Oleh:
B. Alih Kode
1. Hakikat Alih Kode
Pemilihan bahasa bukanlah merupakan hal yang mudah dalam suatu peristiwa tutur
(Fasold,1984). Seseorang yang merupakan dwibahasa tentu saja akan berpikir untuk memilih
bahasa apa yang akan dia gunakan ketika berbicara kepada orang lain dalam sebuah peristiwa
komunikasi.
Menurut sudut pandang Sosiolinguistik, penggunaan variasi kode bahasa dalam
masyarakat multibahasa merupakan gejala yang sangat menarik untuk dikaji. Kode mengacu
pada suatu sistem tutur yang dalam penerapannya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar
belakang penutur, relasi penutur dengan mitra tutur dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya
berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai untuk berkomunikasi antaranggota suatu
masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, 1978:30).
Wardhaugh (1986) menyebut kode sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk
berkomunikasi antara dua penutur atau lebih yang berupa sebuah dialek atau bahasa tertentu.
“... that the particular dialect or language one chooses touse on any occasion is a code, a
system used communication between two or moreparties” (Wardhaugh, 1986:99).
Menurut Wardhaugh, masyarakat bilingual atau multilingual dihadapkan pada masalah
untuk memilih sebuah kode (bisa berupa dialek atau bahasa) tertentu pada saat mereka bertutur,
dan mereka mungkin juga memutuskan untuk berganti dari satu kode ke kode lain atau
mencampur kode-kode tersebut. Dengan demikian, di dalam masyarakat multibahasa terdapat
bermacam-macam kode, yang antara lain berupa dialek, sosiolek, serta gaya yang digunakan
dalam berkomunikasi. Dengan adanya kode-kode tersebut, penutur dalam lingkungan tutur
tersebut akan menggunakan kode sesuai dengan faktor- faktor yang memengaruhinya dengan
cara mengubah variasi penggunaan bahasanya.
Kata alih kode (code switching) terdiri atas dua bagian, yaitu kata alih yang berarti
‟pindah”, sedangkan kode berarti salah satu variasi di dalam tataran bahasa. Dengan demikian
secara etimologialih kode (code switching) dapat diartikan sebagai peralihan atau pergantian
(perpindahan) dari suatu varian bahasa ke bahasa yang lain. Pengertian alih kode (code
switching) tersebut senada dengan batasan yang diungkapkan oleh beberapa orang ahli. Appel
dalam bukunya Sociolinguistics (1976) (dalam Chaer, 2014) memberikan pengertian bahwa
alih kode ialah peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Sedangkan Hymes
menyatakan bahwa alih kode tidak hanya terjadi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antara
ragam-ragam atau gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Misalmnya dalam bahasa Indonesia
antara ragam santai dan ragam formal.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode
(codeswitching) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengacu pada sebuah situasi
pergantian pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa dalam suatu
peristiwa tutur.
C. Campur Kode
1. Hakikat Campur Kode
Campur kode (code-mixing) merupakan wujud penggunaan bahasa lainnya selain alih
kode (code switching). Chaer (2014) mengungkapkan bahwa campur kode adalah
pencampuran serpihan kata, frase, atau klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang
digunakan. P.W.J. Nababan (1976) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan campur
kode ialah percampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
(speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut
pencampuran bahasa itu. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa dalam situasi tersebut
tidak ada situasi yang menuntut pembicara, hanya masalah kesantaian dan kebiasaan yang
dituruti oleh pembicara.
Senada dengan pandangan Nababan tersebut M. Thelander dalam artikelnya yang
berjudul “Code Switching or Code Mixing (1976)” mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan campur kode adalah pencampuran atau kombinasi antara viariasi-variasi yang berbeda
di dalam satu klausa yang berbeda di dalam satu klausa buster (hybrid clauses). Ahli lain yang
mengungkapkan batasan mengenai campur kode adalah
B.B. Kachru dalam artikelnya yang berjudul “ Toward Structuring Code Mixing: An
India Perspective” (1977:28). Beliau mengungkapkan bahwa campur kode merupakan
pemakaian dua buah bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang
satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Kridalaksana (1982;32) memberikan batasan
campur kode atau interferensi sebagai penggunaan satuan bahasa dari suatu bahasa ke bahasa
lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata,
klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.
Keempat batasan yang dikemukakan oleh ahli di atas tidak memiliki perbedaan yang
pokok, Nababan dan Thealender memberikan ciri tambahan dalam batasannya tersebut.
Nababan menganggap campur kode tejadi bukan karena tuntutan situasi, hanya semata-mata
karena kebiasaan; sedangkan Thelander memberikan tambahan batasan mengenai “ruang
lingkup” campur kode pada tataran di bawah klausa. Kalau di tingkat klausa atau di atasnya
disebut alih kode.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa campur kode berbeda
dengan alih kode. Alih kode merupakan perubahan bahasa oleh seorang dwibahasawan
disebabkan karena adanya perubahan situasi. Pada campur kode, perubahan bahasa tidak
disertai dengan adanya perubahan situasi (Hudson, 1996:53). Campur kode (code-mixing)
terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu
tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan
karakteristk penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan.
Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun, bisa terjadi karena
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada
keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik, Perkenalan Awal. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Jendra. I Wayan. 2007. Sosiolinguistik Teori dan Penerapannya. Surabaya: Paramita
Nababan, P.W.J. 1976. Sosiolinguistik Selayang Pandang Bahan Ceramah pada Penataran
Morfologi – Sintaksis. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Ruriana, Puspa. Dkk. 2012. Interferensi dan Integrasi Bahasa. Diakses dari
https://pusatbahasaalazhar.co
Sholihah, Rizki Amalia. 2018. Kontak Bahasa: Kedwibahasaan, Alih Kode, Campur Kode,
Interferensi, Dan Integrasi. The 3r d Annual International Conference on Islamic
Education, 361-376
Sumarsono dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda.