Anda di halaman 1dari 12

Nama : Gita Ayu Sarassanti

NIM : 1211620037

Mata Kuliah : Estetika Bahasa & Seni

RESUME
C. ESTETIKA MUSIK

Filosofi musik adalah cabang yang tertua dari estetika yang paling berpengaruh terhadap
kosmologi dengan tokoh Pythagoras dan para pengikutnya. Sesuai dengan sejarah filsafat seni
terdapat pula tokoh musik. Komponis yang merangkap sebagai filsuf antara lain Boethius dan
Rousseau. Sedangkan filsuf yang mendalami estetika musik antara lain, Jerold Levinson dan
Schenker. Filsafat keindahan musik membahas hal-hal yang berkaitan dengan bunyi, nada,
imajinasi, metafora, ontologi, representasi, ekspresi, bahasa, pemahaman struktur, dan isi.
Tulisan ini mengulas bagaimana mengamati dan menilai estetika musik disejajarkan dengan
periodisasi sejarah musik, disertai contoh kasus dan pemaknaannya.
Estetika musik dapat ditinjau dari berbagai sudut antara lain:
1. Bentuk atau struktur
2. Isi atau konteks
3. Ekspresi
4. Performa yang meliputi kesungguhan/intensitas perbunyian dan gaya pemampilan.
Penampilan adalah gaya yang digunakan, sebagai contoh gaya Inul berbeda dengan gaya
Krisdayanti dalam penampilan pentas
5. Kesatuan dalam bentuk atau struktur dengan isi.
Musik dapat ditinjau dari wujud fisikal yang terdiri atas:
 Ritme
 Pitch/ketinggian nada yang disusun horisontal menjadi melodi
 Disusun secara vertikal menjadi harmoni
 Tekstur
 Bentuk.
Musik dapat ditinjau dari kualitas musikal, yaitu meliputi unsur volume atau dinamik dan
kualitas bunyi yang disebut dengan timbre atau tone color (warna) (Scruton, 1999:1-18). Estetika
musik ditinjau dari bentuk dan struktur ditempuh dengan dua cara, yaitu:
a. Struktur Teoretis Hasil Persepsi Pertama

Ketika seseorang mendengarkan musik yang pertama terdengar adalah aliran ritme dan melodi
yang muncul dipermukaan, seperti halnya aliran bagian atas sungal yang mengalir. Bentuk
permukaan yang kita dengar itu adalah gerak karena dalam gerak itu terjadi gesture atau
imajinasi gerak.

Gambaran gerak itu kita asosiasikan dengan gerak fisikal, seperti naik, turun, berputar, dan
mendatar. Melalui penyusunan unsur-unsur musik kita dapat membuat musik sesuai kehendak
kita. Segalanya dapat dibuat dan dapat terjadi. Pengolahan berdasarkan aturan bentuk bukan
resep utama namun generalisasi dari sejarah gaya.

b. Struktur Hasil Persepsi Kedua yang Bersifat Lebih Mendalam

Musik adalah gerak (movement) yang khas sama dengan action, yaitu pertemuan dari
kehidupan yang mewakili rasio. Kemampuan inilah yang membedakan kemanusiaan dari
fenomena dalam dunia natural. Diam adalah salah satu fenomena efek musik. Efek diam ini
mengandung adanya pengulangan, penolakan, dan atau penantian. Diam berarti mengandung"
(Scruton, 1999: 133).

1. Estetika Musik Ditinjau dari Periodisasi Musik


Periodisasi musik di Barat yakni sebagai berikut:
 Periode musik kuno, abad pertengahan (500-1450),
 Renaissance (1400-1600),
 Barok (1575-1750),
 Klasik (1750 1820),
 Romantik (1800-1910),
 Modern atau baru (1910) sampai sekarang.
Musik modern adalah musik yang tumbuh dan berkembang setelah periodisasi musik romantic
menjelang memasuki abad ke-20. Musik 21 merupakan lanjutan dari musik abad ke-20 dengan
ciri-ciri yang mengandung pembaruan sesuai budays filosofl seni yang mutakhir.
a. Keindahan Musik Periode Kuno

Para filsuf Yunani, yakni Plato, Aristoteles, dan Aristoxenos mengemukakan tentang teori
keindahan musik. Plato berpendapat bahwa musik yang indah memberikan keseimbangan jiwa.
Musik menempati kedudukan yang tertinggi diantara seni lain karena sifatnya yang mudah
meresap ke lubuk hati dan tidak tampak. Musik meliputi bernyanyi, memainkan instrumen dan
penampilan pentas dramatis. Keindahan didapat pada struktur melodi ritme dan harmoni. Ritme
adalah unsur yang paling penting untuk mewarnai dan memberi karakter.
Pemikiran musikal Yunani lebih dikenal daripada tentang musik itu sendiri. Dua jenis
penulisan teoretis tentang seni musik yaitu :
1. Doktrin kealamiahan musik yang terletak dalam kosmos, efeknya serta kegunaannya bagi
umat manusia
2. Penjelasan yang sistematik tentang materi dan komposisi musikal.
Filosofi dan pengetahuan musik Yunani masih dianut sampai sekarang. Teori-teori musik
Yunani dikemukakan oleh Pythagoras (500 SM) dan Aristides Quindillanees (400 SM). Bagi
beberapa pemikir Yunani, musik amat dekat dengan Astronomi. Hukum matematikal dipikirkan
untuk memberikan dasar sistem interval musikal dan bintang di langit, modus musik tertentu,
dan bahkan nada-nada tertentu diyakini berkaitan dengan planet-planet tertentu beserta jarak
antarplanet dan pergerakannya. Musik of the Spheres atau musik alam raya adalah musik yang
dibuat oleh revolusi planet-planet. Teori ini dikemukkan oleh Plato (Grout dan Palisca, 1996:5).
b. Keindahan Musik Periode Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan pembabakan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:


 periode Romanesque (500-1100)
 periode Gotik (1100-1450).
Periode abad pertengahan menganut paham bahwa keindahan dipersembahkan bagi sang
pencipta. Pada ibadah gereja Katholik, musik jernih, polos, mendatar, dan komtemplatif. disebut
plain song. Musik mewarnai ibadah berupa nyanyian, kidung, dan madah. ranyian seperti ini
Estetika melodi yang baik berpangkal pada unsur yang paling dasar yaitu nada-nada masing-
masing. Tiap nada diberi warna atau mempunyai makna psikologis. Melodi mampu
mengekpresikan realitas yang tidak terbatas (Prier, 1991:61-62).
Salah seorang tokoh yang peduli pada keindahan musik untuk ibadah yaitu Gregorius yang
Agung (540-604) dan Santo Agustinus (354-430). Musik Gregorian dianggap musik yang paling
indah Sifatnya transendental atau berpedoman da keteraturan ideal dari terang Ilahi (iluminatih).
Teori Ini sejalan dengan pendapat St. Agustinus dan Thomas Aquinas bahwa pengalaman
keindahan lebih berkaitan dengan intelek daripada dengan penginderaan (sense). Pada paruh
kedua periode abad pertengahan atau periode Gotik, keindahan musik tampak pada musik
dengan tekstur polifonik. Walaupun demikian musik satu suara tetap ada dan tetap indah.
Keindahan musik polifonik diawali dengan tumbuhnya musik organus (organum melo). Menurut
Scodus musik yang seakan-akan terdiri atas susunan lebih dari sebuah melodi merupakan
lambang kesempurnaan dari keindahan alam semesta. Bersama ini pula tumbuh musik motet
yang kadang-kadang terdiri atas dua bahasa pada kalimat melodi. Keindahan ini tidak hanya
pada musik ibadah atau musik sakral, tetapi bentuk dan karakter ini muncul pada musik sekuler.
Pada masa abad pertengahan musik sakral menempati kekuasaan dunia musik Barat. Misteri
kesucian Kristus dan bunda Maria menjadi nuansa seni musik. Pada seni rupa tampak lukisan
dan gambar dua dimensi dengan raut muka yang dingin (Stenzl dalam Art Haus Musik Film,
2005).
Pada masa ini kerajaan Majapahit mencapai kejayaan di Indonesia dengan keindahan
kebudayaan Hindu dengan gamelan berlaras pelog dan slendro di Jawa dan Bali.

c. Keindahan Musik Periode Renaissance (1400-1600)

Istilah Renaissance mengandung arti dilahirkan kembali terlepas dari musik antik. Pengaruh
teater Yunani tampak pada periode ini. Gerakan humanisme berkembang abad ke-15 di Italia
yang dapat dijumpai pada karya-karya besar para arsitek dan artis seperti F Brunelleschi (1377-
1446) dan Michael Angelo Buonarotti (1475 1564) yang terinspirasi budaya Yunani dan
Romawi. Pada dunia seni rupa Leonardo da Vinci (1452-1519) menyatakan bahwa realitas yang
antara lain diperoleh melalui penglihatan merupakan jendela dan jiwa. la berpendapat alam
adalah bagian dari kreasi abadi.

Masa Renaissance merupakan kelanjutan periode abad pertengahan dan sebagian para ahli
renaissance diawali pada seni musik baru yaitu Ars Nova (1350). Banyak pembaharuan yang
terjadi dengan musik karya Leonin dan Perotin. Musik menjadi indah karena membuat musik
didasarkan melalui membangun atau menyusun sesuai dengan paham eksistensial fenomenologis
modern dengan penekanan terjadinys ilham seni dalam penciptaan. Keindahan musik terjelma
berkat adanya keteraturan (matematis) pada penyusunan elemen-elemen musik (Stenzl dalam Art
Haus Musi 2005).

Pada Periode Renaissance ini musik gamelan berkembang di Indonesia. Saat yang penuh
dengan kegiatan musikal adalah pada sekitar tahun 1500, karena banyak dijumpai alat musik ini
di istana di Jawa, Keindahan orkes gamelan dinyatakan dalam sebuah puisi Jawa, yang
menggambarkan keindahan warna bunyi, warna nada, irama musik serta penyanyinya. Para
pemusik istana Yogyakarta menjelaskan beragam. instrumen dalam atmosfer orkestral.

d. Keindahan Musik Periode Barok

Periode Renaissance adalah periode kelahiran kembali budaya Yunani dan Romawi dengan
kesadaran kemanusiaan atau munculnya humanisme dengan bentuk kekuatan yang dinamis. Ini
ditandai dengan gerakan gereja Protestan terhadap gereja Katholik (1517). Pergolakan ini
menimbulkan perubahan perangkat pikir pada periode selanjutnya yaitu priode Barok (1580-
1750). Zaman Barok dianggap sebagal modernitas di Eropa.

Istilah Barok diambil dari kata barroco yang berasal dari istilah Portugis yang mengandung
arti permukaan (dalam hal ini mutiara) yang tidak beraturan atau kasar. Mungkin pula dari istilah
dalam bahasa Italia yang berarti bohong atau ketidakbenaran bermutu, dalam berpikir. Oleh
sebab itu, musik Barok dianggap berlebihan, kurang kehilangan bentuk dan dengan kata lain
kurang jelas ditinjau dari elemen-elemen musikal. Walaupun istilah atau pemahaman ini tidak
disetujui bangsa Jerman dan Inggris, istilah ini tetap digunakan.
Musik Barok adalah sebuah revolusi pada suatu revolusi. Perubahan tampak pada kegemaran
akan hiasan, keindahan dihubungkan dengan kemewahan. Batas antara khayal dan kenyataan
menjadi tipis. Perasaan dan emosi menjadi penting pula (Sadie, 2004: 19). Hal ini sejalan dengan
falsafah keindahan dari Earl Shatesbury bahwa keindahan berada dalam tiga tingkat yaitu:
keindahan jasmaniah, keindahan rokhaniah, dan keindahan Ilahiah. Karya-karya musik I.S. Bach
menunjukkan keindahan rohaniah dan keindahan llahi atau mistis (Tame, 1984: 257). Tokoh-
tokoh estetika yang lain adalah Hutchinson dan David Hume, serta Alexander Gotlieb
Baumgarten yang merupakan tonggak dalam sejarah keindahan pada masa periode Barok untuk
menuju periode Klasik.

Keindahan musik Barok tidak cukup hanya dengan memperhatikan struktur, karena Y.S. Bach
menciptakan musik yang mengandung nilai keindahan religi. Modulasi memberikan kesan
tersendiri, demikian pula kontras-kontras tekstur serta jumlah penyaji dan keragaman alat musik
menghadirkan perubahan suasana dan kesan.

e. Keindahan Musik Periode Klasik

Musik klasik dipengaruhi filosofi Rene Descartes yang mengutamakan kejelasan, tegas, dan
lugas. Istilah ini dipergunakan pada model kesenian dan ekspresi yang terkendali. Keindahan
ditinjau berdasarkan:
1. Kejelasan yang dapat dengan terdengarnya melodi di antara bunyi-bunyi lain. Melodi indah
seakan-akan selalu jelas di antara lapisan-lapisan bunyi lain
2. Keseimbangan terasa terjaga dalam hal dinamik, frase, dan bentuk serta dilihat secara
keseluruhan.
3. Emosi terkendali yang berarti tidak dalam seperti yang dijumpai pada musik romantic
4. Terasa adanya ketenangan seperti terdapat pada musik karya Mozart dan musik karya Haydn,
walaupun lincah karena adanya nada-nada hias-hias serta akor yang terpecah (broken chord).
f. Keindahan Musik Periode Romantik
Sejajar dengan estetika romantik (1850-1900) banyak mengupas estetika seniman dan
membicarakan teori ekspresi seniman. Karya seni musik sejalan dengan karya seni rupa
mengetengahkan tentang kehidupan nyata sehari-hari. Perasaan memiliki peran menggerakkan
manusia menjadi kreatif dan ekspresi bukan sekedar menirukan saja. Pada periode romantik
perasaan dianggap penting dalam musik, sehingga keteraturan yang baku berangsur-angsur
menjadi diluluhkan. Bentuk musik tetap dipertahankan namun harmoni bunyi melodi
dikembangkan.

Estetika musik pada masa ini mengikuti estetika positivisme dan naturalisme. Penggambaran
alam pedesaan akan kejadian yang nyata umpamanya tentang alam dan hal-hal yang nyata.
Estetika musik mencari estetika dari kejelasan dengan melakukan eksperimen-eksperimen
keindahan secara induktif. Keindahan menjadi sesuatu yang menyenangkan..
Pada periode ini tumbuh subur kreasi seniman dari berbagai cabang seni. Keindahan
dinyatakan dengan jelas terjadinya keterpaduan antar cabang seni yang amat jelas. Hal ini dapat
tampak pada karya-karya opera maupun karya-karya musik programmatis. Estetika masa ini
disebut estetika eksperimental. Cobalah dengarkan karya LV Beethoven, Franz Schubert, R.
Wagner, dan G. Verdi, Tchaikovsky. Pada akhir romantik karya musik C. Debussy di
penghujung periode romantik menunjukkan keindahan alam sejalan dengan aliran impresionisme
yang memiliki ciri-ciri menggambarkan suatu peristiwa, seperti adanya analoginya dengan
karya-karys s Claude Monet dalam seni rupa (Sadie, 2004, 114-119),

g. Estetika Musik Periode Modern

Musik modern biasa disebut pula musik baru atau musik abad ke-20. Diawal sekitar tahun
1915 karena terjadinya perang dunia L. Dunia melahirkan hal baru karena didorong adanya
perkembangan teknologi (radio dan tape), kesibukan, ketepatan, ketergesaan yang memacu
perubahan kerangka berpikir serta kreativitas seniman musik. Tidak dapat disangkal paham
komunisme dan fasisme mempengaruhi penciptaan seni. Perkembangan ilmu dan teknologi
mempengaruhi dunia industri musik dan dunia sosial. Suasana politik menimbulkan paham
feminisme, perjuangan terhadap lingkungan hidup dan orang kreatif mengekpresikan diri sesuai
kepedulian serta rasa personal dalam seni.

Gagasan modernis menyatakan bahwa pengalaman ada dalam dan dengan sendirinya. Teori ini
dikembangkan oleh Wassily Kandinsky (1999-1944) dengan teorinys Synaesthesia. la percaya
bahwa keterhubungan rasa (sense) dengan hasil bahwa warna terlihat memiliki efek musikal.
Kandinsky menyatakan bahwa warna adalah keyboard (alat musik papan berbilah, antara lain
piano), mata adalah pemukul (hammer), plano dengan senarnya adalah jiwa. Artis memainkan
musik dengan tangan dengan tepat untuk menghasilkan vibrasi dalam jiwa. Henry Mattise
menyatakan keheningan yang membuat tenang pendengar (Kul-Want, 2007; 74-75). Pemusik
Elliot Carter menganut hal sama dengan Henry Mattise. Musiknya mengandung rasa kedamaian,
tenang serta indah dalam karyanya yang diberi judul Labirinth of Time.

2. Proses Penciptaan Karya Musik dan Tarl Waste and Glass

Karya ini adalah sebuah perpaduan seni musik dan tari pada abad 20-21, Musik karya Philip
Glass diaransir oleh Elias Ariscuzen untuk koreografi tari Conny Yohansen (Cobra Record,
2002). Keindahan suatu karya hanya dapat ditinjau dari beberapa sudut. Keindahan akan tampak
jelas setelah kita tonton atau lita dengar. Walaupun demikian, proses penciptaan memegang
peranan untuk dapat dihargai penikmat.

Dalam dunia seni, proses adalah bagian dari kenikmatan si seniman. Proses pun merupakan
bagian yang dapat dinilai sebagai bagian dari keindahan oleh penikmat atau pendengar. Proses
penciptaan menjadi bagian yang penting untuk penilaian atau kritik seni. Berikut ini akan
diuraikan sebuah proses penciptaan karya musik Philip Glass, pemusik dari Amerika yang
termasuk salah seorang penganut paham minimalis. Musik minimalis memiliki ciri-ciri minimal
atau hemat, atau sedikit mungkin menggunakan elemen-elemen antara lain nada, warna/timbre,
sedikit pola-pola ritme dan merupakan pemberontakan terhadap musik yang besar yang
menggunakan banyak nada dan kompleks, seperti halnya musik periode romantik. Penyajian
musik disusun secara berurutan dan kanonik. Penyusunan musik kadang-kadang memberi kesan
tipis, kadang-kadang memberi kesan tebal, karena sering ditemui warna nada yang ditumpuk
berangsur-angsur lapis demi lapis. Perulangan menjadi ciri yang jelas pada musik minimalis dan
durasinya tidak selalu pendek (Mertens, 1983: 11-17).

3. Karya Masa Kini Pemusik Indonesia

Rahayu Supanggah merupakan seorang penegak new music Indonesia masa kini untuk musik
gamelan. Salah satu karyanya: Kurmat, tradisi yang berbentuk rekaman. Sebuah karya
diantaranya berjudul Duet. Duet adalah musik tari dalam adegan Rama-Sita di Realizing Rama.
Tari modern dengan koreografer Denisa Reyes dari Filipina. Karya ini adalah produk gabungan
dari negara-negara ASEAN. Duet ini merupakan komposisi musikal yang menggunakan
perangkat pathetan (aturan) gamelan jawa yang dicoba diperkaya dengan nuansa diatonis melalui
instrumen musik biola alto. Rincikan terdiri atas: biola, gender, gambang, suling, dan gong,

Pemain musik yang handal adalah Gilang Ramadhan. Gilang yang mahir memainkan musik
pada perangkat drum (drum set) menciptakan drum set yang dilengkapi alat musik pukul
(perkusi) tradisional. Hasilnya amat mengesankan karena memberi nuansa dan warna baru yaitu
hentakan ritme Timur yang cukup mendominasi musik. Kontras wama bunyi dan perpaduan
warnanya memberi suasana etnik.

Penggabungan atau kolaborasi musik yang berasal dari beragam etnik dan budaya terjadi di
Indonesia memunculkan musik dengan berbagai gaya, antara lain: campur sari, samba sunda,
tarling, dan dangdut. Eksperimen, eksplorasi terjadi pada musik yang digarap pemusik muda dan
kelompok musik yang merebak di Indonesia, terutama musik jazz. Kehadiran Jakarta Jazz
Festival, mewarnai musik dunia di Indonesia; diantaranya dari kelompok Luluk Purwanto.
Kelompok mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dengan kelompok Jakarta Enam Senar Jakarta
Enam Senar membuat eksplorasi dan eskperimen dengan gitarnya. Komposisi atonal dan garapan
baru digarap oleh Heri Budiono. Salah satu karya yang menarik kebaharuan komposisinya
adalah Kereta Apiku ciptaan ibu Sud. Pada karya Kereta Apiku digunakan air untuk memperoleh
warna bunyi yang khas yang yang menghasilkan warna bunyi peluit.

Musik Betawi memperoleh sentuhan gabungan orkes musik tanjidor yang digabungan dengan
gambang kromong. Karya ini merupakan garapan pemusik muda Budi Utomo yang mencintai
musik etnik dan musik nusantara. Pergeseran fungsi musik jalanan Grass band yang digunakan
untuk berjalan (mars) berubah fungsi menjadi musik hiburan dengan nama Tanjidor. Pada
perkembangan selanjutnya dilakukan pula penggabungan musik Tanjidor dengan musik
garnbang kromong. Peralihan fungsi ini mengubah struktur, kualitas rasa dari segi estetika
musik. Musik mars (march) memberi kesan dan simbol bahwa musik itu untuk langkah-langkah
berjalan, namun kadang kadang menjadi terkesan mendayu, manis dan kadang-kadang member
suasana warna baru.

D. ESTETIKA SENI RUPA

Dalam seni rupa, estetika memiliki peranan penting untuk melihat, dan memahami ilmu
keindahan. Ilmu keindahan dijadikan sebagal dasar dan pendukung dalam aktivitas kesenirupaan.
Seni rupa yang relevansinya terhadap estetika bisa dikatakan sebagai estetika seni rupa. Estetika
seni rupa dapat ditinjau dari berbagai aspek pendekatan. Salah satunya adalah aspek dalam Ilmu
Hermeneutik.

Kajian hermeneutik yang diaplikasikan pada estetika seni rupa akan memberikan analisis
deskripsi yang bersifat baru, karena teks yang ada dalam estetika seni rupa memiliki perbedaan
yakni: terletak pada penerapan unsur dan prinsip-prinsip seni rupa, ekspresi, dan kreativitas
senimannya. Hasil ungkapan yang disampaikan dalam karya seni rupa tersebut penuh dengan
pesan, tanda, dan simbolis yang berbentuk teks. Teks yang disampaikan dalam karya seni rupa
memiliki sebuah makna, sehingga semua karya seni rupa dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan
sesuai dengan konteks jamannya, individual tanpa mengkaitkan konteks sejarah dan begitu
sebaliknya dapat diinterpretasikan sesuai konteks sejarah (Sudira, 2002: 18-21).

Sistem penerapan hermeneutik dalam keragaman estetika seni rupa mampu menghasilkan
sebuah analisis deskripsi sesuai dengan konteks jaman. Hal ini yang menyebabkan ilmu estetika
mengalami perkembangan dilingkungan masyarakat, karena estetika tidak bisa ditinjau dari satu
aspek saja, akan tetapi dapat ditinjau dari berbagai aspek keilmuan. Dalam tatanan
perkembangan estetika seni rupa di masyarakat dapat diinterpretasikan atau ditapsirkan menjadi
empat bagian yakni:
 Estetika seni rupa murni
 Estetika seni rupa religi
 Estetika seni rupa terapan
 Estetika seni rupa massa.
Penafsiran atau interpretasi keragaman estetika seni rupa ini tentu saja tidak lepas dari fungsi dan
makna dari masing-masing kajian teori estetika seni rupa. Hal Ini akan dijelaskan lebih detail
berikut :
A. Keragaman Estetika dalam Seni Rupa

Teori estetika begitu luas ruang lingkupnya penuh dengan pengetahuan yakni: sebagai sumber
ilmu pengetahuan yang menekankan pada keindahan. keindahan yang terdapat dalam karya seni
rupa diamati, dipahami dan dianalisa dengan tujuan untuk melihat nilai-nilai estetika yang
terkandung di dalam seni rupa.

Keindahan dalam seni rupa mempunyai hubungan yang erat dengan kemampuan manusia
untuk menginterpretasikan dan menilai karya seni rupa, yakni berdasarkan pada pancaindera
manusia, pengetahuan empiris dan transendental. Kemampuan yang dimiliki manusia dipakai
untuk menghayati dan menghargai keindahan. Kemampuan manusia untuk memahami dan
menghargai keindahan bisa disebut 'cita rasa'. Cita rasa menurut pandangan Kant, dimaknai
sebagai kemampuan mental untuk menilai sesuatu benda/suatu macam gagasan dalam
hubungannya dengan kepuasan/ketidakpuasan tanpa adanya sesuatu kepentingan apa pun. Rasa
puas/tidak puas tidak dipengaruhi oleh minat, melainkan perlu memahami dan menatap objek
tanpa memiliki suatu perkiran baik buruknya objek, dan bertanggungjawab terhadap objek...
(Abdulhamid, 1995; 21) atau karya seni yang dilihat sehingga seseorang akan memiliki sikap
estetik.

Penilaian estetik merupakan penilaian yang dibuat berdasarkan satu objek. Penilaian estetik
yang dianggap unggul oleh Kant adalah keindahan bebas (seni yang tidak meniru objek/realitas)
dan keindahan kesadaran (menyadarkan akan kesempurnaan objek) (Abdulhamid; 1995:21 22).
Penilaian estetik pada objek/karya seni rupa tidak hanya terbatas pada dua hal di atas, melainkan
penilaian estetika bisa didasari dari metode dialektika spekulatif yakni: pencarian realitas dalam
arti idea dan konsep-konsep tentang objek berada dalam konfrontasi untuk memperoleh
penafsiran atau pemahaman yang lebih utuh dan pasti.

1. Estetika Seni Rupa Murni

Estetika seni rupa murni merupakan pengalaman estetika terhadap seseorang dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dicerapnya. Pengertian estetika seni rupa murni dalam arti
yang terbatas adalah benda-benda yang dicerap dengan penglihatan, yakni: berupa keindahan
dari bentuk dan warna, Unsur-unsur bentuk dan sifat-sifat obyek yang dapat dicerap oleh indera,
khusunya terhadap unsur-unsur warna, nada, dan bangun geometris (garis, segitiga, lingkaran)
serta berbagai kombinasi dari unsur-unsur karya seni pada umumnya sebagai salah satu fokus
yang diterapkan dalam estetika seni rupa murni. Hal ini oleh Fechner dinggap sangat berarti bagi
pengembangan psikologi

Estetika seni rupa murni umumnya lebih banyak terdapat dilingkungan masyarakat prasejarah,
primitif, klasik, dan masyarakat tradisional. Pemikiran dan konsep estetika seni rupa murni
sangat sederhana akan tetapi memiliki nilai filosofi fungsi penuh dengan makna dan simbol.
Estetika seni rupa murni dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kepribadian
manusia yang didasari pada nilai kehidupan. Dasar pemikiran ini diperkuat oleh Windelband dan
Rickert (filsuf Jerman) merupakan penerus pemikiran Kant, menguraikan tentang empat nilai
dasar di dalam menggerakan kehidupan manusia yakni: kebaikan, kebenaran, keindahan, dan
keutuhan.

Estetika seni rupa murni adalah sebuah karya seni rupa bersifat realitik yang mengambil
inspirasi dari bentuk-bentuk alam tanpa melebih-lebihi atau mendistorsi objek. Objek yang ada
di alam oleh seniman dibuat sesuai dengan realitasnya dan ia bersifat alamiah. Karya seni rupa
Yunani, dan Romawi khususnya karya seni patung dapat digolongkan sebagai estetika seni rupa
murni. Landasan dasarnya adalah bahwa karya seni yang indah harus memiliki 100% kesamaan
sesuai dengan objek aslinya. Konsep inilah yang dijadikan sebagai dasar pertumbuhan estetika
di barat. Karya seni patung pada masa Yunani dan Romawi banyak diterapkan pada sebuah
bangunan (baik interior maupun eksterior) sebagai pendukung elemen estetik.

2. Estetika Seni Rupa Religi

Estetika memegang peranan penting dalam agama karena memiliki aturan aturan yang sudah
baku dan tidak bisa ditentang oleh masyarakat. la memiliki kesucian, penuh dengan nilai filosofi,
etika, simbol, makna, dan fungsi. Dalam estetika agama nilai nilai ini sangat diperhatikan bagi
kalangan masyarakat seni dan masyarakat seni pun tidak akan bisa merubahnya. Mereka sudah
diyakini oleh yang bersifat mistis dan magis.

Unsur pemikiran inilah masyarakat membuat karya seni rupa yang memiliki nilai estetis
agama. Sistem kepercayaan mampu memberi jalan untuk melihat estetika seni rupa yang
memiliki kekuatan dalam seni rupa, la sangat di jaga, dipelihara, diperhatikan dan disucikan
untuk menghormati kebesaran Tuhan dan roh nenek moyang. Hal ini akan memberi
perlingdungan bagi orang yang percaya terhadap seni rupa yang bersifat religius. la merupakan
sumber segala sumber kehidupan manusia yang dapat membantu dalam segala aktivitas manusia.

Tujuan estetika seni rupa religi bukan hanya sebagal ritual saja akan tetapi ia mampu
membantu dan melindungi masyarakat dari berbagai masalah yang telah dihadapi seperti:
terhindar dari penyakit magis, mampu mengobati penyakit mistik, membantu memperlancar
karier/kedudukan, mampu mempengaruhi orang lain, mempererat hubungan suami-istri dan
seterusnya. Seni rupa ini sebagai simbol untuk mencapai tujuan yang diingini oleh manusia.
Estetika seni rupa religi umumnya lebih banyak menerapkan kesimetrisan dalam penampilan
seni rupa yang umumnya diterapkan pada struktur bangunan suci.

Estetik yang diproduksi dalam agama adalah ikon yang mengandung nilai magis. Ikon-ikon
yang ditampilkan penuh dengan realistik, dekoratif dan abstrak. Hal ini tidak lepas dari kitab-
kitab suci. Kemagisan yang terdapat dalam ikon memiliki daya tarik bagi kalangan seniman yang
nantinya akan diungkapkan kembali dalam karya seni rupa dengan mempertimbangkan nilai
estetikanya.
Pencapaian estetik yang paling tinggi dan agung termuat dalam seni rupa religi. Pemahaman
dan penemuan estetik pada seni rupa religius nampak pada sumber sumber suci/kitab suci
yang telah diyakini oleh masyarakat. Di dalamnya terdapat berbagai unsur-unsur dan nilai-nilai
estetika. Tujuan menciptakan estetika seni rupa dalam agama adalah membangun dan
mengembangkan kreativitas serta mengungkapkan emosi atau kerinduan manusia kepada Tuhan.
Dan ada kalanya estetika seni rupa religius bertujuan menyadarkan manusia terhadap dirinya
sendiri, kehidupan sosial dan alam semesta.

Terciptanya estetika seni rupa religius didasari oleh hasil dan imajinasi, kreativitas dan
ekspresi masyarakat sehingga tujuan tersebut dapat dicapai sesual dengan sarana dan prasarana.
Di sisi lain, juga untuk menekankan makna dan fungs dalam karya seni rupa. Keberagaman
makna, symbol, dan fungsi adalah bertujuan untuk mencapai estetika.

Pemikiran dan konsep estetika seni rupa religi ada suatu kesamaan dengan estetika seni rupa
murni. Kesederhanaan estetika ini mampu membangkitkan daya tarik kalangan masyarakat luas.
Estetika seni rupa religi bersifat magis dan mistis. Fungsinya hanya sebagai aktivitas dan sarana
upacara. Seni rupa seperti ini betul-betul dijaga dan dirawat sehingga daya magis dan mistis
memberi kekuatan pada suatu benda seni rupa. Unsur-unsur ini masih adanya unsur penyatuan
dengan alam maupun kekuatan kekuatan alam. Estetika seni rupa religi memiliki kekuatan dan
berkhasiat daya gaib. la kadangkala dikatakan sebagai benda keramat, angker, pemall, dan sakti.
Benda estetik seperti ini juga berfungsi untuk melindungi diri sendiri dan mengobati. Estetika
seni rupa religi banyak diterapkan sebagai sarana aktivitas upacara. Hal ini terjadi mulai manusia
menciptakan benda-benda seni dan berkembang masa kebudayaan hindu budha.

Estetika seni rupa religi merupakan bagian dari pengalaman religius dan la sebagai jalan
kerohanian. Manusia membuat karya seni rupa hanya sebagai pengabdian rasa iklas terhadap
Tuhan. Melalui aktivitas seni inilah manusia akan mendapatkan kebahagiaan, senang, dan
gembira. Di sinilah akan muncul keindahan dan estetika pada diri manusia. Manusia dalam
beraktivitas seni rupa sadar akan nilai-nilai serta norma norma yang telah disepakati oleh
kalangan masyarakat. Estetika seni rupa religi bersifat transendental yakni: kontemplasi yang
menghasilkan kontak di antara seniman dengan hal-hal yang bersifat mistis. Kepribadian sang
pengamat diterobos oleh kekuatan mistis yang bersumber dari alam, roh dan kekuatan dari atas,
sehingga kontemplasi seperti itu dapat diterapkan dalam karya seni rupa sehingga tercermin
sebagai dewa keindahan.

3. Estetika Seni Rupa Terapan

Estetika seni rupa terapan adalah bentuk atau wujud seni rupa yang memiliki fungsi profan
yang hanya menekankan pada suatu yang indah. Keindahan yang nampak pada estetika seni rupa
adalah daya tarik bagi kalangan masyarakat.
Seni rupa terapan telah melepaskan simbol dan kode-kode estetik yang tersirat di dalamnya.
Menyadari bahwa seni rupa telah mengalami perubahan dan dengan sadar mencoba menggiring
ke arah yang populer menyetullun fungs dari seni rupa. Akhirnya seni rupa sebagai salah satu
elemen estetik terapan yang hanya mampu mempercantik atau mempersolek bagian tubuh
manusia maupun rumah rumah yang diimpikan dan didamkan oleh masyarakat. Elemen estetik
seni terapan menjadi sebuah pelengkap untuk daya tarik bagi sejumlah masyarakat Sistem
kehidupan masyarakat ini mengarah pada gaya hidup masyarakat. Pentingnya estelika seni rupa
terapan bagi gaya hidup masyarakat sehingga mereka sadar untuk mempopulerkannya. Selain
bertujuan untuk mempopulerkan, la juga merupakan sebuah bumbu-bumbu untuk mempercantik
penampilan. Estetika seni rupa terapan lebih populer di masyarakat karena dapat digunakan
dimana dan kapan saja tergantung kebutuhan masyarakat. Estetika seni rupa terapan berkembang
dengan sendirinya akan tetapi ia saling membutuhkan dengan estetika lainnya seperti: estetika
seni rupa murni, estetika seni rupa relegi, dan estetika seni rupa massa.

Estetika seni rupa terapan sudah mengalami perubahan dan la tidak lagi mengikuti
pakem/norma/aturan-aturan yang sebelumnya telah disepakati oleh masyarakat la telah
menyimpang dari estetika seni rupa murni dan religi, karena di samping memiliki perbedaan
fungsi dan peranan seni rupa di masyarakat yakni: hanya hlasan untuk mempercatik diri dan
meletakkan seni rupa dalam oposisi biner.

4. Estetika Seni Rupa Massa

Estetika seni rupa massa merupakan penyampaian selera dan kegemaran masyarakat umum
terhadap berbagai bidang seni rupa. Hal ini erat kaitannya dengan pembentukan pola tingkah
laku masyarakat yang berkaitan dengan gaya hidup, konsumsi barang dan persepsi masyarakat.
Selera dan kegemaran masyarakat di budaya estetika seni rupa massa akan cepat mengalami
perubahan karena adanya kebutuhan masyarakat terhadap produksi seni rupa yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat luas (Sachart, 1989: 48). Hal ini menjadi tantangan bagi para
produsen dan seniman untuk membuat karya seni rupa dengan menyesuaikan selera masyarakat
yang gemar akan keindahan.

Kesadaran tentang estetika seni rupa massa umumnya lebih banya berkembang diperkotaan
sehingga Identitas individual lebih dipentingka dibandingkan identitas kelompok atau golongan.
la mangambil keputusan estetika sendiri untuk mempercantik/memperindah penanpilannya.
Sistem semacam ini mampu menambah percaya diri bagi kalangan masyarakat. Kepuasan dan
kebahagian yang mereka dapatkan menjadi landasan hidup yang penuh akan kreativitas.
Landasan inlan yang menjadi unsur pembentuk semangat untuk menjalankan kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai