Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI SENI BUDAYA BERNUANSA KEAGAMAAN

DI PALU DAN POSO SULAWESI TENGAH

THE INDENTIFICATION OF RELIGIOUS CULTURE AND ART


IN PALU AND POSO REGENCIES, CENTRAL SULAWESI

Nurman Kholis
Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
e-mail: nukhdata@yahoo.com/nurmankholis@gmail.com

Naskah diterima tanggal 5 Oktober 2017. Naskah direvisi 17 Oktober 2017. Naskah disetujui 30 Oktober 2017.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentiksasi seni dan budaya bernuansa keagamaan yang masih eksis
di kota Palu dan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah meliputi sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif. Adapun
langkah-langkahnya dilakukan melalui eksplorasi, inventarisasi, dan kajian atas nuansa keagamaan
dalam seni dan budaya tersebut. Adapun sebaran berdasarkan nuansa agama pada nama-nama seni dan
budaya keagamaan tersebut terdiri dari: 4 buah bernuansa animisme/dinamisme yaitu: Patung Tadulako,
Patung Langke Bulava, Kalamba, dan Patung Palindo; 12 buah bernuansa Islam yaitu: musik Kakula,
Upacara Nopamada, Musik Gambusu, Rabana, Suaka Nuwiata, mantra untuk percintaan, mantra untuk
menundukan orang sombong, mantra untuk bertani, tradisi selamatkan jabang bayi, upacara tolak bala
sebelum melaut, Nogero Jene (Membatalkan Air Wudu), dan Tari Jeppeng; 3 buah bernuansa Kristen
yaitu: Padungku (Upacara Paska Panen), Upacara perkawinan Adat Pamona, dan Adat Pesta Rambu
Solo, 2 buah bernuansa Hindu yaitu: Upacara Potong Gigi dan Krama Adat Kerta Winangun.
Kata kunci: seni budaya, bernuansa keagamaan, musik kakula, musik gambusu.

Abstract
This study aims to identify religious art and culture that still exist in the city of Palu and Kabupaten Poso,
Central Sulawesi, covering religious and political systems, customs, language, tools, clothing, buildings and
artwork. This research is descriptive-qualitative. The research steps were conducted through exploration,
inventory, and studies on religious nuances in the arts and culture. The distribution based on religious
nuance in the names of art and religious culture consists of: 4 pieces of animism/dynamism nuances are:
Tadulako Statue, Langke Bulava Statue, Kalamba, and Statue of Palindo; 12 nuances of Islam: Kakula
music, Nopamada ceremony, Gambusu music, Rabana, Nuwiata sanctuary, mantra for romance, mantras
for bowling, boasting, Wudu), and Jeppeng Dance; 3 pieces of Christian nuances are: Padungku (Post
Harvest Ceremony), Ceremony of Adat Pamona, and Adat Pesta Rambu Solo, 2 pieces of Hindu nuance
namely: Cutting Ceremony and Krama Indigenous Kerta Winangun.
Keywords: art culture, religious nuance, kakula music, gambusu music.

PENDAHULUAN generasi. Dengan demikian, budaya terbentuk dari


Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, unsur yang rumit, termasuk sistem sistem agama
perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
melalui proses belajar dan adaptasi terhadap bangunan, dan karya seni.
lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman Menurut Direktorat Jenderal Kebudayaan
untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
bernegara (Renstra Ditjen Kebudayaan, 2010-2014: budaya keagamaan dapat pula dikatakan sebagai
6). Adapun budaya merupakan suatu cara hidup tradisi keagamaan. Hal ini sehubungan dengan
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah agama-agama di penjuru bumi ini yang secara
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke historis muncul dan berkembang seiring dengan

359 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


pemahaman dan penghayatan manusia atas dunia dan-seni.html, diakses pada 3/6/2017).
dan lingkungannya. Dengan demikian, diasumsikan, Dalam perkembangan selanjutnya, teknologi
agama berkembang selaras dengan perkembagan modern telah memperlancar kontak-kontak
manusia berpikir. Pengalaman-pengalaman berbagai budaya dan agama. Karena itu, kontestasi
metafisis yang dialami dan kemudian diyakini oleh antara berbagai budaya dan agama pun tidak dapat
manusia maupun sekelompok manusia tertentu. dihindarkan. Dengan demikian, seni dan budaya
Agama disebut sebagai salah satu unsur pembentuk bernuansa keagamaan yang telah dihasilkan oleh
sistem kebudayaan karena hampir selalu sebuah masyarakat Sulawesi Tengah diasumsikan sudah
kelompok sosial atau kebudayaan memiliki corak banyak yang punah, ada yang masih tetap bertahan
religiusitas tertentu. namun terancam punah, ada yang tetap bertahan,
Salah satu provinsi di Indonesia yang dan ada yang mengalami pergeseran.
memiliki keragaman seni dan budaya adalah Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
Sulawesi Tengah. Selain penduduk asli, Sulawesi nama-nama seni dan budaya bernuansa keagamaan
Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari yang dapat ditemukan di Kota Palu dan Kabupaten
Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Poso Sulawesi Tengah, dan mendeskripsikan
Timur dengan masyarakat Bugis dan Makassar nuansa keagamaan dalam seni dan budaya tersebut.
serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad
Tinjauan Pustaka
ke-19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di
Kegiatan bersifat eksploratif terhadap seni
daerah ini yang mayoritas beragama Islam, lainnya
dan budaya di Sulawesi Tengah telah dilakukan
Kristen, Hindu dan Buddha. Musik dan tarian di
oleh Muhammad As’ad, peneliti Balai Litbang
Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang
Agama Makassar pada 2014. Kegiatan ini bernama
satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki
Inventarisasi Seni dan Budaya Nusantara di Provinsi
instrumen seperti suling, gong dan gendang.
Sulawesi Tengah Tahun 2014 dalam Laporan
Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan
Penelitian Inventarisasi Seni dan Budaya Nusantara,
dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di
Balai Litbang Agama Makassar Bidang Lektur dan
wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino -
Khazanah Keagamaan Tahun Anggaran 2014. Hasil
musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara
inventarisasi yang telah dilakukan berdasarkan
kematian. Kesenian ini telah dikembangkan
beberapa kategori tertentu, sebagai berikut:
dalam bentuk yang lebih populer bagi para
Instrumen musik: Kakula, Nggeso-ngeso, gamba-
pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu
gamba, gimba, ganda, lalove; Tari tradisional: Tari
keramaian. Karena itu, nanyak tarian yang berasal
Dero, Tari Raego, Balia; Penjemputan: Pontanu,
dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan
No Talua, Marobe, Mopuputi, dan Menambu;
ketika festival. Pada masa sebelum masuknya
Seni suara: Lagi Kaili Ntovea, “Kaluku”, dan
agama Islam dan Kristen, upacara-upacara adat
Qasidah; Upacara mohavu (penyebaran benih),
seperti ini masih dilakuan dengan mantera-
paruja (pengolahan sawah), mompanga (saat
mantera yang mengandung animisme (dalam http:
padi menguning), mo vunja (persembahan
//nadhy-math.blogspot. com/2012/01, diakses
kepada pemberi hasil panen); Vunja To Manuru
pada 17/7/2017).
(pengobatan atau penyembuhan penyakit); Vunja
Setelah masuknya kedua agama ini, pesta
Tarade (acara gembira); Vunja Poraa Binangga
perkawinan dan kematian sudah disesuaikan antara
(meminta hujan kepada penguasa langit); Vunja
upacara adat setempat dengan upacara menurut
Mpae (simbol syukur karena berhasilnya panen);
agama penganutnya. Karena itu, berbagai seni
Movunja mencakup: Membangu vunja, Popele
kebudayaan Sulawesi Tengah tentu menjadi bagian
Bayasa, Endaloe, dan Rego (dalam http: //mutia-
dari kebudayaan nasional Indonesia. Semua tradisi
dwi.blogspot.com/2012/03/budaya-sulawesi-
yang berkaitan dengan aspek kehidupan di wilayah
tengah-dan-seni.html, diakses pada 3/6/2017).
ini banyak yang masih dipelihara dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama mungkin METODE PENELITIAN
merupakan salah satu warisan budaya yang tetap Jenis Penelitian
terpelihara hingga sekarang dan dilakukan dalam Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif.
beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern Adapun langkah-langkahnya dilakukan melalui
serta pengaruh agama (dalam http: //mutia-dwi. eksplorasi, inventarisasi, dan kajian atas nuansa
blogspot.com/2012/03/budaya-sulawesi-tengah- keagamaan dalam seni dan budaya tersebut. Teknik

Identifikasi Seni Budaya Bernuansa Keagamaan di Palu dan Poso Sulawesi Tengah - Nurman Kholis | 360
untuk identifikasi seni dan budaya keagamaan ini Menurutnya, sebutan Kalamba berasal dari Lore
dilakukan dengan cara: Studi pustaka terkait sejarah, Kuno yang artinya perahu. Fungsinya adalah untuk
budaya, dan agama di Sulawesi Tengah dari berbagai penguburan yang dipercaya sebagai perahu arwah
buku, majalah, dan internet; Observasi, pada lembaga untuk menuju ke suatu alam (Abubakar, 2012: 70).
terkait budaya dan agama antara lain Kementerian Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh,
Agama Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Pariwisata maka diketahui tinggalan megalitik di Pasifik itu
dan Budaya Provinsi Sulawesi Tengah, Dewan asalnya dari dataran tinggi Lore yang membawa
Kesenian Sulawesi Tengah, perpustakaan perguruan kebudayaan tersebut ke sana. Pendapat Iksam
tinggi di kota Palu (Universitas Tadulako, IAIN ini sejalan dengan pendapat begawan arkeologi
Datokarama), museum, tokoh masyarakat, dan Indonesia RP Soejono (1926-2010) saat melakukan
penggiat seni dan tradisi keagamaan; Wawancara, penelitian di tanah Lore tahun 1999 yang ia temani.
dengan pejabat Kementerian Agama dan Dinas RP Soejono sebelum ke Lore ia telah berkeliling
Pariwisata dan Budaya Provinsi Sumatera Selatan, dunia untuk mempelajari tinggalan purbakala
dan Dewan Kesenian Sulawesi Tengah di kota Palu; megalitik. Ia pun menyatakan, dengan melihat
Menginventarisasi, nama-nama seni dan budaya tinggalan di Lore, maka teori tentang orang-orang
keagamaan berikut mengungkapkan konteks dari Cina Selatan yang datang ke Indonesia perlu
keagamaan dalam seni dan budaya tersebut. dikaji kembali. Sebab, seharusnya orang dari
Tanah Lore Sulawesi Tengah yang ke Cina. Hal ini
PEMBAHASAN
sehubungan dengan ketuaan tinggalan megalit di
Sekilas Sejarah dan Perkembangan Seni dan
Lore dibanding di Cina Selatan (Abubakar, 2012:
Budaya Keagamaan
71).
Periode Animisme/Dinamisme
Berdasarkan peninggalan yang ditemukan
Berkenaan dengan perkembangan budaya
di Sulawesi Tengah diketahui bahwa manusia-
dan agama di Sulawesi Tengah, menurut Arkeolog
manusia prasejarah di wilayah ini telah mengenal
pada Museum Negeri Sulawesi Tengah, Iksam,
seni pembuatan patung (arca), seni lukis dan
kebudayaan Austronesia sebelum menyebar
seni pembuatan alat-alat perunggu dan alat-alat
ke kawasan Asia Pasifik-Selandia baru hingga
tanah liat, seni tari dikaitkan dengan acara ritual
Madagaskar justru diperkirakan berasal dari tanah
pemujaan arwah dan animism. Hal ini sebagaimana
Lore yang kini termasuk wilayah Kabupaten Poso
dapat dilihat pada hiasan-hiasan yang dijumpai di
Sulawesi Tengah. Hal ini sebagaimana adanya bukti-
Lore Utara. Di sana terdapat lukisan kepala orang,
bukti tinggalan Megalitik yang memiliki kekhasan
buaya dan lain-lain yang menunjukkan bahwa
di dunia. Karena itu, menurutnya anggapan yang
mereka percaya pada adanya kekuatan-kekuatan
selama ini menyebutkan bahwa nenek moyang
gaib atau pada benda-benda dan makhluk hidup,
bangsa Indonesia berasal dari daratan Cina Selatan
kekuatan itu terdapat di bagian-bagian tubuh
perlu ditinjau kembali sehubungan dengan adanya
tertentu seperti di kepala manusia. Demikian
bukti megalitik tersebut. Sebab, menurut sarjana
pula patung-patung nenek moyang yang sengaja
Arkeologi Universitas Hasanuddin dan Magister
dibangun untuk kepercayaan pemujaan. Dengan
Museologi Universitas Padjadjaran ini, penyebaran
kepercayaan terhadap adanya mana atau kesaktian
manusia dari dataran tinggi Lore-lah yang kemudian
pada semua benda dan tempat-tempat tertentu,
menyebar ke berbagai kawasan di Asia dan Pasifik
maka menggunakan mana tadi muncullah magi
(Abubakar, 2012: 65-66).
(Sutrisno dkk., 2005: 26).
Iksam, yang pernah mengikuti studi Museum
Penjelasan Iksam juga diperkuat dengan
di Perancis dan dilibatkan dalam penelitian
hasil penelitian Tim peneliti dari University of
Shujitsu University Japan dan STORMA Jerman,
Wollongong di Australia menyatakan bahwa
menjelaskan, Kalamba itu hanya ada di Sulawesi
lukisan gua di Sulawesi adalah yang tertua di dunia.
Tengah yang merupakan bejana batu. Kemiripan
Dua dari tim peneliti tersebut, yaitu Anthony
Kalamba di Lore hanya di lembah sungai Mekong
Dosseto, yang merupakan peneliti senior di School
dataran Cina Selatan yang sekarang termasuk wilayah
of Earth and Environmental Sciences di University
Laos. Karena itu, ia pun menjelaskan tulisan dalam
of Wollongong, Australia, dan Thomas Sutikna,
buku-buku sejarah di sekolah bahwa nenek moyang
arkeolog Indonesia, yang sedang melakukan
Indonesia berasal dari Cina Selatan sebenarnya
penelitian di universitas yang sama. Menurut
berdasarkan kemiripan bentuk tinggalan megalitik.
keduanya, lukisan-lukisan kuno antara lain

361 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


ditemukan di tujuh gua di Sulawesi Tengah dan Ternate yang pada waktu itu sudah memeluk
Di gua Leang Pettakere Sulawesi Selatan. Lukisan- Islam, maka ajaran Islam pun sampai di Kerajaan
lukisan tersebut berupa stensil tangan Sulawesi Banggai. Namun, dalam kehidupan sehari-hari
yang diperkirakan paling sedikit berumur 40 ribu terjadilah percampuran antara ajaran Islam dengan
tahun (Sutrisno dkk., 2005: 27). adat kebiasaan lama yang sudah melembaga dalam
Lukisan tersebut adalah yang paling tua yang tata cara kehidupan masyarakat. Tradisi megalit
pernah ditemukan di luar Eropa. Dengan demikian, tidak dikenal oleh generasi masa kini di Lore
setelah ditemukan lukisan tertua tentang binatang sehubungan terjadi generasi yang terputus dari
di dalam gua-gua di Sulawesi menunjukkan bahwa masyarakat pendukung budaya megalit di Lore.
40 ribu tahun lalu, manusia purba Indonesia juga Namun, setidaknya jika dilihat dari studi etnologi
menunjukkan kemampuan artistik yang sama. masih ada unsur-unsur budaya lama yang melekat
Lukisan-lukisan gua ini pertama kali dilaporkan pada masyarakat Lore. Sebab, dilihat dari simbol-
oleh arkeolog Belanda Heeren-Palm tahun 1950-an. simbol wajah patung yang ada secara fisik anatomi
Ia menuliskan lukisan-lukisan di gua Leang Pattae tubuhnya memiliki ciri yang sama. Hal ini seperti
di Maros, namun sejak itu tidak ada yang mencoba atribut-atribut yang mereka pakai seperti patung
menentukan umurnya. Hal ini terjadi karena para yang memakai ikat kepala yang disebut pakebalu
arkeolog percaya bahwa itu adalah bagian dari er yang sampai kini masih dipakai orang-orang
pra-Neolitik, sekitar 10 ribu tahun lalu (dalam http: Lore. Selain itu, juga ada tonjolan di kepala yang
//www.dw.com/id/interview-sejarah-seni-purba- merupakan pakaian siga (ikat kepala) terbuat dari
perlu-ditulis-ulang/dan http: //www.dw.com/id/ kulit kayu (Sutrisno dkk., 2005: 75).
lukisan-gua-sulawesi-menulis-kembali-sejarah/, Berkenaan patung manusia umumnya
diakses pada 24/5/2017). berada di dataran tinggi dan lumpang batu dan
Sementara itu, di salah satu kabupaten di peralatan rumah tangga di dataran rendah,
Sulawesi Tengah yaitu Poso juga terdapat kesenian Iksam menuturkan bahwa hal itu bisa dilihat dari
berupa nyanyian Motengke untuk orang mati, pandangan secara geografis dan pandangan dari
Mojonjoava untuk menjaga orang mati. Isinya konsep budaya. Dari konsep budaya masa megalitik
merupakan riwayat perjalanan hidup seorang ini yang diawal neolitik di situlah berbagai profesi
mulai hidup di dunia hingga di dunia arwah. dalam masyarakat sehingga menimbulkan suatu
Keyakinan yang dipeluk oleh masyarakat zaman kekuatan religi yang sangat besar dan pemahaman
kuno di Sulawesi Tengah itu merupakan kelanjutan neolitik sangat berkembang pesat dalam memuja
dari zaman prasejarah. Adapun latar belakang leluhur.. Masyarakat megalitik ini diberikan dasar
kepercayaan mereka didasarkan pada totalitas alam pemahaman kepercayaan bahwa semakin tinggi
sebagai makrokosmos. Dewa-dewa yang dipuja suatu tempat semakin dekat dengan dunia arwah
sudah lebih dipersonifikasikan pada penguasa yang atau dunia leluhur. Karena itu, pemahaman lokasi
langsung mempengaruhi sumber kehidupannya seperti ini karena pada masa itu orang hidup
seperti dewa penguasa tanah dan dewi pelindung nomaden. Dengan demikian, patung megalit
tanaman (Sutrisno dkk., 2005: 27). tersebut memiliki fungsi sakral, ada yang semi
Kepercayaan animism dan dinamisme ini sakral dan ada yang profan untuk kebutuhan
dilakukan dengan pemujaan terhadap zat gaib yang sehari-hari. Adapun arca menhir tergolong
disebut pilogot. Adapun tata cara mendatangkan tinggalan sakral sehingga harus berada di dataran
pilogot dibacakan oleh tarapuh dengan membaca yang tinggi. Perbandingan ini sebagaimana pada
mantra-mantra lebih dahulu untuk memanggil piramid di Amerika Selatan yang berada di tempat
pilogot itu turun ke bumi. Pilogot inilah yang yang tinggi. Demikian pula candi Sukuh di Jawa
mereka anggap dapat memberikan pengaruh, baik Timur yang motifnya perpaduan Hindu awal dan
kepada mereka kalau diadakan upacara-upacara zaman megalitik itu berada di tempat tinggi karena
untuknya dan akan membawa bencana apabila dianggap ideal untuk berkomunikasi dengan dunia
pilogot ini marah. Paham dinamisme dapat dijumpai dewa (Sutrisno dkk., 2005: 72-73).
dalam kepercayaan mereka. Hal ini dapat membawa
Periode Sejak Masuknya Islam
pengaruh pada kesehatan/ keselamatan mereka,
Pada zaman kuno, agama sama dengan
misalnya sepotong gelang tembaga kalau diredam,
kesenian. Hal ini sebagaimana seni tari, musik, dan
maka air peredam tadi dapat menyembuhkan orang
nyanyi yang umumnya dikaitkan dengan upacara
sakit. Setelah kedatangan pengaruh kekuasaan

Identifikasi Seni Budaya Bernuansa Keagamaan di Palu dan Poso Sulawesi Tengah - Nurman Kholis | 362
penyembahan roh, di samping untuk pergaulan dari barat belum ada, meskipun secara politis
muda-mudi di saat tertentu menurut adat. Dengan sudah ada pengaruh dari Belanda. Karena itu,
masuknya ajaran Islam, seni baca al-Quran dan pengaruh kebudayaan Islam seperti dalam seni
zikir selalu diadakan pada saat-saat tertentu seperti bangunan tempat ibadah atau masjid, tatakrama
pada bulan Ramadhan. Pada waktu kematian, pergaulan, kesenian, dan sebagainya. Pengaruh
keselamatan, perkawinan, dan sebagainya. Khusus Bugis-Makassar ikut memperkaya perkembangan
untuk Lembah Palu dengan datangnya mubalig kebudayaan di Sulawesi Tengah. Hal ini seperti
Dato Karama, mulai pula dikenal alat musik kakula, dalam tata pemerintahan, bangunan rumah,
gamba-gamba, gambus, gong serta tanda kebesaran adat kebiasaan masyakarakat dalam berpakaian,
upacara ula-ula (Sutrisno dkk., 2005: 86). masakan, dan sebagainya (Sutrisno dkk., 2005: 117).
Pada masa itu, pedalaman Sulawesi masih Ajaran Islam makin luas dan bertambah
tetap pada kepercayaan animisme yang dikenal penganutnya, tetapi kepercayaan lama masih
sejak zaman kuno, kecuali daerah pesisir yang berpengaruh di sebagian penduduk. Karena itu,
mulai mendapat pengaruh ajaran Islam, karena dalam kehidupan sehari-hari terjadi pencampuran
persebaran ajaran ini mengikuti rute perdagangan. antara kepercayaan Islam dengan kepercayaan
Adapun kerajaan yang mula-mula menerima ajaran lama. Hal ini seperti dalam upacara tertentu seperti
Islam di Sulawesi Tengah adalah Kerajaan Buol dan kematian, kelahiran, dan perkawinan kelihatannya
Kerajaan Banggai kira-kira pertengahan abad XVI. adat lama masih tetap besar pengaruhnya.
Kedua kerajaan ini merupakan daerah pengaruh Demikian halnya pada pada kebiasaan menziarahi
Kesultanan Ternate yang telah menerima ajaran kuburan keramat, tempat angker dalam hubungan
Islam sejak abad XV. nazar kalau suatu keinginan tercapai merupakan
Ajaran Islam tiba di Tanah Kaili diduga nanti kebiasaan lama yang masih hidup dalam masyarakat
pada abad XVII seperti dalam buku “Mengenal (Sutrisno dkk., 2005: 118).
Tanah Kaili”. Pada abad XV agama Islam mulai Perkembangan seni budaya di Sulawesi
masuk di tanah Kaili dibawa oleh Abdul Raqie Tengah pada abad XX antara lain dengan tersebarnya
gelar Datuk Karama. Karena itu, disimpulkan rebana ke Buol oleh orang-orang Banjar yang
bahwa pembawa agama Islam itu adalah dua orang sekaligus mengajarkan lagu dan pukulan rebana.
mubalig yang berasal dari Minangkabau dengan Sementara itu, orang Gorontalo mengajarkan
nama popular yaitu Datuk Karama dan Datuk lagu yang diambil dari kitab agama namanya
Mangaji (Sutrisno dkk., 2005: 88). Buruda. Orang Buol meniru mempraktekkan
Menurut Buya Hamka dalam buku serta menambah jenis pukulan. Selanjutnya, orang
Kebudayaan dan Perjuangan Kemerdekaan Arab membawa gambus dan mengajarkan jepeng
Indonesia di Aceh, mubaligh bertiga dari sehingga rebana dan gambus sangat berpenagruh
Minangkabau ke Makassar yaitu Datuk Ritiro, di Buol. Mereka pun pada umumnya menjadi
Datuk Ribandang, dan Datuk Patimang berangkat pandai melenged (berpantun, bersyair, berzikir,
dari Minangkabau adalah atas persetujuan dari dan mengaji). Alat-alat musik pun tersebar di Buol
Aceh. Adapun berkenaan kedatangan Datuk seperti kalwah bawu, kecapi, tuwjanli, dan penuling
Karama ke Lembah Kaili berdasarkan tradisi lisan (sejenenis suling). Orang-orang Buol juga memiliki
adalah bersama rombongan keluarga dengan kepandaian kerajinan tangan seperti mengukir
para pengikutnya sebanyak + 50 orang. Mereka pada perkakas. Selain itu, juga ada pejongge dari
terdampar di Teluk Palu dan membawa peralatan Bugis dan ronggeng dari Jawa yang dibawa oleh
antara lain: alat adat kebesaran berupa bendera Raja Lahadun yang biasa dimainkan di pesta raja
kuning, panji orang-orang (Ula-Ula), Puade, Jijiri, (Sutrisno dkk., 2005: 125).
Bulo dan alat bunyi-bunyian seperti: gong (tawak-
Periode Sejak Masuknya Kristen
tawak), kakula (kulintang), gimba dan gamba-
Agama Kristen mulai muncul pada akhir
gamba (Sutrisno dkk., 2005: 89).
abad XVIII melalui kehadiran tokoh-tokoh zending
Secara umum kedatangan ajaran Islam ke
seperti Kruijt dan Adriani kira-kira tahun 1895.
Sulawesi Tengah melalui tahapan berikut ini: a.
Pada masa itu, Belanda baru dalam tahap survey
dari Ternate, b. Dari Minangkabau kemudian
atau penjajakan dan mulai aktif setelah mereka
dilanjutkan oleh orang-orang Bugis, Mandar, c.
berhasil menguasai secara penuh Sulawesi Tengah
Terakhir dilanjutkan pula oleh orang Arab (Sutrisno
pada awal abad XX. Karena itu, pengaruh seni
dkk., 2005: 90). Pada abad XIX seni budaya berasal

363 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


budaya Eropa bernuansa Kristen pada abad XIX Di samping 12 kelompok etnis, ada juga
belum ada karena (1) terdapat garis pemisah antara beberapa suku terasing yang hidup di daerah
lingkungan hidup orang Belanda dan masyarakat pegunungan, seperti suku Da’a di Donggala, suku
pribumi jelas, dan (2) masyarakat pribumi yang Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku
telah menganut agama Islam menganggap bahwa Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi
kebudayaan Eropa tidak sesuai dengan ajaran Islam Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang berbeda antara
(Sutrisno dkk., 2005: 118-129). suku yang satu dengan yang lain, namun masyarakat
Pada 1892 berlabuh kapal “De Raaf” membawa dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan
Albertus Christian Kruijt yang bertugas sebagai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
utusan Zending untuk menyebarkan agama Kristen pengantar sehari-hari (dalam http: //nadhy-math.
di Sulawesi Tengah. Kruijt selaku pendeta sekaligus blogspot. com/2012/01, diakses pada 17/7/2017).
antropolog dibantu oleh Adriani sebagai linguist. Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni
Keduanya bekerja keras untuk menyiarkan agama pula oleh migran dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat,
Kristen. Keduanya terlebih dahulu mempelajari Nusa Tenggara Timur, Bugis, Makasar, serta etnis
adat kebiasaan dan bahasa kelompok suku yang lainnya di Indonesia sejak awal abad 19 dan mereka
terpencar dan bermusuh-musuhan dan selanjutnya sudah membaur. Berdasarkan data tersebut, prosentase
berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya. sebaran penganut agama di Provinsi Sulawesi Tengah
Keduanya mempelajari dan mencatat hal-hal yang pada 2014 terdiri atas (1) Islam berjumlah 2.006.754
perlu diketahui agar usaha penginjilannya berhasil orang (73 %), (2) Kristen berjumlah 490.379 orang
(Sutrisno dkk., 2005: 131-132). (17,9 %), (3) Katholik berjumlah 33.254 orang (1,21
Seiring masuknya penjajahan Belanda, lambat %), (4) Hindu berjumlah 133.632 orang (4,9 %), dan
laun golongan terpelajar dan bangsawan menerima Buddha berjumlah 16.125 orang (0,6 %) dari total
pengaruh cara kehidupan orang Belanda. Hal ini penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2014 yang
seperti cara berpakaian dan pemakaian bahasa berjumlah 2.740.168 orang.
Belanda terutama jika berhadapan dengan aparat
Identifikasi Sebaran Seni dan Budaya Bernuansa
Belanda. Agama Kristen yang dibawa oleh para
Keagamaan
utusan Zending berpengaruh terhadap pendidikan
Seni dan Budaya Keagamaan Bernuansa
dan kesenian. Karena itu, pengaruh kebudayaan
Animisme/ Dinamisme
Islam dan Kristen dalam tata cara kehidupan
Patung Tadulako
sehari-hari, pendidikan dan kesenian sebagian
Patung Tadulako terdapat di Lembah Besoa,
besar bercorak Islam dan Kristen memperkaya
Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso. Patung
kebudayaan daerah Sulawesi Tengah yang ada
ini pertama kali dilaporkan oleh orang Belanda
sebelumnya (Sutrisno dkk., 2005: 170).
bernama Kilian yang menyebutnya Watumeangka.
Penduduk Sulawesi Tengah terdiri atas 19
Raven pada 1918 menyebutnya Tadulako, dan
kelompok etnis atau suku. Mereka adalah, etnis
Kruyt juga menyebutnya Tadulako. Penamaan
Kaili berdiam di Kabupaten Donggala dan Kota
tersebut berdasarkan penamaan yang diberikan
Palu, Kulawi berdiam di Kabupaten Donggala, Etnis
penduduk yang bermukim di sekitarnya. Patung
Lore berdiam di Kabupaten Poso, Pamona berdiam
ini tidak berkaki, tertanam dalam tanah, memakai
di Kabupaten Poso, Mori berdiam di Kabupaten
simbol Tadulako yang berarti panglima perang
Morowali, Bungku berdiam di Kabupaten Morowali,
pada bagian dada, mata bulat melotot dan bagian
Saluan atau Loinang berdiam di Kabupaten Banggai,
pelipis terdapat benjolan yang menunjukkan
Balantak berdiam di Kabupaten Banggai, Mamasa
telinga. Oleh penduduk setempat patung serupa ini
berdiam di Kabupaten Banggai, Taa berdiam di
digambarkan sebagai personifikasi panglima perang
Kabupaten Banggai, Bare’e berdiam di Kabupaten
dan juga nenek moyang mereka. Pada saat tertentu
Touna, Banggai berdiam di Banggai Kepulauan,
penduduk setempat memberikan sesajian sebagai
Buol mendiami Kabupaten Buol, Tolitoli berdiam di
sesajian untuk mencari berkah (Dinas Kebudayaan
Kabupaten Tolitoli, Tomini mendiami Kabupaten
dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, 2013: 8).
Parigi Moutong, Dampal berdiam di Dampal,
Kabupaten Tolitoli, Dondo berdiam di Dondo, Patung Langke Bulava
Kabupaten Tolitoli, Pendau berdiam di Kabupaten Patung Langke Bulava terdapat di Lembah
Tolitoli, dan Dampelas berdiam di Kabupaten Bada, Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso.
Donggala. Berbentuk Silinder dan pertama kali dilaporkan

Identifikasi Seni Budaya Bernuansa Keagamaan di Palu dan Poso Sulawesi Tengah - Nurman Kholis | 364
Sarasin pada 1908 dan A.C. Kruyt pada 1909. dipahatkan muka manusia memakai ikat kepala
Patung ini tertanam dalam tanah, kepala besar di (pekabalu), mata bulat melotot, tangan mengarah
banding badannya, tidak bermulut, dagu berbentuk ke phallus yang menonjol, serta tanpa kaki (Dinas
lonjong, mata bulat, ujung hidung rata serta pangkal Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi
hidung atau mata bersambung dengan mata. Di Tengah, 2013: 9-10).
atas dahi hidung terdapat motif lengkungan yang
Seni dan Budaya Keagamaan Bernuansa Islam
menyerupai ikat kepala atau mahkota yang dihiasi
Musik Kakula
oleh empat buah bulatan berderet. Demikian pula
Musik Kakula merupakan seni musik
tangan dan jarinya, terletak di bagian depan dan
tradisional suku Kaili khususnya dan masyarakat
di antara kedua tangan itu terletak alat kelamin
Sulawesi Tengah pada umumnya sudah sangat
wanita. Penduduk sekitar menyebutnya patung
sukar menentukan kapan mulai dikenal oleh
Langke Bulava (Langke = gelang dan Bulava =
masyarakat di daerah ini. Pada tahun 1618 agama
emas) yang melambangkan Dewi Kecantikan yang
Islam masuk di daerah ini dengan membawa
banyak dikunjungi oleh anak-anak gadis untuk
serta pula kebudayaannya. Mengikuti penyebar-
meminta berkah kecantikan (Dinas Kebudayaan
penyebar Islam ini sebagai alat pendukung dakwah,
dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, 2013: 9).
mereka membawa serta alat musik yang terbuat
Kalamba dari tembaga/kuningan yang sekarang dikenal
Patung Kalamba terdapat di Lembah Besoa, dengan Musik Kakula. Musik Kakula yang kita
Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso. Penutup kenal sebagai salah satu seni musik tradisional suku
patung tersebut dari batu yang terletak di atas Kaili khususnya dan masyarakat Sulawesi Tengah
tanah tak jauh dari Kalamba itu. Tebal dindingya pada umumnya sudah sangat sukar menentukan
20 cm, sedangkan diameter lubangnya 84 cm dan kapan mulai dikenal oleh masyarakat di daerah
dalamnya 120 cm. Badan kalamba dihiasi dengan ini. Pada tahun 1618 agama Islam masuk di daerah
lima buah pola hias garis melingkar yang jarak satu ini dengan membawa serta pula kebudayaannya.
sama lain makin ke bawah makin besar. Kalamba ini Mengikuti penyebar-penyebar Islam ini sebagai alat
dilengkapi dengan penutup dan memiliki pegangan pendukung dakwah, mereka membawa serta alat
di bagian tengah yang berupa tonjolan. Tutupnya di musik yang terbuat dari tembaga/kuningan yang
bagi lima bagian yang sama oleh lima buah hiasan sekarang ini kita kenal dengan Musik Kakula. Alat
motif hewan dalam posisi jongkok. Penduduk musik tersebut berbentuk bulat dan pada bagian
menganggap hiasan ini menyerupai kera. Menurut tengalmya muncul atau munjung, sama dengan
informasi dari penduduk, Kalamba ini diduga bonang di Pulau Jawa.
sebagai tempat mandi raja. Namun menurut Tim
Upacara Nopamada
survei Pusat Penelitian Pengembangan Arkeologi
Upacara Nopamada mengajarkan/mengingatkan
Nasional tahun 2005bahwa Kalamba ini digunakan
atau menuntun orang yang sekarat dengan suatu
sebagai tempat penguburan. Pada eskavasi yang
petunjuk atau isyarat tertentu, yang dipercayai
dilakukan oleh Bidang Prasejarah Puslitbang
sebagai suatu cara yang membuka jalan lempang,
Arkenas tahun 2000 di Lembah Besoa dapat
agar roh dapat ke luar dengan tenang dari dalam tubuh
diketahui bahwa salah satu fungsi Karamba adalah
pada saat menghembuskan napas terakhir. Ajaran
sebagai wadah penguburan kedua secara komunal
tersebut biasa disebut “jalan nggamatea” (jalan
(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
menuju kematian), yang isinya mempelajari tanda-
Sulawesi Tengah, 2013: 10).
tanda akan datangnya ajal dan jalan yang ditempuh
Patung Palindo oleh roh seseorang, pada saat menghembuskan
Patung Palindo terdapat di situs Padang Sepe, napas terakhir menuju alam baka. Ajaran ini
Lembah Bada, Kabupaten Poso. Masyarakat yang diperoleh melalui tarikat dengan guru-guru agama,
bermukim di sekitar situs menyebutnya patung yang biasanya diajarkan kepada seseorang dalam
Palindo (penghibur), atau perwujudan dari nenek kelambu, dengan sangat rahasia. Pengetahuan
moyang mereka sebagai pahlawan yang bernama tersebut tidak diajarkan kepada sembarang orang
Tosalogi. Dikisahkan, Tosalogi memimpin rakyat melainkan hanya kepada orang-orang tertentu saja,
Bada berperang melawan orang dari Masamba. karena mereka yang dianggap ahli dan bertugas
Patung ini ditemukan dalam keadaan miring 30 mengajar orang-orang yang sedang dalam keadaan
derajat dan berukuran tinggi 400 cm. Pada patung sakarat tersebut. Dalam keadaan seseorang rilara

365 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


nuadanga diadakan pengajian AI-Qur’an (surat yang dibawakan oleh para pemain kebanyakan dan
Yasin) dari salah seorang anggota yang hadir, yang bahkan hampir seluruhnya memakai Bahasa Arab,
dianggap memiliki suara yang fasih dan lagu yang pada waktu Maulid misalnya di Sulawesi Tengah
baik. Yang bertugas mengajarkan/membisikkan khususnya di Tanah Kaili agama Islam masuk pada
ajaran kepada orang yang sakarat tersebut adalah abad ke 17, sehingga orang mengatakan bahwa seni
keluarga yang terdekat, yang dianggap guru atau rabana adalah seni untuk orang Islam (dalam http:
pegawai syara yang diundang untuk itu. Kalimat //telukpalu.com/2007/02/kesenian-tradisional-
yang dibisikkan ke telinga (nipotuntuaka ritalinga) sulawesi-tengah, diakses pada 10/7/2017).
adalah kalimat Tauhid yaitu Laa Ilaha illallah.
Suaka Nuwiata;
Siapa yang mampu mengucapkan kalimat tauhid
Wiata dalam bahasa Lindu berarti roh
tersebut, dipercayai bahwa orang yang meninggal
makhluk yang sudah meninggal atau makhluk
tersebut pasti masuk Surga (dalam http: //telukpalu.
“halus”. Di kalangan orang Lindu yang masih
com/2007/02/kesenian-tradisional-sulawesi-
memegang teguh tradisinya terdapat kepercayaan
tengah, diakses pada 10/7/2017).
kuat yang meyakini bahwa roh orang yang sudah
Musik Gambusu meninggal dunia sebenarnya mendiami daerah-
Alat kesenian Gambusu tersebar ke desa-desa daerah tertentu. Roh itu pada waktu-waktu khusus
di Tanah Kaili, terutama pada masa agama Islam datang ke tempat sanak keluarganya yang masih
masuk ke daerah ini. Bahkan sampai sekarang hidup. Misalnya pada saat upacara adat panen.
orang-orang masih tetap mencintainya, sehingga Dalam tradisi orang Lindu, Suaka Nu Wiata
permainan gambus yang mengikuti tari jepeng adalah wilayah konservasi yang mutlak. Di tempat
berkembang dimana-mana. Mungkin karena ini, seseorang tidak dibolehkan masuk apalagi
pemegang gambus ini adalah orang-orang Arab sampai melakukan kegiatan menebang kayu atau
alam syair-syair lagunya, maka sampai sekarang kegiatan yang sifatnya merusak hutan. Pelanggaran
penduduk pribumi ikut pula membawakan syair- terhadap ketentuan ini akan memperoleh sanksi
syair yang berbahasa Arab. Akan tetapi karena adat yang Suaka Nu Wiata tidak hanya terletak
perkembangannya sekarang ini telah digunakan di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk,
bahasa Indonesia, yang komunikatif, membawakan tetapi juga terdapat di tempat yang dekat dengan
pesan, petuah, dan nasehat yang berhubungan perkampungan. Sehingga di tepi jalan antara desa
dengan agama Islam (dalam http: //telukpalu. Langko, Tomado dan Anca terdapat hutan yang
com/2007/02/kesenian-tradisional-sulawesi- cukup lebat. Hutan-hutan ini terletak jauh dari tapal
tengah, diakses pada 10/7/2017). batas Taman Nasional yang ditetapkan pemerintah
(dalam http://nadhy-math.blogspot.com/2012,
Rebana
diakses pada 10/6/2017).
Alat ini berfungsi sebagai hiburan musik
pada waktu Maulid Nabi Muhammad SAW dan Mantra Percintaan
pada waktu mengantar pengantin lelaki bersama- Di kalangan masyarakat Tojo terdapat mantra
sama dengan sanak saudara dan handai tolan, yang untuk percintaan yang berbunyi: “Koko ri mundiku/
diiringi dengan syair-syair yang indah. Bilamana Ula Tepu ri rayaku/ Ende ko maucaya ri rupaku/
bunyi rabana terdengar, orang menafsirkan Murilaya Kimindara duaga ri mata matana/ Lillahi
bahwa ditempat itu ada pengantin atau ada ta’ala.” (Ya…Tuhanku ber pertlolongan kepadaku/
peringatan Maulid. Kalau pada pesta pengantin, Atas penghinaan dari gadis yang mengecewakan
dari jauh sudah kedengaran musiknya, orang- diriku). Selain itu, di masyarakat lembah Lore
orang dirumah pengantin perempuan bersiap pula (Napu) juga terdapat mantra percintaan yang
untuk menyambut kedatangan pengantin dengan berbunyi: “Kupati Malone-lone/Kupati mabunga-
membunyikan alat kesenian yang namanay kakula. bunga/Arahmata Ntara dia/Kupidi Sule kupidi
Dan disaat-saat itulah pengantin perempuan matana/Nuraka Nurasa/Sulemu Suleku/Hu’u
menanti dengan hati berdebar-debar. Ada syair Kumpayakun” (Ku buat dirinya/Seperti orang
yang dipakai orang di Tanah Kaili tentang rabana yang berbunga-bunga/Kuarahkan pada dirinya/
ini yakni: “du du nurabana, radu-radu nubambara” Kubuat perasaan pada matanya/Merasakan
terjemahnya Bunyi (du….du) rabana, dada berdebar- cinta terhadapku/Sehingga perasaanku adalah
debar. Jadi ada hubungan antara bunyi rebana dan perasaanmu/Jadi, maka jadilah)” (Hasan, 2005:
sang gadis si calon instri. Kalau didengar syair-syair 218-219).

Identifikasi Seni Budaya Bernuansa Keagamaan di Palu dan Poso Sulawesi Tengah - Nurman Kholis | 366
Mantra untuk menundukkan orang sombong oleh seorang suami kepada istrinya dengan
“Barangkau barangkau/Tudu tumai po/ menyentuh salah satu bagian muka dari bahu
barangkau baranhgkau/Ri yallah bismillah” (Oh sampai hidung. Sebelum proses penyentuhan
Tuhan/Tundukkanlah perasaan/orang-orang yang pertama ini, sang putri berada di dalam kamar atau
memusuhiku)” (Hasan, 2005: 219). kelambu bersama dengan ibu pengantin. Pada saat
suami tiba di depan pintu kamar atau kelambu,
Mantra untuk bertani
orang tua mengantarnya mengetuk pintu sambil
Di Masyarakat Tojo terdapat mantra agar
mengucapkan “Assalamu ‘alaikum ‘Ibadu Rahim”
berhasil dalam bertani, yaitu “Assalamu ‘alaikum
tiga kali. Ketika ibu pengantin sudah menjawabnya
Assalmu ‘alaina”/Tudang Muhammad polisina
“Wa’alaikum salam Ibadu Rahman”, pengantin laki-
Tanae/Parampulu tendrealle parama seta” (Hasan,
laki sudah memasuki kamar atau kelambu. Dalam
2005: 227).
acara ini yang biasa dijadikan ajang permainan,
Tradisi untuk selamatkan jabang bayi pihak perempuan memperlakukan syarat yang
Di daerah Togean terdapat tradisi jika diperlukan. Hal ini seperti pengantin laki-laki
perempuan hamil keluar rumah kepalanya ditutup harus memasukkan uang atau gula-gula sebanyak
dengan kain sarung atau handuk. Sebab, menurut mungkin agar pintu dapat dibuka. Selanjutnya pihak
keyakinan mereka, pongko atau Pontianak dapat laki-laki dipersilakan masuk oleh ibu pengantin.
mengetahui wanita hamil atau tidak itu dari kepala. Sang suami bersama pengantarnya memasuki
Di usia menjelang tiga bulan, sang ibu sang ibu kamar untuk melakukan sentuhan pertama (Hajar,
senantiasa menutup atau membungkus perutnya 2008: 77-78).
dengan pukat/ jala dan diisi di dalamnya dengan
Tari Jeppeng
kulit penyu, gigi cumi, biji srikaya, Qur’an kecil, tepat
Jeppeng berasal dari istilah Zafin. Perubahan
di tengah perut. Pantangan bagi ibu hamil ini yaitu:
ini disebabkan orang Kaili susah mengucapkan
(1) tidak boleh berkelahi apalagi dengan suami atau
konsonan “Z” sehingga mengucapkannya “J”.
orang tua, (2) jangan kikir, (3) jangan sembarangan
Kesenian ini pada mulanya berasal dari tanah
membicarakan orang lain apalagi kejelekannya, (4)
Aran yang dibawa oleh orang Yaman ke Gujarat.
jika ada yang meminta yang berhubungan dengan
Pada awal abad ke-16, kesenian ini juga dibawa
dapur seperti garam, bawamg, rica atau minya
oleh saudagar Arab dari Hadramaut ke Johor dan
kelapa agar memberinya walau sedikit. Untuk
berkembanga di kerajaan Riau. Tarian ini pun
menghindari makhluk halus bisa juga dengan
berkembang di berbagai daerah lainnya. Adapun
disisipkan lemon di sebelah jendela kamar dekat
perkembangannya di Palu sudah ada sejak Guru
sang ibu yang hamil atau membawanya jika ingin
Tua (Sayyid Idrus bin Salim al-Jufri) berada di kota
keluar rumah (Hasan, 2005: 237-238).
Palu pada tahun 1930. Di dalam tarian ini terdapat
Upacara tolak bala sebelum melaut nuansa Islami seperti syair-syair yang berisi pujian
Sebelum turun melaut, para nelayan di kepada Allah swt, Nabi Muhammad saw, kewajiban
Poso pesisir, Tojo, Ampana, Kepulauan Togean, dan larangan dalam agama Islam yang bertujuan
Bungku, Mori, mengadakan Upacara Tolak Bala. mendidik masyarakat agar selalu mengingat dan
Agar ikan besar tidak mengganggu dibuang srikaya, mengamalkan ajaran Islam (Musni, 2014: 66).
mencelupkan botol kemudian parang dipukulkan
Seni dan Budaya Keagamaan Bernuansa Kristiani
atau tangan dicelup kemudian mata tangan dipijit-
Padungku (Paska Panen)
pijit sambil digoyang-goyangkan. Agar nelayan
Upacara ini pada mulanya ditujukan bagi
terhindar dari badai/ angina ribut, sang nelayan
Alo (dewa-dewa) dan leluhur atau nenek moyang
telanjang bulat dan diam sejenak. Ada juga dengan
penduduk setempat yang dipercayai telah membantu
ucapan seperti: “Nabi Tuti” (Nabi perempuan)
masyarakat dengan memberika kesuburan tanah
“Nabi haeder” (Nabi laki-laki) (Hasan, 2005: 237-
dan panen padi yang melimpah. Namun, dalam
238).
perkembangannya, upacara paska panen tersebut
Nogero Jene (Membatalkan Air Wudu) menjadi sangat erat hubungannya dengan kegiatan
Nogene Jene merupakan salah satu religious yang dilakukan oleh agama Kristen. Gereja
rangkaian dari proses pernikahan yang dilakukan mengadopsi Padungku sebagai ungkapan rasa
setelah pengucapan ijab qabul. Rangkaian ini syukur kepada Tuhan. Sebelum melakukan proses
dimaksudkan sebagai acara penyentuhan pertama ibadah, semua keluarga akan membawa sebagian

367 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017


hasil panen mereka ke gereja yang disebut “buah tajam itu sudah dipotong maka secara otomatis dia
sulung” (buah pertama). Dalam prosesnya, hasil akan bertemu siapa yang menciptakannya. Hal ini
panen tersebut didoakan oleh pendeta (Tosadu, dilakukan dengan menaikkan anak-anak yang akan
2013: 63-76). dipotong giginya naik ke bale tempat pelaksanaan
potong gigi atau mepandes dengan terlebih dahulu
Upacara Perkawinan Adat Pamona
menginjak banten (sesajen) yang telah disediakan
Upacara ini dimulai dengan adat peminangan
sebagai simbol mohon kekuatan kepada Sang Hyang
bungkus pinang. Sebab, menurut adat Pamona
Widi Wasa (Murniasih, 2012: 38-54).
Poso, bila ada tamu yang datang harus disuguhi
buah pinang sebagai tanda kehormatan. Pihak Krama Adat Kerta Winangun;
rombongan pria selanjutnya melakukan tahapan- Istilah ini merupakan organisasi suka duka
tahapan berikut: (1)mebolai (mendatangi rumah) yang dibuat oleh masyarakat Hindu di Palu.
pengantin wanita, (2)pekawisia (pengangkatan Organisasi tersebut mengambil aspirasi dari sistem
menjadi warga) Pamona, (3)peompo (hadangan Desa Adat atau yang saat ini disebut Desa Pakraman
ketika rombongan pengantin pria akan memasuki di Bali. Keberadaan organisasi ini diawali oleh
areal pesta perkawinan adat), (4)Pemamongoka aktivitas seperti arisan pada keluarga-keluarga
(penyuguhan sirih Pinang, (5)Pabusalaka Olim Hindu asal Bali di wilayah kota Palu. Dalam setiap
Porongo (penyerahan mas kawin), (6)sampapitu Desa Adat umat Hindu di Palu mempunyai Awig-
(penyatuan tujuh macam benda yaitu baki, sehelai awig yaitu peraturan yang berpedoman kepada (1)
kain, selimut, sepotong kain untuk ikat kepala, Sastra desa (ketentuan-ketentuan yang bersumber
kotak sirih, dua buah piring, dan pengurai mulut. dari ajaran Hindu, (2) Purwa Dresta (ketentuan-
Selanjutnya kedua mempelai dibawa ke gereja ketentuan yang bersumber dari tradisi atau
untuk nikah kudus dan diakhiri dengan resepsi kebiasaan yang masih berlaku, (3) Loka Dresta
(Moula, 2014: 47-52). (ketentuan-ketentuan bersumber dari pandangan
Krama Adat, dan (4) Desa Dresta yaitu ketentuan-
Adat Pesta Rambu Solo
ketentuan yang bersumber dari pandangan-
Acara ini merupakan pesta kematian oleh etnis
pandangan khusus di lingkungan Banjar Adat yang
Toraja di kota Palu. Mayat yang akan dipestakan
bersangkutan (Karsini, 2012: 47).
pemakamannya dilakukan dengan pemotongan
hewan demi bekalnya di dunia dan akhirat (puya). PENUTUP
Sebab, mereka beranggapan semua harta yang Penelitian ini menghasilkan identifikasi
dikorbankan sewaktu pesta pemakamannya terhadap 21 nama seni budaya bernuansa
akan menjadi milik kekayaannya di dunia dan keagamaan di Kota Palu dan Kabupaten Poso
akhirat. Karena itu, dalam upacara Rambu Solo Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun sebaran
ini persembahan ditujukan kepada roh orang yang berdasarkan nuansa agama pada nama-nama seni
meninggal dunia dengan pengorbanan kerbau dan dan budaya keagamaan sebagai berikut: 4 buah
babi. Mereka percaya jika orang yang meninggal bernuansa animisme/dinamisme (19 %), yaitu
tidak dipestakan dengan pemotongan hewan- patung Tadulako, patung Langke Bulava, Kalamba,
hewan tersebut maka rohnya akan gentayangan dan patung Palindo; 12 buah (57%) bernuansa
hingga tidak bisa masuk ke dunia arwah (Bunga, Islam, yaitu musik kakula, upacara Nopamada,
2005: 53-55). musik gambusu, rabana, suaka nuwiata, mantra
untuk percintaan, mantra untuk menundukan
Seni dan Budaya Keagamaan Bernuansa Hindu
orang sombong, mantra untuk bertani, tradisi
Upacara Potong Gigi
selamatkan jabang bayi, upacara tolak bala sebelum
Di Tambarana sebagai ibu kecamatan Poso
melaut, Nogero Jene (membatalkan air wudu), dan
Pesisir Utara, Kabupaten Poso, jumlah penduduk
tari Jeppeng. Sedangkan yang bernuansa Kristen
desa ini berdasarkan agama yang dianut, terdiri dari
3 buah (14%), yaitu: Padungku (Upacara Paska
Islam (2.123), Protestan (1113), Hindu (1027), dan
Panen), upacara perkawinan adat Pamona, dan
Khatolik (11). Di kalangan umat Hindu terdapat
adat pesta Rambu Solo. Yang bernuansa Hindu
upacara yang bermula dari mitologi Bhatara Kala
sebanyak 2 buah (9,5%), yaitu upacara Potong Gigi
mencari ayah dan ibunya. Bhatara Siwa memberitahu
dan Krama Adat Kerta Winangun.
Bhatara Kala agar memotong taring yang tajam
Dengan demikian, sebaran tersebut dapat
itu terlebih dahulu. Sebab jika taringnya yang
menjadi data untuk melihat identifikasi seni dan

Identifikasi Seni Budaya Bernuansa Keagamaan di Palu dan Poso Sulawesi Tengah - Nurman Kholis | 368
budaya keagamaan di Sulawesi Tengah berdasarkan Skripsi. Program Studi Antropologi. FISIP.
penganut agama dan sebaran tiap-tiap agama, Universitas Tadulako. Palu.
yang secara keseluruhan terdiri mencakup, Islam Hajar, Andi. 2008. Upacara Perkawinan Etnis Kaili di
berjumlah 2.006.754 orang (73%), Kristen berjumlah Kota Palu. Skripsi. Program Studi Antropologi
490.379 orang (17,9%), Katholik berjumlah 33.254 FISIP. Universitas Tadulako. Palu.
Hasan, Syamsuddin R. Koida, Arif. 2005. Budaya & Adat
orang (1,21%), Hindu berjumlah 133.632 orang
Istiadat Poso. Yogyakarta. Pustaka Timur.
(4,9 %), dan Buddha berjumlah 16.125 orang (0,6 Karsini, Kadek. 2012. Sejarah Krama Adat Kertha
%) dari total penduduk Sulawesi Tengah pada 2014 Winangun Kota Palu. Skripsi. Program Studi
yang berjumlah 2.740.168 orang. Pendidikan Sejarah. Jurusan Pendidikan IPS.
Identifikasi seni dan budaya keagamaan FKIP. Universitas Tadulako. Palu.
ini dapat dikatakan sebagai pandangan ahli Moula, Ika Suryaningsi. 2014. Upacara Perkawinan Adat
sosiologi dan antropologi yang menyatakan agama Suku Pamona di Desa Wayura Kecamatan Pamona
sebagai fenomena sosial dan kultural. Dengan Tenggara Kabupaten Poso. Skripsi. Program Studi
demikian, agama menjadi satu elemen penting Antropologi FISIP Universitas Tadulako. Palu.
yang memberi corak dari sebuah masyarakat dan Murniasih, Ni Wayan. 2012. Upacara Potong Gigi Orang
sebuah kebudayaan. Hal ini menegakkan pula isi Hindu di Desa Tambarana. Skripsi. Program Studi
Renstra Direktur Jenderal Kebudayaan 2010-2014 Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS. FKIP.
Universitas Tadulako. Palu.
di halaman enam, yang menyatakan, persebaran
Musni, Sarifah. 2014. Studi Hitoriografi Tari Jeppeng di
kebudayaan (difusi) maupun akulturasi (hibridasi Kota Palu. Skripsi. Program Studi Antropologi.
unsur budaya), kemunculan agama-agama besar FISIP. Universitas Tadulako. Palu.
di dunia banyak mempengaruhi perkembangan Pedoman Berkunjung Museum Sulawesi Tengah.
kebudayaan di Indonesia, mulai dari agama 2013. UPT Museum Sulawesi Tengah, Dinas
yang bersifat politheisme hingga monotheisme. Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi
Kemampuan sistem budaya di Indonesia dalam Sulawesi Tengah, Palu.
mengadopsi unsur budaya agama dan tentu saja Renstra Direktorat Jenderal Kebudayaan 2010-2014
beradapatasi dengan unsur-unsur baru merupakan Sutrisno, dkk., 2005. Sejarah Daerah Sulawesi Tengah.
cerminan sifat sistem kebudayaan di Indonesia yang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah
bersifat akulturatif. Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.
Tosadu, Frans Ferdianus, 2013. Ritual “Padungku” pada
UCAPAN TERIMA KASIH Etnis Pamona di Desa Tindoli Kecamatan Pamona
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Tenggara Kabupaten Poso. Skripsi. Program Studi
Kepala Pusat Lektur Khazanah dan Manajemen Antropologi. FISIP. Universitas Tadulako. Palu.
Organisasi yang telah mendanai penelitian ini dan Sumber Internet:
memberikan kesempatan untuk meneliti seni dan Makalah Sosial-Budaya Sulawesi Tengah, dalam http: //
budaya di Provinsi Sulawesi Tengah. Penulis juga nadhy-math.blogspot.com/2012/01, diakses pada
mengucapkan terima kasih kepada redaksi Jurnal 17 Juli 2017.
http://mutia-dwi.blogspot.com/2012/03/budaya-
Al-Qalam yang berkenan menerbitkan tulisan ini.
sulawesi-tengah-dan-seni.html, diakses pada 3
Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih Juni 2017.
kepada semua informan di lapangan, yang banyak http://telukpalu.com/2007/02/kesenian-tradisional-
membantu selama melakukan penelitian ini. sulawesi-tengah, diakses pada 10 Juli 2017).
http://www.dw.com/id/interview-sejarah-seni-purba-
perlu-ditulis-ulang/dan http: //www. dw. com /id/
DAFTAR PUSTAKA lukisan-gua-sulawesi-menulis-kembali-sejarah/,
diakses pada 24 Mei 2017.
Abubakar, Jamrin. 2012. Misteri Negeri Seribu Megalit. http://telukpalu.com/2007/02/kesenian-tradisional-
Yogyakarta. Ladang Pustaka. sulawesi-tengah, diakses pada 10 Juli 2017)
Bunga, Simon Paa. 2005. Peranan Adat terhadap Mobilitas
Sosial Etnis Toraja di Kota Palu Sulawesi Tengah.

369 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 23 Nomor 2 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai