Taruna Muda
Nama : Rahmat Gunawan Tamim S
STB : 4399
Prodi : Teknik Pemasyarakatan A
Mata Kuliah : Sosiologi Penjara
Hari / Tanggal : Kamis, 18 November 2021
1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian sosial ? Jelaskan beberapa cara masyarakat
agar semua orang patuh dan taat kepada peranannya ?
2. Jelaskan dampak penderitaan/ kehilangan yang dialami oleh seorang narapidana akibat
pemenjaraan menurut Gresham Sykes !
3. Apa yang saudara ketahui tentang sistem sosial Narapidana di dalam penjara (Lembaga
Pemasyarakatan) ? Jelaskan dan berikan contohnya !
4. Jelaskan tentang penyimpangan perilaku yang sering terjadi muncul di dalam penjara !
Apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebabnya ? Berikan contohnya !
5. Apa yang dimaksud dengan Penyimpangan Sosial (social deviation) ? apa saja jenis-
jenis penyimpangan sosial tersebut ? Jelaskan !
6. Jelaskan terjadinya proses tukar menukar kepentingan yang terjadi antara pegawai dan
narapidana yang juga pada gilirannya dapat menimbulkan penyimpangan di dalam
penjara !
PETUNJUK PENGERJAAN.
1. Pilih dan Jawablah 5 dari 6 soal yang ada di atas.
2. Cantumkan Nomor Soal yang dipilih sesuai dengan nomor dalam lembar jawaban
Saudara.
3. Kerjakan sendiri dengan jujur dan dilarang menyontek (jika ketahuan menyontek akan
dikenakan sanksi tidak lulus).
4. Lembar jawaban dibuat dalam format Word dan dikirimkan via email oleh masing-
masing taruna ke tribudiharyoko@gmail.com segera setelah jam ujian selesai.
5. Jangan lupa cantumkan nama, nomor stambuk, dan tanggal pelaksanaan UAS di pojok
kiri atas lembar jawaban.
6. Terima kasih dan selamat mengerjakan.
Jawaban
1. Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme sebagai mencegah kelainan sosial serta
mengajak dan mengarahkan warga sebagai berperilaku dan bersikap sesuai norma dan
nilai yang berlanjut. Dengan hal telah tersedia pengendalian sosial yang berpegang
pada kebenaran diharapkan bisa meluruskan anggota warga yang berperilaku
menyimpang/membangkang.
Cara pengendalian sosial Berikut cara pengendalian sosial yang dilakukan masyarakat:
a. Secara persuasif Cara persuasif merupakan cara yang dilakukan tanpa kekerasan
tapi dengan cara menasehati, himbauan atau membimbing agar tidak melakukan
penyimpangan. Cara tersebut biasanya dilakukan melalui lisan atau simbolik, seperti
spanduk, poster atau iklan layanan masyarakat.
b. Cara koersif Cara koersif adalah pengendalian sosial dengan cara paksaan atau
kekerasan, baik secara fisik atau psikis. Biasanya cara koersif merupakan cara
terakhir setelah beberapa cara yang dilakukan tidak berhasil. Hasil cara tersebut
seringkali menimbulkan reaksi negatif dari berbagai pihak, contohnya itu penertiban
pedagang kaki lima (PKL).
c. Cara sosialisasi Cara sosialisasi merupakan pengendalian yang dilakukan dengan
menciptakan kebiasaan-kebiasaan, menanama nilai dan norma sejak dini. Pada cara
tersebut ditandai dengan adanya proses pengenalan norma dan nilai yang hidup
atau berlaku di dalam masyarakat.
d. Lewat penekanan sosial Cara dipakai masyarakat untuk mengendalikan tingkah laku
anggota masyarakat. Ini dilakukan agar berperilaku sama dengan masyarakat.
3. Kehidupan sosial di Lapas yang serba ter-batas dan dibatasi, memungkinkan pula
terjadi perlawanan (resistensi), sebagaimana dikemu-kakan Scott (1985: 29), resistensi
sebagai bagian perjuangan sehari-hari. Bagi narapidana bisa berlangsung seperti
berpura-pura taat, mengela-bui (modus), mencuri kecil-kecilan, pura-pura bodoh,
membuat keributan, sampai menyelundupkan barang terlarang, melarikan diri, bahkan
melawan petugas. Hal ini sebagai ungkapan ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada
dalam struktur tidak menguntungkan, ter-wujud dalam bentuk represi sehari-hari atau
dikenal dengan perlawanan sehari-hari. Kehidupan sosial dalam lembaga pemasyara-
katan (Lapas) berulang kali menjadi sorotan tayangan media visual maupun media
cetak. Opini negatif bermunculan tentang keberadaan Lapas. Cara pandang melihat
Lapas selama ini selalu didasarkan pada aturan formal sebagaima-na tertuang dalam
peraturan perundangan (Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan).
Masuknya beragam terhu-kum (narapidana) dari beragam jenis kejahatan terkini,
memberi cara pandang baru dan bentuk relasi baru antara petugas dan narapidana.
Relasi hubungan ini mendasari interaksi saling mem-butuhkan sekaligus pemenuhan
kepentingan timbal-balik
6. Dalam praktek, batas-batas sosial dan kewenangan mengaturnya diciptakan dan dimiliki
bersama oleh aktor petu-gas dan narapidana. Batas-batas fisik dan sosial menimbulkan
kesepakatan-kesepakatan diantara petugas dan narapidana untuk saling bekerja sama
menafsirkan kembali pelaksanaan batas batas tersebut sesuai kebutuhan dan
kepentingan masing-masing