Anda di halaman 1dari 5

XI MIPA 4_SENI MUSIK_MUSIK ZAMAN YUNANI KUNO_PERTEMUAN 13

Seni Budaya (Seni Musik), XI MIPA 4, Diposting oleh Muhammad Abram Adriano, S.Pd. (https://simpel12.com/index.php/pengajar/detail/94) 21 April 2021 11:18, Dibaca 32 Kali
Komentar

Assalamualaikum wr wb.

Mari berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai!

Berdoa Selesai!

Sebelumnya kalian telah mempelajari materi mengenai sejarah perkembangan musik secara singkat melalui video di youtube, itu
merupakan pengenalana mengenai perkembangan musik barat untuk kalian. Selanjutnya saya akan memberikan penjelasan
mengenai periodesasi musik secara luas dan mendetail, serta saya akan berikan contoh lagunya. Mari kita mulai dengan zaman
yunani kuno. Silahkan dibaca dengan seksama!

Sejarah Musik Barat

Musik itu bersifat universal. Setiap orang, dari mana pun asalnya, akan mampu mencerna, memahami, dan menikmati musik tanpa
harus mengenal, mengerti, dan memahami bahasa lirik yang digunakan penciptanya. Musik adalah melodi, ritme, dan harmoni
yang untuk memahaminya cukup dengan bahasa rasa. Maka, jangan heran bila bayi yang masih dalam buaian yang secara teknis
belum mengerti bahasa, sudah dapat menikmati nyanyian yang didendangkan oleh ibunya.

Dalam bab ini kita akan mempelajari perkembangan musik di mancanegara, khususnya Eropa, dengan maksud agar kita lebih
mengenal akar perkembangan musik, yang hingga saat ini kita nikmati. Tentu bukan hanya karya-karya musiknya saja yang kita
pelajari, tetapi ilmu pengetahuan tentangnya juga akan kita pelajari. Kita cari hubungannya dengan karya-karya seni kita. Dengan
cara demikian kita mengenal dan memahami budaya orang lain sekaligus mengenal dan memahami diri kita sendiri.

Sejarah Musik Barat Beserta Budaya yang Mempengaruhinya

Boleh dikatakan, usia musik hampir sama dengan usia keberadaan manusia. Hal ini dapat dianalogikan dengan bayi yang baru
lahir pun dapat menikmati musik. Tentu musik pada awal keberadaan manusia, jauh berbeda tingkat kecanggihannya dengan
musik masa kini. Meskipun demikian, sesederhana apa pun, pada prinsipnya musik itu sama, yakni hal-hal yang berhubungan
dengan melodi, ritme, dan harmoni. Namun, keberadaan musik purba yang tidak dapat dilacak bekasnya juga tidak gampang
dijadikan sebagai bahan penulisan sejarah karena penulisan sejarah memerlukan bukti-bukti historis yang meyakinkan secara
ilmiah.

Menyadari hal itu, para sejarawan musik cenderung memulai karyanya dengan menyajikan fakta-fakta sejarah yang memiliki data-
data yang cukup. Dalam hal ini, menurut Dieter Mack dan Roderick J Mc Neil (2002) sejarah musik barat dapat disajikan dengan
periodisasi sebagai berikut.

1. Musik Zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)

Meskipun dalam sejarah Yunani takluk kepada Kesaisaran Roma, tetapi kekuatan kebudayaannya masih tetap eksis. Hal ini
terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani sebagai Bahasa pengantar di wilayah Laut Tengah sampai abad ke-2. Para flosof,
teolog, sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke masa Yunani kuno untuk mencari inspirasi bagi karya-karyanya.

Masa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu flsafat, kesusastraan, seni patung,
arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat pesat. Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-
dewi atau setengah dewa, seperti Appolo, Amphion, dan Orpheus. Mereka menganggap bahwa musik memiliki kekuasaan ajaib
yang dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh karena itu, musik tidak
dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan.
Dikenal 9 Dewi Musik, yaitu :

1. Kalliope : Dewi seni sastra syair

2. Klio : Dewi Sejarah

3. Erato : Dewi sastra erotis

4. Euterpe : Dewi sastra liris

5. Talia : Dewi ria jenaka

6. Melpomene : Dewi drama sedih

7. Terpsichore : Dewi tari

8. Polyhymnia : Dewi seni musik (olah nada)

9. Urania : Dewi ilmu bintang

Musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai lima sampai tujuh) terkait erat dengan
keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos (sejenis alat musik tiup terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang
memiliki lubang jari) berkaitan dengan aliran Dionysus. Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad,
ciptaan Homer dari abad ke-8 SM) dan juga sebagai alat musik solo. Aulos biasa dipakai untuk mengiringi sajian dithyramb
(suatau jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus). Aulos juga dipakai untuk mengiringi sekelompok paduan
suara dan musik bagian-bagian lain yang dibutuhkan dalam drama-drama agung ciptaan Sophocles dan Euripides. Bukti-bukti
keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat dilihat dari ditemukannya gambar-gambar alat musik
itu dalam periuk-periuk keramik kuno yang masih dipertahankan hingga masa kini.

Lyra dan aulos juga dimainkan secara solo dalam acara-acara pekan olahraga. Ada catatan tentang permainan aulos oleh
Sakadas pada Pekan Olahraga di Pythia pada tahun 596 SM. Ia memainkan sebuah lagu yang menceritakan pertempuran antara
Apollo dengan naga. Lagu ini merupaka deskripsi musik pertama yang terdapat dalam sejarah musik. Selanjutnya, perlombaan
permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi semakin populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini
menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso (orang yang luar biasa mahir dalam memainkan alat musik dan membawakan lagu).
Penggarapan music dan lagu pun otomatis semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan Pendidikan musik,
kompleksitas dan kerumitan yang menjadi kecenderungan para virtuoso ini kemudian dikritik oleh flosof kenamaan, yaitu Aristoles
(sekitar abad ke-4 SM).

Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik, baik secara teoretis
maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas kompleksitas music Yunani Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen.
Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani

Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang masih hingga masa kini, yaitu:

1. dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM), lagunya seperti video dibawah ini :

Second Delphic Hymn to Apollo.


2. sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM),

Ancient Greek Music: Hymn to Dionysos

3. tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M).

Mesomede di Creta: Inno al Sole

Dari lagu-lagu yang ditemukan dapat diketahui bahwa musik Yunani Kuno umumnya memiliki sifat:

1. monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara.

2. Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan

gaya dengan pola melodi yang mendasar.

3. Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi, sangat menentukan cara
penyusunannya dalam musik.

Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental.
Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval
musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan
hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di
kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan.

Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para flosof di antaranya:

1. Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada berjarak satu kuart) karya
Aristoxemus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan oleh Ptolomeus, ahli atematika abad ke-2 M.
2. Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan Aristoteles (tahun 384-322 SM). Dalam
teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh
baik terhadap moral pendengarnya, musik yang buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.

Dalam periode Yunani Kuno muncul dua aliran musik, yaitu musik untuk ibadah Dionysius dan musik untuk persembahan dewa
Apollo. Musik aliran Dionysian berkecenderungan membangkitkan semangat, kegemparan, dan sfat-sifat lain yang kurang baik.
Sedangkan musik Apollonian berkecenderungan menimbulkan ketenangan dan dorongan spiritual. Berdasarkan kecenderungan
ini musik aliran Klasik disebut Apollonian dan aliran Romantik disebut Dionysian.

Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental.
Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval
musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan
hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di
kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan.

Baik, sekian penjelasan mengenai musik pada Zaman Yunani Kuno. Bagi ada yang bertanya silahkan tanyakan melalui WA atau
komen simpel 12.

Setelah membaca dan kalian mendengarkan beberapa musik dari zaman Yunani kuno, apa sih kesan awal yang kalian rasakan
ketika mendengar musik tersebut? Tulis di kolom komentar yaa..

Kurang lebih mohon maaf.

Wassalamualaikum wr wb.

 Tulis komentar

Styles Format Font Size Source

NORITA AGUSTINA SUBAGYO Post komentar

REFRSH KOMENTAR
1 Komentar

NORITA AGUSTINA SUBAGYO (https://simpel12.com/index.php/siswa/detail/340), 2021-04-21 11:28:47, laporkan

(https://simpel12.com/index.phpmateri/detail/8392/laporkan/411146)

Bagi saya musik yunani kuno tersebut merdu dan nyaman di dengarkan. Kecuali pada musik video ke 2, bagi saya musiknya terdengar
horor, namun sangat estetik.

Norita Agustina S/25


1 dari 1 total data

 Absen Kehadiran

Kehadiran anda sudah direkam

Copyright © 2014 - 2021 SIMPeL 12 (Sistem Informasi Manajemen Pembelajaran SMAN 12 Semarang) by Almazari - dokumenary.net (http://www.dokumenary.net)
All rights reserved.
versi 2.0 (https://github.com/almazary/new_elearning) | Page loaded in 0.1031 seconds.

Anda mungkin juga menyukai