Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN MUSIK INDONESIA

KELAS A SEJARAH MUSIK

KELOMPOK 2

1. DHILANE SIHAR PARSAORAN (1208619022)


2. NUR’AINI SALSABILA HULUNGO (1208619017)
3. SAFFANAH KHALISH (1208619047)
4. BIAN AZRIL ROHMAN (1208619048)
5. VALERIANY AGUSTINE (1208619011)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Sejarah musik 1 dengan baik.
Penulisan makalah berjudul “Sejarah Musik Indonesia” dapat diselesaikan berkat bantuan banyak
pihak. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai luas nya sejarah musik
Indonesia yang juga diambil oleh beberap aspek.
Kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini,maka dari itu
kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 29 Desember 2021


Kelompok 2
A. PERIODISASI SINGKAT PERKEMBANGAN MUSIK INDONESIA

NO. ZAMAN TAHUN CONTOH


KESENIAN
MUSIK/ALAT
MUSIK

1 ZAMAN PRASEJARAH Imigrasi Pra- 1. Khen yang


Melayu (2500- mirip Sheng
1500 SM) atau Kledi
(Kalimantan)

1. Tangga Nada
Imigrasi Proto Pelog
Melayu pada 2. Gong-Gong
jaman perunggu
(Abad 4 SM)
2 ZAMAN HINDU Abad 4-12 1. Tangga Nada
Slendro
2. Wayang
3. Gendang
4. Suling
5. Angklung
6. Bonang
7. Saron
8. Lonceng

3 ZAMAN MASUKNYA ISLAM Abad 14 1. Rebana


2. Rebab
3. Gambus

4 ZAMAN KOLONIALISME Abad 16 1. Biola


2. Cello
3. Gitar
4. Ukulele
5 ZAMAN KONTEMPORER Sekarang
B. PENGARUH SOSIAL DAN BUDAYA DAN LATAR BELAKANG
PERKEMBANGAN MUSK DI INDONESIA
1. Latar belakang perkembangan musik di Indonesia
Berbicara mengenai musik pastinya terdapat perbedaan di setiap zamannya . Semakin banyak
genre musik di zaman modern ini dibandingkan pada music zaman dahulu apalagi dengan
dibantunya teknologi yang berkembang sangat pesat . Mengingat perkembangan musik zaman
dahulu di Indonesia jumlahnya belum terlalu banyak tapi dari masa ke masa dengan digandrungi
beberapa kondisi baik social maupun politik pada masa dahulu dapat mempengaruhi warna-warni
musik Indonesia.
Tentunya music dizaman dahulu dan zaman sekarang sudah berkembang mengikuti tren. Zaman
dahulu orang ingin bermain music begitu susah karena alat-alat yang digunakan seadanya. Namun
pada zaman modern ini music begitu mudah dimainkan , siapa pun bisa membuat dan memainkan
musik apalagi dibantu dengan perkembangan teknologi yang maju setiap tahunnya.
Majunya teknologi membuat pengaruh pada musik , karena dengan teknologi sekarang ini
memudahkan orang untuk bisa berkarya khususnya dibidang musik . dengan memodalkan satu
computer , microphone recorder dan sedikit berjiwa seni , orang tidak perlu dua kali berfikir untuk
membuat beat-beat berdasarkan genre yang mereka suka.
Tidak hanya itu saja dengan teknologi kini para perusahaan musik berlomba-lomba membuat
software pembuat musik seperti software Fruit Loops Studio , Sony Acid , Ableton dll. Dengan
bermacam-macam fitur yang mereka kembangkan membuat siapaun penggunanya tidak pusing
untuk belajar baik secara individual atau grup , sangat beruntung bagi mereka yang belum bisa
bermain dan memegang alat music seperti gitar , drum , saxophone , biola dll. Mereka hanya
butuh menekan keyboard untuk membuat sebuah not balok dan beat-beat yang dibantu dengan
imajinasi mereka . Para musisi Indonesia pun mulai mengikuti trend ini bahkan menjadi salah
satu bahan pendidikan. Kini Software music pun semakin banyak jenis-jenisnya baik untuk
rekaman , maker-edit dan effect. Jadi tidak ada salahnya kita untuk mempelajarinya.
Genre musik pada zaman dahulu diindonesia yaitu Orkes Keroncong yang dibawa oleh budaya
Tiongkok ada tahun 1900-an kemudian Lenso pada tahun 1964 , Rock Psikedelik pada masa orde
lama dan Pop Kreatif di masa 80-an. Mulai Dekade selanjutnya, genre music makin melesat Pop
semakin meroket dan munculnya genre baru yaitu musik elektronika atau music yang dibuat
melalui teknologi computer dan masuknya budaya barat seperti Electo Dance Music , Trap ,
Dubstep , Tropical & Progressive Dance Music yang hingga saat ini selalu digemari banyak
remaja diindonesia.

2. Pengaruh sosial budaya pada perkembangan musik di Indonesia

1. Masa sebelum Hindu-Budha


Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, musik digunakan sebagai bagian dari kegiatan
ritual masyarakat. Suara-suara yang dihasilkan dipercaya memiliki kekuatan magis. Pada masa
ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok,
bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan
magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
2. Masa setelah Hindu-Budha
Musik tidak hanya untuk ritual tetapi peran musik menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan istana,
seperti menjadi hiburan untuk para tamu istana. Musik istana yang berkembang pada masa itu
adalah musik gamelan. Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa).
Saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan
keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik
gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok
blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
3. Masa Setelah Masuknya Pengaruh Islam
Kerajaan Islam tak hanya menyebarkan agama namun juga memberi pengaruh dalam seni musik.
Jenis musik yang diperkenalkan oleh para pedagang Arab masa itu berupa alat musik gambus,
rebana, dan rebab. Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga
memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. Dari proses itulah
muncul orkes- orkes gambus di Tanah Air ( Indonesia ) hingga saat ini.
4. Masa Kolonialisme
Bangsa Kolonial memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, seperti: biola, cello,
gitar, flute, dan ukulele. Pada era ini, Indonesia mengalami permulaan perkembangan musik
modern. Terjadi perpaduan musik barat dan Indonesia yaitu musik Keroncong. Masuknya bangsa
Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para
pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo
(cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai
karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi
Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat dan musik Indonesia
. Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.
5. Masa Modern/Kontemporer
Arus globalisasi mengakibatkan budaya barat mulai masuk ke dalam negeri termasuk berbagai
aliran musik: pop, jazz, blues, rock dan R&B. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara
musik asing dengan musik nasional. Contohnya musik India dipadukan dengan musik melayu
sehingga menghasilkan jenis musik dangdut.
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik barat,
seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Demikian pula dengan musik- musik negeri India yang
banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik
asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu
sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang
beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur
kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini
sering disebut musik etnis.

C. FILSAFAT DAN ESTETIKA SEBAGAI LANDASAN KONSEP PADA


PERKEMBANGAN MUSIK DI INDONESIA
Estetika sebagai suatu filsasat seni melewati berbagai peradaban. Sejak zaman Sokrates
(469-344 SM) konsep awal esetika bukan sebagai ilmu, selanjutnya Plato (427-347 SM)
yang dikenal sebagai “dewa estetika”, menunjukan suatu masa/mazhab yang kemudian
dikenal sebagai filsafat seni. Tidak mudah mendefenisikan estetika di zaman yang serba
berubah (kontemporer), apalagi mengkaji segala sesuatu yang indah, cantik dan gaya,
seperti zaman romantik ataupun klasik (Agus Sachari, 2000: 3). Secara ideal estetika seni
dibangun dalam ranah estetika universal, walau tidak terlepas dari konsep perkembangan
estetika. Estetika bukan hanya berkiblat pada estetika konvensional, akan tetapi d apat
bergeser kearah wacana dan fenomena. Kini praktek estetika beralih kepada pendekatan
- pendekatan baru yang bersifat eklektik, irasional dan ironis (Agus Sachari, 2000: 65).
Manusia hidup tidak lepas dari budayanya, karena budaya itu sendiri merupakan ekspresi
eksistensi manusia (The Liang Gie,1979). Ekspresi manusia dalam kebudayaannya
mempunyai keberagaman. Keragaman ekspresi ini menjadi ciri bagi setiap manusia. Seni
merupakan wujud ekspresi eksistensi manusia. Suzanne K. Langer (1955) mengatakan,
ba hwa ekspresi seni berbeda dengan ungkapan emosional maupun perasaan (fenomenal).
Ekspresi seni bukanlah ekspresi diri, karena ekspresi seni merupakan sebuah nilai
keindahan dan dapat memperhalus sifat komunikasi menjadi suatu harmoni rasa. Filsafat
seni Indonesia mempunyai 3 elemen, yaitu Being, Knowledge, dan Value. Filsafat seni
Indonesia merupakan rangkuman eksistensi seni dari Sabang sampai Merauke. Walaupun
ada beratus jenis seni, namun seperti konsep ontologis Plotinus, tetap berpegang pada
yang tra nsenden. Dalam konteks aksiologi, seni Nusantara terdiri dari 4 jenis nilai, yaitu:
1) Kekudusan (holiness)
2) Kebaikan (goodness)
3) Kebenaran (truth)
4) Keindahan (beauty)
Elemen-elemen tersebut saling menjalin kesinambungan dan harmoni. Tidak mudah
mengkonstruksi filsafat seni Nusantara, yang mempunyai wilayah sangat luas dari
Sabang sampai Mearuke, yang mempunyai ribuan seni, baik seni pertunjukan maupun
seni rupa (Brandon, 2003; Holt, 2000; Denys, 2005). Konsep estetika musik Indonesia
dapat dicermati dari bentu k, struktur, dan proses perwujudan karya musik itu sendiri.
Sedangkan konsep filsafatnya yaitu pada nilai adat/tradisi dan kebiasaan yang telah
menjadi bagian penting dan disepakati oleh masyarakatnya, walaupun sering bersifat
irasional. Selain itu filsafat musik Indonesia juga tercermin dari pandangan hidup dan
perlakuan masyarakat terhadap keberadaan musik. Apakah peran musik tersebut sebagai
sarana hiburan dan kemewahan, atau memiliki fungsi untuk mencapai tujuan tertentu.
Seperti mencari perlindungan, a tau diharapkan dapat mempengaruhi suatu keadaan
(magis).
Harmoni dalam musik merupakan ekspresi kebudayaan manusia sehingga
perwujudannya beraneka ragam dan menyesuaikan budaya tempat ia berasal. Harmoni
musik Barat akan berbeda dengan harmoni musik Jawa, Bali, Minang, Papua, dsb. Oleh
sebab itu, tak satupun yang mampu mendominasi paham harmoni sebagai sesuatu yang
universal, karena berhubungan langsung dengan ekspresi budaya suku bangsa.
Schopenhauer (Read, 1990:1) menyebutkan, “Hanya dalam seni musik seorang seniman
mempunyai kemungkinan untuk menarik publiknya secara langsung, tanpa intervensi
medium komunikasinya yang sering dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Hanya
seorang komponis musiklah yang betul-betul bebas menciptakan hasil seni sesuai denga
n kesadarannya sendiri dan dengan tiada tujuan lain kecuali menyenangkan orang”. Dari
ungkapan ini jelas bahwa, kualitas abstrak seni musik memberikan kebebasan seniman
untuk menciptakan sensasi tanpa pengaruh hal lain di luar tujuannya. Konsep estetika
atau nilai keindahan musik tradisi di Indonesia dapat diamati melalui dua hal, yaitu
keindahan ilmiawi dan filsafati. Keindahan ilmiawi tercermin dari konsep keseimbangan
dalam berbagai dimensi seperti dua, tiga, empat, lima, enam, dan tujuh. Konsep esteti k
musik tradisi Indonesia juga dapat diamati melalui teori estetika umum Beardsley, yang
menyebutkan tiga unsur utama yang menentukan mutu karya seni, yaitu: 1. Unity 
kesatuan hubungan bentuk-bentuk, bermakna utuh, kompak dan tidak ada cacatnya. 2.
Complexity  kerumitan, keanekaragaman, variasi, atau penampilan bentuk-bentuk lain.
3. Intensity  kekuatan, keyakinan, kesungguhan
Intensitas berpotensi memberikan kesan lebih kuat dari yang lain sehingga lebih menonjol
dan mampu menarik perhatian khusus (Djelan tik, 1992:67). Dalam menciptakan karya
seni, para seniman Jawa maupun Bali biasanya merasa diri bersatu (manunggal) dengan
obyek yang dikerjakan. Hal ini mungkin pengaruh dari filsafat Tat Twam Asi yang tanpa
disadari meresap ke dalam kepribadian manusia. Berkat falsafah ini sang seniman
terbawa oleh prinsip keserasian antara buana alit (tubuh manusia) dan buana agung (alam
semesta), karena dalam buana agung dirasakan ada pengaturan oleh Tuhan, maka untuk
menjaga keserasian itu sang seniman berusaha mewujudkan penempatan segala-galanya
yang berkaitan dengan pekerjaan sesuai peranan dan hirarki. Penyesuaian mengenai
ruang maupun kedudukan (spasial dan hirarki) merupakan salah satu prinsip keindahan
atau estetika Bali yaitu kegiatan intelektual yang meliputi ilmu maupun falsafah.
Keindahan filsafati dalam musik tradisi gamelan termuat dalam Lontar Prakempa, yaitu
berintikan empat aspek pokok yaitu:
• Tatwa (filsafat atau logika)
• Susila (etika)
• Lango (estetika)
• Gagebug (teknik)
Keindahan filsafati lainnya yang juga mendasari seniman Jawa dalam berkarya adalah
taksu dan jengah. Taksu merupakan inner power (kekuatan dalam) yang memberi
kecerdasan, keindahan, dan memiliki zat. Sebagai kreativitas budaya murni, taksu
memberikan kekuatan spiritual kepada seniman untuk mengungkapkan dirinya “lebih
besar” dari kehidupan sehari-hari. Jengah dalam konteks kesenian Jawa adalah semangat
untuk bersaing guna menumbuhkan karya-karya yang bermutu. Sementara taksu
mempunyai arti sebagai kreativitas budaya, maka jengah adalah sifat-sifat dinamis yang
dimiliki oleh budaya itu, suatu proses atau gerak yang menjadi pangkal seg ala kemajuan
dalam kehidupan masyarakat. Agasthia (dalam Djelantik, 1992:22) mengutarakan bahwa
estetika Bali mengacu pada tulisan-tulisan kuno dari India, yang telah diolah dan
disesuaikan dengan falsafah hidup orang Bali yang sarat dengan simbol-simbol. Akibat
dari sikap tersebut tidak ada kecendrungan sang seniman untuk menonjolkan kepribadian
dirinya (berekspresi) tetapi cendrung mengikuti pola yang telah ditentukan, hal ini
menyebabkan banyak karya -karya yang tidak diketahui penciptanya.
Seni Indonesia berangkat dari realitas, bukan ide seperti konsepsi Plato. Ia lahir dari
realitas yang dideformasi oleh seniman ke dalam bentuk karya. Landasan ontologis seni
Nusantara memang lebih dekat dengan konsepsi Aristoteles. Menurut Aristoteles, seperti
juga Plato, seni Indonesia merupakan sebuah tiruan/imitasi dari dunia manusia dan dunia
alamiah. Tetapi Aristote les menekankan seni tidak hanya tiruan dari benda yang ada di
alam, tetapi lebih sebagai imitasi dari sesuatu yang universal; bentuk -bentuk tidak
terpisah dari dunia empiris, karena dia tidak memiliki keberatan terhadap dunia empiris
dan seni yang meniru dunia inderawi. Dari landasan ontologis seni Indonesia oleh
Aristoteles, memunculkan teori katarsis (dari bahasa Yunani yang berarti, bersih dari
kesalahan atau pencemaran, pencucian). Seni Nusantara merupakan suatu proses
pemurnian diri (katharsis). Karya seni yang ditampilkan dapat menjernihkan pikiran dan
jiwa manusia. Hal ini tentu tidak lepas dari peran ideologi senimannya (menurut istilah
Aristoteles sebagai “penyebab efisien”). Disamping konsepsi Aristoteles tersebut, ada
seorang Plotinus (206 -270 M) yang dapat dijadikan formal bagi landasan ontologis seni
Indonesia .

D. PERKEMBANGAN MUSIK DAN KARAKTERISTIK UMUM DARI


PERKEMBANGAN MUSIK SERTA CONTOHNYA
Perkembangan musik dan karakteristik umum perkembangan musik di Indonesia
Perkembangan musik di Indonesia mulai terlihat pada jaman perunggu (abad 4 SM). Saat itu telah
terjadi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia dari Proto-Melayu sekitar abad 4 SM yang berpusat
dari suatu daerah Cina Selatan bernama Annam.
Kedatangan mereka mempengaruhi kebudayaan musik di Indonesia. Diperkirakan bahwa gong-
gong pertama berasal dari Asia Selatan, didekat sebuah desa bernama Dong-son di daerah Annam.
Pada tahun 1930-an ditemukan pula banyak sekali alat dari perunggu, sehingga terbukti bahwa
dari masa inilah kebudayaan perunggu tersebar. Maka kebudayaan ini juga disebut Dong-son.
Gong yang disebutkan tadi diperkiran berukuran besar, maka karakteristik musik Dong-son
terdengar berat.
Pada masa ini kelompok Proto-Melayu telah membawa pula tangga nada pelog ke Indonesia.
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens tangga nada pelog awalnya tersebar di seluruh Asia
Tenggara, kemudian dipelihara/dilekatkan di Jawa dan Bali.
Selain tangga nada pelog, Indonesia mengenali serta memakai pula tangga nada Slendro yang
diperkenalkan oleh dinasti Syailendra pada abad 8.
Pada zaman Hindu (abad 4-12) perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu
dalam bahasa Sanskerta disebut Ramayana. Saat orang Hindu datang ke jawa, mereka
menemukan bermacam-macam alat musik.
Sebelum masuknya pengaru Hindu-Buddha, musik digunakan sebagai bagian dari kegiatan ritual
masyarakat. Mereka percaya bahwa suatu suara yang dihasilkan lewat anggota badan atau alat
musik tertentu dipercaya memiliki kekuatan magis. Di masa itu, alat musik yang digunakan
berasal dari alam sekitar. Seperti contohnya dikenal alat musik kledi yang merupakan salah satu
alat musik bambu yang terdapat di Asia Tenggara.
Pada jaman Pasca-Hindu Setelah masuknya Hindu ke Nusantara yang ditandai dengan
berdirinya Kerajaan Kutai dan Tarumanegara pada abad ke-4, musik mulai masuk ke ranah istana
kerajaan. Masa itu, peran musik tak cuma sebagai bagian dari kegiatan ritual, namun juga menjadi
bagian dari kegiatan-kegiatan istana, seperti menjadi hiburan untuk para tamu istana.
Musik-musik istana kian berkembang pesat khususnya di daerah Jawa yang berupa alat musik
gamelan. Alat musik gamelan terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu: kelompok balungan,
blimbingan, pencon, kendang dan gong.
Gong dan gamelan merupakan alat musik yang sangat dikenal di Jawa dan Bali. Pada akhir jaman
Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Selain itu terdapat ansambel dengan alat
musik keras dengan gendang, cimbal, dan bermacam-macam gong.
Pada zaman setelah masuknya pengaruh Islam di Indonesia dimulai pada abad 14, Kerajaan
Majapahit mengalami kemunduran dan kehancuran. Sementara itu, terjadi perkembangan pesat
kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa hingga Sumatera. Tentu saja, hal ini membuka jalan bagi
kebudayaan Islam (Timur Tengah) untuk memberikan pengaruh kuat dalam berbagai bidang,
termasuk seni musik. Jenis musik yang diperkenalkan oleh para pedagang Arab masa itu berupa
alat musik gambus, rebana, dan rebab.
Pada masa Kolonialisme masuknya bangsa Barat ke Nusantara juga turut memberikan pengaruh
besar dalam perkembangan musik di Indonesia. Selain melancarkan kolonialisme, para pendatang
ini juga memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, seperti: biola, cello, gitar, flute,
dan ukulele. Mereka juga memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu.
Pada era inilah, Indonesia mengalami permulaan perkembangan musik modern. Para komponis
Nusantara menciptakan karya musik berupa kombinasi musik Barat dengan musik Nusantara.
Karya musik tersebut kemudian dikenal sebagai musik keroncong.
Pada zaman Modern/kontemporer yang bermula dengan masuknya media elektronik ke
Indonesia, terjadilah arus globalisasi yang tak dapat dibendung. Berbagai budaya Barat mulai
masuk ke dalam negeri termasuk berbagai aliran musik seperti: pop, jazz, blues, rock, R&B,
hingga musik-musik India yang banyak diperkenalkan melalui film-filmnya.
Dalam era modern perkembangan musik di Indonesia ini, muncul berbagai jenis musik baru yang
memadukan unsur-unsur musik asing dengan musik Nusantara. Seperti contohnya musik dangdut
yang merupakan perpaduan antara musik India dengan musik Melayu.

1. Musik Keroncong
https://youtu.be/csyYxUG6RQI
Musik keroncong terbentuk bermula sejak orang-orang Portugis masuk ke Indonesia yang juga
membawa alat musik Eropa. Pada permulaan tahun 1900-an, musik ini dianggap sebagai musik
berkualitas rendah. Salah satu lagu keroncong yang paling terkenal adalah “Bengawan Solo” yang
ditulis oleh Gesang Martohartono, seorang permusik dari Solo, ketika Angkatan Darat Jepang
menguasai Pulau Jawa pada Perang Dunia II pada tahun 1940. Lagu ini dibawakan oleh Sundari
Soekotjo dalam versi keroncong asli.
2. Musik daerah/tradisi
Ciri yang paling menonjol pada jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen yang
digunakan. Musik tradisi memiliki karakterisitik yang khas, dengan syair dan gaya melodinya
meenggunakan bahasa dan gaya seni daerah asalnya.Seni musik tradisi ini menjadi identitas, jati
diri, ciri khas, dan media kreasi dari masyarakat pendukungnya, sekaligus menjadi identitas dan
ciri khas Indonesia yang memiliki ragam kebudayaan.
https://youtu.be/D8FLI4btgvI
Salah satu contohnya yaitu lagu Sape Uyau dari suku dayak yang dinyanyikan oleh Uyau Moris
dengan memainkan alat musik Sape. Lagu ini diciptakan dan di aransemen langsung oleh Uyau
Moris. Lagu ini berkisah tentang anak uyau/anak yatim yang selalu memainkan lagu ini dengan
Sape nya. Lagu ini memiliki nada-nada yang menyentuh dan terdapat ciri khas pada setiap
alunannya.

3. Musik Pop Indonesia


Secara luas, musik pop didefinisikan sebagai aliran musik populer yang ada di indonesia. namun
dala arti yang lebih luas juga dapat mencakup budaya pop Indonesia yang juga termasuk
perfilman dan sinetron. Ciri khas pada musik indo-pop adalah pada penggunaan ritme yang terasa
bebas dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Biasanya, para penggiat musik juga
menambahkan variasi gaya yang beragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan
pendengar dan penikmatnya.
E. TOKOH-TOKOH ATAU PELOPOR YANG BERPENGARUH DAN
KONTRIBUSINYA DALAM PERKEMBANGAN MUSIK DI INDONESIA
1, Slamet Abdul Syukur (1935-2015)
Slamet dikenal sebagai salah satu komponis Indonesia, disebut sebagai salah seorang pinonir
musik kontemporer Indonesia. Ia juga piawai mengkomposisikan bahan-bahan yang sederhana
dan minim ke dalam sebuah musik, sehingga dirinya disebut sebagai komposer minimaks. Bunyi-
bunyian sederhana: desir angin, gesekan daun, gemericik air, bunyi gesekan sapu di jalanan, bunyi
ketiak yang ditutup dengan telapak tangan, dan perbincangan orang-orang sekitar mampu
digunakan Slamet untuk mengeksplorasi musik dan menghasilkan komposisi yang luar biasa
unik. Slamet sudah lama belajar dan berpengalaman mengolah keterbatasan sebagai sebuah
tantangan kreativitas. Ia pernah membuat paduan suara dari orang-orang yang bersuara sengau.
Bahkan, ia juga menciptakan komposisi musikal dari 200 anak pemulung sampah yang bernyanyi
sambil memainkan instrumen mungil dari bambu. Jiwa bermusiknya bermula ketika Slamet
berkuliah musik di Paris. Dengan disokong beasiswa dari Kedubes Perancis di Jakarta dan
dilanjutkan Yayasan Albert Roussel (seorang komponis Perancis), selama 14 tahun ia mendalami
analisis dan komposisi musik. Atas permintaan gurunya, Sumaryo L.E. dan Sukahardjana, Slamet
pulang ke Tanah Air dan mengabdi di IKJ. Kariernya mengajar teori musik dan komposisi di IKJ
berlanjut hingga dirinya menjabat sebagai dekan. Namun, pemikirannya yang menentang arus
terkait musik belum bisa diterima oleh pemerintah Orde Baru sehingga membuat dirinya dipecat.
Selain IKJ, pada tahun 2000, Slamet mengajar di program pascasarjana STSI Surakarta (kini ISI
Surakarta). Ia juga sempat mengajar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Karya-karya Slamet lebih banyak digemari di luar negeri dibanding di dalam negeri. Seperti
“Ketut Candu”, “String Quartet I”, “Silence”, “Point Cotre”, “Parentheses I-II-III-IV-V-VI”,
“Jakarta 450 Tahun”, dan “Daun Pulus”. Dari sekian karyanya, hanya “Daun Pulus” yang tersohor
di Indonesia. Pengaruh yang dihasilkannya adalah
• Menciptakan konsep musik minimax (minimalis dan maksimal)
• Musiknya terdapat unsur edukatif yang mengembangkan kreativitas orang awam terutama pada
bidang pendidikan musik.
• Mampu mengolah dan memecah serta menyusun ulang karya karya musik barat

6. Harry Roesli

Harry Roesli tak cuma dikenal sebagai musisi, ia juga seorang guru, seniman, dan pendidik musisi
Bandung yang kemudian berkembang menjadi seniman berkualitas. Ia juga merupakan cucu
seorang pujangga besar Indonesia, Marah Roesli yang terkenal akan romansa Siti Nurbaya-nya.
Era 70-an menjadi tahun-tahun permulaan namanya melambung lewat grup musiknya, The Gang
of Harry Roesli, bersama Albert Warnerin, Indra Rivai dan Iwan A. Rachman. Melalui album
perdananya yang bertajuk “Philosophy Gang” (1971), tanpa basa basi telah membuat geger dunia
musik Indonesia. Selain piawai dalam bergitar, Harry juga pintar mempermainkan paduan gong,
gamelan, drum, botol, kaleng bekas dan kliningan secara bersamaan menjadi instrumen musik
yang harmonis. Ditambah dengan lirik metafora yang ciamik dan sarat akan kritik sosial secara
lugas dan tepat. Setelah keluar dari ITB, Harry memilih untuk mendalami musik di Institut
Kesenian Jakarta dan lanjut menerima beasiswa ke Rotterdam Conservatorium, Belanda. Bertolak
dari kehidupan prestisius, ia gunakan musik untuk menyuarakan keadilan dan mengkaderisasi
para musisi jalanan Bandung. Setelah meraih gelar doktornya, ia turut aktif mengajar di Jurusan
Seni Musik di beberapa universitas di Bandung, seperti Universitas Pendidikan Indonesia dan
Universitas Pasundan Bandung. Pengaruh yang dihasilkannya adalah
• Menciptakan sebuah karya yang tidak terpaku hanya satu aliran saja.
• Merupakan komposer yang karyanya tidak mengikuti kemauan industri tetapi sebagai sarana
ekspresi kesenian.

7. Otto Sidharta

Otto Sidharta adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal sebagai musikus dan
komponis yang menghasilkan banyak karya dan menggelar di berbagai negara. Selain mengajar
di beberapa perguruan tinggi, dia juga aktif di Dewan Kesenian Jakarta sebagai anggota komite
musik, menjadi penyelenggara festival musik, memimpin Orkes Simfoni Nusantara, dan menjadi
salah satu pendiri Asosiasi Komponis Indonesia, bersama Slamet Abdul Sjukur, Sapto Rahardjo,
Ben Pasaribu, dan Djaduk Ferianto. Otto Sidharta menyelesaikan studi pasca sarjana di bidang
komposisi dan komposisi musik elektronik di Sweelinck Conservatorium di Amsterdam di bawah
bimbingan Profesor Ton de Leeuw, dan kemudian memperoleh gelar Doktor bedang penciptaan
seni dari Institut Seni Indonesia Surakarta. Pengaruh yang dihasilkannya adalah
• Mengembangkan musik komputer yang pada masa itu komputer sangat jarang digunakan untuk
keperluan musik.
• Musiknya menggunakan unsur rasa sehingga mengurangi unsur seperti unsur elektronis
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/User/Downloads/9537-23183-1-PB.pdf
Bentuk dan Konsep Estetik Musik Tradisional BaliK, I Gede Arya Sugiartha.
file:///C:/Users/User/Downloads/14-31-1-SM.pdf
ESTETIKA MUSIK ZAPIN SEBAGAI BUDAYA POPULER DI PEKANBARU,
Ahmad Nafis, Rosta Minawati & Ediwar.
https://media.neliti.com/media/publications/217822-estetika-musik-zapin-sebagai-
budaya-popu.pdf
PENDIDIKAN ESTETIKA MELALUI SENI BUDAYA DI FAKULTAS BAHASA
DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, Malarsih & Wadiyo.
file:///C:/Users/User/Downloads/662-931-1-SM.pdf
https://www.academia.edu/15677967/Sejarah_Perkembangan_Musik_Nusantara
Buku sejarah musik karl Edmund
https://gasbanter.com/perkembangan-musik-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai