Anda di halaman 1dari 18

KAYORI PEPATAH KAILI

Bahasa Pelanti

Narosomo Pellannti pempakonoi,Domo ia Ravanta Eo Domo Molingga Ra Buru Mpoiri,tara


Molambura Mbavote Lembah

Artinya : Kuat Sudah Pelantikan dan Penobatan,Yang dilantik sudah tidak dapat sinar matahari ,Tidak
akan goyang walau di Tiup angin,Kekuasaan Tetap di tangan yang dilantik, dan setelah pelantikan ini
tidak ada lagi pelantikan selanjutnya berdasarkan hukum adat

10. Sep, 2016

Panguli To Tua

Belo Ra Povia Belo Ra Kava


Artinya : Berbuat sesuatu kebaikan maka akan mendapatkan kebaikan pula

Manu Ri Landue

Ai Pojimoo manu rii landue, Dunggamo manu ri kurunga,Ei pade raratanamo, sii Pade motorukamo
Peluru.

Artinya : Lepaslah ayam di depan rumah,bukalah ayan jantan di kurungan ,tiba waktunya tuk
Berperang saatnya menghadapi peluru musuh.

13. Sep, 2016

Gamba-gamba

Gamba-gamba Ri manado Nivela Ri Gorontalo,Parigi nte Ampibabo tinja nToboli Navaroposese nu


Kolontigimutia Nto Tavaili.

Artinya : Gulintang-gulintang dari manado disambut di Gorontalo ,Parigi dan Ampibabo Tiang dari
Toboli hadis tertiup angin,saat pohon kolontigi berbunga tanda kemenangan buat Tavaili.

13. Sep, 2016

Pondo No mPengga

Dauluna Pondo da Nasiromu Layana pa noili No Penggamo,sampenga noili Nanjoso Lida Sampenga
bidadari nantombua

artinya : Sejak dahulu Sugai Pondo masih mengalir bersatu,kemudian menjadi bercabang ,cabang
pertama mengalir ke pinggir sawah dan satunya lagi menjadi tempat mandinya bidadari

10. Sep, 2016


Manu To Didi

Manuku manu Todidi


paka pande Mompobei
Ane masalah Gunci nu peti
Rapoea Ntana Seii

Artinya :
Ayamku Ayam terlatih
Pintar-pintarlah memeliharanya
kalaulah salah kuncinya peti
maka jahatlah negeri Ini

10. Sep, 2016

No Sampesuvu

Besusu Bo Siranindi, Eimo rante Mparigi, Ane ra Toro poiri Peka pande Mbagulini

Artinya : Besusu dan siranindi adalah rantai dari Parigi,kalau sampai ada angin berputar balik maka
pintar-pintarlah menentukan arah

Ungkapan Kaili

1.Aginamo malolo bangko, aga ne nasala ganggo. = Lebih baik jadi bujang/gadis tua, asal jangan
salah ambil atw salah pilih.

Nilai etik yg terkandung ialah kalau memilih pasangan hidup ,pilihlah yg cocok,serasi dan seiring,
agar dalam hidup berkeluarga tidak timbul penyesalan di kemudian hari

2.Ala ledo maeya, motangamo taputu = Supaya tidak malu, pecahkan saja lutut

Nilai etik yang terkandung ialah berupa pesan atau nasehat, supaya berani berkorban, dan memiliki
rasa malu.

3.Ane aga bulava rakidimo = Kalau hanya emas ditempah sudah

Nilai etik yg terkandung ialah menekankan adanya usaha yg sungguh-sungguh sehingga suatu
pekerjaa berhasil.dengan bekerja keras seseorang akan menikmati hasil usahanya,ungkapan
merupakan alat pendorong bagi seseorang yg berusaha.

4.Ane kelo ri tangga,aga kelomo = kalau kelor ditangga ,hanya kelor saja.

Nilai etik yg terkandung ialah berupa nasehat atau pesan dan peringatan pada seseorang yg tidak
mau berusaha mencari kemajuan,perubahan hidupnya.
5.Ane mandate –ndateja kaloro, kana mosirata = kalau panjang , panjang juga tali, tetap bersatu =
kalau umur panjang kita tetap akan berjumpa.

Nilai etik yg terkandung ialah rasa kekeluargaan yang erat rapat dan tak ingin berpisah,karena rasa
kerukunana dan kedamaian, penuh kasih sayang.

6. Ane matuvu ri ngapa ntau, nemo ntani motungoa = kalau hidup ditanah orang, jagan terlalu
menengadah,jangan angkuh (sombong)

Nilai etik yg terkandung ialah kepribadian seseorang manusia tergambar pada sikap dan tingkah
lakunya dalam masyarakat sehari-hari.

7. Ane molipa rapeili taliku = kalau berjalan ditengok kebelakang.

Nilai etik yg terkandung ialah merupakan pesan atau nasehat kepada seseorang, agar selalu
memperhitungkan untung ruginya dalam melaksanakan usaha atau pekerjaan.

8. Ane mompacaca tau pevayoki ulu lenje mboto = kalau mencela liat dulu diri sendiri,atau
bercermin wajah sendiri.

Nilai etik yg terkandung ialah koreksi atau pandang dulu diri sendiri,kemudian mengoreksi orang
lain. Jadi berusaha dulu memperbaiki kekurangan diri sendiri, kemudian mengoreksi orang lain.

9. Ane matimba pakasitimba, ane mosuka pakasanjuka = kalau menimbang seimbangkan kalau
menakar setakaran.

Nilai etik yg terkandung ialah manifestasi keadilan, tidak pandang bulu, atau berat sebelah dan
tidak mengharapkan sesuatu dari kedua belah pihak yng diadili

10. Ane samb nasipi bambara,ane nadea naloga nyava = kalau sendiri sempit dada, kalau banyak
longgar nyawa

Nilai etik yg terkandung ialah berupa nasehat atau pesan agar kita selalu bekerja sama, bergotong
royong dan bermusyawrah. Bilamana ada kesulitan, jangan hany dipikirkn sendiri tetapi
bermusyawaralah dengan anggota masyarakat lainnya agar kesulitan dapat diatasi.

11. Belo rapovia , belo rakava = baik yang dibuat, baik yang didapat

Nilai etik yg terkandung ialah berupa nasehat atau pesan kepada semua orang yang sedang
berusaha atau pun kepada orang yang dalam pergaulan sehari-hari jika usaha diawalai dengan niat
baik atau tujuan yang baik, maka tentu hsilnya akan baik pula, atau menciptakan sesuatu yang
menguntungkan.

12. Damo nadungga , pade nanjaba tana = nanti jatuh, baru menangkap tanah. “Nanjaba” berarti
menangkap dengan mulut

Nilai etik yg terkandung ialah berupa pesan dan nasehat agar seseorang jangan suka hidup santai,
hidup ini penuh dengan segala macam cobaan. Dalam ajaran agama bahwa rejeki tidk dating sendiri,
dan musibah itu tidak tahu kapan akan datang menimpah kita.
13. Da napai da nekaparai, niarapa nekalingasimo = Masih pahit masih mendekat, setelah ada
sudah melupakan. Dikala susah selalu minta pertolongan, tetapi setelah senang (kaya) sudah lupa
pada orang yang diminta pertolongan . Ingat dikala susah, lupa dikala senang .

Nilai etik yg terkandung ialah Ungkapan ini menggambarkan perihal seseorang yang tidak tahu
membalas budi orang lain . MeLupakan akan kebaikan orang lain yang telah banyak memberikan
bantuan dikala hidupnya susah. Setelah hidupnya berkecukupan ia lupa daratan. Ungkapan ini
bermakna nasehat atau pesan kepada seseorang yang lupa akan kebaikan atau bantuan orang lain,
dikala hidupnya susah .Ajaran moral yang terkandung dalam ungkapan ini sesuai dengan agama,
yakni kita harus tahu membalas budi seseorang; kebaikan dan bantuan seseorang kepada kita harus
dibalas pula dengan kebaikan; walaupun orang itu tidak meminta balasan dari kita . Ungkapan ini
sering pula digunakan sebagai sindiran kepada seseorang yang lupa akan kebaikan atau bantuan
orang lain kepadanya . Jadi ungkapan ini merupakan pesan atau nasehat agar kita jangan lupa
membalas budi orang lain yang telah menolong kita .Ungkapan ini dipakai oleh masyarakat umum,
khususnya dikala orang-orang tua dan golongan agama. la dipergunakan disaat ada orang-orang
yang dalam kehidupannya sehari-hari . setelah hidupnya bercukupan sudah lupa kepada orang-
orang yang pernah memberikan bantuan kepadanya . Hal ini tentu tidak baik. Kebaikan orang
janganlah dilupakan. Tindakan membalas budi dan bantuan orang lain adalah perbuatan terpuji .

14. Da naria da nepodomu, napakasipa niporayumo = Masih ada masih disenangi, setelah miskin
sudah dibenci, Dikala kaya selalu disenangi, setelah jatuh miskin tidak disenangi .

Nilai etik yg terkandung ialah Ungkapan ini bermakna nasehat atau pesan kepada seseorang atau
sekelompok orang yang hanya menyenangi seseorang dikala ia berada. tetapi setelah jatuh miskin
tak disenangi lagi .Gambaran makna yang terkandung dalam ungkapan ini ialah perilaku orang-orang
yang hanya senang kalau seseorang memiliki harta, akan tetapi setelah ia jatuh miskin tak disenangi
lagi. bahkan dilupakan sama sekali orang tersebut. Ajaran moral yang terkandung dalam ungkapan
ini sesuai dengan ajaran agama bahwa seseorang janganlah pilih bulu, apalagi membeda-bedakan
orang yang kaya disenangi, yang miskin tak disenangi .Ini berarti bahwa ungkapan tersebut
mempunyai mak sud agar kita tetap menghormati, menghargai seseorang, baik pada waktu kaya.
maupun ia sudah jatuh miskin. Jangan sampai ada perasaan bahwa kalau ia kaya kita harus
menyanjungnya .Sebab ada kemungkinan dikala jatuh miskin ada hal- hal yang luar biasa
berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Ungkapan ini dipakai oleh masyarakat umum. dan
khususnya orang-orang tua, golongan agama dan orang dewasa. Biasanya digunakan apabila orang-
orang yang senang pada orang lain dikala orang itu kaya atau berada. setelah jatuh miskin tidak
diperhatikan lagi. Misalnya dalam suatu keluarga besar ataupun dalam keluarga kecil, termasuk da-
lam pergaulan sehari-hari dimasyarakat luas .

15. Da natuvu taveve nitanamo = Masih hidup kucing sudah ditanam. Kucing masih hidup sudah
dikuburkan .

Nilai etik yg terkandung ialah gambaran seseorang anak yang terlalu cepat mengikuti tingkah laku
orang tuanya. Hal tersebut biasanya terjadi dikala orang tuanya masih dalam keadaan berkembang
dalam kehidupannya .Ungkapan ini mempunyai makna nasehat atau pesan kepada seseorang anak
agar jangan suka mengikuti tingkah laku ayahnya terhadap hal-hal yang kurang wajar, dan tidak
diingini oleh masyarakat. Sebaliknya pula ungkapan ini mengandung peringatan kepada orang tua,
agar selalu beru- saha tidak berbuat hal-hal yang kurang wajar, supaya tidak menjangkit kepada
anak-anaknya, atau berusaha menutup rapat keadaan yang lain yang kurang wajar, supaya tidak
diketahui oleh anak-anaknya . Biasa juga ungkapan ini dipakai sebagai sindiran kepada seseorang
yang berbuat, atau bertingkali laku sama seper- ti ayahnya. Ungkapan ini dipakai dalam masyarakat
umum oleh orang-orang tua, dewasa dan di gunakan sebagai nase- hat, pesan atau peringatan baik
kepada anak-anak maupun kepada orang tua agar jangan berbuat hal-hal yang kurang wajar . Oleh
karena itu peranan orang tua sangat menentukan sekali. Ia hams menjadi contoh yang baik dalam
keluarga dan masyarakat luas. Ia selalu memperlihatkan kelakuan yang terpuji kepada anggota
keluarga tetangga, dan orang lain. Dengan demikian anak-anaknya tentu akan meniru ting kah laku
orang tuanya. Jika terjadi sebaliknya, maka sang anak tak segan-segan mengikuti perbuatan orang
tua yang kurang senonoh itu .

16. Da nikoni da nikeni = Sudah dimakan sudah dibawa. Sudah makan minta lagi untuk bawa
pulang .

Nilai etik yg terkandung ialah menggambarkan sifat seseorang yang tidak puas kalau haiiya diberi
makan saja tetapi minta pula untuk dibawa pulang kerumah . Disamping itu ungkapan ini juga
memberi gambaran akan sifat sosial seseorang, seperti halnya sifat ketimuran yakni biasanya setiap
ada orang atau sahabat atau keluarga setelah dijamu makan, tuan rumah menyiapkan lagi bingkis-
an atau liadiah, sama seperti yang disuguhkan . Ungkapan ini mempunyai 2 (dua) macam. yaitu : 1.
Jangan bersifat tamak, kalau sudah diberi makan oleh orang tak perlu lagi minta untuk dibawa
pulang. Sifatnya ironis sekali bagi orang yang tidak puas; kalau hanya diberi sedikit, ia ingin memiliki
atau menginginkan hak orang lain . 2. Suatu penghargaan kepada seseorang yang bersifat sosial
dikala ia kaya . Maksudnya. seorang tamu yang diiayani dengan sungguh- sungguh. dan karena
kegembiraan diberikan lagi hadiah dibawa pulang. Jadi ungkapan ini digunakan oleh tamu sebagai
rasa te- rima kasih dan puas, kepada orang yang melayaninya. Ungkapan ini digunakan dikalangan
petani, sebagai penyampaian penghargaan, perasaan bangga dan puas atas pe- layanan seseorang.
Karena ia telah dibantu orang maka seyoggianyalah bantuan itu dibalas .Hal ini menambah eratnya
tali persaudaraan sesama manusia

17. Da ri dali dale dopa risi dala mbelapa dila dale risimo dala = Masih di mata kaki jagung belum
disini jalan serta kena lidah jagung sudah disini jalan .

Nilai etik yg terkandung ialah Dikala jagung setinggi mata kaki tak mau lewat di kebun jagung. tetapi
selalu lewat di kebun itu apabila jagung sudah berbuah (sudah bisa dimakan). "dale" artinya jagung.
Orang di Tanah Kaili pada waktu dahulu hampir semuanya menanam jagung, oleh karena itu
makanan pokoknya adalah jagung. Bahkan sampai sekarang masih banyak pula menanam jagung
terutama di kebun- kebun .Ungkapan ini disamping maknanya, juga merupakan per- mainan bunyi
antara dali, dale, dila, yang cukup indah lagi ironis . Ungkapan ini menggambarkan sifat seseorang
yang tak suka mem bantu orang lain dalam pekerjaan yang baru mulai akan tetapi setelah usaha
orang itu berhasil, ia mulai mendekati dengan maksud ingin menikmati hasilnya . Ungkapan ini
bermakna nasehat bagi seseorang agar jangan hanya ingin mengecapi hasil usaha atau pekerjaan
orang, tapi enggan membantu. dengan maksud saling membantu satu dengan yang lain . Nilai moral
yang terkandung dalam ungkapan ini sesuai dengan ajaran agama, supaya kita tolong menolong.
baik dalam keadaan senang apa lagi dalam keadaan susah. Disamping itu ungkapan ini dipakai pula
untuk menyindir seseorang, yang hanya ingin senang saja akan usaha orang lain, tapi tak menolong
atau hanya bersifat acuh. pura-pura tak tahu atau sengaja menjauh dan mengelakkan diri .
Ungkapan ini dipakai dalam masyarakat petani dan digunakan oleh orang-orang tua, dewasa untuk
menasehati atau memesan warga masyarakat lainnya supaya saling membantu untuk menciptakan
suasana kegotong-royongan sebagai sifat bangsa Indonesia yang asli dan murni. Dengan me- mupuk
semangat gotong-royong maka segala kesulitan yang mungkin timbul dalam masyarakat dapat
dipecalikan dan di selesaikan bersama. Hal ini sesuai kepribadian bangsa .

18. Da ri tana — tana , ri langimo. = Masih di tanah-tanah , di langit sudah . Sedang berada di bumi,
tiba-tiba sudah dilangit.

Nilai etik yang terkandung ialah berupa pesan, agar jangan bertingkah atau berbicara sem-
barangan yang tidak menentu. serta berlagak seperti orang 'yang pandai atau yang
berpengetaluian .Oleh karena sikap dan cara yang demikian, orang akan menilai bahwa yang
demikian adalah cara dan sikap yang sombong. Ungkapan ini bermakna naseliat atau pesan kepada
orang yang tinggi hati. padahal kemampuannya sangat kurang. Ia ingin cepat-cepat melonjak ke atas,
seperti orang yang kaya atau orang kedudukan tinggi. Dilain pihak kemam- puan dan
pengetahuannya sedikit sekali. Bila dibandingkan dengan tingkah lakunya atau keadaan sebenarnya .
Ungkapan ini juga merupakan gambaran tentang seseorang, yang dibicarakan tak menentu, berlagak
seperti orang pintar, padahal apa yang diceritakan tak disampai- kannya itu sama sekali tidak berarti .
Pembicaraannya sulit dipahami oleh orang lain karena cara penyampaiannya yang tidak tersusun
dengan baik, tidak menurut urutannya; hanya karena tidak mau kalah dengan orang lain . Ungkapan
ini biasa pula digunakan untuk menyindir pada orang yang berlagak serba tahu; tak mau kalah
dengan orang lain, padahal tak tahu apa-apa. Hanya bicaranya saja yang banyak, melentur kesana-
kemari dan tak berisi .

19. Da ri uluna da nasiromu , di layanapa = Masih di hulunya masih berkumpul. di hilirnya sudah
nopenga - pengamo. bercabang cabanglah. Dari hulunya masih bersatu, setelah di hilirnya sudah
bercabang-cabang .

Nilai etik yang terkandung ialah menggambarkan orang-orang yang diberi tugas atau beban untuk
kemasalahatan orang banyak . Pada mulanya masih mengikuti atau menuruti ketentuan-ketentuan
pokok yang telah digariskan oleh atasan atau- pun keputusan bersama secara musyawarah . Akan
tetapi lama kelamaan atau pada akhirnya telah menyimpang dari ketentuan semula. Ungkapan ini
merupakan nasehat kepada orang-orang yang diserahkan tugas atau beban. Kalau diberikan tugas
atau beban janganlah disalah gunakan wewenang yang sudah dipercayakan. Jika masing-masing
pengemban tugas membawakan atau menggunakan kemauan sendiri, itu berarti pertanda awal
perpecahan yang mengakibatkan kesatuan persatuan tak dapat lagi dipertahankan . Ajaran moral
yang terkandung dalam ungkapan ini se- suai dengan ajaran agama; yaitu kalau dipercayakan
mengem ban tugas harus memegang teguh amanah . ungkapan ini berupa pesan agar tetap menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Ungkapan ini dikenal pada semua lapisan masyarakat, utamanya
orang-orang tua. golongan agama termasuk orang dewasa dan dipakai atau digunakan untuk
memberi nasehat atau pesan. pada pertemuan resmi atau tak resmi .

20. Do pa nisama jara nangovamo = Belum dikekang kuda sudah berlari. Belum selesai dikekang
kuda langsung lari . "Nisama" artinya di kekang .Pada waktu dahulu kuda merupakan salah satu alat
transportasi didaerah penutur. Setiap kuda selalu diberi kekang sebagai alat kendali yang sangat
menentukan, oleh karena itu sebelum kuda berjalan/dipakai dipasang dulu kekangnya.
Nilai etik yang terkandung ialah merupakan nasehat atau pesan bagi seseorang agar hati-hati.
atau selalu membuat persiapan-persiapan yang mantap sebelum bertindak .Ungkapan ini
menggambarkan tentang seseorang yang bertindak terlalu cepat, atau tergesa-gesa tanpa
memikirkan akibatnya. Tindakan yang tergesa-gesa tanpa persiapan sudah jelas akan mengakibatkan
kerugian yang tak dapat dielakkan . Selain itu ungkapan ini biasa pula digunakan untuk menyindir
seseorang, yang menanggung akibat yang kurang baik karena ulah dan ke cerobohannya sendiri .
Maksud dari ungkapan ini adalah bermakna nasehat atau peringatan, agar kita selalu
mempersiapkan diri sebelum melakukan sesuatu. Dengan persiapan yang mantap kerugian atau
bahaya bisa terelak atau memperkecil timbulnya kemungkinan yang kurang baik . Ungkapan ini
dikenal dalam masyarakat, dan dipakai oleh golongan orang-orang tua sebagai nasehat atau petuah
dan memperingatkan untuk mempersiapkan diri sebaik- baiknya, bersikap hati-hati, waspada dalam
segala tindak- tanduk, terutama menghadapi persoalan yang sulit dan mendadak. Sikap yang
didasarkan atas kehati-hatian dan penuh kewaspadaan tentu akan membawa akibat yang biTik.
Karena itu kita selalu diperingatkan oleh makna ungkapan di atas agar jangan bertindak dengan
tergesa-gesa. Biasanya perbuat- an yang tidak dibarengi oleh ketenangan dan kesabaran akan
menyusahkan. Bahkan menimbulkan kerugian dan penyesalan

21. Dopa notodai nokeluno. = Belum buang air besar sudah di basuh. Belum buang air sudah
membasuh. Belum ada hasil sudah disiarkan.

Nilai etik yang terkandung dalam ungkapan ini bermakna nasehat atau pesan kepada orang yang
banyak bicara atau mulut besar tapi usahanya kurang berhasil. Ungkapan ini menggambarkan sikap
seseorang yang mempunyai mulut besar. Suatu usaha yang belum pasti berhasil, sudah disiarkan
kemana-mana atau kepada orang lain. Cara yang demikian adalah cara yang kurang tepat, karena
pada akhirnya akan berbalik pada diri sendiri yang berakibat kurang baik dan dapat saja
mendatangkan malu. Apa lagi usaha itu tidak berhasil, alias gagal. Ajaran moral yang terkandung
dalam ungkapan ini se- suai dengan ajaran agama: suatu usaha yang belum pasti berhasil, tak perlu
digembar-gemborkan kemana-mana .Ungkapan ini biasa pula dipakai untuk menyindir seseorang
yang telah menyiar-nyiarkan usahanya tetapi ternyata usaha itu tidak mempunyai hasil apapun .
Ungkapan ini dikenal dalam masyarakat umum dan dipakai oleli orang-orang tua, orang dewasa dan
bahkan anak- anak . Digunakan sebagai nasehat atau pesan kepada seseorang di dalam berusaha tak
perlu diperkenalkan pada orang lain, akhir dan tujuan dari usaha itu .

22. ia mo nanguli ia mo nangala. = dia yang mengatakan dia yang mengambil. Dia yang menasehati.
dia pula yang melanggar nasehat tersebut .

Nilai etik yang terkandung ialah menggambarkan perilaku seseorang yang dianggap pintar berfatwa
dan selalu memberikan nasehat kepada seseorang atau kepada warga masyarakat, agar jangan
berbuat atau bertindak yang tidak wajar, yang melanggar norma-norma agama dan sebagainya.
Tetapi sebaliknya dia pula yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma yang baik yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Ajaran moral yang terkandung di dalamnya sesuai
dengan ajaran agama, yaitu seharusnya satunya mulut dengan perbuatan atau tingkah laku harus
sesuai dengan bicara Ungkapan ini sifatnya ironis bagi orang yang suka berlagak pintar untuk
menyampaikan nasehat atau pesan kepada orang banyak, padahal dia sendiri tidak mampu
melaksanakan isi nasehat tersebut. kebalikan dia sendiri yang melanggarnya . Disamping itu
ungkapan ini berupa pesan atau pengingat agar seseorang selalu menjaga dirinya bahkan dengan
keluarganya, agar tindakan dan perilaku sesuai dengan mulut atau bicara . Ungkapan ini dipakai atau
digunakan oleh orang-orang dalam menilai tokoh masyarakat dalam kehidupan sehari- hari, dan
menyindir pada orang-orang tertentu yang bertentangan nasehatnya dengan perbuatannya . Biasa
juga ungkapan ini dipakai dikalangan remaja. Kalau ada para remaja yang pintar menasehati
rekannya. lalu dia sendiri enggan dinasehati maka alamat ungkapan di atas tepat ditujukan
kepadanya .

23. Ia mo notaro ia mo notinti gimba. = Dia yang menari . dia yang menabuh gendang, Sambil
menari dia juga yang menabuh gendang.

"Notaro" artinya menari, dalam suatu upacara adat pe- nyembuhan suatu penyakit. Dalam upacara
itu disamping menari juga ada tetabuhan yang mengiringi tarian tersebut. Jadi, lain orang yang
menari (notaro), lain pula orang yang menabuh gendang, karena upacara tersebut dilaksanakan
semalam suntuk dan biasanya berturut malam . Oleh karena itu tidak ada orang mampu dan
memang tidak diperkenankan menari sambil menabuh.

Nilai etik yang terkandung ialah Ungkapan ini menggambarkan kemampuan seseorang yang dapat
menyelesaikan pekerjaan lebih dari satu macam dalam waktu yang bersamaan dan dalam situasi
yang sangat mendesak . Dalam ungkapan ini berupa pesan atau nasehat kepada seseorang dalam
situasi mendesak tidak ada orang lain yang diharapkan untuk membantu menyelesaikan suatu
masalah atau pekerjaan. Jadi harus dapat menyelesaikan sendiri dalam waktu singkat dengan hasil
yang berdaya guna . Ungkapan ini merupakan pula suatu dorongan kepada seseorang, juga sebagai
suatu pujian atau penghargaan pada seseorang yang dapat menyelesaikan masalah atau pekerjaan
tanpa bantuan orang lain . Ungkapan ini dipakai atau digunakan secara umum dalam masyarakat
baik orang tua maupun dewasa. dikala melihat orang menunjukkan kemampuannya tanpa bantuan
orang lain, dalam keadaan mendesak dan dalam waktu singkat . Biasa pula digunakan, sebagai
pernyataan kasihan pada seseorang yang bekerja sendiri, karena orang-orang lain ma- sing-masing
sibuk dengan pekerjaannya. atau tak ada keluarga yang membantu. karena tak ada waktu dan
sebagainya. Sikap orang yang mengandalkan kemampuannya sendiri adalah suatu kepribadian yang
perlu dibina dan dikembangkan. Orang demikian memiliki tanggung jawab yang tinggi.
Kesungguhannya menggunakan tenaganya memang patut dipuji dan dicontohi oleh orang lain. Kita
tidak boleli liidup tergantung dari orang lain .

24. la natiba, kita nakadoaka = Dia sakit kaki gajah, kita yang demam .Dia yang sakit kaki gajah.
tetapi kita demam .

"Natiba" asal kata "tiba" yaitu penyakit kaki gajah. Orang yang berpenyakit kaki gajah, kalau datang
waktu sakitnya selalu demam. Orang-orang yang diserang penyakit tersebut pada umumnya yang
tinggal sepanjang sungai Palu. Yang kebanyakan mengolah sawah atau kebun. Mereka biasa mandi-
mandi atau minum air sungai tersebut tanpa dimasak lebih dahulu. Tetapi sekarang tak ada lagi yang
minum airnya tanpa dimasak, dan penyakit tersebut sudah dapat diatasi dengan adanya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi.

Nilai etik yang terkandung ialah adalah berupa nasehat atau pesan balnva seseorang yang berbuat
maka dialah yang menanggung atau mempertanggung jawabkan. Berani berbuat harus berani
bertanggung jawab, itulah makna yang tersebut di dalamnya dikenal dalam masyarakat dan dipakai
oleh orang-orang tua dan orang dewasa. Digunakan sebagai nasehat atau pesan, agar jangan
berbuat sesuatu kalau hanya menyusahkan orang lain . Ungkapan ini menggambarkan keadaan
perilaku seseorang, karena ulahnya, orang lain yang mendapat akibatnya. Kalau berbuat sesuatu
atau melakukan pekerjaan hams punya tanggung jawab, semua resiko dipikul sendiri. Oraur lain
jangan dilibatkan, utamanya menanggung resikonya yang menyusahkan. Ungkapan ini biasa dipakai
untuk menyindir seseorang yang pandai mengelakkan dirinya dari tanggungjawabnya. Dia yang
berbuat. orang lain yang mendapat akibatnya. Keburukan atau kekurangannya tidak diketahui orang-
orang, tapi kita merasakannya. dan kitalali yang seakan-akan menjadi biang keladinya . Memang
menyusahkan orang lain itu kurang baik. Untuk menghindari perbuatan tercela ini maka orang tua
selalu berpesan dengan menggunakan ungkapan di atas supaya maknanya di amalkan .

25. Jamo ri bolo vono = Hanya di lobang pantat. Pantat selalu berada di lobang kakus.

"Bolo"' ialah lubang kecil pada lantai rumah punggung. biasa nya dekat bagian dapur. Rumah-rumah
di Tanah Kaili pada dahulu kala adalah rumah panggung, sekarang tinggal seba- gian kecil saja .Pada
lantai bambu atau papan di buat lobang diantara dua keping bambu atau papan. Lubang tersebut
berfungsi sebagai kamar kecil (kakus), klnisus bagi orang yang sakit payah, atau dapat digunakan
kalau buang air besar pada ma- lam liari terutama anak-anak . Kalau ada keluarga yang sakit payah ia
dibaringkan di lobang (tempat) tersebut sepanjang waktu, sehingga kalau buang air tak perlu
diangkat lagi .

Nilai etik yang terkandung ialah Ungkapan ini menggambarkan seseorang yang. ditimpa
kemalangan. Kemalangan yang tidak ada putus-putusnya atau tak ada hentinya. Namun demikian
tak terbayang rasa putus asa pada dirinya, ia selalu berusaha untuk mengatasinya .Saat-saat ditimpa
kemalangan yang tak henti-hentinya diperlukan kesabaran. Usaha menjalani untung menyudahi,
tetapi kalau bukan untung yang menyudahinya maka jalan lain yang akan ditempuh ialali tawakal
dan pasrali kcpada Tuhan . Ajaran moral yang terkandung di dalainnya sesuai de- ngan ajaran agama:
bila kita ditimpa kemalangan yang tak putus-putus, maka kita berusaha mengatasinya, diperlukan
kesabaran. Kita tawakal dan pasrah kepada yang Maha Besar Tuhan . Ungkapan ini dikenal disemua
lapisan masyarakat dan dipakai oleli orang-orang tua. golongan agama dan bahkan orang dewasa.
Digunakan sebagai pengingat kepada seseorang yang ditimpa kemalangan atau sedang menghadapi
maut.

26. Jamo ri jala mata = hanya ke jalan mata. Mata tertuju terus ke jalan .

Nilai etik yang terkandung ialah berupa pesan kalau menunggu sesuatu tunggulah dengan sabar .
Ungkapan ini menggambarkan keadaan seseorang yang me- rindukan kekasili. Seseorang yang
merindukan kekasih, hatinya tidak tenang, gelisah dan ingin bertemu secepatnya. Karena kerinduan
dan kegelisahan menunggu kedatangan kekasili, ia tak dapat menutup mata di kala tidur. Apa yang
di- buatnya dan apa yang dikerjakan, tidak ada yang lain, selain daripada melihat atau memandang
ke jalan. dengan penuh harapan balnva sang kekasili pasti muncul. Tetapi apa yang heiulak dibuat
dan apa yang liendak dikerjakan, tetap menunggu terus penuh dengan kesabaran. Sampai kapanpun
kekasih pulang. ditunggu terus, walaupun kerinduan kian menyelimutinya .Tetapi kalau sudah jelas
balnva sesuatu yang ditunggu itu tidak datang, tak perlu diharapkan lagi, karena hanya membuat
sakit hati saja dan membuang-buang waktu. Ungkapan ini dikenal hampir semua lapisan masyarakat
dan dipakai oleli orang-orang tua bahkan orang dewasa. yang digunakan sebagai pesan kepada
seseorang agar sabar menunggu sesuatu yang diharapkan . Biasa pula ungkapan ini dipakai untuk
menyindir orang yang ditinggalkan kekasih, dan ternyata kekasihnya sudah lupa padanya.
27. Kedo numanusia, mbasiloki korona mboto = Tingkah laku manusia, menerangi badannya sendiri.
Perbuatan manusia adalah gambaran dirinya sendiri .

Nilai etik dalam ungkapan ini ialah. pribadi seseorang yang baik ataupun yang kurang baik
tergambar pada tingkah laku orang itu .

Penilaian terhadap seseorang dapat dilihat atau tergambar dalam tingkah laku orang itu sendiri .

Ungkapan ini dikenal dalam masyarakat umum. yang dipakai oleh orang-orang tua, golongan agama,
cendekiawan dan bahkan orang dewasa .

Digunakan sebagai nasehat atau pesan agar orang-orang selalu bertingkah laku yang wajar dan baik
agar menjadi contoh masyarakat .Juga sebagai peringatan bagi orang-orang agar berusaha
mengurangi perbuatan yang kurang baik. yang sebaliknya meningkatkan diri seseorang untuk lebih
banyak berbuat baik .Ungkapan ini merupakan suatu gambaran tentang tingkah laku seseorang
dalam kehidupannya sehari-hari. Perilaku manusia itu adalali petunjuk, apakah manusia itu baik atau
tidak .Kalau tingkah lakunya kclihatan baik, maka itu berarti manusianya baik, begitu pula sebaliknya.
Apabila tingkah laku atau perbuatan manusia itu kurang baik. maka itu berarti manusianya kurang
baik .Ungkapan ini bermakna nasehat atau pesan kepada seseorang dalam pergaulan sehari-hari di
masyarakat manapun. Ajaran moral yang terkandung dalam ungkapan ini se- suai dengan ajaran
agama. tingkah laku baik, dari orang yang baik adalali merupakan eontoh yang baik di masyarakat .

28. Lanja vante nujole , vante nubailemo = Sedang bicara jagung , bicara wijen

Sedang membicarakan tentang jagung, pindah bicara tentang wijen . Bicara yang tak menentu
kemana arah tujuannya . sifat seseorang yang bicara tak tentu arahnya .

Nilai elik yang terkandung ialah berupa nasehat kepada seseorang yang berbicara baik secara resmi
maupun lidak resmi, yang tidak berpegang teguli pada pokok pembicaraan . Ungkapan ini bisa pula
dipakai untuk inenyindir seseorang yang bicaranya atau ceriteranya yang tak menentu arah
tujuannya, dan lumya mengganggu jalannya pembicaraan, sehingga orang jadi bingung . Ungkapan
ini dikenal dalam masyarakat orang tua atau orang dewasa dan dipakai sebagai nasehat atau pesan
kepada seorang agar jangan berbelit-belit kalau berbicara, supaya orang jangan menjadi bingung .
Bicara yang melompat-lompat tak tentu kemana sasar- annya. merupakan gambaran sikap
seseorang yang tidak mempunyai prinsip tetap. Selalu berubah mengikuti kehendaknya, yang
muncul sewaktu-waktu, belum selesai yang satu, berubah dan berpindah lagi kepada yang lain .
Orang yang mendengarkan bicara seperti yang tersebut di atas itu, akan menjadi bingung dan
bahkan akan jengkel mendengarkannya . Dari cerita yang besar atau luas, dengan tiba-tiba pindah
lagi cerita yang kecil atau sempit dan pada akhirnya pokok pembicaraan sudali ditinggalkan. Dengan
demikian sasaran pembicaraan tidak dapat disimpulkan .

29. lolo lolo kidi , tuvu — tuvu venji. = Berpucuk-pucuk dipotong, hidup-hidup patah. Setiap kali
berpucuk dipotong, setiap kali hidup (tumbuh) dipatahkan .

nilai etik yang terkandung ialah merupakan pesan atau dorongan kepada seseorang agar jangan
putus asa atau mundur walaupun ada hal-hal yang menghalanginya. Ungkapan ini menggambarkan
keadaan seseorang yang melakukan usaha, atau keadaan seseorang dalam kehidupan sehari-hari .
Setiap kali berusaha, tidak pernah berhasil dengan baik karena setiap kali mendapat untung, di lain
waktu selalu pula muncul kerugian. Dengan demikian usaha itu tidak ada perkembangannya, atau
nasib orang itu tidak ada pening- katan atau kemajuan sama sekali . Pemunculan-pemunculan yang
baru. selalu ada rintangan dari pihak lain, baik disengaja maupun tidak disengaja. sehingga
keadaannya hanya begitu-begitu saja. Ungkapan ini dikenal dalam masyarakat ramai khususnya
dalam masyarakat pedagang atau pengusaha . Digunakan oleh seseorang, bila ditanyakan
bagaimana tentang nasib atau perusahaannya, maka seseorang biasa- nya menjawab dengan
ungkapan tersebut di atas . Orang yang menanyakan langsung mengerti, bahwa tak ada kemajuan
dalam usahanya, atau nasibnya hanya tetap biasa saja, tak ada keuntungan atau tidak lebili tidak
kurang. Dipakai oleli orang-orang tua dan balikan orang dewasa sebagai jawaban yang tidak tersirat,
atas pertanyaan seseorang mengenai usaha atau nasibnya .

30. Lompe ntau, ja nusampesuvu = Baik orang , jahat keluarga sendiri, Sebaik-baiknya orang lain,
sejahat-jahatnya keluarga tetap juga keluarga sendiri .

Nilai etik yang terkandung dalam ungkapan ini ialah agar kita tetap rukun, sayang-menyayangi
dengan keluarga sendiri . Ungkapan ini memberikan gambaran bahwa bagaimanapun baiknya orang
lain tetap orang lain, dan bagaimanapun jahat nya atau marahnya keluarga kepada kita, tetap juga
keluarga kita. Orang lain memberi kebaikannya kepada kita. akan terbatas sekedar kemampuannya.
tetapi kalau keluarga sendiri walaupun ia marah, tetap ada bantuan, paling tidak perhatiannya
sepanjang kehidupannya . Tali persaudaraan tidak akan putus, karena hanya marah atau karena
kejahatan keluarga sendiri . Ungkapan ini merupakan motivasi bagi seseorang agar tetap membela
keluarganya, tanpa memperhitungkan resikonya, demi nama baik keluarga . Sesuai dengan ajaran
agama, yakni kita baik dengan orang lain, juga kepada keluarga sendiri, kita patut saling
menghormati, dan saling menghargai. Wajar dan harus kita perbaiki hubungan sesama manusia,
terutama keluarga walaupun ada perselisihan paham .

Ungkapan ini dipakai oleli masyarakat umumnya, terutama orang-orang tua dan golongan agama
sebagai naseliat kcpada orang-orang muda dalam kehidupan bcrkeluarga. Dan digunakan apabila
ada keluarga-keluarga yang saling bersclisih paham kemudian pecah, lalu mengharapkan ban- tuan
atas kebaikan orang lain dalam menunjang kehidupan- nya.

31. Lompe ri nguju , vau ri ate. = Baik di mulut . busuk di hati., hanya baik di mulut, tetapi hatinya
busuk. Gambaran tentang seseorang yang bersit'at seperti telunjuk lurus. kclingking berkait.

Nilai etik yang terkandung ialah berupa pesan agar selalu waspada terhadap kata-kata manis orang-
orang tertentu. Jangan cepat-cepat percaya kepada bicara seseorang, perlu dianalisa, di banding,
dikaji semantap-mantapnya . Bicaranya atau kata-kata manis, menarik hati, membujuk, merayu,
akan tetapi tersimpan maksud atau niat yang jahat atau busuk di dalam hatinya . Kalau bertemu
dengan orang-orang seperti itu diperlukan suatu kewaspadaan agar jangan sampai terjerumus atau
tertipu oleli bujuk rayunya . Ungkapan ini biasa pula dipakai untuk menyindir seseorang. apabila
orang tersebut pernah berkata-kata manis, yang merugikan orang lain dan menguntungkan dirinya,
walau hanya sekeeilpun . Juga mengutarakan agar setiap ucapan sesuai dengan kata hati atau niat,
yang dimanifestasikan dengan tingkah laku . Ajaran moral yang terkandung di dalam ungkapan ini
sesuai ajaran agama, diniatkan lalu diucapkan, kemudian dilakukan; jangan lain dibibir lain di hati.
Ungkapan ini dikenal semua lapisan masyarakat, dan di pakai oleh orang-orang tua, golongan agama,
dewasa dan bahkan anak-anak . Digambarkan sebagai nasehat atau pesan kepada orang orang agar
orang-orang jangan berbuat atau terpengaruh akan hal yang dimaksud ungkapan tersebut .
32. Lomuna nisoleka isina = Gemuknya digorengkan dagingnya . Gemuknya dijadikan lagi untuk
menggoreng dagingnya .

Ungkapan ini bermakna nasehat atau pesan kepada seseorang yang berusaha .

Nilai etik yang terkandung ialah memberi gambaran bahwa seseorang yang memutar roda
perusahaannya tidak perlu memiliki modal besar. tetapi kemauan yang besar dan penuh dengan ke-
sabaran atau ketabahan . Ungkapan ini merupakan motivasi bagi seseorang. Ke- berhasilan suatu
usaha bukan lianya ditentukan oleh besar- nya modal, tetapi harus diiringi pula oleh kemauan yang
ke- ras penuh ketabahan. Sebab dari keuntungan yang kecil ada- lah merupakan bahan modal, dari
keuntungan yangsedikit. lama kelamaan akan menjadi besar. Ajaran moral yang terkandung daiam
ungkapan ini se- suai dengan ajaran agama yakni dengan niat yang baik. tidak meneari keuntungan
yang berlipat ganda. dan tidak boros maka modal perusahaan lama kelamaan akan besar. Ungkapan
ini dipakai dikalangan orang-orang tua, golongan agama dan para pengusaha, sebagai nasehat di
dalam berusaha supa- ya sabar, tekun dan rajin . Jadi maksud dari ungkapan ini adalah mendorong
seseorang dalam berusaha, sebagai falsafah agar yang sedikit digunakan se effesien mungkin bagi
pengembangan suatu usaha . Jelas bahwa patokan bagi seseorang yang berusaha bukanlah semata-
mata faktor besar kecilnya modal, modal utama ialah ketekunan kesabaran, kejujuran bahkan yang
lebih penting lagi ialah keuletan. Dalam dunia usaha besarnya modal bukanlah satu-satunya alat
ukur untuk mengetahui apakah usaha mendatangkan keuntungan atau kerugian .

33. Makabosaka pale , mekai pa'a. = Terlepas tangan , terkait kaki.

Walaupun tangan sudah terlepas. tetapi kaki akan menggantikan tangan

Di tanah Kaili. kalau ada seorang pemuda berpacaran dan cinta begitu mendalam dengan seorang
gadis, kemudian tiba saatnya ia meminang tetapi ternyata pinangannya tidak diterima .Ungkapan ini
menggambarkan sit'at seseorang yang mempunyai kemauan keras atau mempunyai tekat kuat.
Biarpun tangan yang memegang terlepas atau dilepas orang, maka kaki akan dikaitkan atau
disangkutkan pada obyek yang diinginkannya. walaupun ada rintangan yang menghalanginya .

Nilai etik yang terkandung ialah pesan atau pengikat pada seseorang agar mempunyai prinsip yang
teguh untuk mencapai sesuatu yang teguh untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan .Sesuatu
yang dicintai oleli seseorang, tentu ia akan berusaha untuk memilikinya dengan jalan yang sulit
sekalipun, dan pantang mundur. Akan dikorbankan segalanya kepada yang dicintainya sampai-
sampai pada korban perasaanpun ia tidak hiraukan, asalkan tekadnya terlaksana . Ajaran moral yang
terkandung di dalamnya sesuai dengan ajaran agama bahwa untuk mencapai cita-cita diperlu- kan
pengorbanan . Ungkapan ini dikenal pada masyarakat orang tua atau dikalangan adat yang dipakai
oleh orang-orang tua utama- nya orang dewasa . Ungkapan ini digunakan apabila seseorang
mempunyai keinginan terhadap sesuatu utamanya kepada seorang gadis atau pemuda yang
dicintainya. Ciadis atau pemuda itu meng gunakan setelah ia menyampaikan maksud utamanya.
kcpa da orang tua gadis atau pemuda dengan tujuan agar keingin annya dipenuhi. Dengan maksud
pemuda/gadis itu lak in.hi turun lagi rumali pacarnya, kalau tidak segera diselesaikan

34. Malei maputi kupomate ngataku = Merah memutih aku mati bcrsama negeriku .Merahkah
atau putih kumati demi negeriku Apapun yang akan terjadi kubela negeriku, walaupun dengan
tetesan darali dan nyawa sekalipun . Gambaran sifat seseorang yang berani berkorban demi cintanya
kepada negerinya atau tanah airnya .Suatu pernyataan atau sumpah yang sangat tinggi nilai- nya dan
menyentuh perasaan, sehingga orang lain akan terdorong dan tergerak hatinya untuk ikut berkorban
demi tanah air .

Nilai etik yang terkandung ialah suatu pernyataan atau pesan. Jiwa kesatria dan keberanian yang
didorong oleh tekad dan semangat yang menyala-nyala untuk mempertahankan dan menjaga
kesela- matan negeri perlu dimiliki oleh setiap putra-putri Bangsa. Ajaran moral yang terkandung di
dalam ungkapan ini sesuai dengan ajaran agama: bahwa setiap anak negeri wajib membela bangsa
dan tanah airnya . Jangankan darah yang tertumpah bahkan nyawa sampai tulang belulang hancur
sekalipun, semuanya untuk dikorbankan demi membela tanah air. Ungkapan ini dikenal dalam
masyarakat umum dan di- pakai oleh orang-orang tua, dewasa. serta para pemuka yang digunakan
sebagai pernyataan sumpah untuk membela tanah air .

35. Mau aga molumakola vokotu kana manggalempamo = Biar hanya berjalan dengan lutut tetap
melangkah terus. Biar terpaksa hanya tinggal dapat berjalan dengan lutut tetap jalan terus . "Vokotu'
artinya lutut .Lutut adalah bagian tubuh yang dianggap vital untuk raeno- pang bagian tubuh lainnya.
Jika lutut tidak sehat/eacat, jelas berjalan tidak sempurna. Akan tetapi seandainya kita harus
berjalan. dan dipaksa lutut yang harus kena tanah/krikil, betapa sakit dan nyerinya dan betapa
sukarnya untuk melangkah.

Nilai etik yang terkandung ialah nasehat atau pesan kepada seseorang yang berusaha. Suatu
gambaran kemauan seseorang yang sungguh-sungguh kuat dan pantang menyerah terhadap
tantangan yang dihadapi. Jika suatu usaha telah berjalan dengan baik, lalu mendapat tantangan
(ujian atau cobuan ataupun kerugian) jangan sampai berhenti di tengah jalan, tetapi monggunakan
segala daya dan tenaga demi tercapainya maksud yang dituju . Ungkapan ini merupakan suatu
motivasi atau dorongan kepada seseorang agar usahanya dapat tercapai dan berhasil walaupun
dengan perlahan-lahan atau penuh kesulitan. Ajaran moral yang terkandung dalam ungkapan ini
sesuai dengan ajaran agama; berusahalah dengan sungguh- sungguh, jangan berhenti ditengah jalan
atau hanya setengah setengah. Gunakanlah segala budi daya dan tenaga, pada jalan yang halal
Ungkapan ini dikenal dalam masyarakat yang umum, dan dipakai orang-orang tua. golongan agama.
dan juga orang dewasa. Digunakan sebagai nasehat atau pesan kepada seseorang yangberusaha,
supaya bersabar dalammenghadapi tantangan. dan maju terus pantang mundur. Juga sebagai
cambuk untuk maju terus berusaha, jangan putus asa. jangan mundur. Dorongan makna ungkapan di
atas sangat efektif sekali bagi masyarakat pendukungnya. Hal ini terbukti pada kenyataan bahwa
rata-rata penduduk jarang di rumah pada waktu siang hari .

36. Mau membua malangga kana raivumo ntana = Biar terbang meninggi tetap ditimbun
tanah. Biarpun terbang tinggi, pada akhirnya akan ditimbun tanah pula .

Nilai etik yang terkandung ialah berupa pesan atau nasehat kepada seseorang supaya jangan lupa
diri atau lupa daratan karena telah memiliki kekayaan dan kedudukan yang tinggi. Ajaran moral yang
terkandung dalam ungkapan ini sesuai dengan ajaran agama; asal dari tanah kembali ketanah..
Ungkapan ini bermakna nasehat kepada orang yang kaya atau orang yang berkedudukan tinggi,
bagaimanapun kayanya seseorang, dan tingginya kedudukan atau pangkat seseorang, sekali waktu
dan pasti akan kembali keasalnya. Kekayaan atau tingginya kedudukan dan pangkat bukanlah satu-
satunya jaminan untuk menghadap Tuhan di hari kemudian. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
kekayaan dan kedudukan yang tinggi harus diiringi pula dengan amal bakti sesuai dengan ajaran
agama.Namun demikian ungkapan ini bukanlah berarti menghalangi atau melarang seseorang
mencari kekayaan dan ilmu atau kedudukan. Sebab dalam agama Islam telah ada penggarisan
bahwa : "Carilah kekayaan itu seakan-akan engkau hidup terus, dan beramallah seakan-akan engkau
mati besok” Ungkapan ini dikenal oleh semua lapisan masyarakat. dipakai oleh orang-orang tua,
golongan agama, tokoh masyarakat dan cendekiawan . Digunakan sebagai nasehat atau pesan
kepada orang- orang, agar jangan lupa daratan .

37. Namate nitodu nubengga. = Mati diinjak kerbau, Mati diinjak oleh kerbau. maksudkan adalah
mati sia-sia .

Nilai etik yang terkandung ialah bermakna nasehat bagi semua orang dalam masyarakat. Disamping
itu merupakan peringatan bagi setiap anggota masyarakat agar jangan suka mencari atau
mencampuri urusan orang lain, kelompok atau keluarga lain, apa lagi kalau tidak tahu asal usul
persoalannya atau karena disuruh oleh orang yang bersangkutan . Akibat yang timbul karena
mencampuri urusan orang lain atas kemauannya sendiri, akan ditanggung sendiri dan tak ada orang
lain yang memihak padanya: bahkan menjadi cemohan atau ejekan orang lain. Ungkapan ini bersifat
ironis terhadap orang yang suka mencampuri urusan orang lain, padahal ia sendiri tidak tahu pasti, ia
ingin gagah-gagahan, serba tahu. dan pada akhirnya ia sendiri merugi tanpa imbalan jasa .Maksud
ungkapan ini ialah : kalau ada dua orang atau dua pihak bcrselisih, maka janganlah kila mencampuri
jika tidak diminta bantuan atau tawaran. kalau seseorang memihak sebelah. tanpa jaminan, lalu
menghantam pihak lain dan kemudian ia mendapat celaka, atau mungkin jadi korban, maka orang
demikian biasanya disebnt orang yang mati di injak kerbau atau mati sia-sia, sebab pihak yang
dibantu tidak tahu-menahu dan tidak mau bertanggung jawab . Ungkapan ini dipakai atau digunakan
oleh orang banyak, khususnya orang tua sebagai peringatan atau pembanding bilamana ada orang
menjadi rugi atau korban, akibat mencampuri urusan orang lain yang tak ada sangkut pautnya
dengan dirinya atan tanpa jaminan .

38. Nangganasipa mata , nikalingasimo mate. = Setelah melihat mata , sudah dilupakan mati.
Setelah terpandang mati dilupakan .

Nilai etik yang terkandnng ialah berupa nasehat atau pesan kepada seseorang yang kaya. dan lupa
bahwa ia akan menemui ajalnya kelak. Ungkapan ini mempunyai makna nasehat atau pesan kepada
seseorang yang kaya sehingga lupa daratan dan lupa akan hari kemudian. Juga merupakan
peringatan agar seseorang selalu ingat akan dirinya, bahwa kekayaan bukanlah merupakan
kebanggaan sepanjang masa atau sesuatu yang abadi. Ungkapan ini mengandung ajaran moral yang
sesuai dengan ajaran agama. bahwa janganlah sekali-sekali hanya mengejar kehidnpan dunia tetapi
juga harus selalu ingat ke- pada Tuhan . Di samping itu ungkapan ini bersifat ironis bagi orang yang
kaya mendadak. dan lupa pada hari kemudian, atau sudah lupa kepada Tuhan . Ungkapan ini dikenal
di kalangan masyarakat pada umumnya: khususnya orang-orang tua dan golongan agama. Dipakai
sebagai nasehat kepada seseorang yang terpandang karena kekayaannya, agar jangan lupa hari
kemudian . Di samping itu ungkapan ini sering pula dipakai untuk menyindir orang yang sudah kaya,
tapi sudah lupa daratan. Jadi arti atau maksud ungkapan ini ialah agar seseorang jangan melupakan
hari akhirnya, walaupun sudah memiliki kekayaan yang berlimpah ruah. Ungkapan di atas amat
bermanfaat bagi masyarakat yang hidup dalam alam kemajuan dan teknologi sekarang ini.
Kenyataan memperlihatkan bahwa dengan harta yang melimpah ruah, segala sesuatu dapat
dilakukan .
39.Nangoli taveve iara karu. Membeli kucing dalam karung. Membeli kucing dalam karung .
Membeli kucing dalam karung maksudnya membeli sesuatu barang yang tidak pasti, karena terlalu
percaya.

Nilai etik yang terkandung ialah nasehat, pesan atau peringatan kepada seseorang agar jangan
terlalu cepat percaya akan sesuatu .Ungkapan ini menggambarkan tentang seseorang yang terlalu
percaya atas sesuatu . Karena kurang teliti terhadap sesuatu, baik yang dipe- san atau yang dibeli,
akan menimbulkan penyesalan atau ke- rugian. Oleh karena itu sesuatu yang dipesan atau dibeli se-
baiknya diperiksa atau diteliti terlebih dahulu. Baik merige- nai besarnya, banyaknya. bentuknya
yang sesuai dengan ke- inginan atau scleras kita. Jadi, jangan hanya dipesan atau dibeli melalui
pengiriman: misalnya ada orang yang menawarkan sesuatu dengan cara yang menarik. tetapi
bendanya tidak dilihat. Langsung saja dipercaya kemudian dibayar, tan- pa pertimbangan lain.
Setelah datang pesanan tersebut ter- nyata jauh berbeda dengan kenyataan sebenarnya . Orang
yang membeli barang tersebut bisa menggunakan ungkapan, tersebut atau bisa pula digunakan oleh
orang lain sebagai sindiran kepada orang yang membeli barang tersebut . Ungkapan ini dikenal pada
scmua lapisan masyarakat dan dipakai oleh orang-orang tua. dan juga orang dewasa; digunakan
sebagai nasehat, pesan atau peringatan agar tidak berbuat keliru karena terlalu percaya tanpa
ketelitian .

40.Masiromupa silo ri puna nggaluku pade namala rapakaduka haja = Nanti terkumpul daun
kelapa di pohon kelapa. baru dapat diwujudkan maksud. Nanti terkumpul di pohonnya daun kelapa,
baru dapat diwujudkan maksud. "Silo" artinya daun kelapa, yang sudah kering . Di daerah penutur
banyak tumbuh pohon kelapa, yang merupakan basil utamanya .Silo atau daun kelapa yang kering
itu kalau ditiup angin pasti jatuhnya akan jauh dari pohonnya. karena ringan nya. Jadi silo atau daun-
daun yang kering itu kalau jatuh tidak pernah terkumpul di pohonnya, tapi berhamburan .

Nilai etik yang terkandung ialah mempunyai makna berupa nasehat atau pesan kepada seseorang
agar teguh dalam pendirian konsekwen dalam tindakan dan tingkah laku . Ungkapan ini memberikan
gambaran ten tang suatu per- mintaan atau permohonan yang ditolak secara halus.Sesuatu
pernyataan yang tersirat maksudnya. tapi de- ngan mudah dapat dipahami oleh orang lain .Karena
menurut kenyataan bahwa tak ada daun kelapa yang jatuh akan terkumpul dipohonnya. Kapanpun
kita tunggu hal itu tak akan terjadi, berarti pula bahwa seberapa kali atau kapanpun tidak akan
terwujud maksud seseorang kepada orang Iain .Hal ini memang sangat berat rasanya bagi pihak yang
berkeinginan, karena prinsip yang teguh dari pihak yang berkeinginan . Ungkapan ini dikenal dalam
masyarakat umum dan di- pakai oleh orang iua dan orang dewasa. dan.digunakan sebagai suatu
pernyataan. Apabila ada seseorang pemuda yang berminat kepada seorang gadis, maka biasanya
sang gadis menggunakan ungkapan tersebut, karena sang gadis tidak senang atau tidak setuju.
Ungkapan tersebut dapat pula dipakai bagi hal-hal lain dengan maksud seperti tersebut di atas . Jadi
dengan kata lain ungkapan di atas sering sekali di pergunakan untuk kepentingan adat istiadat
terutama dalam hal peminangan.

41. Navel isi naboya , nave la vuku nako'o = Kena daging gemuk , kena tubing keras.Kalau kena
daging lunak, kena tulang keras .

Ungkapan ini menggambarkan sifat seseorang yang kurang adil. Kalau mengadili seseorang jangan
berat sebelah. Biasa- nya seseorang dalam memutuskan suatu perkara, kalau yang diadili itu sipihak
keluarga dan dipihak lain bukan keluarga, maka di pihak keluarga diberikan keringanan dan dipihak
orang lain hukumannya berat .

Nilai etik yang terkandung didalamnya ialah berupa pesan atau nasehat agar seseorang dalam
tindakan harus bersifat obyektif, jangan pandang bulu .Tindakan atau keputusan yang obyektif itu
adalah si- fat yang terpuji dalam kehidupan sehari-liari. Tindakan atau keputusan yang memihak
keluarga, yang pada dasarnya memang salah, kemudian membenarkan tindakan atau memberi
keringanan, adalah merupakan suatu pertanda. kita akan tersisih dari pergaulan. dan akan menjadi
cemohan orang lain . Ajaran moral yang terkandung di dalam ungkapan ini sesuai dengan ajaran
agama: kalau memutuskan perkara harus adil . Ungkapan ini biasa pula dipakai sebagai sindiran
terhadap orang-orang yang berlaku tidak adil terhadap orang lain . Ungkapan ini dikenal dalam
masyarakat umum khususnya dalam masyarakat yang mengurus perkara-perkara atau persoalan-
persoalan . Dipakai oleh orang-orang tua. dan golongan agama dan digunakan sebagai nasehat atau
pesan .

42. Nelonju ongu numata = Mengeluarkan biji mata. Mengeluarkan biji mata.

"Nelonju" asal katanya "lonju" artinya keluar, nelonju arti- nya mengeluarkan sesuatu yang ada
dalam satu ruang yang agak sempit. Dapat dibayangkan betapa sakitnya dan betapa perihnya kalau
biji mata apabila dikeluarkan dari rongga 'mata .

Nilai etik yang terkandung ialah berupa nasehat, pesan atau peringatan pada seseorang agar selalu
menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Menghindarkan perbuat an-perbuatan yang kurang baik yang
dapat merusak nama baik seluruh keluarga . Ungkapan ini menggambarkan sifat atau kelakuan se-
seorang yang kurang baik terhadap keluarganya. Kelakuan atau tingkah laku seseorang yang
memberi main yang luar biasa kepada seluruh keluarganya. Keluarga tidak berbuat apa-apa akibat
perbuatan, kecuali hanya ine- nerima saja dengan menutup mata atau muka dan telinga. Karena
besarnya aib yang dilakukannya, bahkan tak cukup kalau hanya menutup mata, tetapi biji matapun
seakan ter- cungkil keluar karena malu . Ajaran moral yang terkandung di dalamnya sesuai dengan
ajaran agama; jauhilah perbuatan-perbuatan yang ter- cela. yang tidak disukai atau dilarang oleh
Tuhan . Ungkapan ini dikenal diseluruh lapisan masyarakat dan dipakai dalam rumah tangga atau
lingkungan keluarga oleh orang-orang tua, golongan agama. Digunakan sebagai nasehat, petuah,
pesan atau peringat an kepada seseorang dalam keadaan formal bahkan informal yang kadang-
kadang dalam keadaan sedih atau marah.

43. nemo ago mareso mpo alu = jangan hanya capek, seperti alu Jangan suka hanya capek seperti
alu .

Nilai etik yang terkandung ialah agar seseorang kalau berusaha atau bekerja harus penuh dengan
perhitungan apa ruginya dan apa untungnya, apa pula baiknya dan apa pula buruknya .nasehat atau
peringatan kepada seseorang yang bekerja atau berusaha . jikalau berusaha atau bekerja dengan
sungguh dan baik tentu mendapatkan hasil yang baik, jangan hanya sia-sia saja . Ungkapan ini
merupakan suatu dorongan pada seseorang yang sedang bekerja atau menjalankan usahanya, agar
berhasil. Disamping itu ungkapan ini biasa pula dipakai untuk menyindir seseorang, yang bekerja
dengan sungguh-sungguh tapi tidak berhasil. Tenaganya yang terbuang sia-sia, dan bahkan modal
yang dipakai habis percuma. Atau sering pula seseorang yang bekerja dengan orang lain, tenaganya
sudah diperas habis percuma. Dengan perhitungan yang penuh kemantapan maka seseorang yang
bekerja atau berusaha jarang mendapat suatu kerugian, baik kerugian tenaga maupun kerugian
modal, tetapi seseorang akan mendapatkan keuntungan yang memuaskan . Ungkapan ini dikenal
dalam masyarakat pengusaha umumnya, dipakai oleh orang-orang tua, dewasa yang digunakan
sebagai nasehat dan peringatan kepada orang-orang yang berusaha atau bekerja, supaya waspada
dan hati-hati agar tidak merugi.

44. Nemo aga montalu mpo titi = Jangan hanya bertelur seperti itik . Jangan seperti itik hanya tahu
bertelur tapi tak mau dan tak tahu mengerami dan menetasnya. Ungkapan ini raenggambarkan sifat
seseorang yang tidak bertanggung jawab. Apabila seseorang melakukan sesuatu hal, yang kemudian
menimbulkan suatu akibat, lain tidak mau bertanggung jawab. Orang seperti ini sama halnya dengan
itik, pintar atau hanya tahu bertelur tapi tidak mau mengeraminya kemudian menetaskannya .

Nilai etik yang terkandung ialah berupa nasehat, pesan dan peringatan kepada seseorang agar
berani berbuat, berani pula bertanggung jawab . Ajaran moral yang terkandung di dalamnya adalah
sesuai dengan ajaran agama;janganlah seseorang yang meninggalkan tanggung jawabnya, sebab
akan dipertanyakan dihari kemudian . Siapa yang berbuat maka dialah yang harus bertanggung
jawab atau yang menanggung akibatnya . Ungkapan ini sering pula digunakan untuk menyindir
seseorang yang tidak mau bertanggung jawab . Ungkapan ini dikenal pada semua lapisan masyarakat
dan dipakai oleh orang-orang tua. golongan agama dan bahkan orang dewasa. Digunakan sebagai
nasehat, pesan dan peringatan kopada seseorang agar supaya bertanggung jawab atas tingkah
lakunya.

45. nemo mamomipa raome mpakoyamo = Jangan karena manis ditelan terus saja. Jangan karena
manis langsung saja ditelan . Sesuatu yang manis jangan terus langsung di telan. sebab belum tentu
membawa faedah.

Nilai etik yang terkandung ialah kewaspadaan dalam kehidupan sehari-hari .Setiap kali kita
melangkah harus diperhitungkan untung ruginya. Apabila bertemu atau mendengar sesuatu yang
baik- baik atau cerita yang manis-manis jangan langsung dipercaya Biasa ada orang-orang berlaku
atau bertindak untuk berusaha menarik perhatian guna mencari keuntungan. atau dengan bujuk
rayu yang manis-manis. akhirnya dapat merugi kan kita . Ungkapan ini berlaku dilapisan masyarakat
umum dan dipakai oleh orang-orang tua. golongan agama serta orang dewasa. Digunakan sebagai
naseliat atau pesan agar seseorang jangan lekas percaya terhadap orang yang bermulut manis dan
berlaku baik, sebab biasanya ada niat jahat yang terkandung dalam hatinya. Kalau lekas percaya.
tanpa menimbang-nimbangnya maka dapat mendatangkan kerugian bagi diri kita . Digunakan pula
sebagai peringatan, agar kita hati-hati atau waspada bilamana ada orang membujuk dengan kata-
kata manis, jangan sampai tergoda atau langsung percaya. Pada akhirnya kita terperosok ke jalan
yang sesat. atau menyesatkan diri kita sendiri . Untuk mempercayai kata-kata orang, terlebih dahulu
harus dikaji baik-baik. Ketelitian akan membawa kita kepada keselamatan .

46. Nemo mongaya mpo pae novua vara = Jangan bertingkali seperti padi berbuah hampa. Jangan
bcrtingkah/berlagak seperti padi berbuah hampa. Ungkapan ini menggambarkan sifat seseorang
yang angkuh. tapi sebenarnya tidak memiliki apa-apa atau tidak mempunyai kemampuan . Orang-
orang yang bertingkali seperti padi yang berbuali liampa adalah orang-orang yang banyak tingkah,
banyak bi- cara tapi tidak mempunyai kemampuan yang sesuai dengan tingkah laku dan bicaranya .
Seperti padi yang berbuali kalau ditiup angin akan bergoyang kesana kemari karena buahnya hampa.
Nilai etik yang terkandung dalam ungkapan ini merupakan nasehat atau pesan kepada orang-orang
anak yang berlagak seperti orang yang berada atau orang yang berilmu. padahal tak tahu apa-apa .
Ungkapan ini biasa pula dipakai untuk menyindir seseorang yang berlagak atau bicara banyak tapi
tak ada isi atau tak ada artinya. karena memang dasarnya tak ada sama sekali .

Tingkahnya semata-mata hanya ingin dipuji. supaya dikata orang bahwa dia adalah orang yang pintar
atau kaya. Ajaran moral yang terkandung dalam ungkapan ini sesuai dengan ajaran agama:
sesuaikan dirimu dengan keadaan yang sebenarnya. kian berisi kian merunduk . Ungkapan ini dikenal
semua lapisan masyarakat, dipakai oleli orang-orang tua. golongan agama dan balikan orang
devvasa . Digunakan sebagai nasehat atau pesan atau pengingat kepada orang yang berlagak tidak
sesuai dengan keadaan atau kemampuan yang dimilikinya.

47. Nemo i no sari mboto koro = Jangan menvantani sendiri badan. Jangan memberi santan atau
meminyaki diri sendiri.

Nilai etik yang terkandung ialah nasehat atau pesan kepada orang-orang yang selalu memuji- muji
dirinya sendiri. Ungkapan ini menggambarkan sifat seseorang yang suka memuji diri sendiri. Di lain
pihak kemauan dan sebagainya yang ada pada dirinya tidak seimbang dengan kata-katanya. Memuji
diri sendiri bukanlah suatu lial yang baik. sebab orang sekitar yang mendengarnya akan menilai dan
mora sa bosan mondengarkannya. Hasil yang dicapai atau keadaan diri kita sendiri tak perlu diri
sendiri yang memuji atau membanggakannya. Masyarakat atau orang lain yang akan memuji atau
membanggakan atas prestasi atau keagungan diri kita karena segala prestasi atau keagungan dirinya.
tidak mendapat pujian orang lain, maka dia sendirilah yang memuji dirinya . Ajaran moral yang
terkandung di dalamnya sesuai de- ngan ajaran agama; jangan suka menepuk dada atau mem-
banggakan diri sendiri . Ungkapan ini dikenal disemua lapisan masyarakat dan dipakai oleh orang-
orang tua. golongan agama, orang dewasa dan bahkan anak-anak . Digunakan sebagai nasehat atau
pesan pada orang, yang selalu memuji dirinya sendiri. atau suatu peringatan agar jangan suka
memuji diri sendiri .

Anda mungkin juga menyukai