Anda di halaman 1dari 8

TUGAS : SENI BUDAYA

DI SUSUN

KELAS XI MIPA 5

KELOMPOK 5

RIZKIKA JAMRAN ERI BESI

RIMBA WAHYU PRATAMA

ABEL TOMBOKAN

PUTRI FAUZIAH F TALUDIO

Tari Biteya
Tari Biteya diciptakan oleh seniman Bapak Umar Djafar (almarhum) sekaligus dengan lagunya yaitu
biteya, lalu dikembangkan oleh seniman tari Bapak Wazir Antuli dan Bapak Kum Eraku.Biteya berasal
dari kata bite artinya dayung, biteya artinya dayunglah sampai ke tempat tujuan.

Biteya merupakan nama tarian daerah Gorontalo yang dilakukan lebih dari 400 penari memakai
pakaian adat khas Gorontalo. gerakan dalam tari ini juga memperlihatkan budaya masyarakat yang
mencari ikan di laut dengan sangat keras. Selain untuk memanjatkan rasa syukur pada Tuhan, tarian
Gorontalo ini juga dijadikan sebagai hiburan dan juga menyambut tamu penting yang datang ke
Gorontalo.

A.Fungsi Tari Biteya

Selain sebagai wujud rasa syukur karunia Tuhan, Tari Biteya ini sering kali dijadikan sebagai hiburan
dan dijadikan pagelaran untuk menyambut tamu besar.

Tarian Gorontalo adalah tarian yang menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan atas berbagai hal
yang dilalui oleh manusia. Dan keempat jenis tarian Gorontalo yang disebutkan di atas masih eksis
hingga saat ini dan sering digunakan di berbagai momentum seperti menyambut tamu, pariwisata,
budaya, dan banyak lagi.

B. Bentuk Tari Biteya

Tari tradisional merupakan seni tari yang diwariskan turun temurun dari masa ke masa. Tari ini
kemudian dilestarikan dan menjadi sebuah budaya tertentu pada suatu daerah.

Tari tradisional biasanya memiliki nilai filosofis, simbolis dan religius. Dari gerak, formasi, busana, dan
riasan, biasanya tari tradisional memiliki pakem tertentu dan cenderung tidak banyak berubah. Tari
tradisional kemudian dibagi menjadi tari tari klasik dan tari kerakyatan.

C. Jenis Tari Biteya

Tari berkelompok
Bentuk tarian ini ditampilkan oleh banyak penari dalam satu kali pertunjukan. Meskipun ditampilkan
serempak, gerakan antara satu penari dengan penari lainnya tidak saling melengkapi layaknya tari
berpasangan.

Contoh dari berkelompok antara lain, Tari Bedhaya dari Yogyakarta, Tari Anak Perdamaian, dan masih
banyak lagi.

Keragaman seni tari di Indonesia membuat produk budaya di negara kita semakin kaya. Kreativitas
dalam membentuk komposisi koreografi dan berbagai unsur di dalamnya pun menambah kekayaan
tersebut.

Pengelompokkan tari berdasarkan jenis dan bentuknya memudahkan kita mengidentifikasi berbagai
karya tari yang semakin berkembang.

Bentuk sajian tari yang disajikan oleh lebih dari dua orang penari termasuk ke dalam jenis tari
kelompok. Tari kelompok juga memiliki keunikan pada penggarapan komposisi pola lantai para
penarinya. Setiap pola lantai yang membentuk penari secara simetris atau asimetris akan
memberikan kesan berbeda.

Pola lantai adalah pola denah yang dilakukan oleh seoarang penari dengan perpindahan, pergerakan,
dan pergeseran posisi dalam sebuah ruang untuk menari. Pola lantai ini sebenarnya merupakan teknik
blocking (penguasaan panggung) seoarang penari. Pola lantai berfungsi untuk membuat posisi dalam
sebuah ruang gerak.
Pola lantai dibuat untuk memperindah pertunjukan karya tari. Oleh karena itu dalam pembuatan pola
lantai harus memperhatikan beberapa hal, antara lain bentuk pola lantai, maksud atau makna pola
lantai, jumlah penari, ruangan atau tempat pertunjukan, dan gerak tari. Dalam sebuah tarian
(terutama tari kelompok), pola lantai perlu diperhatikan.

Berdasarkan jumlah penari sebuah tarian dapat dikelompokkan menjadi tari tunggal, tari
berpasangan dan tari kelompok.

Berdasarkan jumlah penari sebuah tarian dapat dikelompokkan menjadi tari tunggal, tari
berpasangan dan tari kelompok.

1. Tari tunggal adalah kesenian dalam bentuk tarian yang diperagakan oleh satu orang penari. Dalam
jenis tarian ini para penari biasanya berperan menggambarkan atau menyampaikan karakter
seseorang atau makhluk hidup lain seperti binatang.

2. Tari berpasangan adalah kesenian tari yang diperankan/ diperagakan oleh sepasang penari.
Dengan kata lain tari berpasangan merupakan jenis tarian yang dimainkan oleh 2 orang penari.
Sementara dari sisi gerakan tarian para penari biasanya bergerak untuk saling mengisi serta saling
merespon antara gerakan penari yang satu dengan gerakan penari pasangannya.

3. Tari kelompok adalah sebuah kesenian tari yang diperankan/ diperagakan oleh tiga penari atau
lebih. Gerakan penari yang satu dengan yang lain biasanya terlihat saling mendukung, tak heran juka
dalam pertunjukan tari kelompok ini kekompakan para pemain sangat berpengaruh guna
mewujudkan kesuksesan nya di atas panggung.

Dalam tarian, terdapat dua pola garis dasar pada lantai, yaitu garis lurus dan lengkung. Bentuk pola
garis lengkung dapat dikembangkan menjadi berbagai pola lantai, di antaranya lingkaran, angka
delapan, garis lengkung ke depan, dan garis lengkung ke belakang.

Bentuk pola garis lurus dapat dikembangkan menjadi berbagai pola lantai, di antaranya horizontal,
diagonal, garis lurus ke depan, zig-zag, segitiga, segi empat, dan segi lima. Ada beberapa macam pola
lantai pada tari kelompok, antara lain :

1. Pola lantai vertikal

Pola lantai vertikal (lurus): Pada pola lantai ini, penari membentuk garis vertikal, yaitu garis lurus dari
depan ke belakang atau sebaliknya. Pola lantai ini banyak digunakan pada tari klasik. Pola lantai ini
menampilkan kesan sederhana tapi kuat. Pola lantai vertikal menunjukan hubungan dengan Tuhan
sebagai pencipta.

2. Pola lantai horizontal

Pada pola lantai ini, penari berbaris membentuk garis lurus ke samping. Pola lantai horizontal yang
menunjukkan hubungan antarmanusia.

3.. Pola lantai horizontal

Pada pola lantai ini, penari berbaris membentuk garis lurus ke samping. Pola lantai horizontal yang
menunjukkan hubungan antarmanusia.
4.Pola lantai garis melengkung

Pada pola lantai garis melengkung, penari membentuk garis lingkaran, pola lantai lengkung ular, dan
pola lantai angka delapan. Pola lantai ini banyak digunakan pada tari rakyat dan tari tradisi, memberi
kesan lemah dan lembut. Beberapa pola lantai melengkung antara lain melingkar, lengkung ular dan
angka delapan.

Unsur Nilai Estetika Seni Tari

Tari adalah gerakan berirama yang dilakukan dalam suatu ruang. Suatu gerakan dikatakan tari jika
terdapat mengandung suatu ungkapan tertentu, mempunyai ekspresi, dilakukan secara berirama,
dilakukan dalam suatu ruangan, memiliki nilai estetika, gerakan itu dapat dinikmati oleh penari dan
orang yang melihat tarian itu.
Namun untuk menilai estetika suatu tari dapat menggunakan 4 dasar yaitu sebagai berikut:

1. Wiraga

Wiraga adalah dasar keterampilan gerak tubuh/fisik penari yang dapat menyalurkan ekspresi batin
dalam bentuk gerak tari. Gerakan anggota tubuh itu antara lain:

1. Jari-jari tangan
2. Pergelangan tangan
3. Siku-siku tangan
4. Bahu
5. Leher
6. Muka dan kepala
7. Lutut
8. Mulut
9. Jari-jari kaki
10. Dada
11. Perut
12. Pinggul
13. Biji mata
14. Alis
15. Pergelangan kaki

2.Wirama

Wirama adalah suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis di dalam tari. Di dalamnya
terdapat pengaturan dinamika seperi aksen dan tempo tarian. ada dua macam Wirama pada tari,
yaitu:

Wirama tandak : adalah wirama yang ajeg (tetap) dan murni dengan ketukan dan aksen yang berulng-
ulang dan teratur. dalam wirama tandak, gerak tari dan musik lebih mudah disusun. seorang dapat
bergerak langsung mengikuti ketukan sekali, ketukan mengganda, ketukan menigakali, atau dapat
pula membuat gerakan sinkop (berlawanan dengan gerakan musiknya)

Wirama bebas adalah wirama yang tidak selalu memiliki ketukan dengan akses yang berulang-ulang
dan teratur.

3.Wirasa
Wirasa adalah ekspresi raut muka /mimik yang menggambarkan karakter tarian, penghayatan gerak
sesuai dengan tuntutan tarian. Wirasa merupakan tingkatan penghayatan dan penjiwaan dalam
tarian. seperti : tegas, lembut, gembira dan sedih, yang mengekspresikan melalui gerakan dan mimik
wajah sehingga melahirkan keindahan.

4.Wirupa

Adalah penampilan penari dari ujung atas sampai ujung bawah . Wirupa adalah unsur yang
memberikan kejelasan karakter gerak tari yang ditunjukan melalui warna, busana dan tata rias.

Untuk melengkapi keempat unsur di atas, sebuah tari hendaknya dibangun dengan kesesuaian dari
tata rias, kostum, tata lampu, dan tata pangung. Tarian yang mengekspresikan kisah sedih misalnya,
tidak cocok ditampilkan dengan tata rias yang menor serta kostum yang berwarna cerah. Sebaliknya,
tarian yang mengekspresikan kegembiraan, sangat cocok ditampilkan dengan kostum yang gemerlap.

Anda mungkin juga menyukai