Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,inayah,dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah pada mata kuliah maternitas dengan judul “ Demografi” sesuai
dengan waktu yang di tentukan.
Adapun penyusunan makalah ini guna memenuhi kriteria ketuntasan nilai pada mata
kuliah di akademi keperawatan Abulyatama.kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tak lepas dari bimbingan dosen pembimbing pada mata kuliah untuk itu pada
kesempatan ini kami menghaturkan rasa terima kasih kepada beliau.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi
kesempurnaan makalah ini.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua

Aceh Besar, April 2015


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Pengertian ............................................................................................................ 2
B. Variabel Utama Demografi ................................................................................. 2
C. Sumber Data Kependudukan ............................................................................... 2
D. Dinamika Penduduk ............................................................................................ 3
E. Laju Pertumbuhan Penduduk .............................................................................. 3
F. Ukuran-ukuran dasar demografi .......................................................................... 4
G. Persebaran Penduduk Indonesia .......................................................................... 5
H. Migrasi ................................................................................................................. 6
I. Transmigrasi ........................................................................................................ 7
J. Piramida Penduduk .............................................................................................. 8
K. Transisi Demografi .............................................................................................. 10
L. Faktor-Faktor Demografik yang mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk . 12
M. Srategi pendekatan dan cara operasional program Pelayanan KB ..................... 19

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 25


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 25
B. Saran ................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia edisi Balai Pustaka, Demografi berarti ilmu
kependudukan: ilmu tentang susunan, dan pertumbuhan penduduk; ilmu yang memberikan
uraian atau lukisan berupa statistik mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial politik.
Demografi berasal dari kata demos, artinya rakyat atau penduduk dan graphien berarti
mencitra, menulis, melukis atau gambaran tentang penduduk pada suatu Negara atau wilayah.
Namun, inti persoalan yang dipelajari dalam demografi itu sendiri semuanya hampir
sama, bahwa Demografi adalah ilmu pengetahuan yang secara kuantitatif dan kualitatif
manganalisis penduduk mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya. Data yang
diperoleh untuk keperluan demografi ini digunakan untuk menyusun perencanaan, dengan
memberi gambaran penduduk atau masa yang akan datang dibandingkan dengan pada masa
lampau. Data yang diperoleh juga digunakan untuk pembangunan disegala bidang seperti:
bidang pendidikan dan bidang-bidang lain yang memerlukan data khusus demografi ini. Data
demografi tentang jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin yang sangat
diperlukan dalam kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah pusat, dan daerah.
Sumber data demografi yaitu:
1. Hasil sensus (biasanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik sebagai keperluan-keperluan
formal seperti: pemilu)
2. Hasil survey mengenai penduduk, dilakukan dari tingkat satuan terkecil seperti RT.

B. Rumusuan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Demografi ?
2. Apa Saja Fakto-Faktor dan Teori Kependudukan ?
3. Apa Saja Permasalahan Demografi atau Kependudukan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami Arti Demografi
2. Memahami Tentang Faktor-Faktor dan Teori Kependudukan
3. Menetahu Tentang Apa Saja Permasalaha Penduduk

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana
jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau
kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,kewarganegaraan, agama,
atau etnisitas tertentu.
Demografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu : Demos : Rakyat dan Grafein : Menulis.
Jadi Demografi adalah Tulisan tulisan tentang rakyat/penduduk (ilmu kependudukan)
Menurut Donald J Boque :
Ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan
distribusi penduduk beserta perubahannya sepanjang masa, melalui bekerjanya lima
komponen demografi yaitukelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi
dan mobilitas sosial.

B. Variabel utama demografi:


1. Kelahiran (natalitas)
2. Kematian (death/mortalitas)
3. Migrasi (perpindahan)
Ketiga Variabel ini akan mempengaruhi keadaan dan komposisi penduduk (umur dan
jenis kelamin)

C. Sumber data kependudukan :


a. Sensus Penduduk (SP).
Indonesia telah melakukan sesus pada tahun ’71, ’80, ’90, dan 2000 (SP71, SP80, SP90,
dan SP2000)
b. Survey penduduk, yaitu diataranya :
1. SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) pada tahun 1985 dan 1995.
2. Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
3. SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)
4. SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
2
c. Registrasi Penduduk, misalnya : Akte Kelahiran, Akta Nikah, Pembuatan KTP.
Seiring dengan waktu untuk mengetahui keadaan penduduk mengalami perubahan.
Info kependudukan berkaitan dengan keakuratan data, data kependudukan yang tidak akurat
menyebabkan informasi yang dihasilkan salah. Padahal data tersebut digunakan sebagai
perencanaan pembangunan.

D. Dinamika penduduk :
Dinamika penduduk akan melahirkan push and pull theory, yaitu Pertumbuhan
penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah
dan mengurangi
a. Kekuatan menambah (dorong/push) : kelahiran, imigrasi
b. Kekuatan mengurangi (tarik/pull) : kematian, emigrasi.

E. Laju pertumbuhan penduduk


Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Perubahan jumlah
penduduk ini disebut sebagai pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk adalah
bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun
waktu tertentu.Tingkat pertumbuhan penduduk di negara kita masih termasuk tinggi.
Pengukuran laju pertumbuhan penduduk yaitu :
1. Rate of natural increase (pertumbuhan penduduk alami)
Pt = Po + ( B - D) + (Mi – Mo)
2. Pertumbuhan Geometri
Pt = Po. (1+r) n
3. Pertumbuhan Eksponential
Pt = Po. e r. n
Keterangan :
- Pt : jumlah penduduk pada waktu sesudahnya (P=population)
- Po : jumlah penduduk pada waktu terdahulu (awal)
- B : kelahiran yang terjadi pada jangka waktu antara kedua kejadian tersebut (B=Birth)
- D : Jumlah kematian yang terjadi pada jangka (Death=mati)
- Mi : migrasi masuk pada jangka waktu yang sama (M=migration)
- Mo :migrasi keluar pada jangka waktu yang sama
- r : angka pertumbuhan penduduk (r=rate)
- n : lamanya waktu antara Po dengan Pt (n=number)
3
- e : angka eksponential = 2,71828 (e=eksponential/pangkat)
Pertumbuhan penduduk di suatu daerah/negara disebabkan oleh faktor-faktor
demografi :
1. Angka kelahiran, fertilitas, natalitas/birth rate
2. Angka kematian, mortalitas/death rate.
3. Migrasi masuk (imigrasi) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area
of destination)
4. Migrasi keluar (emigrasi) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area
of origin)

F. Ukuran-ukuran dasar demografi


a. Rate
Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu
dalam populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah
penduduk yang memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan dinamika
dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat.
Besarnya Rate = X x Konstanta (K)
Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate)
b. Rasio / Ratio
Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau
perbandingan 2 bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan
besarnya kejadian.
Besarnya rasio = X
c. Proporsi
Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator)
dimana Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.
Proporsi = X x 100
( X+Y)
d. Rata-rata
Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai
pengamatan yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.
e. Frekuensi
Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan
pada periode waktu tertentu.
4
f. Cakupan
Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang
ditentukan pada periode tertentu.

G. Persebaran Penduduk Indonesia


Beberapa daerah di Indonesia penduduknya masih sangat sedikit, atau masih
kekurangan jumlah penduduk (under population). Contohnya di Papua, kepadatan penduduk
rata-rata hanya 4 jiwa per kilometer persegi. Sementara pulau Jawa kepadatan penduduknya
mencapai 945 jiwa per kilometer persegi. Pulau Jawa dan Madura dengan luas 132 ribu km2
berpenduduk 137 juta jiwa pada tahun 2010.
Pulau-pulau lain di Indonesia, dengan luas berkali lipat dari pulau Jawa jika seluruh
penduduknya dijumlahkan tidak dapat mencapai jumlah penduduk yang tinggal di pulau
Jawa.
Bagaimana dampak penduduk yang tidak merata tersebut? Kondisi persebaran penduduk yang
tidak merata merupakan sebuah permasalahan tersendiri bagi pelaksanaan pembangunan,
karena di daerah dengan penduduk yang padat berarti tersedia cukup banyak tenaga kerja.
Namun pada daerah lain seperti di Kalimantan dan Papua, terjadi kekurangan tenaga kerja
sebagai sumber daya manusia untuk
melaksanakan pembangunan. Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Salah satu cara untuk
mengatasi masalah tersebut tentu dengan mendatangkan tenaga terampil dari daerah-daerah
lain.
Penduduk terpadat di Indonesia adalah Pulau Jawa. Mengapa demikian? Hal ini tidak
lepas dari sejarah kehidupan masyarakat Indonesia.
a. Pulau Jawa adalah daerah yang sangat subur dan telah lama berkembang pertanian
tradisional. Pada masa lalu, masyarakat masih mengembangkan pola ekonomi tradisional
berupa pertanian.
b. Lokasi Pulau Jawa yang sebagian besar wilayahnya mudah terjangkau menjadi salah satu
penyebab persebaran penduduk di Pulau Jawa terus terjadi.
c. Pulau Jawa juga merupakan pusat perkembangan politik pada masa pengaruh Hindu,
Buddha, Islam, dan masa penjajahan.
d. Pusat pemerintahan
e. Sarana dan prasarana di Pulau Jawa cukup lengkap.
f. Pulau Jawa merupakan pusat kegiatan ekonomi
g. Pulau Jawa tanahnya paling subur dan reliefnya datar
5
h. Pulau Jawa merupakan pusat pendidikan
Dampak persebaran penduduk yang tidak merata:
1. Pembangunan nasional tidak dapat berjalan secara maksimal
2. Membahayakan pertahanan nasional Indonesia
Upaya mengatasi peserbaran penduduk yang tidak merata :
1. Memindahan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya
2. Memindahkan pusat-pusat kegiatan ekonomi ke luar Jawa
3. Membangun sarana dan prasana yang memadai baik di bidang pendidikan, tranportasi,
pertanian, perkebunan, dll.

H. Migrasi
Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, yaitu :
1. Urbanisasi
2. Transmigrasi
3. Migrasi internal, yaitu Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam
suatu negara. Perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal disebut migrasi
keluar/emigrasi ,sedangkan masuknya penduduk kesuatu daerah tujuan disebut migrasi
masuk./imigrasi Migrasi ini ada 2 macam :
a. Migrasi Bruto
Jumlah migrasi masuk dan keluar dalam suatu daerah atau negara.
Angka Migrasi Bruto
Angka yang menunjukan banyaknya migran masuk dan migran keluar selama satu tahun di
bagi penduduk pada pertengahan tahun (1 Juli)
Rumus : jumlah migran masuk + migran keluar
Jumlah penduduk pertengahan tahun X 1000

b. Migrasi Neto
Merupakan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar, migrasi neto posistif jika migrasi
masuk lebih besar dari pada migrasi keluar, sedangkan migrasi neto negatif adalah sebaliknya.
Angka Migrasi Neto
Angka yang menunjukan selisih jumlah migran masuk dan migran keluar selama satu tahun di
bagi penduduk pada pertengahan tahun .
Rumus : jumlah migran masuk - migran keluar
Jumlah penduduk pertengahan tahun X 1000
6
Migrasi semasa hidup
Adalah penduduk yang tempat tinggal saat pencacahan berbeda dengan tempat kelahirannya.
Proyeksi penduduk
Perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah
perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi
Diperlukan untuk perencanaan (beras, kesehatan, kesempatan kerja dll).

I. Transmigrasi
Beberapa pulau besar di Indonesia seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Papua dapat
ditemukan beberapa daerah yang merupakan lokasi transmigrasi. Sebagai contoh apabila
kamu tinggal di Kabupaten Lampung Selatan, kamu akan menemukan daerah yang memiliki
bahasa berbeda-beda. Apabila kamu tinggal di dekat Kecamatan Tanjungsari dan Merbau
Mataram, kamu menemukan masyarakat yang sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa.
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah atau pulau yang
berpenduduk padat ke daerah atau pulau yang berpenduduk jarang dalam rangka untuk
kepentingan pembangunan nasional.
Transmigrasi dapat berupa perpindahan penduduk dalam satu daerah, tetapi juga dapat
dilakukan antar provinsi atau antar pulau. Transmigrasi dalam satu daerah misalnya penduduk
di Garut Utara, Jawa Barat dipindahkan ke Garut Selatan yang penduduknya masih sangat
jarang. Pada saat ini transmigrasi dalam satu daerah sangat jarang ditemukan di Pulau Jawa,
karena hampir semua lokasi di Pulau Jawa
sudah padat penduduknya.
Transmigrasi dapat dilakukan atas kehendak sendiri maupun mengikuti program pemerintah.
Tujuan pelaksanaan program transmigrasi di Indonesia :
a. Pemerataan penduduk. Agar penduduk tidak memusat di suatu lokasi, maka mereka
disebar ke berbagai daerah dan pulau. Transmigrasi juga secara tidak langsung turut
membentuk persebaran sumber daya manusia, alam, budaya baru di lokasi kedatangan.
b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lahan yang sempit di Pulau Jawa ketika diolah
mungkin hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c. Suatu keluarga akan memperoleh lahan luas
d. Masalah pengangguran juga terselesaikan
e. Menanggulangi bencana alam. Sebagai contoh, penduduk di sekitar daerah rawan
bencana seperti Gunung Merapi dan Gunung Sinabung dipindahkan ke daerah lain yang
tidak berbahaya.
7
f. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

 Dampak Positif Transmigrasi


1) Memeratakan kepadatan penduduk.
2) Meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan masyarakat.
3) Merangsang pembangunan di daerah baru.
4) Memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa melalui pembauran antarsuku bangsa.
 Dampak Negatif Transmigrasi
1) Berkurangnya areal hutan untuk lahan permukiman.
2) Terganggunya habitat hewan liar di daerah tujuan transmigrasi.
3) Pada beberapa kasus, pelaksanaan transmigrasi terkadang menimbulkan
kecemburuan sosial antara penduduk asli dengan para pendatang.

J. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk perlu diketahui untuk berbagai hal antara lain :
1. Untuk mengetahui sumber daya manusia yang tersedia atas dasar usia maupun jenis
kelamin
2. Untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kependudukan
3. Untuk studi komparatif antar daerah
4. Untuk mengetahui proses demografi
Komposisi umur dan jenis kelamin paling penting karena tidak hanya diketahui keadaan
penduduk secara biologis, namun juga kondisi penduduk secara ekonomi dan sosial. Dengan
mengetahui susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, maka dapat diketahui
kemungkinan bertambahnya penduduk di masa yang akan datang.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat disajikan dalam bentuk
grafik yang disebut piramida penduduk, yaitu grafik batang dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sumbu vertikal untuk interval usia
b. Sumber horizontal untuk jumlah penduduk dalam persen
c. Sebelah kiri untuk penduduk laki-laki, sebelah kanan untuk penduduk wanita.
d. Dasar sumbu vertikal untuk kelompok usia termuda, semakin ke atas semakin tua
e. Puncak piramida untuk penduduk tertua, biasanya dalam interval terbuka
f. Komposisi penduduk menurut umur menggunakan interval 5 tahun yaitu : 0-4, 5-9, 10-
14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35- 39, 40- 44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74,
75+
8
Model Piramida
Jenis Penduduk / Jenis Piramida
CIRI MUDA TETAP TUA
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) Tinggi Tidak Tinggi Menurun sangat
pesat
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) Rendah Rendah Sangat kecil
Bentuk

Model Piramida penduduk Muda contohnya adalah Indonesia, India, Filipina,


Brazili. Piramida penduduk Muda biasanya pada negara-negara berkembang. Model piramida
penduduk Tetap contohnya : Belanda, Swedia, Australia.Model Piramida penduduk Tua
contohnya adalah Jerman, Belgia, Swiss, Spanyol.
Untuk menentukan kategori suatu penduduk, apakah termasuk tua atau muda dapat
dipakai usia median ataupun persentase jumlah penduduk di beberapa kelompok usia sebagai
berikut :
Kriteria Penduduk Tua Penduduk Penduduk Muda
Menengah
Kelompok
Umur
0 -14 th  30 % Diantara Tua dan > 40%
15 – 64 th > 60% Muda  55%
65 + th >10 %  5%
Umur median > 30 th  20 th
Sumber Nurdin, 1991
Berdasarkan piramida penduduk, kita dapat membuat perbandingan berbagai
karakteristik penduduk menurut Dependency Ratio (Rasio Ketergantungan) dan Sex Ratio
(Rasio jenis kelamin).
Dependency Ratio
Perbandingan antara penduduk usia tidak produktif terhadap yang produktif.
d.r = ( P 0-14) + (P65+) x K
(P15-64)
Keterangan :
d.r = dependency ratio
p = jumlah populasi usia tertentu
k = konstanta, biasanya kasus kontrol = 100 (%)
Angka beban tanggungan Jateng (2003) adalah 51,61%.
Sex Ratio
Sex ratio digunakan untuk mengukur komposisi jenis kelamin.
9
Sex Ratio =  penduduk laki-laki x 100
 penduduk perempuan
Rasio jenis kelamin untuk Jateng (2003) adalah 99 %

K. TRANSISI DEMOGRAFI
Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang besar.
Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi,
menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.
B. Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami
tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga
kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian
penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).
C. Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi,
misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin
membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan
semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian
menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju
pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode tahun 1970 sampai
1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.

10
D. Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka
sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya
tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk
menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk
indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.
E. Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang
menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau
tanpa pertumbuhan. Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan
peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kb.
Menurut blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya phase
2 dan 3 adalah phase transisi.
Tahap-tahap dalam transisi demografi
1. Tahap stasioner tinggi
Tingkat kelahiran: tinggi
Tingkat kematian: tinggi
Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
Contoh: eropa abad 14
2. Tahap awal perkembangan
Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian: lambat menurun
Pertumbuhan alami: lambat
Contoh: india sebelum pd ii
3. Tahap akhir perkembangan
Tingkat kelahiran: menurun
Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: cepat
Contoh: australia, selandia baru tahun ‘30an
4. Tahap stasioner rendah
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: rendah
Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
11
Contoh: perancis sebelum pd ii
5. Tahap menurun
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: negatif
Contoh: jerman timur & barat tahun ‘75
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-negara
berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan sosio
ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih
karena pengaruh faktor-faktor lain seperti: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan
perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan dll.

L. Faktor-Faktor Demografik Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk


1) Angka Kelahiran (Fertilitas)
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil
untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi
rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung Pada struktur umur, banyaknya
kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, serta pembangunan.
Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.
B. faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1) anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
2) sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
3) pernikahan usia dini (usia muda).
4) adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan
anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan
berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.
5) adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum
memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.
C. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1) adanya program keluarga berencana (kb).
2) kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
3) adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns.
4) adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
12
5) penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
6) adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

2) Angka Kematian (Mortalitas)


Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka
kematian khusus, dan angka kematian bayi.
Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor penghambat.
1) faktor pendorong kematian (promortalitas)
(a) adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
(b) adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
(c) kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.
(d) adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
(e) tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
2) faktor penghambat kematian (antimortalitas)
(a) tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
(b) negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
(c) adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat
diobati.
(d) adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan
tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal
tersebut.

3) Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan
penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah melakukan migrasi
apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.
Jenis-jenis migrasi:
a. transmigrasi (perpindahan dari satu daerah (pulau) untuk menetap ke daerah lain di dalam
wilayah republik indonesia).
b. urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar)
c. emigrasi (perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar negeri).
d. Imigrasi (kebalikan dari emigrasi)
e. Re-emigrasi (kembali ke tempat asal)
13
1) migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain
dan bertujuan untuk menetap di wilayah yang didatangi.
2) migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah dengan
tujuan menetap di wilayah tujuan. Migrasi keluar adalah orang yang melakukan
migrasi ditinjau dari daerah asalnya, sedangkan migrasi masuk adalah orang yang
melakukan migrasi ditinjau dari daerah tujuannya.

4) Angka Kematian Bayi (AKB)


Masa bayi merupakan masa keemasan seorang anak manuasia, calon generasi dari
sebuah negara. Bayi merupakan investasi masa depan bangsa. Kelak ia akan menjadi penerus
perjuangan bangsa dalam mewujudkan kemajuan dan cita-cita bangsa. Maka dari itu, masa
bayi yang merupakan masa awal kehidupan seorang calon penerus bangsa, haruslah
mendapatkan perhatian yang serius.
Kurangnya perhatian terhadap masa-masa keemasan anak, terutama pada awal-awal
masa kehidupannya yakni masa bayi, kerap kali menimbulkan masalah. Pengasuhan dan
perlakuan yang kurang baik sebagai wujud kurangnya perhatian terhadap pentingnya
kesehatan bayi dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi bahkan yang sangat fatal
ialah kematian bayi. Hal ini kerap kali tercermin salah satunya melalui pelayanan kesehatan
yang kurang maksimal pada ibu dan bayi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB di Indonesia ialah 35 per 1.000
kelahiran hidup. Kemudian pada SDKI tahun 2007 AKB di Indonesia menjadi 34 per 1.000
kelahiran hidup. Walaupun ini masih dalam kriteria rendah, namun AKB di Indonesia masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan
anak.
Data AKB menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000
kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990 silam, AKB secara global sebesar 63 per
1.000 kelahiran hidup. Menurut laporan WHO pada tahun 2000, Angka Kematian Bayi
(AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000
kelahiran hidup (Wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia menduduki kriteria sedang.
Kedua data AKB tersebut dapat kita bandingkan dengan targetan MDGs untuk AKB,
yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia masih harus bekerja keras
untuk mewujudkan targetan MDGs tersebut dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun yang
tersisa. Begitu juga dengan dunia, yang dengan perbedaan yang semakin beragam terutama
14
dalam hal kebijakan dan pelayanan kesehatan serta kultur sosial dan ekonomi, juga harus
berjuang bersama guna mewujudkan target MDGs untuk menurunkan AKB menjadi 23 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Melihat fenomena ini, sebenarnya sulit rasanya untuk menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan untuk ibu dan bayi di Indonesia sudah baik. Masih banyak yang harus dibenahi,
terutama dalam sistem baik perencanaan, implementasi, maupun evaluasi. Disamping itu,
praktik monitoring terhadap pelaksanaannya di lapangan juga sudah seharusnya mendapat
perhatian. Hal itu guna menyelaraskan konsep kebijakan di bagian top dan bottom agar dapat
berjalan seirama sesuai rencana bersama.
Angka Kematian Bayi menjadi sesuatu yang penting untuk dicegah karena masih
merupakan masalah di bidang kesehatan. Seperti yang telah saya sampaikan pada bagian awal
tulisan ini, bayi merupakan tahap awal perjalanan hidup seorang manusia penerus perjuangan
bangsa. Bayi merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) untuk masa yang akan
datang. Kualitas kehidupan bayi secara tidak langsung akan menjadi estimasi kualitas
kehidupan bangsa di masa yang akan datang. Selain itu, AKB turut menjadi salah satu
indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan dan derajat kesehatan suatu bangsa.
Setiap keluarga mendamba kehadiran dan kelahiran bayi yang akan meneruskan silsilah
keluarga. Oleh karena itu, masalah AKB ini sudah barang tentu bukan hanya menjadi
permasalahn bangsa, negara, ataupun dunia saja, melainkan juga menjadi permasalahan
keluarga. Maka dari itu, upaya penurunan AKB ini juga merupakan tanggung jawab keluarga
sebagai lingkup organisasi yang pertama. Membangun kesadaran keluarga dalam memelihara
dan memperhatikan kesehatan bayi sejak sedini mungkin merupakan upaya pertama yang
kemudian akan memudahkan pengorganisasian program-program ataupun kebijakan
pemerintah dalam menurunkan AKB, khususnya dalam rangka pencapaian target MDGs pada
2015.
Oleh karena masih tingginya AKB di Indonesia dan di dunia merupakan masalah dan
tanggung jawab kita bersama, maka sudah seharusnya kita berupaya bersama dalam
menyelesaikan masalah ini. Mari memulai langkah pertama dari lingkup yang paling kecil.
Tanamkan pemahaman dan kesadaran dalam diri pribadi bahwa permasalahan ini layak untuk
mendapat tempat dalam porsi pikir kita semua, lanjutkan untuk bertindak di tingkat keluarga.
Jika setiap keluarga menyadari hal ini dan turut andil dan ambil bagian dalam upaya
penurunan AKB dengan penuh komitmen, pencapaian target MDGs untuk menurunkan AKB
menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup bukanlah merupakan suatu kemustahilan.

15
5) Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi
sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah
menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan
target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras
yang terus menerus.
Masalah kematian Ibu bukanlah masalah si Ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah
internasional. Setiap Negara seharusnya memilki tanggungjawab untuk menanggulangi dan
mencegah bertambahnya kematian ibu di masa kehamilan hingga persalinannya. Tentunya
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah ini menjadi sangat penting di
samping juga perhatian terhadap isu-isu reproduksi.
Kondisi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kenyataan masih tinggi dibanding
Negara tetangga seperti Malaysia dan singapura serta menunjukkan peningkatan. Berdasarkan
SDKI tahun 1992 mencapai 390/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya angka tersebut dapat
ditekan terus sampai dengan 228 pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2012 mulai naik
sampai dengan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai angka yang
ditargetkan oleh Millennium Development Goal (MDGs) menjadi 102/100.000 pada tahun
2015 memerlukan kerja keras dari seluruh komponen bangsa.

MMR
390 334 307 228 359
500
0

Kematian ibu tentu akan berdampak kepada yang di tinggalkan terutama para ibu yang
memilki anak balita. Anak balita memerlukan perlindungan, perawatan dan pengasuhan yang
intensif untuk mencapai perkembangan maksimal si anak sehingga anak menjadi sehat dan
cerdas, dan itu pada umunya ibu memilki peran yang begitu besar.
Banyak ahli menyetujui bahwa kecerdesan seseorang dipengaruhi oleh genetic, namun
factor lingkungan juga ikut serta andil dalam memacu kecerdasan seseorang. Study yang

16
dilakukan Hart dan Risley menyimpulkan bahwa: orang tua yang lebih sering berkomunikasi
dengan anak skor IQ anak semakin tinggi**
Anak dipandang dari sudut agama islam sebagai hiburan, perhiasan, sekaligus sebagai
jalan untuk melanjutkan keturunan seseorang, dan Islam menyuruh manusia untuk
mempunyai keturunan, sekaligus menegaskan agar keturunannya menjadi baik dan sholeh.
Anak memiliki 10 hak yang harus dipenuhi al: hak untuk hidup, pendidikan, keamanan,
perilaku adil, pengasuan sampai dengan perawatan (Abd. Al-rahim Umran). Tujuan ini akan
sulit dicapai ketika anak di asuh oleh seorang diri ayah.

Faktor Penyebab Kematian Ibu


Pada dasarnya kematian ibu dapat disebabkan oleh 2 faktor, yakni penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung:
Penyebab langsung:
Penyebab kematian ibu secara langsung sangat berkaitan dengan medis, berhubungan
dengan komplikasi obstetric selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post partum).
Berbagai hasil penelitian diketemukan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak akibat dari
pendarahan. Beberapa penyebab kematian ibu adalah Pendarahan, Eklamsia, Partus lama,
Komplikasi aborsi, dan Infeksi.
Penyebab tidak langsung:
Factor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh penyakit yang diderita
oleh si ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan
penyebab langsung obstetric, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan.
Beberapa penyebab kematian ibu tidak langsung adalah:
pertama, status perempuan dalam keluarga. Perempuan pada status orang ke dua (konco
wingking) biasanya tidak akan sanggup mengeluarkan keluhan-keluhan yang berkaitan
dengan timbulnya rasa sakit/kelainan yang ada di dalam diri sehubungan dengan
kehamilannya, yang akan menyebabkan terhadap keterlambatan dalam penangan medis.
Ke dua, keberadaan anak. Keberadaan anak yang satu dengan yang lain terlalu dekat akan
menimbulkan perawatan/perhatian anak tidak maksimal, yang hal ini akan mengurangi
perhatian terhadap diri seorang ibu dengan kehamilannya.
Ke tiga, social budaya. Social budaya yang memarginalkan perempuan akan mempersulit
perempuan (ibu) dalam mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan, yang akan berakibat
pada keterlambatan penangan medis.

17
Ke empat, pendidikan. Pendidikan yang rendah berdampak terhadap pengetahuan yang
rendah terhadap hal ikhwal kehamilan dan persalinan.
Ke lima, social ekonomi. Penghasilan yang rendah tentu akan berakibat pada banyak hal,
seperti pemenuhan gizi ibu hamil, perawatan ibu hamil dan persalinan dll.
Ke enam, geografis daerah. Letak klinik yang jauh dan sulit terjangkau akan berakibat
terhadap keterlambat pertolongan pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin. (dr. Rosdiana
Romli Spog)

Upaya penurunan kematian ibu:


Sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB memang jauh
menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka kematian ibu melonjak.
“Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana) jangka panjang hanya sebesar 10,6 persen.
Upaya ditempuh melalui MPS (Making Pregnancy Safer). Ada tiga pesan kunci dalam
MPS yang perlu diperhatikan:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih
2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
(memadai).
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Untuk menekan angka kematian ibu yang disebabkan secara langsung (medis),
pemerintah berupaya untuk mendekatkan pelayanan ibu yang berkualitas kepada masyarakat.
Adapun upaya yang telah dan sedang ditempuh adalah:
1. Penerapan kebijakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa
penyediaan fasilitas pertolonga persalinan pada polindes, poliklinik kesehatan desa,
puskesmas pembantu serta meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi.
2. Pelatihan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan
kualitas pelayanan kesehatan bekerjasama dengan LSM antara lain Organisasi Profesi
IBI, PKBI, IDI P2KS, dan P2KP.
3. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan obstetric yang berkualitas, sesuai standart
dan kompetensinya, antara lain di Polikilinik Kesehatan Desa oleh Bidan, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) dan
rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstertrik Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.

18
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan melalui pelayanan keluarga
berencana (KB) dan penanganan komplikasi keguguran serta memberikan pelayanan
aborsi yang aman sesuai peraturan yang berlaku. (Untung Praptohardjo dkk)
Dari sisi si Ibu, maka upaya menghindari kematian ibu adalah dengan komitmen yang
tinggi untuk dapat menghindari 4 terlalu, yakni:
1. Terlalu Muda melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan dibawah usia 20 th.
2. Terlalu Tua usia melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan di atas usia 35 th.
3. Terlalu Dekat jarak kelahiran, yakni menghindari jarak kelahiran anak yang satu
dengan yang lain di bawah 3 th.
4. Terlalu Banyak melahirkan, yakni menghindari melahirkan lebih dari 3 anak.
Dan juga para ibu beserta keluarga dapat mengantisipasi jangan sampai terjadi 3
TERLAMBAT, yaitu :
1. Terlambat mengambil keputusan untuk menentukan pilihan dimana tempat pelayanan
persalinan akan dilakukan.
2. Terlambat mengantar ke tempat persalinan.
3. Terlambat mendapat penanganan persalinan.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menekan angka kematian
ibu (AKI) perlu adanya upaya yang serius dari berbagai kalangan, baik dari
pemerintah, tenaga medis dan masyarakat. Semua pihak agar dapat memahami
berbagai penyebab kematian ibu. Berpedoman kepada 4 terlalu dan 3 terlambat akan
sangat berarti dalam menghindari kematian ibu dalam melahirkan.

M. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian)
yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga
sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik
dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)

19
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan
penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah
mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana
program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan
KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
i. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
ii. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
iii. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
a. Tahap perluasan jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
1) Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada
penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan yang besar
2) Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap
ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik
b. Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap
ini inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-
momentum besar
c. Tahap pembudayaan program KB
20
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia. Sedangkan
tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu
pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra
Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :
6) Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan
konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui
media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS)
7) Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon
ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang
besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam
mempertahankan fungsi reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem
dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan
yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat
sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia),
tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
8) Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).

21
9) Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter berupa
pelatihan konseling dan keterampilan.

 Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran


1. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :
b. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam
jangka waktu yang terlalu pendek
c. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu
yang cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta
melakukan kegiatan lainnya
2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :
i. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan
sehat
ii. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena
setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam
keluarga
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang
lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber
pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata
4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
iii. Memperbaiki kesehatan fisiknya
iv. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta
lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya
5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :
Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan
seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak
untuk memperoleh pendidikan

22
 Hak-hak konsumen KB
1. Hak atas informasi
Hak untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan
keluarga.
2. Hak akses.
Yaitu hak untuk memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelamin, agama
dan kepercayaan, suku, status sosial, status perkawinan dan lokasi.
3. Hak pilihan.
Hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksaan dalam memilih dan menerapkan
metode KB.
4. Hak keamanan
Yaitu hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif.
5. Hak privasi
Setiap konsumen KB berhak untuk mendapatkan privasi atau bebas dari gangguan
atau campur tangan orang lain dalam konseling dan pelayanan KB.
6. Hak kerahasiaan
Hak untuk mendapatkan jaminan bahwa informasi pribadi yang diberikan akan
dirahasiakan.
7. Hak harkat
Yaitu hak untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi, penuh penghargaan dan
perhatian.
8. Hak kenyamanan
Setiap konsumen KB berhak untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan.
9. Hak berpendapat
Hak untuk menyatakan pendapat secara bebas terhadap pelayanan yang ditawarkan.
10. Hak keberlangsungan
Yaitu hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan metode KB secara lengkap dan
pelayanan yang berkesinambungan selama diperlukan.
11. Hak ganti rugi
Hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pelanggaran terhadap hak
konsumen.

 Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB Di Indonesia


1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus
Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal
Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.

23
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan
spermisida.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW)
dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena
prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan
Vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma
tidak diejakulasikan.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil dan
AKDR.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan
oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Pertumbuhan
penduduk tidak sama pada berbagai tempat, begitu pula tiap daerah, provinsi, kota yang ada di
Indonesia.
Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana
prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
tersebut.
Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting, karena
dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei maupun pencatatan kejadian-
kejadian penting akan di jadikan dasar atau pedoman dalam perencanaan pembangunan
bidang pendidikan.Faktor-faktor demografi, diantaranya melalui sensus penduduk, survei ini
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan
misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan.

B. Saran
Hendaknya Pemerintah ikut bertanggung jawab atas bertambahnya penduduk yang
relatif cepat.begitu pula membatasi kelahiran untuk meminimalisir keadaan yang sering
terjadi diantaranya kematian ibu atau bayi saat proses melahirkan.berikan masukan-masukan
dan dorongan pentingnya memelihara kesehatan dan bekerja sama antara masyarakat dan
pemerintah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, 1994. Satatistik untuk Keperawatan.Jakarta : EGC.


Ali, 2001. Pengantar Metode Satatistik untuk Keperawatan. Depok : Yayasan Bunga
Raflesia.
Ali, 2001. Dasar-dasar Demografi. Depok : Raflesia Press.
Arum, Dyah Noviawati Setya, dkk. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Yogyakarta: Nuha Medika.

26

Anda mungkin juga menyukai