Abstrak
Budaya Shamanisme ini telah memberikan kepada Nusantara musik ritual dengan
waditra: gendang, gong, dan kecrek; dengan pertunjukan yang mempunyai maksud
untuk memuliakan arwah para leluhur. Bentuk seni yang ditampilkan, seperti: tari
topeng. Budaya ini juga telah membawa skala Pentatonik yang berasal dari tradisi
Melayu-Nusantara untuk wilayah belahan barat, dan tradisi Asiatik untuk belahan
Timur. Hal tersebut mirip dengan paham Cina kuno (3500 SM), yang memandang
musik sebagai seni yang mengungkapkan persatuan sorga dan bumi. Konsep seni
adhiluhung (yang berarti damai dan agung) dalam Gamelan Jawa diturunkan dari
paham tersebut. Sedangkan dalam Hinduisme menganggap musik sebagai Yoga
untuk bersatu dengan Brahman dan sarana pengembangan rasa estetis-religius.
Suhardjo Parto dalam Disertasinya, Folk Traditional as a Key to the Understanding
of Music Cultures of Java and Bali (Osaka University, 1990), membuat peta dengan
sebutan wilayah etnomusikologis “Indonesia Barat Daya”: suatu wilayah yang
terbentang dari Sumatra Selatan, Jawa (Madura), Bali, dan Lombok.
This Shamanism culture has given the archipelago music: ritual music of waditra: drums,
gongs, and kecrek; with performances that had the intention to honour deceased ancestors.
The form of the performance art shown is Tari Topeng (mask dance). This culture has also
brought a pentatonic scale derived from the Malay-Indonesian tradition in the Western hem-
isphere to Asiatic tradition in the Eastern hemisphere. It is similar to ancient China concept
(3500 BC), which looked at music as an art that expresses the unity of Heaven and Earth.
This is from which the concept of art adhiluhung (peaceful and great) in Javanese Gamelan
is derived. Hinduism considers music as Yoga for uniting with Brahman and a means of
developing a sense of the aesthetic-religious. Suhardjo Parto in his dissertation, Traditional
Folk as a Key to the Understanding of Music Cultures of Java and Bali (Osaka University,
1990), made a map as the ethnomusicologist “Southwest Indonesia”: an area stretching from
South Sumatra, Java (Madura), Bali, and Lombok.
168
Sunarto, Shamanisme: Fenomena Religius Dalam Seni Pertunjukan Nusantara 169
tingkat kebudayaan di Jawa pada masa terjadi secara terus-menerus, ras Melayu
pembentukan kerajaan di Jawa tidak da- Kuno di sebelah selatan Asia Tengah ter-
pat dimengerti dengan lebih jelas lewat masuk ras induk Mongoloid meluas ke pa-
arkeologis semata. Sebagai contoh ada- ruh barat Nusantara sejak 3000 tahun SM,
lah kegelapan yang menyelimuti peranan hingga ras itu terbentuk menjadi ras (Mon-
potensial dalam Kerajaan Kalingga (di- goloid) Melayu-Nusantara (Beals; Hoijer,
perkirakan lahir pada abad ke-5 Masehi), 1959:182).
lewat pendekatan inskripsi arkeologis Invensi pembuatan perunggu mun-
dan studi literemitik, dalam pembentu- cul sekitar 2500 SM dalam Shamanisme
kan Jawanisme (kejawen). Hal ini berbeda Asia Tengah (Eliade, 1974; Geishiensha,
dengan temuan etnomusikogis, yang men- 1978), telah mengembangkan gendang
gatakan bahwa dalam Kerajaan Kaling- menjadi hpasi (nekara) dan kyi-wing (ling-
ga dapat ditelusuri tentang budaya oral karan 16 gong kecil) dalam tradisi Birma
dan seni-seni pertunjukan di Indonesia Kuno, yang berwatak Shamanik. Dalam
Barat Daya. Lahirnya Kerajaan Kaling- kurun waktu selama 2000 tahun sejak 2000
ga (sekitar abad ke-5 M) ini memerlukan tahun SM, ras Mongoloid Melayu telah
ubo rampe (instrumen-instrumen pendu- mengembangkan diri menjadi ras Mongo-
kung) utama, sebagai berikut. Sejumlah loid Melayu-Nusantara dengan wilayah
pusaka dalam bentuk (instrumen) musik. Asia bahian Tenggara hingga ke paruh ba-
Adapun istrumen musik tersebut, antara rat Nusantara dan Filipina (Beals; Hoijer,
lain: (yang di dalamnya mungkin terda- 1959:182). Ras ini telah memberikan tradisi
pat) kendang India; mridamga dan gong musik dengan gong pencon kepada Nu-
besar telah memaksa kerajaan Hindu di santara dengan persebarannya di paruh
Jawa yang pertama dan mengejawantah- barat (Becker, 1980), gendang, hpasi (neka-
kan watak sinkretik Agama Hindu untuk ra), yang tersebar hampir di seluruh garis
mentransmutasi instrumen musik Asiatik, kepulauan Nusantara bagian selatan hing-
sheng atau instrumen musik tiup bambu ga Irian (Soekmono, 1985), dalam konteks
menjadi instrumen bilah perkusi, gender. Shamanisme yang memiliki musik ritu-
Data arkeologis sebagai ilmu empiris da- al dengan waditra: gendang dan kecrek
lam konteks ini belum dapat menjelaskan (Eliade, 1874), serta orkes ritual Gumlao
pahatan-pahatan tentang instrumen mu- (Becker, 1980), dengan waditra utamanya
sik di beberapa candi di Jawa, seperti evo- gong.
lusi instrumen sheng yang menjadi gender Ras ini lewat perjalanan musikalnya
(Suhardjo Parto, 1990). Teori musik dari ke Pasifik memberi paruhan timur Nusan-
Hindu telah diperkenalkan sebagai tahap- tara tradisi musik gendang tifa, yang be-
tahap awal tradisi istana Jawa-Hindu. Di rasal dari wilayah Indocina (lihat persilan-
sini musik vokal (resitasi) dengan bahasa gan kebudayaan Indocina [Groslier, 2007;
Sansekerta mulai diperkenalkan, sebuah Lombard, 2005]). Ras Mongoloid Asiatik
fenomena yang berkaitan dengan himne dari Asia Utara dan Timur telah membe-
Rig Veda. Realitas ini menunjukkan per- rikan paruhan barat Nusantara dengan
kembangan embrional suatu tradisi besar waditra: genggong, gong datar, kecrek,
dari seni-seni pertunjukan di Jawa. Istilah penggaruk, sheng (seruling 16 bambu),
“Raja Dhiraja”, dalam masyarakat Jawa, dan seruling (Randel, 1986).
dapat dijelaskan secara etnomusikologis Karena dominannya persebaran
sebagai berasal dari himne Rig Veda, yang gong pencon dan tifa di Nusantara, maka
diperkirakan telah masuk ke Jawa sekitar wilayah ini dibagi dalam dua tradisi Sha-
abad ke-5 Masehi dalam tradisi ritual Hin- manik, yaitu: tradisi musik Gumlao di wi-
duisme dalam Kerajaan Kalingga (Malm, layah barat, dan tradisi musik tifa di paruh
1967). atau wilayah timur.
Karena luapan penduduk Asia Ten- Kedatangan para pedagang Hindu
gah Kuno (Huntington, 1959:206), yang lewat patai barat Sumatra Tengah dan
Sunarto, Shamanisme: Fenomena Religius Dalam Seni Pertunjukan Nusantara 173
Selatan di awal tarikh Masehi telah mem- pusat pengolahan Gumlao menjadi Game-
buka kontak budaya dengan suku-suku lan.
bangsa penduduk Sumatra, Jawa, Kali- Hadirnya kata Raja Dhiraja menan-
mantan, Sulawesi, Filipina, yang menjadi dakan pernah masuknya sebauh Himne
jalur lintasan mereka dalam mencari emas Rig Veda (Malm, 1967), hingga teknik vo-
dan komoditi lainnya dari Asia Timur (At- kal Hidu pernah dilestarikan di Kerajaan
mosoedirdjo, 1962). kalingga demi berfungsinya candi. Terke-
Konsentrasi pemukiman migran nalnya mutu gong besar dari Jawa Tengah
pendukung musik Gumlao di Jawa Ten- dikarenakan kualitas bahan dasarnya, Pe-
gah, seperti dibuktikan dangan adanya runggu (McVey [ed.], 1963), menunjukkan
protohistoric bronze kettle drum/nekara di adanya trasmutasi nekara pada gong be-
Kedu dan Semarang, serta terdapatnya sar, yang semula di Kalingga menjadi pe-
nama tempat Garung (yang menunjukkan mula dan penutup sebuah gending sakral.
suku di Myanmar Kuno, Garo), di daerah Seperti halnya Shamanisme, gong besar
Dieng, telah menaruh minat pedagang dalam Hinduisme adalah sarana kontak
Hindu untuk bersaing di daerah itu. Minat dari mikro dan makro kosmos; suatu di-
itu dalam kelanjutannya telah melahirkan kotomi yang juga ada dalam Hinduisme
kompleks candi Hindu di Jawa Tengah (Avalonm, 1972).
Utara. Sruti, svara, yang dalam bahasa Jawa,
Minat mereka untuk menjadikan yang dalam teori musik India berarti inter-
Jawa Tengah Utara sebagai pangkalan per- val dan nada, menunjukkan adanya perta-
dagangan internasional kuno di Nusantara da hadirnya peranan kaum Brahmana, da-
dan Asia telah mendorong mereka mem- lam memasukkan teori musik ke Kerajaan
bangun kerajaan Kalingga, yang beragama kalingga; meskipun dalam perkembangan
Hindu pada abad ke-5 M (Kennedy, 1942). kemudian karena adanya sekolahan non
Kerajaan itu memerlukan banyak hal, ter- formal, teori ini menjadi kabur, dan istilah-
masuk kharisma religius. Peradaban India istilahnya bergeser artinya.
yang didukung oleh Kekaisaran Gupta di Tiadanya pendidikan formal di za-
India Utara, yang sudah mekar pada abad man Kerajaan kalingga dan adanya sitem
ke-4 M (Hammonf, 1959), rupanya telah alih ketrampilan: guru-shishya (Avalon,
siap dicangkokkan di Jawa Tengah. Dra- 1972), tiga unsur pokok dalam musik In-
ma, tepatnya drama-tari India, masuk ke dia: raga, tala, dan kharaja (modus, inti
Nusantara pada abad ke-1 M (Wickham, sistem ritme, dengung/kombangan dengan
1985) sebagai mata tombak bagi merem- rebab dalam wayang kulit Jawa) hampir
besnya pengaruh seni Hindu. tidak pernah dipahami sebagai pernah di-
Hadirnya candi-candi dan drama- teorikan dalam budaya musik di Kerajaan
tari itu menandakan bahwa rasa sebagai Kalingga. Menurut Kishibe (1984) bahwa
paham estetika Hindu secara integral telah rebab baru ada di Jawa pada abad ke-9 M,
hadir di Nusantara (Jawa). Musik, yang perlu diragukan, sebagaimana dari data
bersama-sama tari ritual vital bagi kelang- arkeologis (konteks etnomuiskologis) re-
sungan perdagangan orang-orang Hindu, bab sudah ada di Kerajaan kalingga (abad
perlu dibangun dengan meg-Hindu-kan ke-5 M).
musik setempat, Gumlao menjadi Game- Rebab India, yang kemungkinan be-
lan. rasal dari dari kekaisaran Gupta di India
Tradisi gong pencon sebagai musik Utara, dalam Hinduisasi Gumlao menjadi
sakral Shamanik yang sudah mapan itu Gamelan pada tradisi besara Kerajaan ka-
perlu mendapat perhatian dan penanga- lingga dijadikan waditra untuk menegas-
nan dari para Brahmana di Kerajaan Ka- kan mudus-modus menurut teori musik
lingga. Untuk itu konsep estetika Hindu, Asiatik (Cina) yang pernah dikenalkan
rasa, perlu dikembangkan lebih lanjut. di Jawa pada Pra-Hindu dengan waditra
Lingkungan Kerajaan Kalingga menjadi seng, yang juga berfungsi membawakan
174 HARMONIA, Volume 13, No. 2 / Desember 2013
Fenomena religius dalam seni per- Banawiratma. 1977. Yesus sang Guru: Perte-
tunjukan Nusantara berakar kuat dari tra- muan Kejawen. Yogyakarta: Kanisius.
disi Shamanisme Arkhais yang berpusat Beals, R. L. & Harry Hoijer. 1959. An Intro-
di Siberia (Asia Utara) dan Asia Tengah. duction to Anthropology. New York:
Shamanisme telah memberi warna dan ciri the Macmillan Company.
khas pada seni pertunjukan (di) Nusanta- Berger, J. 1980. Music in Modern Java:
ra. Hal ini merupakan warisan identitas gamelan in a Changing Socienty. Ho-
Sunarto, Shamanisme: Fenomena Religius Dalam Seni Pertunjukan Nusantara 175