Anda di halaman 1dari 3

Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)

Meskipun dalam sejarah Yunani ditaklukkan oleh Kekaisaran Roma, kekuatan kebudayaannya masih
tetap eksis. Hal itu terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani sebagai bahasa pengantar di wilayah
Laut Tengah sampai abad ke-2. Para filosof, teolog, sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke
masa Yunani kuno untuk mencari inspirasi bagi karya-karyanya.

Masa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu filsafat,
kesusastraan, seni patung, arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat pesat. Menurut mitos
Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa, seperti Appolo, Amphion,
dan Orpheus.

Bangsa Yunani Kuno menganggap bahwa musik memiliki kekuasaan ajaib yang dapat menyempurnakan
tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh karena itu, musik tidak dapat
dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan. Pada zaman Yunani Kuno, dikenal 9 Dewi Musik yang akan
dipaparkan pada tabel di bawah ini.

No. Nama Keterangan

1. KalliopeDewi seni sastra syair

2. Klio Dewi Sejarah

3. Erato Dewi sastra erotis

4. EuterpeDewi sastra liris

5. Thalia Dewi ria jenaka

6. Melpomene Dewi drama sedih

7. Terpsichore Dewi tari

8. Polyhymnia Dewi seni musik (olah nada)

9. Urania Dewi ilmu bintang

Alat Musik Yunani Kuno

Alat musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai lima sampai
tujuh) terkait erat dengan keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos (sejenis alat musik tiup
terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang memiliki lubang jari) berkaitan dengan aliran
Dionysus.

Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad, ciptaan Homer dari abad ke-8
SM) dan juga sebagai alat musik solo. Aulos biasa dipakai untuk mengiringi sajian dithyramb (suatau
jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus). Aulos juga dipakai untuk mengiringi
sekelompok paduan suara dan musik bagian-bagian lain yang dibutuhkan dalam drama-drama agung
ciptaan Sophocles dan Euripides.

Bukti-bukti keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat dilihat dari
ditemukannya gambar-gambar alat musik itu dalam periuk-periuk keramik kuno yang masih bertahan
hingga masa kini.

Perlombaan permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi semakin
populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso, yakni orang yang sangat
mahir memainkan alat musik dan membawakan lagu. Penggarapan musik dan lagu pun otomatis
semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan pendidikan musik, kompleksitas dan kerumitan
yang menjadi kecenderungan para virtuoso ini kemudian dikritik oleh filosof kenamaan, yaitu Aristoles
(sekitar abad ke-4 SM).

Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik,
baik secara teoretis maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas kompleksitas musik Yunani
Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen.

Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang masih hingga
masa kini, yaitu:

dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM),

sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM), dan

tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M) (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 90).

Teori Musik Zaman Yunani Kuno

Dari lagu-lagu yang ditemukan pada zaman Yunani Kuno, dapat diketahui bahwa musik Yunani Kuno
umumnya memiliki sifat:

Monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara.

Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan gaya dengan
pola melodi yang mendasar.

Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi, sangat
menentukan cara penyusunannya dalam musik.
Bangsa Yunani adalah bangsa pelopor ilmu pengetahuan di dunia. Oleh karena itu, dalam hal teori
musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan,
teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini.

Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh
Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta
(Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad
Pertengahan.

Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para filosof di antaranya:

Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada berjarak satu
kuart) karya Aristoxemus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan oleh Ptolomeus, ahli
atematika abad ke-2 M.

Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan Aristoteles (tahun
384-322 SM). Dalam teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap emosi
pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh baik terhadap moral pendengarnya, musik yang
buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.

Tokoh-tokoh seni musik yang dikenal pada zaman Yunani Kuno adalah Plato (427 – 247 SM), Aristoteles
(384 – 322 SM), Aristexemos (350 – 300 SM).

Anda mungkin juga menyukai