Anda di halaman 1dari 8

KLIPING SBK

SEJARAH DAN KUMPULAN ARTIKEL MENGENAI


MUSIK POPULAR DI INDONESIA

KELOMPOK 5 (IX-B):
BERNADINUS BAHADIR PRAMONO/9B/3
LEONARD GILBERT TIMOTHY KOJO/9B/14
MATTHEW JEREMY/9B/16
NICOLAS ROLAND SUWARNO/9B/22
OLIVIA GRASIA WAHYUDI/9B/24

SMP KATOLIK SANTA MARIA TULUNGAGUNG


Jl. Ahmad Yani Timur No.17, Kampungdalem, Bago, Kec. Tulungagung,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
SEJARAH

Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan musik
Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui batas bahasa,
kebudayaan bahkan agama. Bagi orang barat, India sering disamakan dengan Indonesia.
Mereka menyebut India dengan Indie (Nedherland-Oost) yang maksudnya Indonesia.
Anggapan semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di Indonesia
tidak diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu penjajahan Belanda masih bercokol di
bumi Indonesia. Khasanah seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat
disejajarkan dengan seni klasik di negeri yang berkembang.

A. Jaman Prasejarah (sebelum abab 1 Masehi)


Ternyata prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki oleh para
arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu antara tahun kira-kira 2500
Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi menemukan perkembangan kebudayaan termasuk
musik sampai saat ini.

Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1 dari
Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum Masehi di Asia
Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide (penduduk asli), orang Melanesia (berasal
dari Asia Tengah) dan orang Negrito (mungkin dari India).

Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan bangsa dari
Asia Tengah ke Asia Tenggara.

Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia. Mereka
membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama di Annam
(Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun dimana putra dan putri
bernyanyi dengan cara sahut menyahut.

Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang ditiup
bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng dan di
Kalimantan dengan nama Kledi. dengan nam Alat ini hanya merupakan salah satu alat dari
sejumlah besar alat musik bambu yang sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah
batang bambu dengan ukuran yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin
menimbulkan bunyi bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di Bali sampai
sekarang).

Alat musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah mengalami suatu
proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia Tenggara dalam bentuk
berbeda-beda: sebagai’tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’
di Birma, ‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah
diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi.

2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)


Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar abad 4
Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina SelatanAnnam. Menurut R. von Heine-
Geldern perpindahan suku-suku dari daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand,
Malaysia ke Indonesia dan berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini
dibuktikan pula oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang menemukan bahwa para
penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama (yang
memang kemudian berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung
oleh hampir semua ahli sejarah. Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan
mereka mempengaruhi juga kebudayaan musik.

Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat
Annam, pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu, sehingga terbukti
bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh
Asia Tenggara.

Maka kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung dari
abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum Masehi.

Bagaimana dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang
musik mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka musiknya berat.

Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok
Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula tersebar di
seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa dan Bali. Karena tidak
ada catatan maka tidak dapat diketahui teori musik yang melatarbelakangi tangga nada yang
unik ini. tangga nada.
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-
rupanya mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig (mistik).

Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia waktu itu
tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu perkembangan : benda-benda dari
perunggu dan besi yang masuk “kasalisator”: meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan
tidak ada perunggu (timah dan kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa
waktu abad-abad pertama Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam, terutama
perunggu.

B. Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)


Suatu ‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal besar-besar di
teluk PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun menjadi intensif (sebelumnya
diperkirakan lalu lintas terjadi terutama lewat daratan). Terutama pedagang India mendatangi
daerah-daerah Indonesia sejak abad 2 dan 3 Masehi untuk perdagangan. Maka pengaruh India
di Indonesia dan tambah besar, baik dari segi perdagangan dan politik maupun agama dan
kebudayaan.

Dari dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan
IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan kemudian di Jawa
dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh kebudayaan India mencapai
puncaknya dari pertengahan abad 8 Masehi sampai abad 11 Masehi dimana fase kreativitas
yang sangat tinggi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan Jawa berupa musik dan tari,
arsitektur dan seni rupa, pada waktu itu dibangunlah Candi Borobudur dan Candi Prambanan
Indonesia dari masa lalu sampai sekarang. pada abad 4 Masehi.

Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan rupanya
diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut cerita tangga nada ini
ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi
dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian.
Malah dalam penggalian di JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan
tangga nada yang mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan
terts kecil), sama halnya dengan tangga nada.

Sejarah Musik di Indonesia dan perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu
dalam bahasa Sansekerta Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak
bahasa di Asia Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai.
Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad
11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang,
suatu tradisi yang nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.

Waktu orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam alat
musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun alat musik yang
diimpor dari India seperti gendamg, termasuk gendang dari tanah dengan kulit hanya di satu
sisi, kledi, suling, angklung, alat tiup (semacam hobo), xylofon (bentuknya setengah
gambang, setengah calung), sapeq, sitar dan harpa dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu
dalam macam-macam ukuran, gong, saron, bonang. Tidak dapat disangkal bahwa alat musik
mula-mula dimainkan menurut kebiasaan India.

Selain itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah besar
kumpulan bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong, namun tidak
jelas dari abad berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas bertahan di Jawa dalam
perkembangan waktu selanjutnya. Namun nampak bahwa alat musik ini telah dipakai
sebelum jaman Hindu. Perlu diketahui bahwa musik gamelan sebagai musik herefon dengan
pola ritme yang kaya, keindahannya terletak justru dalam bunyi bersama dari lagu dan irama
yang saling melengkapi menjadi satu ‘simfoni nada dan irama’. Sedangkan musik India
termasuk musik solotis (vocal maupun instrumental) meskipun dimainkan juga dalam
ansambel sebagai iringan. Namun aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam
satu orkes, untuk memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain.

Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat disimpulkan
dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari jaman itu serta dari naskah-naskah
kuno yang rajin menyebut nama alat musik dan sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes
mengalami suatu perkembangan alat musik yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam
musik tradisional Jawa: gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang
ditambah sejumlah alat lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan jaman. Bahwa
terjadilah suatu perkembangan musik gamelan (sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi
musik ini hingga tidak ada bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.

Pada masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan Kerajaan
Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah itu dilanjutkan oleh
kerajaan Singasari pada abad 13. Wilayah kekuasaan sampai Kerajaan Majapahit (didirikan
oleh Raden Wijaya dengan patihnya yang tersohor Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah
Mada pada tahun 1350-1389 merupakan puncak kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan
Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah
Nusantara (itu nama wilayah kerajaan Majapahit di luar pulau Jawa).

Maka tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke seluruh
Nusantara.

Namun itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan. Meskipun tangga
nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya musik di luar Jawa dan Bali
mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta melodic yang agak sederhana berdasarkan tangga
nada pentatonic tanpa setengah nada (pentatonic anhemitonis) adalah ciri khasnya.

Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya satu alat
belum ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua alat
dimainkan selalu bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel dengan alat musik
lembut yang terutama dipakai di dalam ruang dengan gender, gambang dan suling.

Selain itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal (di Jawa sudah
tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung untuk pesta dan pawai.
Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat terdapat pula di pulau-pulau lain misalnya
di Nias dan Flores Barat.

Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam
ini juga.

Menurut Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman
Hindu. Dan inipun terjadi dalam perkembangan waktu.

1389 – 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit. Sementara
itu di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sampai Sumetera.
1511 Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522). Sementara itu di
Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri Kesultanan Demak menguasai
seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa.

Bersama dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula alat musik Arab: misalnya rebana,
rebab, gambus.
Namun alat musik ini berkembang di Indonesia, berbedalah bentuk dan cara bermain rebab di
Jawa,Bali, Sulsel, Sumba (di Sumba rebab ini disebut ‘dunggak roro’) dengan dua dawai, di
Sumatera, Kalimantan, Sulut dan Maluku dengan satu dawai; di Aceh dengan tiga dawai.

Berbedalah pula nama rebana: terbang, trebang, robana, rabana. Sedangkan gambus {sejenis
gitar/mandolin) biasanya dilengkapi dengan alat seperti biola, akordeon, gendang, seruling,
bas menjadi orkes gambus. Dengan kata lain: alat musik ini mengalami suatu proses
pengintegrasian ke dalam tradisi musik Indonesia.

C. Jaman Modern / Masa Kini


Banyak tema lagu dalam bermusik. Sehingga karya para musisi terdahulu masih enak dan
layak di perkembangan dunia musik modern yang semakin meningkat telah merambah
berbagai aspek kehidupan masyarakat serta berkesinambungan dari generasi ke generasi
sehingga telah menghasilkan begitu banyak karya yang patut di banggakan. Pesatnya
kemajuan industri musik di tanah air pada saat ini di imbangi dengan banyak
bermunculannya insan – insan musik yang mendatangkan angin segar bagi industri tersebut.
Seperti halnya dunia film, dunia musik juga mempunyai pasar serta penggemar yang banyak
dengan aliran musik yang di anutnya, maka berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo
untuk meniru. Dengan banyak bermunculannya pendatang baru di dunia musik, maka banyak
pula karya- karyaserya penghargaan – penghargaantentang musik yang sudah di hasilkan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ditingkatkan dan dikembangkan bakat generasi muda
Indonesia di bidang musik, khususnya mengenai sejarah, perkembangan serta pengetahuan
tentang dunia musik yang sifatnya universal tersebut. Selain itu mereka juga diharapkan
mampu untuk memperkenalkan karya – karyake kancah nasional maupun internasional,
sebagai hal yang patutdibanggakan, dikembangkan, dipertahankan serta di lestarikan
keberadaannya. Mengingat untuk perkembangan dunia musik modern itu sendiri di Indonesia
belum ada wadah yang dapat memberi informasi yang akurat tentang segala hal tentang dunia
musik modern di Indonesia. Sedangkan fasilitas untuk mleakukan pelestarian terhadap karya-
karya serta penghargaan musik tersebut belum benar – benar ada. Oleh karena itu diharapkan
adanya suatu wadah yang dapat menampung karya, penghargaan, minat serta aspirasi yang
dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang musik modern yang merupakan salah
satu warisan khasanah budaya Indonesia.

Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis musik
barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India yang banyak
diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini, terjadilah perpaduan musik
asing dengan musik Indonesia. Musik India juga berpadu dengan musik melayu yang
kemudian menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncullah berbagai musisi Indonesia
yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang
memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat
musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.

JENIS-JENIS MUSIK DI INDONESIA


Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.

Anda mungkin juga menyukai