Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN SENI BUDAYA

- Ghaniy Hildan R. (10)-

A. Perkembangan Musik
Musik tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia. Jika ditinjau
dari bentuk karyanya, musik dibedakan berdasarkan waktu atau zamannya. Berikut contoh
perkembangan musik yang berkembangan di dunia Pendidikan :

a) Era kuno :
1. Timur Tengah dan Mesir Kuno
Timur Tengah dan Mesir Kuno daerah Mesopotamia di sekitar Sungai Tigris dan
Euphrate yang dihuni oleh suku bangsa Sumeria, Babylonia, dan Assyria meninggalkan
artefak gambar instrument music idifon, aerofon, kordofon, dan membranofon untuk
memainkan himne yang diukir pada tahun 800 SM, kemudian bangsa Mesir melakukan
hal yang sama 500 tahun setelah itu. Sementara bangsa Yahudi sudah melakukan 2000
SM dan dikomentasikan dalam kitab perjanjian lama yang berkembang karena diadobsi
dan diadaptasikan dalam liturgy agama Kristen. Tradisi peribadatan Yahudi di synagogue
(kuil) berupa gaya menyanyi silabis dan melismatis hingga kini tetap digunakan di
seluruh dunia.
2. Yunani Kuno :
Yunani kuno merupakan budaya yang paling berpengaruh pada perkembangann
music di barat melalui bangsa romawi yang menaklukan mereka tetapi sekaligus banyak
mengadobsi budayanya. Sejarah musik Yunani kuno mulai sekitar tahun 1000 SM.
3. Romawi Kuno :
Romawi kuno memperoleh musik dari Yunani. Selama lebih dari 5 abad Roma
memerintah Sebagian besar wilayah eropa kecuali Jerman, Inggris, Afrika Utara, dan
Turki. Oleh karena itu, kebudayaan Romaw banyak dipengaruhi oleh budaya Yunani

b) Era Abad Pertengahan (Medieval Era) 600-1450 M


Pada masa ini kehidupan dan seni ditunjukkan oleh pelayan gereja. Musik hanya untuk
keperluan ibadat. Mewarisi modus-modus Yunani, bangsa Romawi yang Kristen
mengembangkan modus-modus gereja sebagai system tangga nada yang hingga kini masih
digunakan dalama berbagai peribadatan Kristen. Standarisasi dalam berbagai lapangna
pengetahuan juga terjadi dalam musik. Biarawan dan teoretikus music Guido.

c) Era Ranaissance 1450-1600 SM


Pada zaman ini vocal lebih dipentingkan dari pada instrument, sehingga composer lebih
memperhatikan syair. Salah satu contoh musik ini adalah Acappela, bernyanyi tanpa diiringi
intstrument dengan Teknik harmonis yang bagus. Komposis pad era in yaitu Josquin des pres,
Orlandus lassus, dan William bryd.

d) Era Barok dan Rakoko 1600-1750 SM


Zaman Barok dan Rakoko pada awalnya terdapat pada seni arsitektur, namun ornament
yang terdapat pada seni bangunan tersebut turut mempengaruhi ciptaan musik. Ciri music
barok adalah banyak menggunakan hiasan music yang muncu bersamaan dengan pemain
musiknya. Sedangkan rakoko hiasan ditulis dengan kemauan komponisnya. Komponis-
komponis pada zaman ini adalah Johan Sebastian Bach, Antonio Vivaldi, dan Geore Frideric
Handel.
e) Era Klasik 1750-1820 SM
Musik klasik lahir setelah berakhirnya music barok dan rakoko yaitu pada tahun 1750.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
1. Penggunaan dinamika dari keras menjadi lembut.
2. Pemakaian ornamentik
3. Penggunaan akor 3 nada
Komponis pada zaman klasik antara lain Beethoven, W.A Mozart, J. Haydn.

f) Era Romantik 1820-1900 SM


Music pada zaman ini menggambarkan nasionalisme dan lebih universal, pada komposisi
orchestra terdapat tambahan cymbal, triangle, dan harpa. Ciri music ini yaitu :
1. Musik emosional, nasional, subyektif, individual, eksotis, melarikan diri, dan bahkan
tidak rasional
2. Gaya sangat ditentukan oleh composer
3. Opera dijadikan sebagai jenis music utama
Komponis pada era ini antara lain J. Brahms corbis, F. Chopin, dan F. Mendelssohn

g) Era Konttemporer 1900-sekarang


Periode ini dalam Sejarah musik sering disebut sebagai periode modern sejak tahun 1900
sebagai titik awalnya. Era kontemporer dipicu oleh peran komposer-komposer romantic yang
mengembangkan gaya nasionalitik terutama yang berkembang di Negara Eropa Timur.
Claude Debussy dan Maurice Ravel adalah komposer Prancis yang mengawali periode
kontemporer.

B. Musik Kontemporer Indonesia.


Musik kontemporer adalah istilah dalam Bahasa Indonesia untuk bidang kegiatan kreatif yang
dalam konteks berbahasa inggris paling sering disebu music baru, music kontemporer atau lebih
tepatnya music seni kontemporer. Ini menjadi istilah yang paling digemari di tahun 1990-an.
Tetapi kesepakatan dalam penggunaan istilah ini membangkitkan pertanyaan tentang apa yang
termasuk dan apa yang tidak termasuk dalam music kontemporer. Ini menjadi sebuat inti dari
perdebatan hangan di kalangan musisi dan pemikir yang biasanya mempunyai persepsi yang
berbeda.
Keanekaragaman music kontemporer secara resmi diakui dan dilembagakan, dalam hal ini
ditetapkan sebagai sebuah Gerakan yang lebih besar, yaitu pekan komponis. Sebuah pertemuan
tahunan untuk para composer dari berbagai daerah di Indonesia. Pertemuan ini biasanya
dilaksanakan di Taman Marzuki Jakarta. Dari pertemuan yang pertama di tahun 1979, komposer
yang terlibat kebanyakan berasal dari yang berbasis tradisional. Bahkan, komposer berbasis
tradisional adalah yang terbaik mewakili delapan literasi awal, yang memberikan kontribusi lebih
dari tiga kali lebih banyak dari karya-karya itu dibadingkan rekan mereka yang berorientasi barat.
Di Indonesia, perkembangan music kontemporer baru mulai dirasakan sejak
diselenggarakannya acara pekan komponis pada tahun 1979 di taman ismail marzuki Jakarta.
Melalui cara itu komunikasi pada seniman antar daerah dengan berbagi macam latar belakang
budaya lebih terjalin. Forum diskusi serta dialog antar seniman dalam acara tersebut saling
memberi kontribusi sehingga membuka paradigma kreatif music menjadi lebih luas. Sampai hari
ini para komponis yang pernah terlibat dalam acara itu menjadi sosok individual yang sangat
memberi pengaruh kuat untuk pada komponis music kontemporer selajutnya. Nama-nama seperti
Rahayu Supanggah, Al Suwardi, Komang Astita, Harry Roesli, Nano Suratno, Sutanto, Ben
Pasaribu, Trisutji Kamal, Tony Prabowo, Yusbar Jailani, Dody Satya Ekagustidman, Nyoman
Windha, Otto Sidharta, dan masih banyak yang belum disebutkan, adalah para komponis
kontemporer yang ciri-ciri karyanya sulit sekali dikategorika secara konvensional. Karya-karya
mereka selaon memiliki keunikan tersendiri, juga cukup bervaariasi sehingga dari waktu ke waktu
konsep-konsep music mereka bisa berubah-ubah tergantung pada semnagat serta kapasitas
masing-masing dalam mengembangkan kreatifitasnya. Pada puncaknya, karya-karya music
kontemporer tidak lagi menjelaskan ciri-ciri latar belakang tradisi budayanya walaupun sumber-
sumber tradisi itu masih terasa lekat. Akan tetapi sikap serta pemikiran individual-lah yang paling
penting, sebagai landasan dalam proses kreatifitas music kontemporer
Pemikiran itu tercermin seperti yang telah dikemukakan komponis kontemporer I Wayan
Sadra antara lain :
“Kini tak zamannya lagi membuat generalisasi bahw aspirasi musical Masyarakat adalah satu,
dengan kata lain ia bukan miliki kebudayaan yang disimpulkan secara umum, melainkan miliki
pribadi orang per orang” (Sadra, 2003).
Mengamati perkembangan music kontemporer di daerah sunda tampaknya agar lamban.
Selain apresiasi Masyarakat sunda belum begitu memadai, para komponisnya yang lain relative
sangat sedikit, juga dukungan pemerintah setempat atau sponsor-sponsor lain untuk
penyelenggaraan konser-konser music kontemporer sangat kurang. Di Yogyakarta misalnya,
secara konsisten selama belasan tahun mereka berhasil menyelenggarakan acara Yogyakarta
Gamelan Festival tingkat internasional yang di dalamnya banyak sekali karya-karya music
kontemporer dipentaskan. Kota solo pada tahun 2007 dan 2008 telah menyelenggarakan acara
SIEM (Solo Internasional Ethnic Musik). Banyak karya-karya music kontemporer dipentaskan
dalam acara itu dengan jumlah penonton kurang lebih 50.000 orang. Festival “World Music”
dengan nama acara “Hitam Putih” di Riau, Festival Gong Kebyar di bali dan lain sebagainya.
Acara-acara tersebut secara rutin dilakukan bukan sekedar “ritual’ atau memiliki tujuan
memecahkan rekor Muri apalagi mencari keuntungan, karena pementasan music kontemporer
seperti yang pernah dikatakan Harry Roesli merupakan “Seni yang merugi akan tetapi melaba
dalam tata nilai”.
Di Bali, aktivitas berkesenian dengan ideologi “kontemporer” sesungguhnya telah
berlangsung sejak awal abad ke-20 dengan lahirnya seni kekebyaran di Bali Utara. Namun
wacana tentang music kontemporer mulai mengemuka serangkaian adanya Pekan Komponis
Muda I yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1979. Komponis muda yang mewakili Bali
pada waktu itu adalah I Nyoman Astita dengan karyanya yang berjudul “Gema Eka Dasa Rudra”.
Pada tahun-tahun berikutnya Pekan Komponis Muda diikuti oleh komponis-komponis muda Bali
lainnya seperi I Wayan rai tahun 1982 dengan karyanya “Trompong Beruk”, I Nyoman Windha
tahun 1983 dengan karyanya berjudul “Sengkep”, I Ketut Gede Asnawa tahun 1984 dengan
karyanya yang berjudul “Kosong”, Ni Kethut Suryatini dan I Wayan Suweca tahun 1987 dengan
karyanya yang berjudul “Irama Hidup”, I Nyoman Windha tahun 1988, dengan dua karya
sekaligus yaitu “Bali Age’ dan “Sumpah Palapa”.
I Wayan Dibia seorang komponis dari Bali pernah berkolaborassi denan komponis terkenal
yang mempelopori body music dari amerika yaitu Keith Terry. Dari kolaborasi tersebut
menghasilkan karya baru yang berjudul “Body Tjak”. Karya ini merupakan seni pertunjukan
multicultural hasil kerja sama atau kolaborasi internasional yang memadukan unsur-unsur seni
dari budaya barat (amerika) dan Timur (Bali-Indonesia). “Body Tjak” digarap dengan
penggabungan unsur-unsur seni Kecak Bali dengan Body Music, sbuah jenis music baru yang
menggunakan tubuh manusia sebagai sumber bunyi. Garapan bermuansa seni budaya global ini,
lahir denan dua produksinya yaitu Body Tjak 1990 (BT90) dan Body Tjak 1999 (BT99) (Dibia,
2000:10). Kedua karya ini memang murni lahir dari keinginan seniman untuk mengekspresikan
jiwanya yang telah tergugah oleh dinamisme seni kecak dan body music. Dengan berbekal
pengalaman estetis masing-masing, dan diilhami oleh obsesi aktualitas kekinian, kedua seniman
sepakat melakukan eksperimen dalam bentuk workshop-workshop sehingga lahirlah music
kontemporer Body Tjak.
Kehadiran karya music kontemporer ini mulai terasa mengguncang persepsi Masyarakat
akademeik, karena music ini cenderung mengubah cara pandang, cita rasa, dan kriteriaestetik
yang sebelumnya telah dikurung oleh sesuatu yang terpola, ada standarisasi, seragam, global, dan
bersifat sentral, konsep music kontemporer menjadi sangat personal (Individual), sehingga
perkembangannyapun beragam. Paham inilah yang ditawarkan oleh music kontemporer, sehingga
dalam karya-karya yang lahir banyak terjadi vokabuler Teknik Garapan dan aturan tradisi yang
telaah mapan ke dalam wujud yang baru dan terkesan aneh

C. Ciri-ciri Musik Kontemporer


Musik kontemporer memiliki ciri-ciri umum antara lain :
1) Warna bunyi bisa sejenis atau bisa berbagai jenis
2) Notasi music hanya dapat dimengerti oleh pemusik, karena notasinya ditulis dengan
symbol atau tanda
3) Memiliki improvisasi yang bervariasi mengikuti keinginan dari pemusik
4) Bunyi dapat beraslah dari sumebr yang beragam, bukan hanya dari instrument music
5) Jenis tangga nada yang dipakai bervariasi
6) Jenis birama tidak terpaku pada satu birama saja
7) Dinamik dan tempo bervariasi

D. Komposisi Musik
Komposisi music merupakan gubahan, susunan, dan kerangka music. Orang yang menggubah
disebut komponis, composer, atau pencipta music baik berupa lagu ataupun instrumentalia.
Pencipta music dibedakan menjadi 3, yaitu : Komposisi, aransemen, dan improvisasi

1) Komposisi
Komposisi merupakan penyusun suatu karya music baik dalam bentuk lagu maupun
intrumen yang diciptakan dalam bentuk tertulis dan bersifat abadi untuk dipedengarkan,
diedarkan, dinilai, dan diapresiasi Masyarakat.
2) Improvisasi
Improvisasi adalah penciptaan music yang tidak tertulis dan tidak bersifat abadi karena
tidak dapat diulang Kembali dalam bentuk serta intensitas yang sama. Improvisasi terjadi
secara spontanitas saat memainkan alat music sebagai permainan ekspresi dan penjelmaan
langsung dari perasaan musical yang timbul saat ini
3) Aransmen
Aransmen adalah hasil karya dari tekhnik Menyusun, mengatur, merangkai, dan menata
Kembali suatu karya music baik berupa lagu atapun instrumental.

Anda mungkin juga menyukai