Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SARINA SULAEMAN

KELAS : PGSD 7B
NIM : 1701414395

SOAL!
1. Silahkan amati salah satu alat musik yang ada di daerah kalian masing-masing, Kemudian
tulislah laporan mengenai alat musik tersebut.
Jawab:
Alat musik di daerah saya yaitu seruling bambu
Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara
suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Suling terbuat
dari bambu, kayu, tulang, atau bahkan bahan logam. Suling mampu menghasilkan bunyi lembut,
kasar, melengking atau seperti suara siulan.
Alat musik seruling merupakan alat musik yang tergolong dalam alat musik harmonis. Alat
musik harmonis merupakan alat musik yang biasa digunakan untuk memainkan harmoni. Alat
musik harmonis biasa untuk mengiringi alat-alat musik harmonis, hal ini bertujuan agar musik
yang dihasilkan lebih indah dan berkualitas.
a. Sejarah Tentang Suling Bambu
Sejarah tentang suling bambu sudah sedemikan lama dan eratnya dengan peradaban
manusia. Suling bambu menghasilkan bunyi siulan yan kasar dan melengking. Udara yang kita
tiupkan ke dalam lubang akan mengalir lalu membentur sepanjang dinding tabung yang memiliki
fungsi sebagai resonator. Frekuensi nada akan sangat dipengaruhi dengan keras dan lembutnya
tiupan. Sedangkan perbedaan nada bisa dihasilkan dari terbuka tutupnya lubang pengatur
sepanjang suling bambu. Nada-nada dalam suling biasanya terdiri dari , di, re, ri ,mi, fa, fi, sol,
sel, la, li, si dan do. Nada-nada ini lalu melengking dan bisa sampai oktaf di atasnya. Nada dalam
suling bisa mencapai 3 oktaf atau lebih.
Suling banyak digunakan sebagai nada dasar karena jangkauan nada yang jauh. Selain itu,
suling juga bisa mengiringi penyanyi yang bersuara rendah sampai penyanyi yang memiliki
suara tinggi dan melengking. Ada yang beranggapan bahwa alat musik bernama lain seruling ini
telah dimainkan oleh manusia purba Neandhertal. Ditemukan beberapa peninggalan beberapa
seruling yang telah berumur sekitar 40.000 tahun. Seruling zaman purba ini dibuat dari bahan
tulang hewan. Menurut perkiraan, lubang-lubang pada seruling tulang itu menghasilkan nada-
nada tertentu. Nada-nadanya telah diatur sehingga pembuatnya tentu telah merancangnya dengan
sengaja. Anggapan ini diungkapkan oleh peniliti bernama Bob Fink. Manusia purba Neandhertal
adalah manusia yang diperkirakan hidup sekitar 100.000 tahun yang lalu. Manusia Neandhertal
banyak ditemukan di daratan Eropa. Kemunculannya dianggap mendadak karena tidak ada
rangkaian evolusi terhadap jenis manusia purba sebelumnya.
Manusia Neandhertal akhirnya punah dengan sebab yang belum diketahui. Bisa saja
berasimilasi dengan ras lain atau memang musnah. Manusia Neandhertal memiliki beberapa
perbedaan dengan manusia modern. Rangka tubuh mereka lebih tegap dan memiliki volume otak
yang lebih besar jika dibandingkan dengan manusia modern. Anggapan bahwa mereka
merupakan manusia kera sedikit diragukan melihat kapasitas otak mereka. Ada yang berpendapat
bahwa mereka memiliki tingkat kecerdasan dan keterampilan yang tidak jauh dengan kita.
Bahkan dengan ditemukannya suling, maka ada juga yang menyimpulkan bahwa mereka telah
memilik peradaban yang lumayan maju. Tidak seperti manusia purba yang yang hanya makan
dan bertahan hidup, manusia Neandhertal sudah mengenal musik dalam peradaban mereka.
Suling juga dipercaya sudah berkembang dimasa Mesir Kuno. Terdapat peninggalan yang
menunjukkan bahwa masyarakat tingkat sosial atas di Mesir pada waktu itu telah menggunakan
alat musik tiup semacam suling.
Dalam relief berupa gambar huruf heriogliph juga terdapat gambar yang menyerupai alat-
alat musik modern. Gambar yang terlihat menyerupai klarinet, seruling, sampai dengan harpa.
Gambar seruling dalam gambar herioglioh disebut dengan Aulos. Namun Aulos dibuat dari
bahan baku kayu. Aulos memiliki dua buah tabung yang bisa ditiup. Masing-masing tabung
memiliki empat sampai lima lubang nada yang berbeda-beda. Aulos sedikit susah dimainkan
karena harus memiliki dua buluh yang dijadikan satu. Sejarah suling bambu juga banyak
berkembang di daratan China. Di negara ini, suling banyak terbuat dari bambu. Hal ini tidaklah
mengherankan karena bambu banyak ditemukan di negara ini. Walau begitu, ada juga suling
yang dibuat dari bahan utama batu giok dan tulang belulang hewan. Suling di China sudah cukup
berkembang bentuknya. Suling bambu China memakai membran resonansi yang ada di dalam
lubang.
Dampak dari membran resonansi ini adalah suara suling bambu yang lebih cerah. China
memiliki beberapa jenis penyebutan untuk suling karena perbedaan fungsi dan nadanya. Jenis
suling bambu yang sering dipakai di dalam orkestra modern adalah Bangdi, Qudi, Xindi, dan
Dadi, Jepang juga tidak ketinggalan dalam mengembangkan alat musik tiup ini. Suling bambu
disebut dengan Fie di Negeri Sakura ini. Suling di Jepang memakai bahan baku utama dari
bambu juga. Bambu untuk membuat suling disebut dengan Shinobue di Jepang. Suling bambu di
negeri ini banyak memiliki nada-nada tinggi. Di wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh, suling
disebut dengan nama Bansuri. Bansuri memiliki panjang mencapai 14 inchi. Hal ini membuat
Bansuri terlihat panjang dibandingkan suling bambu di negara-negara lain. Bansuri memiliki
hubungan erat dengan epos Bhagawad Gita. Bansuri disebut sebagai alat musik yang erat
hubungannya dalam kisah cinta antara Khrisna dan Radha. Pertunjukkan Bansuri sering kita lihat
di televisi.
Kita sering melihat di film-film ketika seekor ular kobra di dala keranjang meliuk-liukkan
badannya diiringi tiupan Bansuri. Ular tersebut tidak mengikuti irama dari lagu, karena ular tidak
mendengar. Ular kobra meliuk-liukkan badannya untuk mengantisipasi gerakan dari suling yang
dipegang oleh peniup. Ular menganggapnya sebagai ancaman sehingga dia melakukan gerakan-
gerakan untuk menjaga diri. Peniup mampu menjaga jarak dengan baik sehingga dia tidak
diserang oleh ular tersebut. Tanah Eropa juga tidak ketinggalan. Di Jerman suling dinamai
Blockflote. Alat musik ini merupakan perpaduan dari suling tradisional Eropa Barat dan Asia
serta Afrika. Suling begitu terkenal di Jerman, apalagi jika melihat legenda Peniup Seruling dari
Hamelin.
Legenda ini sering menjadi dongeng bahkan di Indonesia. Ceritanya berpusat pada seorang
peniup suling misterius yang mengaku bisa menghilangkan gejala hama tikus di Hamelin. Dia
meniup suling dan semua tikus mengikutinya. Tikus-tikus itu mengikutinya menyelam di sungai,
sehingga mati tenggelam semuanya. Namun walikota tidak memberikan imbalan sesuai
kesepakatan. Sang peniup suling yang marah lalu bersumpah akan menuntut balas. Dia akhirnya
meniup suling dan diikuti oleh seratus tiga puluh anak di kota kecil itu. Seluruh anak-anak itu
mengikutinya ke dalam gua dan mereka tidak pernah kembali ini. Konon kejadian ini benar-
benar terjadi pada tahun 1284. Suling di Eropa berkembang pada masa Renanissance. Suling
banyak dimainkan dalam pertunjukkan orkestra bersama instrumen lainnya. Jadi seperti paduan
suara, nada-nada dalam Blockflote memiliki jenis tertentu.
Ada suling bersuara sopran, alto, tenor, dan bass. Suling-suling ini dinamai juga sebagai
Blockfloten Familie, yang berarti keluarga suling. Bahan baku dari suling eropa adalah kayu, dan
kadang bambu. Indonesia juga memiliki ceritanya mengenai suling. Suling di nusantara banyak
dibuat dari bambu. Hal ini tidak mengherankan karena bambu banyak dijumpai di negara ini.
Suling bambu banyak dimainkan untuk mengiringi musik-musik tradisional. Musik modern
seperti dangdut juga pasti memiliki intrumen suling di dalamnya. Musik keroncong juga
demikian. Pada awalanya suling di Indonesia juga dimainkan dalam musik gereja, namun hal ini
sudah mulai ditinggalkan modern ini.
Sejarah suling bambu dan gereja sebenarnya cukup erat. Pada kitab Perjanjian lama
disebutkan bahwa suling dipakai untuk mengungkapkan suka cita yang tidak terkendali atau
menggambarkan sebuah ratapan yang hebat. Karena itu, suing sering dipakai dalam berbagai
perayaan agama di gereja.
b. Fungsi Suling Bambu
Dalam fungsinya itu, suling hanya menjadi instrumen pelengkap dalam arti bisa
dipergunakan ataupun tidak sama sekali. Terjadinya perkembangan fungsi suling tersebut
merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik dimana suling yang pada awalnya memiliki
fungsi sekunder yaitu instrumen pendukung, berkembang menjadi instrumen primer yaitu
instrumen utama.
c. Cara Pembuatan
Bambu yang digunakan Untuk membuat suling Umumnya menggunakan Bambu semat,
sebab memiliki tekstur yang tipis dan mudah dilobangi, Pengambilan bambu sebagai bahan
suling mempunyai tata-cara yang telah turun-temurun, kebiasaan ini masih dilakukan sampai
sekarang. Bambu yang di ambil haruslah berumur lebih kurang lima tahun hal ini dimaksudkan
agar bambu itu benar-benar tua dan tidak akan keriput ketika telah dikeringkan, waktu
pengambilan bambu, yaitu setiap bulan Juni, Juli dan Agustus karena bulan ini adalah bulan
kemarau. Sehingga kadar air pada bambu sedikit, lebih baik lagi pertengahan bulan Agustus
sebab merupakan puncak dari musim kemarau. Selain itu ada jam-jam khusu dalam pengambilan
bambu ini, yaitu : jika pengambilan dilakukan pada pagi hari haruslah dilakukan pada jam 10
pagi sampai jam 12 siang dan waktu berikutnya adalah jam 14 sampai 16 sore. Sebagai
logikannya adalah watu jam 10 sampai 12 dan 14 sampai 16 tersebut merupakan saat dimana
kadar air didalam bambu berkurang. Kemudian penebangan tidak dilakukan dari akarnya, namun
disisakan satu sampai dua ruas dari akar, ini dimaksudkan agar bambu tersebut tumbuh kembali.
Bambu yang telah ditebang kemudian direndam di dalam lumpur sawah atau kolam ada
juga cara lain yaitu menggunakan cairan tembakau. Lama perendaman ini dilakukan satu sampai
dua minggu dengan tujuan agar bahan menjadi kuat. Setelah perendaman bahan selesai maka
mulailah dilakukan pengeringan yaitu dengan cara di jemur. Teknik penjemuran bahan ini pun
bermacam-macam, ada beberapa cara dalam pengeringan bahan ini,
1. Dengan di jemur di panas matahari, cara ini adalah cara yang paling baik karena sumber
panas yang alami sehingga warna bambu akan lebih muncul namun jika waktu
pengeringannya tidak tepat bahan akan cepat pecah.
2. Bambu di garang yaitu dipanaskan diatas tungku perapian tempat masak orang
kampong, kelemahannya tekstur bambu akan mengalami noda berwarna hitam karena
disebabkan oleh asam atau percik api dari tungku, sehingga keindahan warna suling
akan tidak terlihat, hal ini bisa di atasi dengan cara di ampelas namun membutuhkan
waktu lama, hal baiknya adalah karena faktor pengasapan tadi bambu akan tahan
terhadap serangga,
3. Bahan di angin-angin di beranda rumah, kekurangannya cara ini membutuhkan waktu
yang lama kelebihannya bahan akan tahan terhadap kemungkinan pecah dan yang
terakhir adalah di open, cara ini memang tidak alami namun produksi dalam pembuatan
suling lebih efektif karena proses pengeringannya tidak memerlukan waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai