Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

EFEKTIVITAS PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA


TULIS SEHUBUNGAN DENGAN PEROLEHAN SKOR SESI MENULIS
UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA (UKBI) PADA GURU
NK. Wedayanthi1, IN. Suandi2, IG. Artawan3

Program Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana perolehan skor
sesi menulis UKBI, efektivitas pemakaian bahasa Indonesia (EBI) dalam karya tulis guru,
dan mencari seberapa besar korelasi skor sesi menulis dalam UKBI dengan skor efektivitas
pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis guru SMA/SMK Sekecamatan Kuta Selatan.
Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian deskkriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk
melakukan penelitian ini, 9 guru yang telah mengikuti UKBI dan memiliki karya tulis berupa
artikel dipilih sebagai sampel penelitian. Data efektivitas pemakaian bahasa Indonesia
dikumpulkan dengan mendokumentasikan artikel guru yang selanjutnya dianalisis, skor sesi
menulis UKBI dikumpulkan dengan mendokumentasikannya dari Balai Bahasa Denpasar dan
skor EBI dikumpulkan dengan tes. Data kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif dan
analisis korelasi dengan Product Moment. Temuan penelitian ini adalah (1) rata-rata
perolehan skor sesi menulis dalam karya tulis guru adalah 439,89 (taraf madya), (2)
pemakaian bahasa Indonesia dalam karya tulis guru tergolong cukup efektif dengan rata-rata
70,44, dan (3) tidak ada korelasi yang signifikan antara perolehan skor sesi menulis UKBI
dengan skor EBI guru. Nilai korelasi antar skor UKBI dan EBI juga hanya sebesar 0,493.

Kata-kata kunci: efektivitas pemakaian bahasa Indonesia (EBI), karya tulis guru, UKBI

Abstract
This research aims at analyzing (1) UKBI score of teacher, (2) how the effectiveness of
Indonesian Language usage (EBI) in teachers’ scientific writing and (3) find out the
correlation of writing session score in UKBI and the effectiveness of Indonesian Language
Usage in scientific writing of general school and vocational school in South Kuta sub-district.
This research is categorized into descriptive qualitative and quantitative. To do this research,
9 teachers who had followed UKBI test and had scientific writing which is in the form of article
were selected as sample. Data of the effectiveness of Indonesian Language usage were
collected by documenting articles chosen which was then analyzed, UKBI score documented
from Balai Bahasa Denpasar, and score of EBI collected by test. The data were then
analyzed with descriptive-qualitative and Product Moment Correlation. This research
discovers that (1) the teacher’s UKBI score average is 439,89, (2) based on descriptive
analysis of the average score of Indonesian language use effectiveness in teacher article is
70,44, and (3) there was no correlation of writing session score in UKBI and the effectiveness
of Indonesian Language Usage in scientific writing of general school and vocational school in
South Kuta sub-district with coefficient of 0.493.

Keywords: the effectiveness of Indonesian Language usage, scientific writing, UKBI


e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

PENDAHULUAN

“Gunakanlah bahasa Indonesia (4) Menurut kabar, burung Amin pintar


yang baik dan benar”. Itulah slogan yang sekali(jika burung Amin yang pintar)
didengung-dengungkan oleh pemerintah Permasalahan tersebut
sebagi usaha untuk melestarikan bahasa mengindikasikan betapa pentingnya peran
Indonesia. Hal ini sangat beralasan bahasa yang efektif dalam berkomunikasi.
mengingat bahasa Indonesia adalah Badudu (1995) menyatakan bahwa bahasa
bahasa nasional yang digunakan untuk yang efektif akan mempermudah seseorang
berkomunikasi pada situasi formal atau untuk memahami sesuatu yang
resmi. Untuk itu, berbagai cara harus disampaikan. Dengan kata lain, apa yang
dilakukan agar seluruh warga Indonesia dimaksud oleh penulis atau penutur sama
mempergunakan bahasa Indonesia yang seperti apa yang dipahami oleh pembaca
baik dan benar atau dengan bahasa atau pendengar. Secara lebih spesifik,
Indonesia yang efektif. Dengan Putrayasa (2007) menyatakan bahwa
menggunakan bahasa Indonesia yang kalimat efektif mampu mebuat proses
efektif, tentu komunikasi dengan bahasa penyampaian dan penerimaan berlangsung
Indonesia akan berjalan dengan baik. dengan sempurna. Sebaliknya, tulisan yang
Bahasa Indonesia yang efektif juga tidak efektif tentu akan membuat pembaca
sangat diperlukan agar komunikasi antar kesulitan dalam memahami kalimat yang
suku atau daerah di Indonesia dapat dimaksud. Hal ini memungkinkan adanya
berlangsung dengan baik. Hal ini tentu salah komunikasi antara penulis dengan
akan berpengaruh terhadap persatuan pembaca. Sehingga apa yang hendak
bangsa Indonesia karena memiliki sebuah disampaikan oleh penulis tidak akan
alat komunikasi yang bisa mempersatukan diterima dengan baik oleh pembaca.
mereka. Penggunaan bahasa Indonesia Dewasa ini keterampilan menulis
yang efektif tentu akan membuat semakin banyak dibebankan pada para
komunikasi akan mudah. Sebagai contoh, guru. Hal ini mengingat guru sekarang
perhatikan kalimat di bawah ini. diwajibkan menulis Rencana Pelaksanaan
Menurut kabar burung Amin sangat Pembelajaran, Silabus, Program Semester,
pintar sekali Program Tahunan dan menulis karya
Kalimat di atas dikatakan tidak efektif ilmiah. Dalam penelitian ini, penulisan karya
karena (1) ambigu dan (2) pleonastis. ilmiah menjadi fokus penelitian. Karya
Kalimat tersebut menimbulkan makna ilmiah dipilih berdasarkan beberapa
ganda (1) apakah burung Amin yang pintar pertimbangan. Pertama, karya ilmiah
atau (2) Amin yang pintar. Kalimat yang mengintegrasikan aspek pengetahuan isi
seperti ini tentu akan menimbulkan penulis dan bagaimana penulis
kesulitan pembaca dalam menangkap arti mengekspresikannya dalam wujud kalimat
yang dimaksud oleh penulis. Sedangkan, yang efektif. Kedua, dalam karya ilmiah
dari unsur pleonastisnya seharusnya dipilih para guru menulis dalam jumlah kalimat
apakah menggunakan ―sangat‖ atau yang banyak sehingga memungkinkan
―sekali‖. Hal ini mengingat keduanya penulis menemukan kesalahan-kesalahan
memiliki makna yang sama. Agar menjadi yang banyak pula. Ketiga, karya ilmiah
efektif, kalimat di atas seharusnya diubah digunakan sebagai syarat kenaikan pangkat
menjadi: yang berarti semua guru harus
(1) Menurut kabar burung, Amin sangat membuatnya. Keempat, karya ilmiah yang
pintar (jika Amin yang pintar) dibuat oleh guru pasti menggunakan
(2) Menurut kabar burung Amin pintar bahasa Indonesia yang efektif.
sekali (jika Amin yang pintar) Karya ilmiah adalah hasil atau produk
(3) Menurut kabar, burung Amin sangat manusia yang biasanya dalam bentuk
pintar(jika burung Amin yang pintar) tulisan (sekalipun tidak hanya itu) atas
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

dasar pengetahuan, sikap, dan cara berpikir digunakan sebagai bahasa pengantar
ilmiah (Wendra, 2010:2). Karya ilmiah dalam pendidikan nasional. Menulis karya
adalah sebuah produk ilmu pengetahuan ilmiah sendiri merupakan salah satu bagian
yang dituangkan dalam bentuk nyata, dari pendidikan nasional sehingga
misalnya dalam bentuk karya tulis. Produk merupakan kewajiban para penulis karya
karya ilmiah merupakan hasil dari suatu ilmiah untuk menulis sesuai dengan bahasa
penalaran yang menyajikan fakta dan ditulis Indonesia yang baku.
menurut metodologi penulisan yang baik Untuk mampu menulis karya ilmiah
dan benar. Datanya diperoleh dengan cara dengan tata tulis bahasa Indonesia yang
menggunakan metode atau cara tertentu, efektif tentu harus dilakukan dua hal
yaitu metode ilmiah berupa suatu survei, penting, yaitu mengetahui tata aturan
eksperimen atau studi pustaka, yang bahasa Indonesia yang efektif dan cermat
selanjutnya dituangkan dalam bentuk menggunakan tata aturan tersebut dalam
tulisan atau laporan ilmiah. Bentuk- bentuk tulisan. Mengenai tata aturan bahasa
karangan ilmiah, antara lain makalah, Indonesia yang efektif telah diajarkan sejak
laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, masih di bangku sekolah dasar sampai
tesis, dan disertasi. pada tingkat perguruan tinggi.
Dalam menulis karya ilmiah, bahasa Permasalahannya sekarang adalah
yang digunakan harus bahasa ilmiah. bagaimana kecermatan kita dalam
Artinya bahasa tersebut sesuai dengan menerapkan aturan-aturan tersebut dalam
kaidah-kaidah penulisan bahasa yang tulisan yang dibuat.
berlaku. Hal ini untuk mengurangi Kecermatan penggunaan bahasa
perbedaan persepsi antara penulis dengan ilmiah salah satunya ditandai dengan
pembaca yang akan menyebabkan ketepatan penggunaan kalimat dalam
miskomunikasi antara penulis dan setiap paragraf. Sebagai salah satu unsur
pembaca. Di sinilah, kecermatan penulis utama dalam paragraf, kesalahan
dalam menuangkan ide-ide tulisan penggunaan kalimat dalam sebuah
ilmiahnya dituntut. Sebagus apapun ide paragraf dapat berakibat pada kacaunya
penulis jika tidak dituangkan dengan tulisan makna yang hendak disampaikan oleh
yang efektif, tentu akan menimbulkan penulis. Hal ini akan berakibat pada tidak
permasalahan kelak di kemudian hari. tepatnya makna yang ditangkap oleh
Untuk itu, para penulis harus mengetahui pembaca. Selain itu, penggunaan kalimat
dan memahami tata aturan menulis yang yang tidak efektif tentu akan menyebabkan
baik dan benar. pembaca kesulitan memahami maksud
Dalam konteks pendidikan di penulis.
Indonesia, tulisan ilmiah harus Kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
menggunakan bahasa baku. Hal ini sesuai dalam wujud lisan atau tulisan, yang
dengan tuntutan Undang-Undang Dasar mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi,
1945, bab XV, pasal 36 yang mengatakan 2003:311). Kalimat adalah rangkaian kata
bahwa selain berkedudukan sebagai beraturan yang disusun sesuai dengan
bahasa nasional bahasa Indonesia kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan
berkedudukan pula sebagai bahasa negara. gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif
Di dalam kedudukkannya sebagai bahasa lengkap. Kesatuan kalimat dalam bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital
sebagai bahasa resmi kenegaraan; bahasa pada awal kalimat dan diakhiri dengan
pengantar di dalam dunia pendidikan ; alat pengunaan tanda titik, tanda seru, atau
perhubungan pada tingkat nasional; alat tanda tanya pada akhir kalimat.
pengembangan kebudayaan, ilmu Pentingnya ketepatan menyusun
pengetahuan dan teknologi. Kewajiban kalimat dalam penulisan karya ilmiah
menggunakan bahasa Indonesia baku dikarenakan setiap gagasan dan pikiran
dalam penulisan karya ilmiah ini juga yang dimiliki seseorang pada praktiknya
sejalan dengan amanat Undang-Undang akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat.
No. 24 Tahun 2009 ayat satu yang Kalimat yang benar haruslah memenuhi
menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib persyaratan gramatikal. Artinya kalimat itu
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah hanya memegang dan memperbaiki mobil.


yang berlaku, seperti unsur-unsur penting Ia tidak akan melakukan tugas perjalanan
yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek jauh dengan membawa mobil. Perjalanan
dan predikat). Hal senada juga dikatakan mobil yang dilakukan seorang mekanik
oleh Putrayasa (2009:1) yang menyatakan, sangat terbatas di lingkungan tempatnya
bahwa suatu kalimat harus mengandung bekerja.
dua bagian yang saling mengisi. Bagian Berbeda halnya dengan tugas kerja
yang saling mengisi itu harus dapat seorang pengendara mobil. Seorang sopir
memberikan pengertian yang dapat dituntut mampu memanfaatkan mobil,
diterima atau logis. Bagian yang disebutkan secara khusus untuk kepentingan
tersebut adalah subjek dan predikat. perjalanan yang aman dan nyaman.
Untuk mengetahui seberapa mahir Dengan analogi tersebut, UKBI mengukur
para guru menyusun kalimat yang efektif kemahiran berkendara mobil. Konsep
dalam menulis sebuah tes yang terstandar kemahiran berbahasa Indonesia dapat
yang mencakup semua keterampilan dijelaskan sebagai kemampuan berbahasa
berbahasa perlu dilakukan. Tes yang Indonesia, secara khusus untuk
dimaksud adalah UKBI (Uji Kemahiran kepentingan berkomunikasi secara formal.
Berbahasa Indonesia). Istilah UKBI Untuk kepentingan berkomunikasi ini,
mungkin masih terdengar asing di telinga. kriteria bahasa Indonesia telah ditetapkan
Berbeda halnya dengan istilah TOEFL (Test sebagai bahasa Indonesia formal. Bahasa
of English as Foreign Language) yang Indonesia informal tidak diujikan dalam
sudah tidak asing lagi dan begitu akrab UKBI karena biasanya berwarna kelokalan
didengar, karena pada kenyataannya (daerah). Untuk mengukur sifat laten
TOEFL dijadikan salah satu syarat kegiatan bahasa Indonesia formal pada peserta
yang wajib dilakukan dalam instansi UKBI, uji tes ini disusun dengan
pendidikan, khususnya pada tingkat menerapkan sistem pengukuran bercuan
Universitas. Sungguh ironis memang, kriteria, bukan sistem pengukuran beracuan
karena TOEFL justru lebih terkenal norma.
daripada UKBI, yakni Uji Kemahiran Masih dengan analogi pengukuran
Berbahasa Indonesia. berkendara mobil, pada awalnya
UKBI merupakan alat uji standar dalam penyusunan uji tes, telah disiapkan jenis
bahasa Indonesia untuk mengetahui mobil yang dikendarai dan perjalanan
kemahiran berbahasa seseorang tanpa (dengan berbagai etape atau jarak
memperhitungkan kapan, di mana, dan perjalanan) yang ditempuh setiap
berapa lama seseorang belajar bahasa pengendara mobil tersebut. Pemeringkatan
Indonesia, seperti halnya TOEFL dalam kemahiran berkendara didasarkan jarak
bahasa Inggris. Tujuan diadakannya tes tempuh yang dicapai. Makin jauh jarak
standar melalui UKBI ini adalah tempuh (dengan tingkat kesulitan yang
menyediakan alat ukur yang standar untuk makin tinggi), makin tinggi tingkat
mengetahui kemahiran berbahasa kemahiran yang akan diraih seorang
Indonesia seseorang dalam upaya pengendara mobil. Model pengukuran inilah
memenuhi standar tertentu yang yang diterapkan dalam UKBI.
dibutuhkan, baik dalam dunia pendidikan Kriteria kemahiran berbahasa
maupun dunia kerja, termasuk dalam Indonesia telah dirumuskan pada awal
profesi tertentu. penyusunan UKBI. Rumusan tugas peserta
Jika timbul pertanyaan apa yang uji tes dengan jelas ditunjukkan dalam
hendak diukur melalui UKBI dapat bidang uji yang wajib ditempuh setiap
dianalogikan dengan sebuah mobil sebagai peserta sebagai persyaratan minimal.
konsep bahasa Indonesia yang hendak Sesuai dengan sifat khas sebuah bahasa,
diujiteskan melalui UKBI tersebut. Dengan kemampuan minimal penutur bahasa, yaitu
menganalogikan sebuah mobil sebagai bahasa informasi dan komunikasi,
sebuah wujud bahasa Indonesia, UKBI dibedakan sekurang-kurangnya menjadi
bukanlah uji tes untuk mekanik, melainkan dua, yaitu kemampuan berbahasa lisan dan
pengendara. Seorang mekanik bekerja berbahasa tulis. Dua sifat ini semuanya
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

diujikan dalam UKBI, yakni sifat bahasa menulisnya efektif. Hal tersebut
lisan sekurang-kurangnya diujikan dengan menunjukkan ada kesenjangan antara yang
soal mendengarkan atau menyimak (sesi I), diharapkan dengan kenyataan. Untuk itu,
dan sifat bahasa tulis sekurang-kurangnya penelitian ini menekankan pada
diujikan dengan soal membaca (sesi III). keterampilan menulis, mengingat menulis
Soal sesi I sampai dengan sesi III merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas
merupakan materi pokok yang diujikan dan selalu dilakukan seluruh instansi,
dalam UKBI, sedangkan soal sesi IV khususnya instansi pendidikan. Sebagai
(materi uji bahasa tulis: soal menulis) dan guru, menulis adalah sesuatu yang penting,
soal sesi V (materi uji bahasa lisan: soal baik dalam menunjang proses
berbicara) merupakan materi pelengkap. pembelajaran maupun keprofesiannya.
Sehubungan dengan kemahiran yang Bertolak dari uraian-uraian di atas,
diukur tersebut, dalam penelitian ini telah maka membangkitkan keinginan peneliti
diperoleh data sesuai dengan UKBI yang untuk meneliti bagaimana efektivitas
telah dilaksanakan pada 12 September pemakaian bahasa Indonesia dalam karya
2013. Peserta tes UKBI tersebut yaitu Guru tulis guru, dan lebih jauh akan dicari
SMA/SMK Sekecamatan Kuta Selatan hubungannya dengan perolehan skor sesi
sebanyak 60 orang. Materi yang dujikan menulis UKBI. Sehingga ada 3 (tiga)
mencakup pada kemampuan menyimak permasalahan yang diangkat, yaitu :
atau mendengarkan pada sesi I, 1. Bagaimanakah perolehan skor sesi
kemampuan merespons kaidah pada sesi menulis Uji Kemahiran Berbahasa
II, kemampuan membaca pada sesi III, dan Indonesia Guru SMA/SMK
kemampuan menulis pada sesi IV. Sekecamatan Kuta Selatan?
Menurut rekapitulasi hasil tes UKBI 2. Bagaimanakah efektivitas pemakaian
tersebut diperoleh dua peringkat, yakni bahasa Indonesia dalam karya tulis
peringkat unggul dengan rentangan skor Guru SMA/SMK Sekecamatan Kuta
525—674 dan peringkat madya dengan Selatan?
rentangan skor 375—524. Melihat 3. Bagaimanakah korelasi efektivitas
perolehan skor tersebut, bila dihubungkan pemakaian bahasa Indonesia dalam
dengan kemahiran atau kemampuan yang karya tulis sehubungan dengan
nantinya dimiliki sesuai dengan materi yang perolehan skor sesi menulis Uji
diujikan, maka akan menimbulkan timbal Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)
balik. Semakin tinggi atau baik skor yang pada Guru SMA/SMK Sekecamatan
diperoleh, maka keterampilan menyimak, Kuta Selatan?
merenspons kaidah, membaca, dan
menulis efektif. Sebaliknya, semakin rendah METODE PENELITIAN
atau buruk skor yang diperoleh, maka Untuk menjawabnya penelitian ini
keterampilan menyimak, merespons dilakukan. Penelitian ini adalah deskriptif
kaidah, membaca, dan menulis tidak efektif. kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan
Akan tetapi, hal itu tidak sejalan korelasi. Untuk melakukan penelitian ini, 9
dengan perolehan skor sesi menulis UKBI. guru yang mengikuti UKBI dan memiliki
Meskipun ada yang memperoleh skor karya ilmiah berupa artikel dipilih sebagai
unggul, namun masih ada yang sampel. Artikel-artikel tersebut kemudian
memperoleh skor semenjana. Sehingga dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
menunjukkan bahwa kemampuan guru kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif
dalam kegiatan menulis belum efektif. Bila dilakukan untuk menganalisis kesalahan
menoleh ke belakang, sesungguhnya dalam tataran sintaksis, morfologis,
kegiatan menulis telah dipelajari. Sejak leksikon dan ejaan. Sementara analisis
mulai masuk sekolah di tingkat dasar pun kuantitatif dilakukan dengan memberikan
sudah belajar menulis hingga jenjang skor pada tiap artikel sesuai dengan rubrik
pendidikan yang lebih tinggi. Terlebih lagi penilaian. Skor yang diperoleh kemudian
sebagai guru, yang mana telah banyak dianalisis dengan korelasi Product Moment
belajar, mendapat bimbingan, dan untuk diketahui hubungan skor UKBI
pelatihan. Semestinya keterampilan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

dengan skor efektivitas pemakaian bahasa pilihan kata sebagai subjek, predikat, objek,
Indonesia. keterangan, dan pelengkap sekaligus
hubungannya. Sementara itu, Ramlan
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN (1976:57) menyebutkan bahwa sintaksis
Berdasarkan hasil dokumentasi Balai adalah bagian dari tata bahasa yang
Bahasa terdapat 2 (dua) guru yang predikat membicarakan struktur frasa dan kalimat.
skor UKBInya unggul, 5 (lima) guru yang Tambahan pengertian sintaksis ini semakin
predikat skor UKBInya madya, dan 2 (dua) menguatkan betapa luas dan rumitnya
guru yang predikat skor UKBInya aspek sintaksis.
semenjana. Hal tersebut menunjukkan Jika dianalisis pengertian-pengertian
bahwa kebanyakan guru masih dalam sintaksis yang dikemukakan oleh para ahli
tingkat madya. Jika dihitung, rata-rata tersebut, sintaksis sangatlah kompleks. Hal
perolehan skor sesi menulis Uji Kemahiran ini mencakup (1) struktur kalimat (subjek,
Berbahasa Indonesia (UKBI) adalah predikat, objek, keterangan dan pelengkap),
439,89. Hal ini berarti rata-rata perolehan (2) kalimat tunggal dan perubahannya
skor sesi menulis Uji Kemahiran Berbahasa (kalimat dasar, aktif, pasif dan perluasan)
Indonesia (UKBI) adalah pada taraf madya. dan (3) kalimat majemuk. Di samping itu,
Berdasarkan analisis deskriptif tiap-tiap unsur tersebut memiliki aturan-
pemakaian bahasa Indonesia dalam karya aturan tersendiri dalam pemakainnya.
tulis guru tergolong cukup efektif dengan Sehingga wajar jika guru mengalami
nilai rata-rata 70,44. Tentunya hasil ini banyak kesalahan sintaksis.
masih di bawah harapan mengingat Hal ini juga diperkuat hasil
pentingnya penggunaan bahasa Indonesia wawancara dengan sampel. Mereka kurang
yang efektif dalam menunjang tugasnya memahami mengenai aturan-aturan pada
sebagai guru. Berdasarkan wawancara unsur sintaksis dengan baik. Jika teorinya
singkat dengan sampel penelitian, guru saja mereka tidak tahu dengan baik,
justru lebih fokus pada segi isi sehingga apalagi menggunakannya dengan benar.
faktor kebahasaan dalam karya tulisnya Hal ini ditambahkan juga oleh keterangan
dinomorduakan. mereka yang mengatakan mereka lebih
Dalam 4 (empat) komponen yang fokus pada isi karya tulis bukan pada aspek
dinilai pada EBI, ditemukan kesalahan kebahasaannya.
sintaksis sebanyak 124 (36,58%), Kemudian aspek ejaan adalah
morfologis sebanyak 26 (7,67%), leksikal kesalahan terbanyak kedua yang dibuat
sebanyak 69 (20,35) dan ejaan sebanyak oleh guru. Zaenal Arifin & Amran Tasai
120 (35,4%). Kesalahan ini tentu bisa (2008:164) mendefinisikan ejaan adalah
dikatakan banyak jika mengingat jumlah keseluruhan peraturan bagaimana
kalimat yang dibuat. Kesalahan terbanyak melambangkan bunyi ujaran dan
yang dibuat adalah pada aspek sintaksis bagaimana antarhubungan antara lambang-
dan ejaan. Guru kurang fokus pada struktur lambang itu (pemisahan dan
kalimat bahasa Indonesia yang efektif penggabungannya dalam suatu bahasa).
dalam artikelnya. Secara teknis, yang dimaksud dengan
Secara teori, aspek sintaksis adalah ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
aspek yang paling rumit diantara aspek kata, pemakaian tanda baca. Sekilas
morfologis, leksikal dan ejaan. Robert memang aspek ini terlihat sederhana. Akan
(1964:1) berpendapat bahwa sintaksis tetapi, jika ditelaah lebih mendalam tentang
adalah bidang tata bahasa yang menelaah tata cara penulisan huruf, penulisan kata,
hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara dan pemakaian tanda baca yang sesuai
menyusun kata-kata itu untuk membentuk dengan EYD, aspek ini bisa dikatakan
sebuah kalimat. Lebih lanjut, Fromkin dan cukup kompleks. Dikatakan kompleks
Rodman (1983:200) menyatakan bahwa karena untuk penulisan huruf ada 19
sintaksis adalah bagian dari pengetahuan aturan, 16 aturan tentang penulisan huruf
linguistik yang menelaah struktur kalimat. kapital, dan tiga (3) aturan penulisan huruf
Berdasarkan pengertian-pengertian miring. Kemudian dalam penulisan kata ada
tersebut, aspek sintaksis menyangkut 10 aturan yang difokuskan, yaitu (a)
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

penulisan kata dasar (1 aturan), (b) kata tulis ujian praktik bahasa Indonesia siswa
turunan (6 aturan), (c) kata ulang (1 aturan), SMA Negeri 8 Denpasar meliputi kesalahan
(d) gabungan kata (3 aturan), (e) kata ganti ejaan (EYD) dalam penulisan kata dasar
–ku, kau, –mu, dan –nya (1 aturan), (f) kata sebanyak 72 karya siswa (67,29 %);
depan di, ke, dan dari (1 aturan), (g) kata si kesalahan dalam pilihan kata sebanyak 38
dan sang (1 aturan), (h) partikel (3 aturan), karya siswa (35,51%); kesalahan dalam
(i) singkatan dan akronim (2 aturan), dan (j) penulisan imbuhan sebanyak 93 karya
angka dan lambang bilangan (12 aturan). siswa (86,91%); kesalahan dalam penulisan
Sementara untuk aturan tanda baca kata ulang sebanyak 32 karya siswa
terdapat (a) aturan tanda baca titik ( 4 (29.91%); dan kesalahan
aturan), (b) tanda baca koma (5 aturan), (c) penggunaan/penulisan kata majemuk
tanda baca titik koma (2 aturan), (d) tanda sebanyak 11 karya siswa (10,24%). Kedua,
baca titik dua (2 aturan), (e) tanda hubung jenis kesalahan yang paling banyak
(2 aturan), (f) tanda pisah (1 aturan), (g) terdapat pada penerapan kata berimbuhan.
elipsis (1 aturan), (i) tanda kurung (2 Ketiga, kaktor-faktor yang memengaruhi
aturan), (j) tanda tanya (1 aturan), (k) tanda kesalahan siswa adalah kebiasaan,
seru (1 aturan), (l) tanda kurung siku (1 ketidaktahuan, dan kurang aktivitas
aturan), (m) tanda petik (1 aturan), (n) membaca dan menulis di kalangan siswa
tanda petik tunggal (1 aturan), (o) tanda sebagai ajang penerapan kaidah kata baku.
miring (1 aturan) dan (p) tanda apostrof (1 Lebih lanjut, Ulum (2014) yang
aturan). Jika dikaji maka aturan ejaan berjudul ―Analisis Ketidakefektifan Kalimat
sangat rumit dan wajar guru mengalami dalam Karya Ilmiah Para Siswa Kelas XI
banyak kesulitan dalam penerapannya, Jurusan IPA dan IPS SMA Negeri 2
sehingga guru melakukan banyak Amlapura Tahun Pelajaran 2013/2014‖.
kesalahan dalam menerapkannya. Hasil penelitian menunjukan (1) jumlah
Berdasarkan hal tersebut dapat ketidakefektifan kalimat dalam karya ilmiah
dikatakan bahwa guru belum bisa para siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS
menggunakan bahasa Indonesia yang baik, SMA Negeri 2 Amlapura tahun pelajaran
yaitu bahasa Indonesia yang digunakan 2013/2014 adalah 693 buah dan (2) jenis
sesuai dengan situasi, seperti yang ketidakefektifan kalimat yang banyak
disebutkan oleh Putrayasa (2007: 81) terdapat dalam karya ilmiah para siswa
bahwa bahasa Indonesia yang baik adalah kelas XI jurusan IPA dan IPS SMA Negeri 2
bahasa Indonesia yang digunakan sesuai Amlapura tahun pelajaran 2013/2014
dengan situasi pemakaiannya. Putrayasa adalah ketidaktepatan bentuk kata yang
mengibaratkan pemakaian bahasa seperti berjumlah 284 buah (10,89%) diikuti jenis
memakai pakaian. Dalam arti, kalau kita kemubaziran preposisi dan kata dengan
mau berenang kita menggunakan pakaian jumlah 257 buah (9,85%), ketidaktepatan
lengkap, baju dinas, dan sepatu. makna kata dengan jumlah 86 buah
Sebaliknya, dalam sebuah rapat dinas, kita (3,29%), pleonasme dengan jumlah 76
menggunakan pakaian renang. Ini semua buah (2,91%), kontaminasi dengan jumlah
dianggap lucu dan aneh. Karena itu, 68 buah (2,60%), kesalahan nalar dengan
penggunaan pakaian harus disesuaikan jumlah 44 buah (1,68%), ketidakjelasan
dengan situasi. Demikian pula masalah unsur kalimat dengan jumlah 38 buah
pemakaian bahasa hendaknya senantiasa (1,45%), ambiguitas dengan jumlah 20
disesuaikan dengan situasi yang ada buah (0,76%), pengaruh bahasa asing
(Putrayasa, 2007: 83). dengan jumlah 11 buah (0,42%), dan
Temuan ini sejalan dengan penelitian pengaruh bahasa daerah dengan jumlah 9
yang dilakukan oleh Tribana (2012) yang buah (0,34%).
berjudul ―Analisis Kesalahan Penerapan Selanjutnya, Hasil pengujian hipotesis
Kaidah Kata Baku dalam Karya Tulis Ujian dengan Product Moment menunjukan
Praktik Bahasa Indonesia Pada Siswa SMA bahwa tidak terdapat korelasi yang
Negeri 8 Denpasar‖. Hasil penelitiannya signifikan antara perolehan skor sesi
menunjukkan gambaran kesalahan menulis UKBI dengan skor efektivitas
penerapan kaidah kata baku dalam karya pemakaian bahasa Indonesia pada karya
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

tulis guru. Hal ini dibuktikan dengan nilai kalau hasil itu diketahui oleh peserta
probabilitas 0,178 yang mana lebih besar didiknya atau saingannya. Hal ini akan
daripada 0,005. Selain itu, nilai korelasinya membuat guru merasa termotivasi untuk
hanya sebesar 0,493 atau bisa terbilang menjalani UKBI agar bisa menunjukan
rendah. kemahirannya dalam menggunakan bahasa
Dengan nilai korelasi sebesar itu, bisa Indonesia yang efektif. Hal yang berbeda
dikatakan bahwa korelasi antar UKBI dan tentu terjadi pada guru yang menulis artikel.
EBI rendah. Nilai sesi menulis UKBI tidak Berdasarkan wawancara dengan guru,
bisa dijadikan tolak ukur dalam menentukan artikel yang mereka buat hanya sekedar
keefektivitasan bahasa Indonesia di artikel sebagai prasyarat kenaikan pangkat. Nilai
yang dibuat oleh guru. Skor sesi menulis artikelnya tentu tidak akan dipublikasikan.
UKBI yang tinggi tidak menjamin bahwa Yang penting memenuhi persyaratan sudah
skor menulisnya juga tinggi. Padahal, dianggap cukup.
kriteria yang digunakan dalam UKBI dan Ketiga adalah fokus guru. Dalam
EBI adalah sama. Kriteria yang digunakan UKBI tentu mereka akan lebih
dalam penskoran mencakup 4 aspek, yaitu: memfokuskan pada aspek-aspek
sintaksis, morfologis, leksikon dan ejaan. kebahasaan yang diujikan seperti struktur
Hal ini tentu merupakan sesuatu yang aneh kalimat, bentuk kalimat, leksikon dan ejaan.
mengingat hasil UKBI dan EBI tidak linier. Sementara dalam menulis artikel, guru
Terdapat tiga faktor yang fokus pada isi artikel tersebut. Boleh
menyebabkan hal ini, yaitu: panjang tulisan, dikatakan faktor kebahasaannya
keseriusan guru dalam UKBI dan menulis dinomorduakan. Guru-guru yang bukan
artikel dan fokus guru. Dalam sesi menulis berlatar belakang pendidikan bahasa
UKBI, guru hanya diwajibkan menulis Indonesia tentu memiliki pengetahuan
sekitar 250 kata saja atau sekitar 15-25 kebahasaan yang boleh dibilang belum
kalimat. Jumlah kalimat yang sedikit tentu mumpuni. Mereka mahir dalam isi atau
akan meminimalisir kesalahan dalam konten tapi belum tentu mereka bisa
membuat kalimat dengan bahasa Indonesia menyampaikan isinya ke dalam bahasa
yang efektif. Hal yang berbeda dalam Indonesia yang efektif.
menulis artikel. Untuk menulis sebuah
artikel tentu jumlah kata atau kalimat yang SIMPULAN & SARAN
dibuat lebih banyak. Dari artikel yang
dianalisis jumlah kalimat yang paling sedikit Berdasarkan hasil penelitian, dapat
terdapat pada artikel dengan kode KI-VIII disimpulkan rata-rata perolehan skor sesi
yaitu sebanyak 29 kalimat. Dengan menulis Uji Kemahiran Berbahasa
membuat kalimat yang lebih banyak, tentu Indonesia (UKBI) adalah 439,89. Hal ini
kecenderungan membuat kesalahan lebih berarti rata-rata perolehan skor sesi
besar. Sebagai contoh, seseorang yang menulis Uji Kemahiran Berbahasa
tidak mengerti sepenuhnya sintaksis Indonesia (UKBI) adalah pada taraf madya.
bahasa Indonesia dalam UKBI membuat Pemakaian bahasa Indonesia dalam karya
kesalahan 10 dengan hanya menulis dalam tulis guru tergolong cukup efektif, dengan
250 kata-kata. Dalam menulis artikel nilai rata-rata 70,44. Dalam 4 (empat)
dengan jumlah kata yang jauh lebih banyak aspek kebahasaan yang dinilai, terdapat
tentu kesalahan sintaksis yang sama akan kesalahan sintaksis sebanyak 124
lebih banyak. (36,58%), morfologis sebanyak 26 (7,67%),
Kedua adalah keseriusan guru. leksikal sebanyak 69 (20,35) dan ejaan
Dalam UKBI tentu guru sangat serius sebanyak 120 (35,4%). Kesalahan
mengingat mereka dites. Hasil tes akan terbanyak terjadi pada tataran sintaksis.
dikeluarkan atau diumumkan kepada Hal itu disebabkan karena cakupan dan
seluruh peserta tes. Selain itu akan kompleksitas dari sintaksis itu sendiri. Tidak
diumumkan di papan pengumuman dan ada korelasi yang signifikan antara
situs internet yang tentu saja bisa diakses perolehan skor sesi menulis UKBI dengan
oleh hampir semua orang. Guru tentu akan skor efektivitas pemakaian bahasa
merasa malu jika nilainya rendah. Apalagi Indonesia (EBI) dalam karya tulis guru. Hal
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

ini dibuktikan dengan nilai probabilitas Akhadiah, S, 1991. Kalimat Efektif. Jakarta:
sebesar 0,178 yang ternyata lebih besar Erlangga.
dari tetapan SPSS sebesar 0,05. Nilai Alwi , H, dkk, 2003. Tata Bahasa Baku
korelasi antara skor UKBI dan EBI juga Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
hanya sebesar 0,493. Maka korelasi antara Pustaka.
skor EBI dan UKBI tidak signifikan atau Arifin E.Z dan Tasai, S.A. 2004. Cermat
berarti. Dengan hasil ini dapat dikatakan Berbahasa Indonesia Untuk Peguruan
bahwa skor sesi menulis UKBI tidak dapat Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
dijadikan tolak ukur efektivitas pemakaian
bahasa Indonesia dalam karya tulis (artikel) Arikunto,S, 2006. Prosedur Penelitian
guru. Adapun faktor-faktor yang Suatu Pendekatan dan Praktik.
menyebabkan rendahnya korelasi tersebut, Jakarta: Rineka Cipta.
yaitu panjang tulisan, keseriusan guru, dan Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa
fokus guru. Berdasarkan simpulan yang Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
telah dikemukakan di atas, maka ada Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum.
beberapa saran yang dapat diajukan dalam Jakarta: Rineka Cipta
penelitian ini, yaitu pemerintah (Balai Charlie. Lie. 1999. Bahasa Indonesia Yang
Bahasa) hendaknya melaksanakan tes Baik dan Gimana Gitu. Jakarta: PT.
UKBI secara rutin terhadap guru ataupun Gramedia Pustaka Utama.
sebagai syarat masuk perguruan tinggi. Hal Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
ini sebagai langkah kecil dalam membina Kamus Besar Bahasa Indonesia.
bahasa Indonesia guru dan generasi muda Jakarta:Balai Pustaka.
Indonesia agar lebih mendalami bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, Pedoman Umum Ejaan Bahasa
dalam penulisan karya ilmiah sebagai Indonesia Yang Disempurnakan.
syarat kenaikan pangkat, bobot efektivitas Jakarta: PT. Balai Pustaka.
pemakaian bahasa Indonesia sebaiknya Djiwandono, M.S, 1969. Tes Bahasa dalam
dinaikan agar guru lebih banyak Pengajaran. Bandung: ITB.
mempelajari bahasa Indonesia yang efektif. Finoza.L, 2005. Komposisi Bahasa
Kemudian guru hendaknya lebih Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
mempelajari bahasa Indonesia yang efektif. Hadi, S. 1990. Metodologi research.
Hal ini mengingat bahasa Indonesia adalah Yogyakarta: Andi Offset.
bahasa nasional yang salah satunya Jendra. 1981. Suatu Pengantar Ringkas
berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam Dasar-dasar Penyusunan Rancangan
pendidikan. Dengan menggunakan bahasa Penelitian. Denpasar: Fakultas Sastra
Indonesia yang efektif, guru bisa Universitas Udayana.
memberikan contoh kepada peserta Jendra. 1984. Bahasa dan Masyarakat
didiknya tentang bahasa Indonesia yang Suatu Kajian Sosiolinguistik.
efektif. Selain itu, peneliti yang lain Denpasar: Fakultas Sastra Universitas
diharapkan melakukan penelitian lebih Udayana.
lanjut mengingat hasil penelitian ini Keraf. G. 1989. Komposisi Sebuah
menunjukan korelasi yang rendah antara Pengantar Kemahiran Bahasa.
perolehan skor sesi menulis UKBI dengan Endeflores: Nusa Indah.
efektivitas pemakaian bahasa Indonesia Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa.
(EBI) dalam karya tulis guru. Padahal Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
secara teori aspek yang dinilai adalah Mulyono, Slamet. 2010. Tes Bahasa
sama. Perlu dilakukan penelitian agar bisa (UKBI): Secercah Harapan
diperoleh hasil yang lebih komprehensif Pengembangan Profesi Guru.
mengenai faktor-faktor yang Seminar dan Lokakarya Nasional
menyebabkannya. Pengujian Bahasa yang diadakan di
Jakarta, 20-22 Juli 2010. Pusat
DAFTAR PUSTAKA Bahasa.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa (Volume 3 Tahun 2014)

Muslich, Masnur. 2013. Tata Bentuk Pascasarjana. Universitas Pendidikan


Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Ganesha.
Aksara.
Nababan, P.W. J. 1984. Sosiolinguistik
Suatu Pengantar. Jakarta: Alfabeta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat Efektif


(Diksi, Struktur, dan Logika).
Bandung: Refika Aditama.
--------. 2008. Analisis Kalimat (Fungsi,
Kategori, dan Peran). Bandung:
Refika Aditama.
--------. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk
Devarisional dan Infleksional).
Bandung: Refika Aditama.
---------. 2009. Jenis Kalimat Dalam Bahasa
Indonesia. Bandung: Rifeka Aditama.
---------. 2009. Tata Kalimat Bahasa
Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Santoso, G. 2005. Metodologi Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Satiawati, Ida Ayu Putu .2014. Analisis
Kesalahan Morfologi dan Sintaksis
dalam Berdiskusi di Kelas XI SMA
Negeri 1 Abiansemal. Tesis (tidak
diterbitkan). Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha
Semi, 1990. Menulis Efektif. Padang:
Angkasa.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Teori dan Praktik. Surakrata: Yuma
Pustaka.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Administrasi. Badung: Alfabeta.
Tribana, I Gusti Ketut. 2012. Analisis
Kesalahan Penerapan Kaidah Kata
Baku dalam Karya Tulis Ujian Praktik
Bahasa Indonesia pada Siswa SMA
Negeri 8 Denpasar. Tesis (tidak
diterbitkan). Bidang Ilmu Linguistik.
Program Pascasarjana. Universitas
Udayana.
Ulum, Bahrul. 2014. Analisis
Ketidakefektifan Kalimat dalam Karya
Ilmiah Para Siswa Kelas XI Jurusan
IPA dan IPS SMA Negeri 2 Amlapura
Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis
(tidak diterbitkan). Program Studi
Pendidikan Bahasa. Program

Anda mungkin juga menyukai