Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

DAMPAK NEGATIF IDEOLOGI

Nama Kelompok :
1. HAEKAL
2. DIANA PUTRI
3. ANJANI
4. SARUL
Kelas :
XII IPA 2

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Samboja


SMAN 2 SAMBOJA
2023
Sejarah musik Barat merupakan patokan utama dalam seni musik dunia karena tradisi musik
Baratlah yang hingga kini memengaruhi dunia modern. Oleh karena itu, saat kita mempelajari
sejarah musik Barat, hampir dapat dikatakan pula bahwa kita sedang mempelajari sejarah
musik dunia. Toh pada akhirnya musik itu bersifat universal. Setiap orang, dari mana pun
asalnya, akan mampu mencerna, memahami, dan menikmati musik tanpa harus mengenal,
mengerti, dan memahami bahasa lirik yang digunakan penciptanya. Musik adalah melodi,
ritme, dan harmoni yang untuk memahaminya cukup dengan bahasa rasa. Bahkan, bayi yang
secara teknis belum mengerti bahasa, sudah dapat menikmati nyanyian yang didendangkan
oleh ibunya.

Pada artikel ini akan dibahas perkembangan musik di mancanegara, khususnya Eropa,
dengan maksud agar kita lebih mengenal akar perkembangan musik, yang hingga saat ini kita
nikmati. Tentu bukan hanya karya-karya musiknya saja yang akan dibahas, melainkan ilmu
pengetahuannya pula. Dengan demikian kita dapat mencari hubungannya dengan karya-karya
seni kita sendiri. Melalui cara tersebut kita mampu mengenal dan memahami budaya orang
lain sekaligus mengenal dan memahami diri kita sendiri dalam konteks seni musik.

Sejarah Musik Barat Beserta Budaya yang Memengaruhinya

Dapat dikatakan bahwa usia musik hampir sama dengan usia keberadaan manusia. Namun
tentunya musik pada awal keberadaan manusia, jauh berbeda tingkat kemutakhirannya
dengan musik masa kini. Meskipun begitu, sesederhana apa pun juga, pada prinsipnya musik
itu sama, yakni hal-hal yang berhubungan dengan melodi, ritme, dan harmoni. Namun
demikian, keberadaan musik purba yang tidak dapat dilacak bekasnya juga tidak gampang
dijadikan sebagai bahan penulisan sejarah. Hal itu karena penulisan sejarah memerlukan
bukti-bukti historis yang meyakinkan secara ilmiah. Begitu pula dengan sejarah musik barat.

Oleh karena itu, para sejarawan seni musik cenderung memulai karyanya dengan menyajikan
fakta-fakta sejarah yang memiliki data-data yang cukup. Dalam hal ini, menurut Dieter Mack
dan Roderick J Mc Neil (2002 dalam Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 83) sejarah musik barat
dapat disajikan dengan periodisasi sebagai berikut.

1. Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)


2. Musik Zaman Romawi (mulai tahun 753 SM)
3. Musik Abad Pertengahan (500-1350 M)

Berikut adalah pemaparan dari masing-masing periode sejarah musik barat.


Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)

Meskipun dalam sejarah Yunani ditaklukkan oleh Kekaisaran Roma, kekuatan


kebudayaannya masih tetap eksis. Hal itu terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani
sebagai bahasa pengantar di wilayah Laut Tengah sampai abad ke-2. Para filosof, teolog,
sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke masa Yunani kuno untuk mencari
inspirasi bagi karya-karyanya.

Masa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu
filsafat, kesusastraan, seni patung, arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat
pesat. Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau
setengah dewa, seperti Appolo, Amphion, dan Orpheus.

Bangsa Yunani Kuno menganggap bahwa musik memiliki kekuasaan ajaib yang dapat
menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh
karena itu, musik tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan. Pada zaman
Yunani Kuno, dikenal 9 Dewi Musik yang akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.
No. Nama Keterangan

Kalliope

1. Dewi seni sastra syair

Klio

2. Dewi Sejarah

Erato

3. Dewi sastra erotis


No. Nama Keterangan

Euterpe

4. Dewi sastra liris


Thalia

5. Dewi ria jenaka

Melpomene

6. Dewi drama sedih

7. Dewi tari

Terpsichore
Polyhymnia

8. Dewi seni musik (olah nada)

Urania

9. Dewi ilmu bintang

Alat Musik Yunani Kuno

Alat musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai
lima sampai tujuh) terkait erat dengan keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos
(sejenis alat musik tiup terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang memiliki lubang
jari) berkaitan dengan aliran Dionysus.
Alat Musik Lyra

Alat Musik Kithara

Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad, ciptaan Homer
dari abad ke-8 SM) dan juga sebagai alat musik solo. Aulos biasa dipakai untuk mengiringi
sajian dithyramb (suatau jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus).
Aulos juga dipakai untuk mengiringi sekelompok paduan suara dan musik bagian-bagian lain
yang dibutuhkan dalam drama-drama agung ciptaan Sophocles dan Euripides.

Bukti-bukti keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat
dilihat dari ditemukannya gambar-gambar alat musik itu dalam periuk-periuk keramik kuno
yang masih bertahan hingga masa kini.

Perlombaan permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi
semakin populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso,
yakni orang yang sangat mahir memainkan alat musik dan membawakan lagu. Penggarapan
musik dan lagu pun otomatis semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan
pendidikan musik, kompleksitas dan kerumitan yang menjadi kecenderungan para virtuoso
ini kemudian dikritik oleh filosof kenamaan, yaitu Aristoles (sekitar abad ke-4 SM).

Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik
dalam musik, baik secara teoretis maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas
kompleksitas musik Yunani Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen.

Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang
masih hingga masa kini, yaitu:

1. dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM),


2. sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM), dan
3. tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M) (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 90).

Teori Musik Zaman Yunani Kuno

Dari lagu-lagu yang ditemukan pada zaman Yunani Kuno, dapat diketahui bahwa musik
Yunani Kuno umumnya memiliki sifat:

1. Monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara.
2. Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan
gaya dengan pola melodi yang mendasar.
3. Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi,
sangat menentukan cara penyusunannya dalam musik.

Bangsa Yunani adalah bangsa pelopor ilmu pengetahuan di dunia. Oleh karena itu, dalam hal
teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan
monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi
acuan hingga masa kini.

Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang
dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide
Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat
populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan.

Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para filosof di antaranya:

1. Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada
berjarak satu kuart) karya Aristoxemus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan
oleh Ptolomeus, ahli atematika abad ke-2 M.
2. Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan
Aristoteles (tahun 384-322 SM). Dalam teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat
berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh baik terhadap
moral pendengarnya, musik yang buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.

Tokoh-tokoh seni musik yang dikenal pada zaman Yunani Kuno adalah Plato (427 – 247
SM), Aristoteles (384 – 322 SM), Aristexemos (350 – 300 SM).

Musik Zaman Romawi (mulai tahun 753 SM)

Kekuasan kekaisaran Roma sangat luas dan kuat sehingga stabilitasnya mampu membantu
perkembangan kesenian. Alat-alat musik yang diciptakan dan dikembangkan oleh pemusik
Roma pun semakin banyak dan bervariasi. Alat-alat musik yang lahir pada masa Romawi di
antaranya adalah:

1. Beberapa jenis musik tiup dari logam seperti trompet dan horn.

Terompet Horn

2. Sejenis organ hidrolis dengan papan tuts yang memanfaatkan tekanan air sebagai peniupnya.

Alat-alat musik ini dipakai dalam teater-teater terbuka untuk mengiringi pertarungan para
gladiator. Popularitas musik pada zaman Romawi Kuno ini semakin meningkat karena Kaisar
Nero pun dikenal sebagai pemusik andal.
Musik Abad Pertengahan (500-1350 M)

Abad pertengahan diawali dengan runtuhnya kekaisaran Romawi. Pada awalnya musik abad
pertengahan masih bersifat monofonik. Monofonik berasal dari kata Yunani monos, berarti
tunggal, dan phooneoo berarti berbunyi. Monofonik berarti jenis musik yang hanya terdiri
dari satu suara saja tanpa iringan apa pun.

Seni musik abad pertengahan juga didominasi oleh musik gereja yang bersumber pada seni
musik Yahudi dalam hal ini adalah madah (nyanyian yang bersumber dari ayat-ayat suci).
Seni musik pada masa ini didominasi oleh musik gereja. Pada masa ini seni musik monofonik
mencapai puncak kesempurnaan artistik, terutama pada masa Paus Gregorius Agung (540-
604). Oleh sebab itu, musik pada Abad Pertengahan juga disebut musik Gregorian.

Pada abad pertengahan, teori musik juga berkembang. Guido de Arezzo, teoritikus musik asal
Itali pada tahun 1050 menciptakan metode menghafal nada. Ia berpangkal pada tangga nada
hexachord, yaitu deretan 6 nada dengan interval ½ di tengah. Guido de Arezo memberi nama
nada-nada yang sekarang dikenal sebagai solmisasi berdasarkan Himne Yohanes. Ia
mengambil suku awal lirik lagu tersebut untuk memberi nama nada.

Pada abad pertengahan juga mulai dibedakan antara birama dan irama. Birama adalah sistem
tekanan yang tetap, sedangkan irama adalah sistem gerak melodis yang penuh kehidupan,
dinamika, dan variasi. Bentuk-bentuk nyanyian pada masa ini, terutama nyanyian-nyanyian
untuk gereja umumnya bersifat resitatif.

Jenis-jenis dan bentuk lagu pada masa abad pertengahan di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Litani, Lagu cerita kepahlawanan dalam ayat-ayat panjang;


2. Sekwensi;
3. Kanzone, Himne tipe ab ab cd (ab pertanyaan, cd jawaban);
4. Rondo, Nyanyian berbait dengan refren.

Diketahui ada 450 troubadour pada masa itu yang menghasilkan 2.500 syair dan kirakira 300
lagu.

Anda mungkin juga menyukai