Anda di halaman 1dari 8

Asal Kata Musik

Kata musik berasal dari kata mousike, dari The Muses (yunani). “The Muses” adalah
sebutan untuk sembilan dewi2 anak perempuan Zeus dengan salah seorang istrinya, Mnemosyne
(artinya: memory). dalam legenda mitologi Yunani, Zeus adalah king of gods. “The Muses” ini
menjadi perwakilan untuk seni dan science, serta menjadi inspirasi bagi siapapun yang mengejar
prestasi di bidang tersebut.

Dalam bahasa Latin ‘musica’ (= art of the Muses) merupakan pengekspresian,


pengungkapan, perwujudan, manifestasi artisik dalam kehidupan manusia. Menurut mitologi
Antique Yunani, musik merupakan hadiah dewa Apollon dan Muse. Dalam bahasa Yunani
mousikê berarti muse, yang artinya seni atau ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh para Muses –
sembilan dewi yang merupakan anak-anak dari dewa Zeus; setiap Muse mewakili satu bidang
seni atau ilmu pengetahuan, seperti: musik (lagu, thimne, koor), tari, teater (puisi, sejarah,
filosofi, matematika (aritmatika, geometri, astronomi) dst. Pada umumnya para dewi
digambarkan sebagai wanita yang cantik yang menguasai musik instrumen tertentu.

Sejarah Asal-Usul Musik

1. Zaman Purbakala
Sejarah musik sudah dimulai dari zaman purbakala, meskipun kita tidak memiliki sumber
informasi yang cukup. Pada zaman purbakala atau lazim juga disebut musik primitif ini musik
tidak memiliki tujuan tersendiri, seperti yang terjadi di Amerika dan Afrika. Fungsinya hanyalah
sebagai alat saja, media atau bahan dalam ritual magis mereka.
Magis pada musik itu mereka tinjau dari tiga segi, yaitu:
1.Segi irama tekanan-tekanan diberi dengan genderang atau bongo.
2.Segi pengulangan beberapa kali menurut aturan yang berlaku dapat diketahui beberapa kali
pengulangan diperbolehkan.
3.Segi permainan sebagaimana semestinya cara-cara diatur dan dikhususkan untuk fungsi magis.
Ketiga sifat ini terkandung dalam nyanyian dan tari mereka yang dilakukan dengan cermat.
Beberapa tarian padri di pulau Nias, Bali, Afrika atau Amerika membuktikan hal ini.
Musik primitif nantinya akan diikuti oleh musik kuno yang tersebar di sebagian besar
Eropa pada 1500 SM dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia, meskipun di beberapa
belahan dunia sudah memiliki musik sendiri. Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh
adanya sosialisasi yang terjadi pada suatu daerah dengan daerah lain, penerimaan masyarakat
terhadap musik tertentu, dominasi peradaban dan kekuasaan kelompok-kelompok
masyarakat/suku tertentu yang mempengaruhi perjalanan bentuk dan aliran musik tersebut.

2. Bangsa Asia dan Timur


Tiongkok
Bangsa Tiongkok memiliki catatan tentang musik dari orang-orang Tiongkok purba. Ada 482
buku karangan mereka yang masih tersimpan. Mereka menggunakan tangga nada pentatonis,
yaitu tangga nada yang terdiri dari lima nada: F, G, A, C, D.
Kurang lebih tahun 1200 SM, tangga nada pentatonis tersebut ditambahkan dua nada lagi, yaitu
nada B dan E. menurut teori mereka, satu oktaf dibagi atas 12 nada – hal ini sudah mereka
temukan kurang-lebih sejak 2700 tahun sebelum Masehi – yang berarti lingkaran Kwin telah
mereka ketahui jauh sebelum Pythagoras (550 SM).
Instrumen yang mereka gunakan adalah: king dan gitar sebagai instrumen bertali; disusul
kemudian genderang dan alat-alat musik pukul.
Mesir
Tidak ada catatan peninggalan dari zaman Mesir purba. Namun dari peninggalan relief, pahatan
serta hiasan dinding menunjukkan bahwa mereka sudah banyak menggunakan musik. Terdapat
banyak gambaran serunai, suling serta instrumen bertali seperti lauto dan harp.
India
Nada primer orang Hindi ada 7 buah nada. Mereka membagi tangga nada mereka menjadi 22
bagian yang berbeda dalam satu oktaf. Mereka menggunakan 32 tangga nada turunan, dari
tangga nada yang bermula dari A. Oleh karena itu, musik India kuno sudah lebih maju bila
dibandingkan Tiongkok purba.
Ritual keagamaan merupakan satu-satunya sifat musik India. Alat musik mereka adalah alat
musik petik, vina dan tambur. Para penyanyi memukul vina dan tambura sambil bernyanyi.
Prinsip paduan suara primitif juga sudah mereka kenal.
Jawa, Sunda, Bali, Batak dan daerah lain di Indonesia
Gamelan Jawa adalah orkes besar dengan perkusi sebagai instrumen primernya. Prinsip ini juga
nampak pada gamelan Sunda, Bali dsb.
Prinsip perkusi ini juga terdapat pada gondang Batak, Nias, Karo Simelungun dan ang
menyerupainya di seluruh kepulauan Sumatra atau kepulauan lain di Indonesia.
Prinsip beberapa suara dalam gondang atau gamelan terdapat dalam beberapa variasi, dimana
terdapat banyak improvisasi spontan dalam batasan-batasan tertentu. Setiap pemusik memberi
variasi irama dan melodi yang masuk pada tema.
Ditinjau dari segi irama dan warna musik, maka musik Bali dan Jawa telah memiliki klasifikasi
dan mutu yang tinggi. Gong dan gamelan juga belakangan ini ditemukan digunakan dalam orkes
tertentu di Eropa.
Arab
Interval nada pada musik Arab sudah mencapai pembagian yang halus dalam satu oktafnya.
Hanya saja musik Arab tidak setua musik Hindu/India, kira-kira pada tahun 600 SM. Instrumen
mereka yang banyak digunakan adalah: lauto, rebab (yang bisa disebut sebagai pendahulu violin
pada masa kini), mandolin, psalterium (pendahulu piano).
Palestina
Bangsa Israel sudah lama mencintai musik dan nyanyian. Samuel, sekitar tahun 1075 SM sudah
memiliki sekolah pengetahuan musik dan nyanyi, tujuannya untuk menambah kerohanian para
calon pemuka agama tersebut.
Instrumen mereka waktu itu adalah: terompet, bosaun, harp dan instrumen pukul. Tulisan musik
juga sudah mereka kenal, yaitu tulisan musik neginot.
3. Yunani Kuno
Bangsa Yunani dapat disebut bangsa pemilik musik kuno terpenting. Bangsa Yunani kuno juga
terkenal dengan musik. Bangsa Yunani kuno menggunakan musik untuk keperluan ritual
kepercayaan. Lima abad sebelum Masehi, musik Yunani yang tergolong etnis-religius ini bagi
mereka sangat tinggi kedudukannya. Musik, puisi dan tarian berhubungan dengan erat.
Para ahli musik pada zaman itu adalah: Aischylos (525 – 456), Sophocles (496 – 406),
Pythagoras (sekitar 550), Aristoteles (384 – 322) dan Aristoxenos (sekitar 325).
Instrumen yang digunakan adalah instrumen petik seperti lyra dan kithara. Instrumen tiup dengan
reeds adalah aulos (seperti oboe).

Keunikan musik daerah Indonesia yaitu dari sisi:

1. Alat musik yang dipakai.


2. Lagu-lagu daerah yang dimainkan.
3. Nada-nada yang digunakan.
4. Simbol-simbol yang digunakan.
5. Unsur-unsur pelengkap lainnya.
GITAR
Asal Alat Musik Gitar
1. Asal Alat Musik Gitar

Asal muasal gitar diperkiran sudah ada sejak lama, karena ditemukannya
sebuah ukiran batu berumur 3.300 tahun yang menggambarkan seorang
penyair dari kerajaan Hittite sedang memegang sebuah alat musik yang
berdawai, dan merupakan ikonografik tertua yang merepresentasikan
chordophone. Kata "gitar" sendiri, sebelum adanya gitar elektrik dan
barang-barang sintetis memiliki makna "sebuah soundboard datar yang
terbuat dari kayu yang panjang, memiliki leher, dan sisi belakang yang juga
datar". Sebenarnya kata gitar sudah digunakan sejak lama untuk variasi
panggilan dari chordophone, sehingga menyebabkan kebingungan bagi
banyak orang. Kata gitar dalam bahasa Indonesia merupakan adaptasi
bahasa Inggris guitar yang berasal dari bahasa Arab Andalusia, qitara, yang
sendirinya merupakan kata serapan dari bahasa Latin cithara, yang
merupakan turunan dari bahasa Yunani Kuno.

Sejarah gitar

Meskipun tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana asal muasal gitar,
para ahli sejarah berpendapat bahwa gitar merupakan keturunan dari
kithara yang ada di Yunani, gittern yang ada di Eropa Barat, lyre, lute dari
Eropa dan Timur Tengah, dan vihuela dari Spanyol. Dalam puisi yang
berjudul The Book of Good Love, dideskripsikan juga dua alat musik awal
yang bernama guitarra morisca dan guitarra latina. Alat musik yang
bernama "gitar" sendiri pertama kali muncul dalam literatur pada abad ke-
13. Meski begitu, kebanyakan dari catatan jaman medieval ini
mendeskripsikan alat musik tersebut sebagai gittern.
Gittern

Inkarnasi gitar modern pertama kali muncul pada jaman Renaissance. Gitar
di masa itu memiliki empat pasang dawai yang diberi nama course. Gitar di
jaman Renaissance juga memiliki banyak kesamaan dengan vihuela dari
Spanyol yang merupakan sebuah alat musik dengan 6 course dengan tuning
dan konstruksi yang sama. Pada tahun 1555, Juan Bermudo
mempublikasikan Declaracion de Instrumentos Musicales, sebuah perjanjian
yang didalamnya terkandung bagian tentang alat musik berdawai yang
dipetik. Publikasi ini menguji hubungan antara gitar dah vihuela, dan juga
membedakan antara gitar dengan 4 dan 5 course. Gitar dengan 4 course
sendiri tidak mencapai titik dimana mereka bisa dihapuskan oleh gitar
dengan 5 course hingga periode Baroque.

Pada abad 17 atau periode Baroque dawai (string) gitar ditambahkan


menjadi lima yang masing-masing dawai berpasangan, ini memungkinkan
para pemain memainkan musik yang lebih kompleks dan luas.

2. Periode Gitar Klasik

Pada periode gitar klasik ini terjadi sekitar tahun 1770-1775. Pada periode
ini juga terlahirlah komposer-komposer gitar klasik yang terkenal,
seperti Fernando Sor, Mauro Giuliani, Matteo Carcassi, D. Aguado dan
Fernando Carulli. Mereka sangat piawai dalam menyusun rangkaian-
rangkaian nada menjadi sebuah harmonisasi yang indah jika dimainkan pada
gitar klasik. Akibat mereka sering mengadakan konser di berbagai tempat
dan semua orang suka dengan musik tersebut, maka di sanalah terhimpun
banyak peminat dari alat musik gitar klasik ini.

3. Menurunnya Minat Banyak Orang terhadap Alat Musik Gitar

Kejadian ini terjadi pada abad ke-19. Saat itu gitar sedang jatuh pamor dan
banyak orang yang tidak mengetahui akan keberadaan alat musik gitar,
hingga akhirnya ada seorang komposer besar gitar klasik yang bernama
Fransisco Tarrega. Beberapa karya musiknya sangat terkenal, antara lain
Recuerdos de la Alhambra, Estudio Brillante, Capricho Arabe, dan masih
banyak lagi. Akhirnya dengan banyaknya karya-karya musik gitar
klasik yang ternama, alat musik gitar ini kembali populer di eranya dan
banyak yang berminat dengan alat musik ini.

Fransisco Tarrega

Alat musik gitar berkembang cukup pesat dari masa ke masa. Banyak orang
yang mempelajarinya hingga mahir dan mengajarkannya kepada orang lain,
sehingga alat musik ini tetap populer hingga sekarang, serta terus
dimainkan. Sejatinya, gitar adalah salah satu instrumen yang paling penting
dalam sebuah grup musik. Tanpa dipungkiri lagi, berkembangnya gitar juga
disertai dengan peranan para komposer gitar klasik dunia yang sungguh
memukau dalam menunjukan sebuah nada indah untuk dimainkan. Alhasil
semua orang pun ikut merasakan apa yang dirangkai oleh nada-nada itu
dalam suatu barisan pola ritme dan melodi warna musik yang indah.
Cara Memainkan Gitar

1. Memetik

Cara memainkan gitar yang pertama adalah dengan cara memetik senar atau dawai gitar.
Caranya yaitu dengan memetik gitar dengan menggunakan jari jemari tangan kanan dan tangan
kiri memegang chord-chord. Penempatan jari-jarinya untuk di awal adalah sebagai berikut :
Senar 1 : dipetik dengan jari manis
Senar 2 : dipetik dengan jari tengah
Senar 3 : dipetik dengan jari telunjuk
Kemudian untuk jari ibu jari bisa memetik senar 4, 5 dan 6 bertindak sebagai bassnya. Untuk
ditingkat yang lebih matang jari kelingking juga mempunyai peran dalam memetik gitar,
biasanya pada senar 1 yang berarti peranan jari yang lain naik ke senar berikutnya :
Senar 1 : dipetik dengan jari kelingking
Senar 2 : dipetik dengan jari manis
Senar 3 : dipetik dengan jari tengah
Senar 4 : dipetik dengan jari telunjuk
Senar 5 dan 6 : dipetik dengan ibu jari/jempol
2. Up Down

Cara memainkan gitar yang kedua adalah dengan menggenjreng gitar dari pola up down atau atas
bawah. Pola ini banyak digunakan sepertinya hampir semua yang memainkan gitar akan
melakukan pola ini. Menggenjreng gitar dari atas kemudian dilanjutkan dari bawah berulang-
ulang dengan menggunakan jari atau menggunkan pick/stokel dengan tangan kanan dan dan
tangan kiri memegang chord-chord. Lalu untuk sesi permainan melodi/nada-nada juga tetap
menggunakan teknik up down agar bisa mendapatkan kemudahan dan kecepatan yang kita mau.

Anda mungkin juga menyukai