Jufrizal
Ketut Artawa
Jufrizal
Pustaka Larasan
2018
TIPOLOGI LINGUISTIK
Konsep Dasar dan Aplikasinya
Penulis
Ketut Artawa
Jufrizal
Pracetak
Slamat Trisila
Penerbit
Pustaka Larasan
Jalan Tunggul Ametung IIIA No. 11B
Denpasar-Bali
Ponsel: 0817353433
Pos-el: pustaka_larasan@yahoo.co.id
ISBN 978-602-5401-21-3
ii
Motto:
“Pelajari olehmu akan bahasa, kamu tahu (sebagian) hakikat
manusia”
“Benda akan usang dan habis jika terus dipakai; bahasa akan
baru dan hidup jika terus dipakai”
Untuk:
Sang Pencipta dengan segala kemahakuasaan-Nya
iii
KATA PENGANTAR
iv
bahasa di Indonesia.
Sebagai kolega, saya memang memiliki pengetahuan
tentang tipologi linguistik yang sangat sedikit. Namun, bergaul
akrab dengan Prof. Artawa selama belasan tahun, linguis
yang selalu haus dan tiada henti menggali dan menggali data-
data tentang fenomena gramatikal bahasa-bahasa Nusantara,
rangsangan untuk memahami kedalaman fenomena tipologi
bahasa-bahasa, selalu mengispirasi saya dan kawan-kawan.
Kepedulian dan ketekunan Prof. Artawa dan Prof. Jufrizal,
sebagaimana terjadi dalam ajang-ajang akademis formal dan
informal, berlangsung secara teratur, baik dalam bincang-
bincang rutin di kampus maupun di luar. Lebih daripada itu,
Prof. Artawa kerap terjun langsung di lapangan untuk menggali
data-data tipologi linguistik bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
Karya ini turut menambah wawasan saya, dan tentu banyak
penggiat linguistik, tentang tipologi linguistik. Prof. Artawa,
narasumber linguistik saya dan kawan-kawan, seperti juga
Prof. Jufrizal, adalah teman belajar yang bersahaja, rendah hati,
setia, hangat, dan tekun. Tatkala kami berdua, khususnya saya
mencoba sedikit nyambung secara empirik tentang fenomena
menipisnya afiks-afiks sejumlah bahasa Austronesia atau
Melayu Polinesia Tengah, Beliau menimpali dan merangsangnya
dengan menyatakan: “Bahasa-bahasa Austronesia atau Melayu
Polinesia Tengah, seperti bahasa Lio, Ngadha, Palué, Sumba-
Kambera, Sabu, Sikka, Roti itu pasti memiliki strategi sintaktis
tersendiri, dan itu patut digali”. Jawaban yang ketus juga
muncul dari Prof. Dr. Jufrizal, M. Hum., rekan muda yang tak
kalah gesit dengan tingkat kepedulian dan kreasinya telah turut
menambah khazanah tipologi linguistik.
Secara ringkas, buku ini diawali dengan pemahaman
tentang bahasa dan ilmu bahasa, tipologi linguistik dan tipologi
bahasa, buku ini membuka cakrawala kita tentang dunia tipologi
linguistik. Pentingnya kategori gramatikal-semantik dasar,
mengajak pembaca dan penekun ilmu bahasa untuk memasuki
rimba tipologi gramatikal dengan peran morfosintaksis. Berpijak
dan mengacu pada struktur dasar kalimat bahasa Indonesia,
v
predikat dan fungsi-fungsi S, A, O, dan E, kalimat intransitif
dan transitif, cakrawala kita diperluas dengan paparan yang
komprehensif dari kedua penulis ini tentang sistem aliansi
gramatikal, struktur informasi, dan tipologi bahasa, serta
telaah bahasa. Dasar-dasar tipologi linguistik dan aplikasinya
membantu peneliti awal untuk menggali tipologi bahasa-
bahasa.
Sungguh, buku ini membuka cakrawala linguistik
setiap pembaca untuk menemukan fakta-fakta kesemestaan
dan keunikan elemen-elemen kelinguistikan yang tipologis.
Sebelum menutup pengantar sederhana ini, “pesan-pesan”
tipologis linguistis kedua penulis buku ini, sekaligus juga tugas
bagi para linguis muda Indonesia khususnya. Dalam Bab V,
Sistem Aliansi Gramatikal yang dikutip (oleh kedua Penulis
buku ini) dari Dixon (1994), Song (2000), dan Payne (2002),
bahwa secara teoretis ada kemungkinan lima sistem aliansi
gramatikal bahasa(-bahasa) manusia. Tiga di antaranya yakni
sistem tripartit, sistem AP/S, dan sistem netral (S=A=P) ternyata
jarang dan belum ditemukan, jika dibandingkan dengan dua
sistem lainya: nominatif-akusatif dan ergatif-absolut. Kutipan
ini sengaja diantarkan kepada para pembaca khususnya kepada
para linguis muda Indonesia untuk menapaki jalan menuju
rimba fenomena tipologi linguistik dunia dan Indonesia
khususnya yang kaya dengan bahasa-bahasa daerah. Secara
khusus, pesan penting itu mengajak para linguis untuk
menyibak dan menyingkap fenomena kebahasaan di Indonesia
tengah dan timur sebagai kawasan yang menyimpan simpul
konvergensi linguistik antara rumpun Austronesia-Trans Papua
yang berbeda secara tipologis, dan mungkin dengan bahasa-
bahasa asli yang pernah hadir di belahan bumi ini untuk boleh
dijadikan asumsi awal menekuni tipologi linguistik khususnya,
atau juga menyingkap misteri kelinguistikan bahasa-bahasa
nusantara dan dunia.
Sambil menunggu karya-karya lainnya di bidang tipologi
linguistik dari Prof. Artawa dan Prof. Jufrizal, para linguis
muda Indonesia pasti tergugah dan digugat untuk mengemban
vi
tanggung jawab akademisnya agar terus meneliti ciri-ciri
kesemestaan dan keunikan bahasa-bahasa di Indonesia. Negeri
ini kaya dengan bahasa-bahasa sebagai sumber pengetahuan
linguistik dan sumber nilai kehidupan yang insani. Semoga,
sentuhan akademis kedua profesor linguistik mengilhami
setiap pembaca buku Tipologi Linguistik yang hadir di depan
Anda ini.
Denpasar, 29 September 2017
Aron Meko Mbete
vii
PRAKATA
ix
serta pembaca yang budiman untuk memberikan masukan,
tegur sapa, dan saran membangun demi perbaikan buku ini.
Kepada para pembelajar dan pencinta linguistik diharap pula
dapat memberikan masukan, di samping menggunakan buku
ini sebagai sumber belajar. Sekali lagi, terima kasih untuk semua!
Kiranya buku ini ikut memberikan secercah manfaat untuk ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang lingusitik. Amiin!
Denpasar, Januari 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL/BAGAN
Tabel 1: Sepuluh Besar Negara dengan Jumlah Bahasa
Terbanyak ................................................................... 18
Tabel 2: Kategori Kata dan Afiks-afiks Pembentuk Verba
Intransitif .................................................................... 92
Tabel 3: Kategori Kata dan Afiks-afiks Pembentuk Verba
Transitif ..................................................................... 99
Tabel 4: Pronomina bahasa Inggris ....................................... 140
Tabel 5: Proses Sintaktis dan Sistem Tipologi Bahasa ........ 189
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
xiv
JM : jamak
KAU : kausatif
Kls : klausa
KOM : komen
KOMP : komplemen
KON : konfiks
KOO : koordintif
LL : laki-laki
LOK : lokatif
MAR : markah
MED : medial
N : nasal
NOM : nomina/nominatif
NUM : numeral
O (Obj) : objek (dalam tipologi)
OBL : oblik
OL : objek langsung
OTL : objek tak langsung
P : argumen pasien pada klausa transitif
PAR : partikel
PAS : pasif
PERS : persona
POS : posesif
PP : preposisional phrase
PR : perempuan
PRE : prefiks
PRED : predikat
Ps : pasien
PUR : purposif
REF : refleksif
REL : relatif
S : argumen satu-satunya pada klausa intransitif
(subjek)
Sa : S dimarkahi seperti A
SG : singular
Sp : S dimarkahi seperti P
xv
SUBJ (Subj) : subjek
Subj-a : argumen subjek
Subj-Gr : subjek gramatikal
SUBO : subordinatif
SUF : sufiks
TG : tunggal
TLF : tatabahasa leksikal fungsional
TNS : tense (kala)
TOP : topik
TPA : tuturan penutur asli
TPF : teori pemetaan fungsional
TPL : teori pemetaan leksikal
TTG : tatabahasa transformasi generatif
V : verba
V0 : verba bentuk asal
Val : valensi
VI : verba intransitif
VT : verba transitif
- : tanpa
+ / - : boleh dengan atau tanpa
+ : wajib dengan
* : takberterima/takgramatikal
≠ : tidak sama, berbeda dari
Ø : zero, kosong
xvi
BAB I
B
1.1 Bahasa dan Kebudayaan
ahasa adalah gejala alam yang sangat berperan dalam
kehidupan manusia; bahasa ada karena manusia ada,
dan manusia menjadi manusia karena ada bahasa. Para
pemerhati dan ahli bahasa, termasuk manusia pada umumnya,
sudah sama sama memaklumi bahwa bahasa adalah gejala
alam yang sangat dekat hubungannya dengan manusia. Begitu
dekatnya hubungan manusia dengan bahasa menyebabkan
sebagian manusia tidak menganggap bahasa itu sesuatu yang
aneh. Bahkan, orang awam ada yang berpendapat bahwa bahasa
tidak perlu dipertanyakan lagi karena dia bukan sesuatu yang
aneh. Bahasa sudah sangat lazim adanya dan menjadi bagian
hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu pulalah
mungkin yang menyebabkan orang awam tidak begitu peduli
dengan kekhasan dan “keajaiban” bahasa, mirip dengan tidak
begitu pedulinya mereka dengan adanya batu dan kerikil di tepi
kali.
Di sisi lain, para pemerhati dan ahli bahasa malahan
“mencurahkan” segenap perhatian dan daya telaah mereka
untuk mengungkapkan hakikat bahasa. Mereka sangat
menyadari bahwa bahasa adalah gejala yang memanusiakan
manusia; tanpa bahasa manusia akan sangat sulit untuk mampu
berperan sebagai makhluk utama di muka bumi ini. Berkenaan
dengan itu, sejak mulai berkembangnya pikiran dan budaya
manusia, pemerhati bahasa telah dan terus mempertanyakan
apa itu bahasa. Pertanyaan sederhana itulah yang terus berlanjut
sampai sekarang dan menjadi “pemicu” ilmuwan bahasa
untuk mempelajari bahasa dari berbagai sisi dan berdasarkan
kerangka pikir dan tujuan yang beragam. Akan tetapi, semua
yang mereka lakukan terhimpun pada upaya mencari jawaban
dari pertanyaan: apa itu bahasa?.
1
Ketut Artawa & Jufrizal
2
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
3
Ketut Artawa & Jufrizal
4
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
5
Ketut Artawa & Jufrizal
6
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
7
Ketut Artawa & Jufrizal
terhadap makna tingkah laku orang lain. Hal ini juga berarti
bahwa bahasa, kebudayaan, dan komunikasi merupakan gejala
alamiah penting yang menentukan keberadaan manusia di
muka bumi ini sebagai makhluk yang cerdas dan berkembang.
8
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
9
Ketut Artawa & Jufrizal
10
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
11
Ketut Artawa & Jufrizal
12
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
13
Ketut Artawa & Jufrizal
14
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
15
Ketut Artawa & Jufrizal
16
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
17
Ketut Artawa & Jufrizal
19
Ketut Artawa & Jufrizal
20
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
21
22
BAB II
TIPOLOGI LINGUISTIK
DAN TIPOLOGI BAHASA
S
2.1 Linguistik Deskriptif dan Linguistik Teoretis
ecara alamiah, manusia normal memperoleh,
menghasilkan, memahami, dan menyimpan bahasa
(ibunya) dalam dirinya “nyaris” dirasakan sebagai
sesuatu yang biasa saja, bukanlah hal yang luar biasa. Ternyata
para peneliti dan ahli bahasa berpendapat sebaliknya; bahasa
adalah sesuatu yang luar biasa. Paparan dan simpulan kajian
linguistik dan perkembangan bahasa manusia membuktikan
bahwa bahasa merupakan fenomena yang rumit dan sangat luar
biasa, baik dari sisi bentuk, makna, fungsi maupun nilainya.
Bidang kajian linguistik deskriptif dan teoretis, misalnya, adalah
pembidangan linguistik yang menjadikan kajian kebahasaan
terus berkembang untuk dapat mengungkapkan hakikat
bahasa berdasarkan data bahasa apa adanya dan tafsiran ilmiah
atas hasil kajiannya. Berkenaan dengan itu, ada baiknya pada
bagian ini dibahas sekilas-lintas tentang linguistik deskriptif
dan linguistik teoretis.
Sebagaimana diketahui, bentuk bahasa yang asli adalah
bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan hanyalah pemindahan
(salinan) dari bahasa lisan menjadi bentuk tulisan melalui sistem
tertentu yang dicipta untuk itu. Dalam hal ini, bahasa lisan
atau bahasa alam pikiran dipindah-tuliskan dengan tanda dan
lambang tertentu sehingga wujud bahasa dapat dilambangkan
dan/atau terekam demikian rupa untuk dapat ditelaah secara
ilmiah. Pemindahan (salinan) bahasa lisan menjadi bahasa
tulis (transkripsi) telah memungkinkan bahasa diteliti secara
deskriptif dan ditelaah secara teoretis. Analisis bahasa tanpa
rekaman dan/atau transkripsi hampir mustahil dapat dilakukan
karena bahasa lisan lenyap seiring dengan selesainya ujaran
tersebut. Oleh karena itu, telaah awal data kebahasaan secara
23
Ketut Artawa & Jufrizal
24
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
25
Ketut Artawa & Jufrizal
26
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
27
Ketut Artawa & Jufrizal
28
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
29
Ketut Artawa & Jufrizal
30
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
31
Ketut Artawa & Jufrizal
32
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
33
Ketut Artawa & Jufrizal
34
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
35
Ketut Artawa & Jufrizal
36
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
37
Ketut Artawa & Jufrizal
38
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
39
Ketut Artawa & Jufrizal
40
BAB III
KATEGORI GRAMATIKAL-SEMANTIS
DASAR DALAM TIPOLOGI LINGUISTIK
K
3.1 Kesemestaan Bahasa
esemestaan bahasa (language universals) adalah
pernyataan sifat-perilaku bahasa yang mendasar;
kesemestaan bahasa merupakan pernyataan empiris.
Dengan menyatakannya sebagai pernyataan empiris, berarti
bahwa kesemestaan bahasa adalah deskripsi dari pola-pola yang
ditemukan dalam data bahasa yang dicermati. Dengan demikian,
ketepatan (accuracy)-nya dapat diuji dengan menerapkan semua
deskripsi itu pada bahasa-bahasa terdahulu yang belum dikaji
(Whaley, 1997:31; lihat juga Mallinson dan Blake, 1981:6).
Sebagaimana yang sudah dipaparkan pada bagian terdahulu,
kajian tipologi linguistik sangat memerlukan data dari beragam
bahasa yang dipakai oleh manusia seberagam dan sebanyak
mungkin sehingga boleh dikatakan tipologi linguistik dan
kajian kesemestaan bahasa berjalan beriringan.
Perjalanan tipologi linguistik dari periode awal ke
periode mutakhir ditandai oleh berbagai perkembangan bentuk
dan arah kajian. Perubahan dan perkembangan penting yang
perlu dicatat adalah bahwa kajian tipologi linguistik pada masa
awal yang terfokus pada penipologian secara keseluruhan
(holistic typology) berubah ke penipologian fitur-fitur bahasa
(partial typology) (Whaley, 1997:23). Pergeseran arah kajian ini
juga diikuti oleh penguatan landasan teori dan model kajian,
di antaranya melibatkan prinsip-prinsip kesemestaan bahasa
yang menjadi bagian penting penipologian bahasa. Oleh karena
itu, pada bagian ini akan dipaparkan sekilas-lintas perihal jenis-
jenis kesemestaan bahasa dimaksud.
Seperti yang dijelaskan oleh Whaley (1997:31 – 36) (lihat
juga Mallinson dan Blake, 1981; Song, 2001), pada dasarnya ada
dua jenis pernyataan kesemestaan (universals) yang lazim dikenal,
41
Ketut Artawa & Jufrizal
42
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
43
Ketut Artawa & Jufrizal
44
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
45
Ketut Artawa & Jufrizal
46
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
47
Ketut Artawa & Jufrizal
48
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
yang bertaut secara sistematis dalam satu kata dengan fitur sosial
budaya masyarakat penutur satu bahasa. Dengan pendekatan
deskriptif-naturalistis, kelas kata secara lintas bahasa tidak
mutlak sama karena pola pikir dan pemahaman manusia secara
lintas budaya terhadap lingkungannya juga berbeda. Namun
secara semesta, kelas kata utama yang dimiliki oleh bahasa-
bahasa manusia adalah nomina, verba, adjektiva, dan adverbial.
Kelas kata utama ini lazimnya merujuk ke kata (leksikon) utama,
kata yang mempunyai makna leksikal yang kurang lebih tetap.
Kelas kata lain yang umum dikenal dan merujuk ke kata-kata
fungsional atau gramatikal adalah preposisi, konjungsi, artikel,
partikel, numeralia, demonstrativa, kopula, kata bantu verba,
kata tugas, dan lain-lain.
Dengan demikian, tidak semua bahasa mempunyai kelas
kata yang sama. Umpamanya, sejumlah bahasa, seperti bahasa
Yunani kuno, tidak mempunyai kata bantu verba (auxiliary verb).
Bahasa Jepang, di sisi lain, adalah contoh bahasa yang tidak
mengenal preposisi. Dalam beberapa bahasa, misalnya bahasa
Thai (Daic: Thailand), ketika sebuah nomina dijelaskan oleh
numeralia, sebuah kata tambahan yang disebut pengelompok
(classifier) juga dibutuhkan (Whaley, 1997:57 – 58). Berikut
adalah contoh-contohnya (data dari Schachter, 1985 seperti
dikutip oleh Whaley, 1997:58).
49
Ketut Artawa & Jufrizal
50
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
adalah datanya.
(12) a. ey mabu u- de
saya dia-Akusatif lihat-negatif
‘Saya tidak melihatnya’
51
Ketut Artawa & Jufrizal
52
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
53
Ketut Artawa & Jufrizal
54
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
55
Ketut Artawa & Jufrizal
56
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
57
Ketut Artawa & Jufrizal
58
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
59
Ketut Artawa & Jufrizal
60
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
61
Ketut Artawa & Jufrizal
63
Ketut Artawa & Jufrizal
S : subjek intransitif
A : subjek transitif
O : objek transitif
S : subjek intransitif
A : subjek transitif
P : objek transitif
65
Ketut Artawa & Jufrizal
66
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
A P A P A P
(d) S (e) S
A P A P
67
Ketut Artawa & Jufrizal
68
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
69
Ketut Artawa & Jufrizal
70
BAB IV
TIPOLOGI GRAMATIKAL
T
4.1 Tipologi Tata Urut Kata
ipologi tata urut kata (word order typology), yang oleh
sebagian ahli juga sering disebut sebagai tipologi tata
urut unsur (constituent order typology), adalah salah satu
bentuk kajian mendasar dalam tipologi linguistik, terutama
dalam tipologi gramatikal. Sebagaimana sudah dijelaskan
pada bagian terdahulu, tipologi linguistik adalah bentuk kajian
kebahasaan yang berusaha menelaah tata kata dan tata kalimat
yang lazim adanya dalam bahasa-bahasa manusia melalui
perbandingan susunan lahiriah bahasa tersebut secara lintas-
bahasa. Hasil kajian tipologi linguistik ini melahirkan tipologi
bahasa-bahasa alamiah manusia yang ada di muka bumi. Salah
satu gejala ketata bahasaan yang menjadi perhatian ilmuwan
bahasa, di antaranya bagi ilmuwan tipologi linguistik, adalah
bagaimana tata urut kata dan/atau unsur bahasa yang lazim
adanya dalam bahasa-bahasa manusia. Kajian tipologi linguistik
yang berkenaan dengan tata urut kata dan unsur bahasa pada
tataran frasa dan klausa dikenal dengan tipologi tata urut kata
(word order typology) atau tipologi tata urut unsur (constituent
order typology).
Whaley (1997:79) menjelaskan bahwa salah satu bidang
kajian utama dalam tipologi adalah bentuk kajian yang
berkenaan dengan urutan unsur-unsur dalam klausa dan frasa.
Bentuk kajian seperti ini boleh dikatakan sebagai kajian awal
yang berujung pada penemuan kesemestaan bahasa manusia
dari sisi pola tata urut unsur yang lazim adanya dalam bahasa-
bahasa manusia. Hasil kajian ini melahirkan kaidah-kaidah
semesta tata urut kata yang berterima dalam bahasa (-bahasa)
tertentu yang tentu saja sangat penting artinya dalam kajian
kesemestaan bahasa dan tipologi linguistik. Salah satu kaidah
kesemestaan Greenberg (1966) yang diturunkan dari hasil kajian
tipologi tata urut kata adalah:
71
Ketut Artawa & Jufrizal
72
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
73
Ketut Artawa & Jufrizal
74
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
75
Ketut Artawa & Jufrizal
76
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
77
Ketut Artawa & Jufrizal
(31a) Ambiak!
Ambil!
(31b) Baolah!
Bawalah!
78
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
79
Ketut Artawa & Jufrizal
80
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
81
Ketut Artawa & Jufrizal
82
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
83
Ketut Artawa & Jufrizal
84
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
85
Ketut Artawa & Jufrizal
86
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
Yay:
(43a) mi ran tua ngwa lew
tidak lihat pengelompok ular pelengkap
‘Dia tidak melihat ular itu’
Oneida:
(43b) yo- nuhs- a- tho :le
3netral-ruang-epentetis-kopula-dingin-statif
‘Ruangan itu dingin’
BM:
(43c) Ambo mang-galimang-an dadak jo tapuang-bareh.
1TG PRE- gelimang-KAU dedak dengan tepung- beras
‘Saya menggelimangkan dedak dengan tepung-beras’
bisa dibentuk dari bentuk dasar bebas dan bentuk dasar terikat.
Bentuk dasar terikat ini bisa berupa akar kata dan bisa juga
“praktegorial”.
Proses penurunan verba bahasa Indonesia itu dapat
dilihat berdasarkan tiga proses, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan
pemajemukan. Afiksasi adalah penambahan prefiks, infiks,
atau sufiks pada dasar kata. Reduplikasi adalah perulangan
suatu dasar kata, baik dengan penambahan afiks maupun
tidak, sedangkan pemajemukan adalah proses penggabungan
satu kata dengan kata lain yang menumbuhkan makna baru –
makna yang muncul dari penggabungan ini secara langsung
masih dapat ditelusuri dari makna masing-masing kata yang
bergabung (lihat Alwi dkk., 2000:117, 151).
Penurunan verba intransitif dalam bahasa Indonesia
melalui tiga proses, yaitu penurunan verba intransitif melalui
afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Penurunan verba
melalui afiksasi terjadi secara derivasional dan infleksional.
Afiksasi derivasional terjadi jika afiksasi mampu mengubah
kategori kata bentuk dasar, dari nonverba menjadi verba dan
afiksasi infleksional terjadi jika tidak mengubah kategori kata,
dari verba tetap menjadi verba. Sementara itu, dilihat dari
bentuk perulangan yang terjadi, penurunan verba intransitif
terjadi melalui perulangan yang terdiri atas beberapa bentuk.
Bentuk-bentuk tersebut ada yang berupa perulangan bentuk
dasar dan ada pula perulangan dengan pengimbuhan. Hal yang
sama terjadi pada pemajemukan. Penurunan verba melalui
pemajemukan juga dapat dilihat berdasarkan bentuknya, sesuai
dengan bentuk dasar, berafiks, atau bahkan bentuk berulang.
dasar selain verba, dengan kategori nomina, adjektiva,
dan numeralia, sedangkan penurunan verba secara infleksional
terjadi pada bentuk dasar dengan kategori verba. Verba intransitif
yang diturunkan dengan prefiks Penurunan verba intransitif
pada bahasa Indonesia melalui afiksasi melibatkan tujuh afiks,
yaitu meng-, ber-, ber--kan, ber--an, ter-, ke--an, dan se-. Penurunan
secara derivasional terjadi pada bentuk {meng-} kebanyakan
berasal dari kelas kata nomina dan adjektiva, sedangkan kata
yang berasal dari kelas kata numeralia jumlahnya sangat
terbatas. Perhatikan contoh-contoh berikut!
88
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
89
Ketut Artawa & Jufrizal
bahagia → berbahagia
manja → bermanja
90
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
jatuh → berjatuhan
lari → berlarian
pergi → bepergian
91
Ketut Artawa & Jufrizal
92
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
93
Ketut Artawa & Jufrizal
94
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
95
Ketut Artawa & Jufrizal
96
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
97
Ketut Artawa & Jufrizal
Dari data di atas tampak bahwa tidak semua kategori kata dapat
dilekatkan dengan afiks-afiks pembentuk verba transitif. Untuk
mempermudah pengamatan kemungkinan kelas kata yang
dapat diubah menjadi verba transitif, di bawah ini disajikan
tabel kategori kata dan afiks pembentuk verba transitif. Perlu
diingat juga bahwa penelitian ini tidak menganalisis proses
98
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
99
Ketut Artawa & Jufrizal
100
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
101
Ketut Artawa & Jufrizal
102
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
103
Ketut Artawa & Jufrizal
104
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
105
Ketut Artawa & Jufrizal
106
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
a. Intransitif S
b. ‘Extended” intransitif S E
c. Transitif A O
d. ‘Extended’ transitif A O E
107
Ketut Artawa & Jufrizal
108
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
109
Ketut Artawa & Jufrizal
110
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
tutup pukul
buka cangkul
bawa pancing
111
Ketut Artawa & Jufrizal
Misalnya:
112
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
113
114
BAB V
P
5.1 Dasar-dasar Teori Sistem Aliansi Gramatikal
engelompokan bahasa-bahasa atau komponen bahasa-
bahasa manusia secara lintas bahasa berdasarkan ciri-
ciri khas formal yang dimiliki bersama merupakan
tujuan utama kajian tipologi linguistik. Pengelompokan itulah
yang melahirkan tipologi bahasa. Dasar pijakan kajian ini
mengandung tiga proposisi, yang menjadi dasar penelitian
dan pengkajian data dalam tipologi linguistik. Dengan kata
lain, ilmuwan dan peneliti tipologi linguistik menjadikan tiga
proposisi tersebut sebagai pedoman dasar pengkajian data untuk
mengelompokkan bahasa(-bahasa) alami manusia. Proposisi
itu adalah: (i) kajian tipologi meliputi perbandingan lintas bahasa;
(ii) kajian tipologi mengelompokkan bahasa-bahasa atau aspek-aspek
bahasa manusia; dan (iii) kajian tipologi mencermati fitur-fitur formal
bahasa-bahasa (Whaley, 1997: 7 – 11). Seiring dengan itu, Song
(2001:4) menjelaskan bahwa ada empat tahapan telaah tipologis.
Tahapan itu adalah: (i) menentukan fenomena kebahasaan yang
akan dikaji; (ii) mengelompokkan secara tipologis fenomena
yang sedang diteliti; (iii) merumuskan simpulan umum
(generalisasi) atas pengelompokan tersebut; dan (iv) membuat
penjelasan atas simpulan umum tersebut. Proposisi dan tahapan
analisis yang menjadi landasan dasar kajian tipologi linguistik
memungkinkan diperolehnya deskripsi dan penjelasan tentang
sistem dan kaidah lahiriah bahasa-bahasa secara alami, tanpa
dipengaruhi oleh model teori tata bahasa yang dikembangkan
untuk menjelaskan bagaimana bahasa manusia bekerja secara
teoretis.
Penipologian bahasa (-bahasa) manusia yang didasarkan
pada perbandingan fitur-fitur gramatikal lahiriah dalam bahasa
tertentu dalam perkembangannya disebut lebih khusus sebagai
tipologi gramatikal (grammatical typology), istilah teknis yang
digunakan untuk membedakannya dari tipologi fungsional
115
Ketut Artawa & Jufrizal
116
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
117
Ketut Artawa & Jufrizal
118
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
119
Ketut Artawa & Jufrizal
120
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
121
Ketut Artawa & Jufrizal
oleh sebagian besar bahasa di muka bumi ini. Di sisi lain, tipologi
linguistik berkenaan dengan pengelompokan bahasa-bahasa ke
dalam jenis struktur yang berbeda.
Cara kerja kajian tipologi linguistik dan kesemestaan
bahasa secara sepintas seolah-olah bertentangan. Pendapat
ini ada benarnya karena pada permukaannya bentuk dan
arah pengkajiannya berbeda. Penelitian kesemestaan bahasa
berusaha menemukan: (i) perilaku dan sifat-sifat yang umum
dimiliki oleh semua bahasa manusia; (ii) mencari/menemukan
kemiripan yang ada secara lintas bahasa; dan (iii) berusaha
menetapkan batas-batas variasi bahasa manusia. Di sisi lain,
penelitian tipologi berusaha: (i) mengelompokkan bahasa-
bahasa; menetapkan bahasa-bahasa ke dalam kelompok
tertentu; (ii) mengkaji dan meneliti perbedaan antara bahasa-
bahasa; dan (iii) mempelajari variasi-variasi bahasa manusia.
Apakah implikasi timbal baliknya? Untuk menetapkan tipologi
bahasa perlu ditetapkan parameter-parameter tertentu untuk
mengelompokkan bahasa di dunia. Untuk menetapkan tipologi
bahasa diperlukan pembuatan asumsi kesemestaan bahasa. Hal
ini berarti bahwa penipologian bahasa memerlukan asumsi-
asumsi dasar tentang kesemestaan bahasa, sementara untuk
mendapatkan kesemestaan bahasa atau gramatika semesta
diperlukan pengkajian mendalam tentang tipologi bahasa-
bahasa di dunia. Berdasarkan keterkaitan ini penelitian
kesemestaan bahasa dan penelitian tipologi sebenarnya bukan
bertentangan, melainkan saling memperkuat dan berjalan
beriringan (lihat lebih jauh Comrie, 1983;1989; Jufrizal, 2012).
Perlu ditegaskan bahwa para ahli tipologi linguistik ber-
upaya mempelajari variasi-variasi lintas bahasa untuk mema-
hami hakitat bahasa manusia. Interaksi model kajian kesemes-
taan bahasa dan kajian tipologi linguistik dapat menjadi pokok
utama untuk merumuskan sifat-perilaku kesemestaan bahasa
dengan dasar klasifikasi tipologis (Song, 2001:9 – 10). Tujuan
utama kajian tipologi linguistik memang berada pada tahap pe-
merian (description) dan penjelasan (explanation) secermat mung
kin sifat-perilaku gramatikal bahasa-bahasa di dunia. Namun,
kajian lanjutan yang lebih cermat dan dalam skala besar terus
mengarah ke penemuan gramatika semesta. Tujuan lanjut dan
122
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
123
Ketut Artawa & Jufrizal
Contoh (109) dan (111) disebut konstruksi pasif, dan (112) dan
(113) disebut konstruksi aktif. Di samping contoh-contoh di
atas bahasa Indonesia memiliki sejumlah struktur yang pada
dasarnya mempunyai satu argumen inti seperti contoh (110).
Secara tipologis bahasa yang mempunyai alternatif struktur
dapat digolongkan sebagai bahasa yang menganut pemarkahan
sintaktis (prototipe).
Chung (1976) mengusulkan bahwa bahasa Indonesia
mempunyai dua tipe konstruksi pasif: pasif kanonik dan
pasif yang mempunyai wujud struktur yang mirip dengan
penopikalan objek. Perhatikan contoh-contoh berikut yang
dikutip dari Chung (1976).
124
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
125
Ketut Artawa & Jufrizal
126
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
127
Ketut Artawa & Jufrizal
128
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
Analisis akusatif:
(120) Saya membaca buku. (aktif)
(121) Buku itu saya baca. (pasif)
Analisis ergatif:
(122) Buku itu saya baca. (ergatif)
(123) Saya membaca buku itu. (antipasif)
129
Ketut Artawa & Jufrizal
130
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
131
Ketut Artawa & Jufrizal
132
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
133
Ketut Artawa & Jufrizal
134
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
136
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
138
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
140
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(b) Persesuaian
Berikut adalah contoh yang menunjukkan adanya
persesuaian S dengan predikatnya dan A dengan predikatnya
dalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris menunjukkan persesuaian
ini terbatas pada pronomina dan nomina yang mengacu pada
orang ketiga tunggal yang berkala “simple present”. Perhatikan
contoh berikut.
Untuk predikat yang diisi oleh verba leksikal saja seperti contoh
(132a) dan (132b) menunjukkan bahwa apabila argumen S
dalam bentuk tunggal maka kata kerja mendapat tambahan
sufiks –s. Jika S dalam bentuk jamak, prefiks –s tidak boleh hadir
seperti dalam contoh (132c) dan (132d). Fenomena yang sama
juga terjadi pada klausa transitif. Kehadiran argumen A juga
menunjukkan persesuaian, sama seperti yang ditunjukkan oleh
persesuaian S. Perhatikan contoh berikut!
141
Ketut Artawa & Jufrizal
(d) Pelesapan
Pelesapan dalam klausa bahasa Inggris menunjukkan
fenomena seperti contoh berikut.
(e) Pengikatan
Konsep pengikatan mensyaratkan ada dua unsur yang
terlibat yang mengikat dan yang diikat. Karena klausa intransitif
hanya memiliki satu argumen inti (S) sehingga tidak mungkin
142
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(f) Perelatifan
Perelatifan dalam bahasa Inggris dimarkahi oleh
kehadiran pemarkah perelatifan seperti who/that. Perhatikan
contoh berikut.
Kedua kalimat di atas dibentuk dari kalimat dasar: the woman (S)
came yesterday and the man (A) helped you (P) yesterday. Contoh (137)
dan (138) menunjukkan bahwa A dalam bahasa Inggris diper-
lakuan sama dengan S secara gramatikal, yakni sama-sama bisa
direlatifkan, seperti ditunjukkan oleh contoh di atas.
(g) Inversi
Dalam pembentukan kalimat interogatif, bahasa Inggris
menunjukkan fenomena pembalikan (inversi), yakni verba
bantu (auxiliary) ditempatkan di depan subjek. Fenomena inversi
ini bisa dilihat dalam contoh berikut.
143
Ketut Artawa & Jufrizal
144
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
b. Ia keweh pules.
3 sulit tidur
`Dia menderita susah tidur`
145
Ketut Artawa & Jufrizal
146
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(3) Kontrol
Pada bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Indo-Erofa
lainnya, umumnya dapat dilakukan pembedaan antara verba
finit dan tak finit.Verba finit menuntut kehadiran subjek, baik
dinyatakan melalui bentuk persesuaian pada verba berupa
acuan silang aspek persona dan jumlah, dengan frasa nominal,
maupun persuaian dengan frasa nominal. Verba tak finit
147
Ketut Artawa & Jufrizal
148
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(4) Perelatifan
Berkaitan dengan strategi perelatifan – bila dibandingkan
dengan bahasa-bahasa yang hanya dapat merelatifkan subjek –
bahasa Inggris tercatat sebagai bahasa yang dapat merelatifkan
semua relasi gramatikal (Keenan dan Comrie, 1977). Bahasa Bali
tergolong dalam kategori bahasa yang hanya dapat merelatifkan
subjek. Klausa relatif dalam bahasa Bali dimarkahi dengan
pemakaian partikel ane/sane. Perhatikanlah contoh kalimat
berikut.
149
Ketut Artawa & Jufrizal
150
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(5) Perefleksifan
Pada banyak bahasa yang menjadi pengendali perefleksifan
adalah agen. Dalam bahasa Inggris misalnya, agen yang ber-
fungsi sebagai subjek tidak bermarkah, sedangkan dalam bahasa
Bali diberi markah pada verba. Akan tetapi, perefleksifan dalam
bahasa Bali dikendalikan oleh agen verba transitif tanpa menghi-
raukan bentuk verba. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
argumen agen konstruksi zero bahasa Bali berperilaku seperti
subjek. Agen berfungsi mengendalikan perefleksifan.
Secara universal agen dalam suatu klausa selalu dapat
berfungsi menjadi pengendali bentuk refleksif dalam klausa
yang sama. Bentuk refleksif bahasa Bali dinyatakan dengan
awak/raga yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
menjadi -self. Perhatikanlah contoh berikut.
151
Ketut Artawa & Jufrizal
152
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
154
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(3) Kontrol
Struktur kontrol ini dipergunakan untuk mengetahui
perilaku A dan P terhadap S dalam bahasa Indonesia. Perhatikan
contoh-contoh kalimat berikut.
155
Ketut Artawa & Jufrizal
(4) Perelatifan
Perelatifan bisa juga dipergunakan untuk membandingkan
perilaku A dan P terhadap S. Perelatifan bahasa Indonesia
dimarkahi oleh bentuk lingual yang. Untuk jelasnya perhatikan
contoh berikut.
156
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
157
Ketut Artawa & Jufrizal
158
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(1) Penaikan
Untuk memperoleh gambaran tentang kaidah penaikan
(lihat Postal, 1974; Artawa 1998:12) dalam BM, yaitu sebuah
kategori gramatikal (sintaksis) yang sebelumnya bukan subjek
dapat dinaikkan ke posisi subjek, lebih dahulu perhatikan
klausa intransitif berikut (lihat Jufrizal, 2012).
159
Ketut Artawa & Jufrizal
160
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
161
Ketut Artawa & Jufrizal
162
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
163
Ketut Artawa & Jufrizal
164
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
165
Ketut Artawa & Jufrizal
(4) Perelatifan
Untuk mengetahui kiat (strategi) perelatifan sehubungan
dengan kesubjekan dalam BM, mari cermati contoh-contoh
dan uraian berikut. Klausa relatif BM dimarkahi oleh kata
hubung (penanda relatif) nan ‘yang’. Telaah ini dimulai dengan
menyajikan contoh-contoh kalimat transitif dengan verba tak-
bermarkah (data dikutip dari Jufrizal, 2012).
166
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
167
Ketut Artawa & Jufrizal
168
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(5) Perefleksifan
Dalam BM, bentuk refleksif diungkapkan dengan bentuk
diri (dan untuk mempertegas dapat ditambah dengan kata
sandiri ‘sendiri’ atau surang ‘seorang’). Lengkapnya, bentuk
refleksif (FN refleksif) itu adalah diri sandiri atau diri surang.
Cermati contoh berikut sebagai penjajakan telaah perefleksifan
BM.
169
Ketut Artawa & Jufrizal
170
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
posisi struktural.
171
Ketut Artawa & Jufrizal
melahirkan paling tidak dua isu teoretis bagi para tipolog dan
ahli sintaksis. Salah satu dari isu tersebut berkaitan dengan
pengertian `subjek`- bagaimana mengenali kesubjekan pada
bahasa-bahasa tersebut. Isu yang lainnya adalah menyangkut
analisis terhadap apa yang lazimnya dikenal sebagai sistem
“diátesis” dan “fokus”. Salah satu contoh bahasa-bahasa di
Filipina yang dikenal luas adalah bahasa Tagalog. Berkaitan
dengan perspektif tipologis, bahasa Tagalog paling tidak telah
dianalisis dengan tiga cara yang berbeda:
172
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
173
Ketut Artawa & Jufrizal
174
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
175
Ketut Artawa & Jufrizal
176
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
177
Ketut Artawa & Jufrizal
178
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
179
Ketut Artawa & Jufrizal
180
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
181
Ketut Artawa & Jufrizal
182
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
183
Ketut Artawa & Jufrizal
184
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
Pada contoh (230a), Asan dan baju adalah dua buah objek
verba dwitransitif agiah ‘beri’. Secara semantis, baju merupakan
OL dari verba agiah. Asan adalah OTL dalam kalimat itu. Dengan
demikian, dalam kalimat transitif dengan verba dwitransitif
BM, FN yang langsung berada setelah verba adalah OTL dan
setelahnya diikuti OL. Berdasarkan pemasifan, OTL Asan
dapat menjadi subjek kalimat pasif tanpa adanya penambahan
pemarkah pada verba (kecuali pemarkah morfologis prefiks pasif
di-). Sementara itu, subjek kalimat aktif uda menjadi relasi oblik.
Apabila subjek yang telah menduduki relasi oblik ditempatkan
setelah OL baju, maka mesti didahului oleh preposisi dek ‘oleh’
(lihat (230b)). Di sisi lain, bila subjek yang telah menduduki
relasi oblik ditempatkan sebelum OL baju maka pemakaian
preposisi dek ‘oleh’ bersifat manasuka (lihat (230c)). Apabila OL
baju dijadikan subjek kalimat pasif maka perlu penambahan
pemarkah pada verba, yaitu penambahan sufiks –an selain
pemarkah pasif prefiks di-. Contoh (230d) tidak berterima secara
gramatikal karena baju (OL) ditempatkan pada posisi subjek
kalimat pasif namun pemarkah verba, selain dari prefiks pasif,
tidak dibubuhkan. Ketidakberterimaan contoh (230d) juga
disebabkan oleh tidak adanya preposisi ka ‘kepada’ di depan
OTL Asan. Apabila OL baju dijadikan subjek kalimat pasif maka
pemarkah verba, selain prefiks pasif di-, harus ditambahkan,
yaitu sufiks –an dan sebelum OTL Asan mesti didahului oleh
preposisi ka ‘kepada’ (contoh (230e)). Pada contoh (230e) tersebut,
kehadiran preposisi dek sebelum uda (yang telah berelasi oblik)
adalah wajib sebab pelaku berpreposisi (FN berpreposisi) dek
uda terletak setelah OTL Asan (di akhir kalimat). Di sisi lain,
kehadiran preposisi dek pada (230f) bersifat manasuka karena
pelaku berpreposisi dek uda terletak setelah verba (sebelum OTL
Asan).
Dengan demikian, OTL dalam BM adalah FN yang
langsung bertempat setelah verba, sedangkan OL mengikutinya.
Baik OL maupun OTL, keduanya dapat menjadi subjek kalimat
pasif (melalui kaidah pemasifan). Apabila OTL yang menjadi
185
Ketut Artawa & Jufrizal
186
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
187
Ketut Artawa & Jufrizal
A P A P
Akusatif Ergatif
188
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
189
Ketut Artawa & Jufrizal
190
BAB VI
STRUKTUR INFORMASI
DAN TIPOLOGI BAHASA
S
6.1 Sekilas Tentang Struktur Informasi
udah sama-sama dimaklumi bahwa bahasa adalah sarana-
cerdas paling lentur dan paling berdaya guna yang dimiliki
dan ditumbuhkembangkan oleh manusia sepanjang
sejarah perkembangannya. Di antara fungsi bahasa yang paling
mendasar adalah kemampuannya untuk menggambarkan
“perihal” dunia, termasuk menggambarkan dirinya sendiri (lihat
Duranti, 1997:7). Kelenturan dan keberdayaan bahasa sebagai
alat komunikasi telah dan terus memungkinkan manusia untuk
berkembang secara sosial budaya dan mencapai kesejahteraan
hidup mereka secara berkelanjutan. Boleh dikatakan bahwa
bahasa menjadi wahana utama untuk menjadikan manusia
dapat mewariskan nilai-nilai sosial budaya antargenerasi dan
melakukan berbagai bentuk “perubahan” sosial budaya sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan zaman.
Jika dicermati secara ilmiah, bahasa sebenarnya adalah
sistem tanda yang begitu rumit, terikat kaidah, dan dipakai oleh
masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi. Berkenaan
dengan hal ini, Foley (1997:27) menyatakan bahwa bahasa
adalah sistem tanda beserta kaidah-kaidah penggabungannya.
Dia menambahkan bahwa semua tanda-tanda linguistik,
pelambang-pelambang, indeks, dan/atau simbol-simbolnya,
mempunyai struktur ganda, yaitu struktur bentuk dan struktur
makna. Selain itu, bahasa mempunyai lapisan/struktur lain,
yakni struktur fungsi dan nilai. Dengan demikian, bahasa boleh
dikatakan sebagai wujud psikologi, sosial budaya, dan nilai-
rasa manusia.
Keberhubungan antara dua lapis struktur bahasa, struktur
bentuk dan struktur makna, begitu tertata dan mengikuti
kelaziman, meskipun derajat kepastian hubungan keduanya
191
Ketut Artawa & Jufrizal
192
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
193
Ketut Artawa & Jufrizal
194
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
195
Ketut Artawa & Jufrizal
Referensial
196
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
197
Ketut Artawa & Jufrizal
198
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
e. Prefixes
f. Auxiliary verb + main verb
g.Comparative adjective + standard
h. Verb + adverb
i. Negative + verb
j. Subordinator + clause
a. Preposition + noun
Bahasa Indonesia memiliki sejumlah preposisi, baik
yang menyatakan tempat, tujuan maupun alat. Bila preposisi
ini digabungkan dengan nomina maka terbentuklah frasa
preposisional, seperti di rumah, ke kantor, dengan sapu, dan
sebagainya. Dalam ketiga contoh di atas nomina mengikuti
preposisi. Pada frasa preposisional berturut-turut preposisinya
adalah preposisi lokatif di, preposisisi ke, yang menyatakan
tujuan, dan preposisisi dengan, yang menyatakan alat.
b. Noun + genitive
Struktur frasa nominal yang menyatakan kepemilikan
dalam bahasa Indonesia memiliki pola urutan seperti dalam
contoh berikut.
199
Ketut Artawa & Jufrizal
f. Prefixes
Di samping prefiks, bahasa Indonesia juga memiliki
sufiks. Jumlah prefiks lebih banyak dari sufiks. Berikut adalah
contoh kata-kata bahasa Indonesia yang mengandung prefiks.
(236) a. ber-dasi
b. meng-hukum
c. di-hukum
d. per-tinggi
200
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
Frasa yang dicetak miring dalam ketiga contoh di atas adalah kombi-
nasi partikel dengan verba leksikal. Kehadiran partikel ini bisa disejajar-
kan dengan auxiliary, misalnya, dalam bahasa Inggris.
i. Verb + Adverb.
Jika verba itu intrasitif biasanya adverbia bisa langsung
berada di belakangya, tetapi apabila verbanya transitif, adverbia
biasanya diletakan di belakang objeknya.
j. Negative + verb
Bentuk negatif mendahului verba dalam bahasa Indonesia.
Kalimat berikut berisi bentuk negatif, tidak, yang posisinya
berada di depan verba.
k. Subordinator + klausa
Kalimat kompleks berikut memunyai komplemen
klausa subordinatif, yang subordinatornya mendahului klausa.
Subordinatornya adah bahwa, agar, dan untuk.
201
Ketut Artawa & Jufrizal
Ketiga klausa komplemen adalah: bahwa dia bersalah, agar kami bisa
hidup layak, dan untuk membahas masalah itu. Jika diperhatikan,
masing-masing subordinator hadir mendahului klausanya.
Selanjutnya, mari dicermati struktur informasi yang
berkenaan dengan struktur tak-bermarkah dan struktur
bermarkah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Secara
umum struktur tak bermarkah bisa didefinisikan sebagai
struktur dasar, yakni struktur yang belum mengalami derivasi
atau revaluasi. Sementara itu struktur bermarkah adalah struktur
yang sudah mengalami revaluasi struktur. Penataan informasi
dalam kalimat terkait erat dengan sistem kebermarkahan yang
dimiliki oleh bahasa tertentu.
Bahasa Inggris, menurut Huddleston dan Pullum
(2008:263-261), memiliki sejumlah struktur yang digolongkan
menjadi struktur kalimat yang bermarkah. Struktur bermarkah
ini meliputi:
a. passive voice ‘diatesis pasif’
b. extraposition ‘ekstraposisi’
c. existential construction ‘konstruksi eksistensial’
d. it-clefting construction ‘konstruksi pembelahan’
e. dislocation ‘dislokasi’
f. preposing and postposing ‘penempatan depan dan penempatan
belakang’
g. reduction ‘reduksi’
202
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
b. Extraposition (Ekstraposisi)
Berikut adalah pasangan kalimat dasar dan kalimat
yang sudah mengalami ekstraposisi dalam bahasa Inggris.
203
Ketut Artawa & Jufrizal
e. Disclocation (Dislokasi)
Ciri khusus dari konstruksi dislokasi adalah adanya satu
frasa nomina yang diletakkan pada posisi awal kalimat, dan frasa
ini diacu dengan pronomina dalam klausa yang mengikutinya.
Lihat contoh berikut!
205
Ketut Artawa & Jufrizal
a. Kalimat pasif
Bahasa Indonesia juga memiliki beberapa tipe kalimat
pasif, yang jika dilihat dari struktur informasi, juga menunjukkan
penataan struktur informasi yang berbeda dari kalimat aktif.
b. Kalimat eksistensial
Kalimat eksistensial dalam bahasa Indonesia ditandai oleh
penggunaan verba ada. Perhatikan contoh kalimat berikut.
206
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
c. Kalimat “topik-komen”
Sneddon (1996: 278-284) mencatat bahwa bahasa
Indonesia memiliki struktur kalimat yang disebutnya sebagai
struktur topik-komen, yaitu struktur yang sudah mengalami
derivasi. Contoh-contoh berikut yang dikutip dari Sneddon
(1996) memperlihatkan struktur demikian.
207
Ketut Artawa & Jufrizal
208
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
209
Ketut Artawa & Jufrizal
b. Sakana wa tai ga oisii [Japannese]
ikan top buncis merah Subj enak
`Ikan (topik), buncis merah enak`
210
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
211
Ketut Artawa & Jufrizal
212
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
213
Ketut Artawa & Jufrizal
215
Ketut Artawa & Jufrizal
216
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
Who did John phone? `Siapa yang John telepon?` maka yang
menjadi fokus adalah objek Mary. Informasi fokus umumnya
dapat diidentifikasi sebagai unsur yang menonjol dalam
kalimat. misalnya unsur yang ditandai oleh titi nada meninggi
(high pitch), pengujaran yang lebih besar, atau tekanan yang
lebih diberatkan daripada unsur lain. Sebaliknya dengan topik,
sebagai informasi yang bersifat lama (given information), topik
suatu kalimat tidak memiliki keutamaan dalam hal intonasi,
dan umumnya secara intonasional bersifat datar (lihat Chafe
1976).
Fokus adalah konsep pokok lainnya di dalam kajian
struktur informasi. Lambercht (1994) menyatakan bahwa fokus
adalah bagian dari sebuah kalimat yang fungsi dan makna
pragmatisnya berbeda dengan topik. Menurut Lambercht
(1994) fokus dari sebuah kalimat biasanya dilihat sebagai bagian
dari suatu informasi yang bukan hanya dikemukakan (seperti
halnya sebuah topik), melainkan juga ditambahkan pada suatu
praanggapan (presupposition) (Lambrecht, 1994:206). Terkait
dengan hubungan fokus dan praanggapan, Jackendoff (1972:
230) mendefinisikan fokus sebagai pelengkap dari sebuah
praanggapan di dalam sebuah kalimat. Menurut Jackendoff
(1972: 240), unsur prosodi (tekanan) dari sebuah fokus menandai
bahwa bagian kalimat tersebut mengandung suatu informasi
yang baru yang berbeda dengan bagian yang dinyatakan oleh
praanggapan.
Tidak berbeda jauh dari definisi yang diajukan oleh
Jackendoff (1972) di atas adalah definisi yang ditawarkan oleh
Selkirk (1984). Menurut Selkirk (1984: 206t) fokus adalah sebuah
bagian kalimat yang memperoleh tekanan yang berisikan
sebuah informasi baru dalam suatu wacana, sementara yang
bukan fokus dilihat sebagai pengungkap informasi lama (dalam
Lambercht, 1994: 209). Penekanan yang sama juga dinyatakan
oleh Comrie (1981) dan Kroeger (2004). Comrie (dalam Kroeger,
2004: 136) membatasi fokus sebagai suatu (sepotong) informasi
baru yang dibawa oleh sebuah kalimat.
Menurut Kroeger (2004), setiap bahasa mempunyai stra-
tegi tersendiri di dalam menonjolkan informasi lama atau baru
pada struktur kalimat-kalimatnya. Perbedaan di antara infor-
217
Ketut Artawa & Jufrizal
219
Ketut Artawa & Jufrizal
220
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
221
Ketut Artawa & Jufrizal
222
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
223
Ketut Artawa & Jufrizal
224
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
225
Ketut Artawa & Jufrizal
227
Ketut Artawa & Jufrizal
228
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
229
Ketut Artawa & Jufrizal
230
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
231
Ketut Artawa & Jufrizal
232
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
233
234
BAB VII
TIPOLOGI LINGUISTIK
DAN TELAAH KEBAHASAAN
P
7.1 Tipologi Linguistik dan Kealamiahan Bahasa
ada bagian-bagian awal buku ini sudah dikemukakan
bahwa tujuan mendasar dari kajian tipologi linguistik,
khususnya tipologi gramatikal ialah mengelompokkan
bahasa (-bahasa) manusia berdasarkan sifat-perilaku lahiriah
gramatikalnya yang ditunjukkan oleh tata kata dan tata kalimat
yang dimiliki oleh bahasa (-bahasa) yang ada (lihat di antaranya
Comrie, 1989; Croft, 1993; Song, 2001; Artawa, 2005; Jufrizal,
2012). Berdasarkan pendapat dan gagasan yang dikemukakan
oleh para ilmuwan tipologi linguistik, yang berkembang pesat
sejak tahun 1970-an, kajian Tipologi Linguistik adalah bentuk
kajian kebahasaan yang menempatkan “dirinya” pada posisi
“netral”; bentuk kajian kebahasaan yang berusaha mencermati
sifat-perilaku gramatikal bahasa-bahasa manusia berdasarkan
atas kealamiahan konstruksi (struktur) lahiriahnya. Whaley
(1997) menegaskan bahwa tipologi linguistik bukanlah teori
ketata bahasaan yang dirancang oleh para ilmuwan bahasa
untuk menggambarkan bagaimana bahasa itu bekerja secara
teoretis. Kajian tipologi linguistik lebih mengutamakan dasar
kajian atas bagaimana bahasa itu apa adanya.
Sifat dan bentuk kajian tipologi linguistik yang “netral”
dan tidak berorientasi pada salah satu teori ketata bahasaan
formal memungkinkan kajian dan hasilnya mengutamakan
kealamiahan bahasa sebagaimana apa adanya. Secara
teoretis dan praktis, telaah kebahasaan yang mengutamakan
dan “memenangkan” data bahasa alami tersebut sangat
memungkinkan diperolehnya deskripsi bahasa yang alami pula.
Sebagai fenomena alam yang bersifat sosial budaya, bahasa
bukanlah sesuatu yang kaku dan perlu diperlakukan secara
ketat. Meskipun demikian, bahasa bukanlah sesuatu yang dapat
235
Ketut Artawa & Jufrizal
236
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
237
Ketut Artawa & Jufrizal
238
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
239
Ketut Artawa & Jufrizal
240
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
241
Ketut Artawa & Jufrizal
2001:77).
Teori relativitas linguistik tidak menyatakan bahwa
struktur linguistik mengatur secara ketat apa yang dipikirkan
atau dirasakan orang, melainkan struktur bahasa tersebut
cenderung memengaruhi apa yang sesungguhnya mereka
pikirkan terus-menerus. Menurut padangan ini, apa yang
dilakukan oleh Sapir dan Whorf mengarah ke dua gagasan
penting, yaitu:
(i) Ada satu pendapat akhir-akhir ini bahwa bahasa, sebagai kode,
mencerminkan kebiasaan dan ikatan budaya sebagai cara orang
berpikir;
(iii) Ada sedikit atau tidak ada hubungan antara bahasa dan budaya.
242
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(iii) kategori gramatikal yang ada dalam satu bahasa tidak hanya
membantu pemakaiannya untuk memikirkan dunia dengan cara
tertentu tetapi juga membatasi pandangan tersebut.
243
Ketut Artawa & Jufrizal
244
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
245
Ketut Artawa & Jufrizal
246
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
247
Ketut Artawa & Jufrizal
248
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
249
Ketut Artawa & Jufrizal
250
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
(298) Aia lai ba- minum, siriah lai pulo ba- kunyah.
air ada ERG-minum, sirih ada pula ERG-kunyah
‘Air diminum, sirih telah dikunyah pula’
(301) Mulai ari ko, pangulu nagari mam-buek aturan baru di balai
adat.
mulai hari ini, penghulu negeri AKT-buat aturan baru di
balai adat
251
Ketut Artawa & Jufrizal
(302) Mahasiswa kami lah ma- mintak pandapek wakia dari jurusan
lain.
mahasiswa kami sudah AKT-minta pendapat wakil dari
jurusan lain
‘Mahasiswa kami sudah meminta pendapat wakil dari
jurusan lain’
252
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
253
Ketut Artawa & Jufrizal
254
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
255
Ketut Artawa & Jufrizal
256
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
257
Ketut Artawa & Jufrizal
258
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
259
Ketut Artawa & Jufrizal
260
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
261
Ketut Artawa & Jufrizal
perihal kala (tense) dan aspek (aspect). Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa bahasa Indonesia dan hampir keseluruhan
bahasa-bahasa lokal di Indonesia adalah bahasa tak-berkala
(tenseless language), sementara bahasa Inggris adalah bahasa
berkala (tenseness language). Perbedaan tipologis fitur tata
bahasa seperti ini, secara alami dan psikologis, menimbulkan
masalah pembelajaran dan pengajaran secara akademis bagi
kebanyakan pembelajar di Indonesia (Jufrizal dkk., 2009;
Jufrizal, 2010; Jufrizal, 2011).
Kenyataan yang tidak sulit ditemukan di lapangan adalah
banyaknya kesalahan dan kekeliruan pemakaian dan pemilihan
konstruksi klausa dan kalimat yang dibuat oleh mahasiswa
Jurusan/Program Studi Bahasa Inggris jenjang program S1 dan
S2 dalam menulis dan berbicara. Data kesalahan tata bahasa
berikut hanyalah sebagian kecil dari apa yang pernah ada dan
ditulis oleh mahasiswa yang menulis dan berbicara dalam
bahasa Inggris (lihat lebih jauh Mukhaiyar dan Jufrizal, 2012;
Jufrizal, 2013a).
262
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
263
Ketut Artawa & Jufrizal
264
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
265
Ketut Artawa & Jufrizal
266
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
267
Ketut Artawa & Jufrizal
268
GLOSARIUM
269
Ketut Artawa & Jufrizal
270
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
271
Ketut Artawa & Jufrizal
272
DAFTAR PUSTAKA
273
Ketut Artawa & Jufrizal
274
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
275
Ketut Artawa & Jufrizal
276
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
277
Ketut Artawa & Jufrizal
278
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
279
Ketut Artawa & Jufrizal
280
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
281
Ketut Artawa & Jufrizal
282
INDEKS
283
Ketut Artawa & Jufrizal
63, 64, 65, 66, 101, 102, 107, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
117, 118, 120, 131, 189, 190, 103, 104, 106, 108, 109, 111,
247, 252, 276, 281 112, 123, 124, 125, 126, 127,
Djunaidi 117, 120, 138 128, 129, 130, 131, 154, 155,
Donohue 33, 179 156, 159, 175, 180, 198, 199,
Duranti 2, 4, 7, 191, 239, 243, 244, 200, 201, 202, 206, 207, 213,
245, 248, 276 214, 215, 216, 219, 220, 222,
Dyirbal 65, 66, 106, 232 223, 232, 233, 260, 261, 264,
265, 266, 273, 274, 279, 280,
E 281, 282, 286
ekstraposisi 202, 203, 204 isolasi 28, 31, 85, 87, 116, 247, 270
Elson 53, 55 J
ergatif vi, xiii, xiv, 54, 63, 64, 65,
66, 67, 69, 101, 102, 116, 117, Jackendoff 217
118, 119, 120, 123, 126, 128, Jesperson 48
129, 131, 132, 158, 171, 172, Johnson 34
173, 174, 175, 177, 178, 179, Jufrizal i, ii, iv, v, vi, 2, 3, 4, 8, 27,
188, 189, 190, 248, 249, 250, 29, 30, 31, 53, 56, 57, 58, 59,
258, 269 60, 63, 65, 68, 77, 101, 112,
116, 117, 120, 121, 122, 133,
F 134, 135, 159, 160, 161, 162,
Finegan 48, 55 194, 166, 197, 208, 213, 225,
Foley 2, 3, 4, 36, 65, 121, 132, 172, 228, 235, 243, 244, 245, 246,
175, 176, 177, 191, 192, 240, 247, 249, 250, 252, 254, 256,
241, 248, 276 257, 258, 259, 260, 261, 262,
Freeman 12 263, 266, 277, 278, 279, 286
Friedrich von Schiegel 30 K
G kalimat imperatif 77, 78, 84, 175
geolinguistik 246, 250 kalimat pasif 111, 112, 128, 130, 131,
Givon 33, 101, 209, 276 144, 183, 185, 186, 187, 203,
gramatika semesta 35, 36, 37, 38, 206, 213, 224
120, 121, 122, 123 kalimat transitif 54, 60, 80, 82, 83,
Greenberg 26, 27, 32, 43, 44, 71, 77, 108, 111, 128, 141, 143, 152,
277 160, 166, 168, 176, 185, 187,
Grimes 8 271
Gundel 193, 208, 210, 211, 212, 213, Kalkatungu 177
228, 231, 277 kausatif xv, 55, 159
Keraf iv, 126
H kesemestaan bahasa 11, 34, 35, 36,
37, 38, 41, 50, 71, 120, 121,
Health 65 122, 236, 255, 259, 271
Hixkaryana 76 kesemestaan implikasional 43, 44
Howell 5 klausa deklaratif 79
I Klausa Interogatif 81
Klausa relatif 59, 60, 149, 166, 200
Indonesia iv, v, vi, vii, viii, xiv, 17, komplemen xv, 77, 145, 154, 175,
18, 20, 31, 32, 48, 49, 50, 54, 176, 178, 201, 202, 216, 271
59, 69, 85, 86, 87, 88, 91, 92, konstruksi aplikatif 229, 230, 231
284
Tipologi Linguistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya
285
Ketut Artawa & Jufrizal
286
TENTANG PENULIS
287
– 2004) pada Program Studi Linguistik di Program Pascasarjana,
Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Sejak 1 September 2009, dia
memangku jabatan akademis Guru Besar bidang Ilmu Linguistik
di Universitas Negeri Padang. Dia menjadi dosen di Jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Padang sejak 1 Maret
1992. Minat kajian dan penelitiannya adalah Tipologi Linguistik,
Linguistik Kebudayaan, dan Pengajaran-Pembelajaran Tata bahasa
bahasa asing.
288
L inguistik, ilmu yang mempelajari bahasa, lahir dan
berkembang beriringan dengan keawasan dan
kepedulian manusia terhadap bahasa yang sangat
berperan dalam kehidupan manusia. Telaah tata bahasa
(grammar) merupakan salah satu inti kajian kebahasaan
sejak kemunculan linguistik sampai masa mutakhir ini.
Sejumlah buku yang mendeskripsikan tata bahasa, baik
yang bersifat umum maupun khusus telah banyak ditulis
oleh para ilmuwan dan peneliti bahasa. Namun deskripsi
dan telaah ketatabahasaan yang didasarkan pada teori
Tipologi Linguistik belum banyak dan kurang mendapat
perhatian di Indonesia. Buku yang berjudul “Tipologi
Linguistik: Teori Dasar dan Aplikasinya” ini memuat teori-
teori dasar tentang tipologi linguistik dan contoh
penerapannya dalam beberapa bahasa. Sejumlah data
bahasa secara lintas bahasa juga turut disajikan dalam buku
ini sebagai bagian dari peletakan dan pemahaman dasar
atas teori-teori Tipologi Linguistik. Buku yang diracik dan
dikembangkan berdasarkan serangkaian hasil penelitian ini
memuat deskripsi dan telaah tentang: pengantar teori
tipologi linguistik, struktur dasar, relasi dan peran
gramatikal, struktur informasi, dan kaitan tipologi linguistik
dengan beberapa bentuk kajian kebahasaan yang bersifat
makrolinguistik. Buku ini bermanfaat bagi pembelajar
linguistik pada tingkat sarjana (S1), pascasarjana (S2) dan
(S3), pemerhati dan peneliti tata bahasa, khususnya bagi
yang tertarik pada kajian Tipologi Linguistik. Selamat
mempelajari dan mencermati buku ini dan semoga
bermanfaat!