Anda di halaman 1dari 4

Makalah Seni Musik

SERULING

Disusun oleh kelas X.10:


1. Ananta Agarid J.
2. Dega Kanya Septipara A.
3. M. Haris Ardianto.
4. Panca Dita S.
5. Vivie Ratna Yunita.

SMA N 3 DEMAK
Makalah Seni Musik
SERULING

Disusun oleh kelas X.10:


1. Ananta Agarid J.
2. Cantika Dewi
3. Dega Kanya Septipara A.
4. M. Haris Ardianto.
5. Panca Dita S.
6. Vivie Ratna Yunita.

SMA N 3 DEMAK
Sejarah seruling

Seruling sebagaimana dijelaskan dalam kamus musik adalah


flute tradisional yang umumnya terbuat dari bambu. Seruling erat
hubungannya dengan peradaban manusia. Seruling menghasilkan
suara yang keras dan melengking dan udara yang kita tiupkan ke
dalam lubang akan mengalir lalu membentur sepanjang dinding
tabung yang memiliki fungsi sebagai resonator.
Seruling juga sering digunakan sebagai nada dasar karena
jangkauan nada yang jauh. Selain itu, seruling juga bisa mengiringi
penyanyi yang memiliki suara rendah sampai penyanyi yang
memiliki suara tinggi.
Ada yang beranggapan bahwa seruling telah dimainkan oleh
manusia purba Neandhertal dan ditemukan beberapa peninggalan
yang berupa serulung yang telah berumur sekitar 40.000 tahun,
seruling zaman purba terbuat dari tulang belulang hewan. Menurut
perkiraan, lubang-lubang pada seruling tulang itu menghasilkan
nada-nada tertentu. Nada-nadanya telah diatur sehingga
pembuatnya telah merancangnya dengan sengaja. Anggapan ini
telah diungkapkan oleh Bob Fink.
Seruling juga dipercaya sudah berkembang di masa Mesir
Kuno. Karena terdapat peningggalan yang menunjukkan bahwa
masyarakat sosial atas di Mesir telah menggunakan alat musik yang
di tiup dan ditemukan dalam relief berupa gambar huruf heriogliph
juga terdapat gambar yang menyerupai seruling yang disebut Alos.
Seruling banyak ditemukan di daratan Cina, di daerah Cina banyak
seruling yang terbuat dari bambu. Seruling ada juga yang terbuat
dari batu giok.
Di Jerman seruling disebut blockflote yang artinya perpaduan
dari jenis seruling yang sudah dimainkan di Eropa sejak sebelum
Masehi. Blockflote mencapai kejayaan di zaman kebudayaan
Renaissance dan Barok, yaitu sekitar tahun 1500-1750, jenis
seruling ini tergeser dari orkestra oleh jenis seruling lainnya. Baru
di abad ke-20 jenis seruling ini kembali banyak dimainnkan.
Seruling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari
perak, emas, atau campuran. Sedangkan seruling yang untuk
pelajar umumnya terbuat dari nikel ataupun perak.
Seruling konser pada sebelum era klasik (1750) memakai
seruling blok, sedangkan pada sebelum era romantis (era klasik
1750-1820) memakai seruling Albert yaitu kayu hitam yang
berlubang dan dilengkapi klep dan sejak era romantis (1820)
memakai seruling Boehm yaitu kayu hitam atau metal yang
dilengkapi banyak klep. Seruling Albert digunakan pada musik
keroncong di Indonesia pada era stambul (1880-1920). Sedangkan
seruling Bohm dipakai pada era keroncong abadi (1920-1960).
Dilihat dari jenisnya seruling dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok, yaitu : seruling pegambuhan, pegongan,
pearjan, pejangeran, dan pejogedan.

Anda mungkin juga menyukai