral Hangat

Intervensi

1. Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung.


Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitasjantung.
2. Catatbunyijantung.
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran ke
dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh
CO dan pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
pengisisanjantung.
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi
urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal yang
juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan
cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.

 Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya


dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.

Tujuan dan kriteria hasil:

 Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan


 Memenuhi perawatan diri sendiri
 Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh
menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi

1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker, traquilizer,
sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan
menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode
aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi
stress miokard.

6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.


Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja jantung atau
konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah
stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.

 Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air.

Intervensi

1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari)
karena penurunan perfusi ginjal
2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau
berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada
3. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan
nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan contoh
krekels, mengi atau batuk.
5. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.
6. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat
reabsorbsi.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
 Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane kapiler-alveolus,
contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke dalam area interstitial ataualveoli.

Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan secret
2. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
3. Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan meningkatkan
inspaksi paru maksimal
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki
atau menurunkan hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan
bronkodilator.
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas,
meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan
efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru.

 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusijaringan.

Intervensi
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area sirkulasinya
terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko imobilisasi fisik dan
gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan rentang gerak
pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.
4. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan mempercepat
kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema dependen.,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
6. Hindarai obat intramuscular.
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat
dan predisposisi untuk kerusakan kulit atau terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Fuji Widea Pratiwi, Jessica Sriayu Saragi. 2018. PEMANTAUAN KATETERISASI
JANTUNG PADA TINDAKAN PTCA TERHADAP PASIEN CAD. Teknik
Kardiovaskuler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan an Universitas Muhammadiyah
Profesor Dr. HAMKA.

Muhammad I. H, Sadiah A, Santun B, R. Karakteristik usia dan jenis kelamin penderita


hipertensi dengan kejadian stroke atau coronary artery disease di rumah sakit
umum daerah al-ihsan pada tahun 2015. Fakultas Kedokteran, Universitas Islam
Bandung

Sri S. Asuhan keperawatan CAD. Universitas bina sarana informatika

Ismayani safitri. 2021. Asuhan keperawatan pada pasien tn.a post percutaneous coronary
intervention (pci) dengan diagnosa medis angina pectoris stabil ccs ii dan
coronary artery disease (cad) 3vd. Program studi profesi ners. Fakultas
keperawatan universitas hasanuddin makassar
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I
PADA TN. S. A DENGAN CAD di CARDIAC VASCULER CARE UNIT
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

IDENTITAS

1. Nomor Rekam Medis : 00310489


2. Nama : Saure J. Abraham
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Umur : 58 Tahun
5. Agama : Kristen
6. Status perkawinan : menikah
7. Pendidikan/pekerjaan : SMA/Swasta
8. Alamat : Bitung
9. Sumber informasi : Pasien dan keluarga
10. Diagnosa medis : Cardiac Artery Desease (CAD)

Riwayat Keperawatan : Pernah dirawat di Rawat inap CVBC lantai 2 pada tanggal 20
juni 2022 sampai tanggal 27 juni 2022.

Alasan dirawat di CVCU : selasa malam, 5 juli 2022 klien mengeluh nyeri dada + sesak,
kemudian di bawah ke Rumah sakit auri bitung, dan dirujuk
pada hari rabu, 6 juli 2022 jam 03.00 di RSUP Prof DR. R. D
Kandou manado dengan alasan perawatan intensif kardio,
dengan tanda vital GCS : 14, TD : 91/62 mmHg, RR : 32 x/m,
Nadi : 89 x/m, SPO2: 99% SB : 36,5 c, skala nyeri : 3 diberikan
terapi oksigen nonreabrething oxygen face mask 15 l/m dan
IVFD nacl 0,9%. kemudian jam 09.00 dibawa di perawatan
intensive jantung dan pembuluh darah
AIRWAY

Penggunaan Alat : klien tidak menggunakan ETT, OPA, NPA, Trakeostomi.

Kepatenan jalan napas

 Sekret : tidak ada


 Karakeristik secret :-
 Jumlah :-

Selang ETT

 Kebocoran : Tidak
 Terlipat : Tidak

BREATHING

Ventilator : Ya

Mode Ventilator

 CPAP (Continuous positive airway pressure)


 TD : 103/62 mmHg, RR : 97 x/m
 PEEP/CPAP : FlO2 :100%, Ratio SaO2 :

Terapi oksigen : NRM 15 l/m.

Sianosis : Ya

Perifer : Ekstremitas

Sentral : Bibir

Hasil Laboratorium :

 Ph : 7,2
 PCO2 : 23,2 mmHg
 PO2 : 152 mmHg
 HCO3 : 9,4 mmol/L
 TCO2 : 10 mmol/L
 So2 : 99%
 Lac : 6,79 mmol/L

CIRCULATION

 Tekanan darah : 103/62 mmHg


 MAP : 81
 Frekuensi jantung : 97 x/m
 Distensi vena jugularis : Ya
 Pulsasi nadi ulnaris dan dorsalis pedis : lemah
 Pengisian kapiler : > 2 detik
 Tidak ada edema pada ekstremitas
 Pasien terpasang Kateter urine, CVL, dan infus line di kaki kanan.
 Terapi medikasi : Debutamin 500 mg>3 mcg, NTG 20 mg>150 mcg/jam, Furosemide
40 mg/jam, nacl 0,9%.
 Hasil EKG :
DISABILITY
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E3V5M5 : 13
 Reaksi pupil : baik
 Skala nyeri : skala 3

Pengkajian Nyeri

P : Nyeri karena penyakit kronis, bertambah jika merubah posisi

Q : seperti di tusuk-tusuk.

R : Nyeri dada sebelah kiri

S : skala nyeri 5
T : hilang timbul

 Pengkajian resiko jatuh : skor 25 ( resiko rendah : lakukan pencegahan


jatuh standar)
 CPOT (critical care pain observation tool) : skor 3
 Resiko decubitus (braden) : resiko rendah, skor 15 yaitu pasien dapat mobilisasi
dengan bantuan perawat.
 RASS : skor 0

ELIMINATION

Tinggi badan : 172 cm, Berat badan : 70 kg , IMT : 23,6 kg/m2

URINE

Intake output

Infus : 1000 cc Urine : 2600 cc/ 24 jam

Oral : - cc IWL : 40,62 cc

Med. Trip : 1,903,95 cc drain : -596,05 cc

NGT : 900 cc

Kateter urine

Terpasang : ya

Karakteristik urin : berwarna kuning kecoklatan

ANALISA DATA

Data Subjektif :
-
Data Objektif :

Data Subjektif :
-
Data Objektif :

INTERVENSI

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWAT
AN
Setelah dilakukan tindakan 1. 1. untuk
keperawatan diharapkan mengetahui ada
membaik dengan kriteria tidaknya
hasil : kelalahan pada
 otot bantu napas
2. untuk
mengetahui
tindakan
penanganan
selanjutnya
3. menghindari
peningkatan
TIK, lebih
memudahkan
oksigenasi dan
membantu
mempertahanka
n kestabilan pola
napas.
4. untuk
meningkatkan
dan atau
mempertahanka
n status
pernapasan
5. untuk
perawatan lebih
lanjut.
Setelah dilakukan tindakan 1. 1. menilai status
keperawatan diharapkan pola napas
dengan kriteria hasil : 2. untuk
mengetahui
seberapa banyak
sputum yang
menghambat
pada jalan napas
dan mendeteksi
ada tidaknya
infeksi saluran
pernapasan.
3. untuk
membebaskan
jalans napas,
membantu
oksigenasi dan
mencegah
infeksi
4. membantu
mengembalikan
dan memelihara
fungsi otot
pernapasan,
meningkatkan
efisiensi dan
ekspansi paru
dan membantu
mengeluarkan
sekrett dari
saluran
pernapasan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA TANGGAL, IMPLEMENTASI EVALUASI


JAM

Anda mungkin juga menyukai